Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK

Dosen Pembimbing : Arief Andrianto, M.Kep

Oleh :
MOHAMMAD ZAKI ARIF
202103108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2021
I.1 Konsep Lansia

I.1.1 Definisi Lansia

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process.
Ilmu yang mempelajari fenomena penuaan meliputi proses menua dan
degenerasi sel termasuk masalah-masalah yang ditemui dan harapan lansia
disebut gerontology (Cunningham & Brookbank, 1988).
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya
tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda,
baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya
Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto ( bahasa yunani) yang
berarti orangtua dan logos = ilmu. Sedangkan Geriartri merupakan bagian
dari ilmu kedokteran untuk orang lanjut usia. Geriartri berasal dari kata Geros
yang berarti lanjut usia dan eatriea = kesehatan. Yosaputra (1987)
mendefinisikan Geriatri sebagai ilmu yang mempelajari, membahas, meneliti
proses menua dan segala macam penyakit jasmani dan rohani yang mungkin
mengenai manusia lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan
mengobatinya. Geriatri juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu
kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun
terapeutik bagi klien lanjut usia.
Keperawatan gerontik didefinisikan sebagai ilmu yang membahas
fenomena biologis, psiko dan sosial serta dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia dengan penekanan pada upaya prevensi dan
promosi kesehatan sehingga tercapai status kesehatan yang optimal bagi
lanjut usia. Aplikasi secara praktis Keperawatan gerontik adalah dengan
menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa
keperawatan,perencanaan, implementasi dan evaluasi).
I.1.2 Batasan-Batasan Lansia
Batasan-batasan usia lansia menurut WHO mengelompokkan lansia
menjadi 4 kelompok yang meliputi :
1. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2. AElderly, antara 60-74 tahun
3. Old, antara 75-90 tahun
4. Very old, lebih dari 90 tahun
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur
berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah
orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia
dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1. Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65
tahun,
3. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi
lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) Lebih dari 80 (very old).
Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994)
menjadi tiga kelompok yakni :
a). Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
b). Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c). Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
I.1.3 Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan
dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan
pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada
umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor
genetik.
I.1.4 Tujuan Pelayanan Kesehatan Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial,
kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia.
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-
tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang
optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat. Fungsi pelayanan dapat
dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi
pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial lansia
dan pusat pemberdayaan lansia.
I.1.5 Permasalahan Pada Lansia
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga
menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah,
sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang
cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran
yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga
sering sakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,
adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional,
adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain
itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang
kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual,
adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang
mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.
I.1.6 Perubahan-Perubahan yang tgerjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
 Sistem keseluruhan : Berkurangnya tinggi dan berat badan,
bertambahnya fat to lean body, mass ratio, dan berkurangnya
cairan tubuh.
 Sistem integument : Kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi
lebih kering dan keriput karena menurunnya cairan, hilangnya
jaringan adiposa, kulit pucat, dan terdapat bitnik-bintik hitam
akibat menurunnya aliran darah ke kulit, menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal
serta rapuh. Pada wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah
meningkat, rambut menipis, warna rambut kelabu, serta kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai
proteksi sudah menurun.
 Sistem muscular : Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal
berkurang, pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, namun
pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
 Sistem kardiovaskuler : Massa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung
berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi SA note dan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal
berkurang, sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna
untuk meningkatkan maksimum, mengurangi tekanan darah, dan
berat badan.
 Sistem perkemihan : Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50%, filtrasi glomelurus menurun
sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu
memekatkan urine, BJ urine menurun, proteinuria, BUN
meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan
pada pria akibat retensi urine meningkat. Pembesaran prostat (75%
usia di atas 65 tahun), bertambahnya aliran darah renal,
berkurangnya osmolalitas urine clearance, berat ginjal menurun 30-
50%, jumlah neufron menurun, dan kemampuan memekatkan atau
mengencerkan urine oleh ginjal menurun.
 Sistem pernafasan : Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia, berkurangnya elastisitas
paru, alveoli ukurannya melebar dari biasanya, jumlah alveoli
berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg, 17 pada
arteri tidak berganti, berkurangnya maximal oxygen uptake, dan
berkurangnya reflex batuk.
 Sistem gastrointestinal : Indera pengecap menurun; adanya iritasi
yang kronis, dari selaput lender, atropi indera pengecap (80%),
hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa
tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung, rasa lapar
menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi. Fungsi absobsi (daya absobsi terganggu). Liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan dan
berkurangnya aliran darah.
 Sistem penglihatan : Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat
kaitannya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elasitas dan kaku.
Otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya
akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang, menurunya lapang
pandang (berkurang luas pandang, berkurangnya sensitivitas
terhadap warna: menurunnya kemampuan membedakan warna
hijau atau biru pada skala dan depth perception).
 Sistem pendengaran : Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telingan 18 dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
 Sistem persyarafan : Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%,
berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitive
terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel T, bertambahnya
waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik melemah, dan
kemunduran fungsi saraf otonom.
 Sistem endokrin : Produksi hamper semua hormone menurun,
fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya
ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya aktifitas tiroid akibatnya
basal metabolism menurun, menurunnya produksi aldosterone,
menurunnya sekresi hormone gonand (progesterone, esterogen dan
aldosteron) bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormone,
vasopressin, berkurangnya tridotironin, dan psikomotor menjadi
lambat.
 Sistem reproduksi : Selaput lendir vagina menurun atau kering,
menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payudara, testis masih dapat
memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai diatas 19
umur 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik, penghentian
produksi ovum pada saat menopause.

I.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik.


I.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal dan

mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif dan negative) pada usia lanjut,

baik secara individu maupun kelompok, yang bermanfaat untuk mengetahui

masalah dan kebutuhan usia lanjut, serta untuk mengembangkan strategi

promosi kesehatan (Azizah, 2012). Pengkajian keperawatan pada lansia

merupakan proses kompleks dan menantang yang harus

mempertimbangkan kebutuhan lansia melalui pengkajian-pengkajian untuk


menjamin pendekatan lansia spesifik. Hal-hal yang perlu dikaji dalam

keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum meliputi :

1. Identitas Klien

Format pengkajian identitas pada lansia yang meliputi:

nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, suku, agama,

pekerjaan/penghasilan, dan pendidikan terakhir.

2. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan merupakan data riwayat atau masalah

kesehatan yang di derita lansia pada saat ini, masa lalu, keluhan tiga

bulan terakhir dan kejadian penyakit 3 bulan terakhir

3. Status Fisiologis

a. Postur Tulang Belakang

b. TTV dan Status Gizi

c. Pengkajian Head to Toe :

a. Kepala

 Inspeksi: kulit kepala; warna, bekas lesi, bekas trauma, area

terpajan sinar matahari, hipopigmentasi, hygiene, sianosis,

eritema. Rambut; warna, bentuk rambut, kulit kepala, botak

simetris pada pria, rambut kering atau lembab, rapuh, mudah

rontok.
 Palpasi : kulit kepala; suhu dan tekstur kulit, ukuran lesi,

benjolan atau tidak, nyeri tekan atau tidak.

b. Mata

 Inspeksi: kesimetrisan, warna retina, kepekaan terhadap

cahaya atau respon cahaya, anemis atau tidak pada

konjungtiva, sklera icterus atau tidak. Ditemukan strabismus,

riwayat katarak atau tidak, penggunaan alat bantu penglihatan

atau tidak.

c. Hidung
 Inspeksi: Kesimetrisan, kebersihan, polip, terdapat

perdarahan atau tidak, olfaktorius.

 Palpasi : Sinus frontal dan maksilaris terhadap nyeri tekan.

d. Mulut
 Inspeksi: Kesimetrisan bibir, warna, tekstur lesi dan

kelembaban serta karakteristik permukaan pada mukosa

mulut dan lidah. Jumlah gigi, gigi yang karies dan

penggunaan gigi palsu. Peradangan stomatitis atau tidak,

kesulitan mengunyah dan menelan.

 Palpasi : lidah dan dasar mulut terhadap nyeri tekan dan

adanya massa.

Tes uji fungsi saraf facial dan glosofaringeal dengan

memberikan perasa manis, asam, asin, manis.

e. Telinga
 Inspeksi: permukaan bagian luar daerah tragus dalam

keadaan normal atau tidak. Kaji struktur telinga dengan

otoskop untuk mengetahui adanya serumen, otorhea, obyek

asing dan lesi.

 Tes uji pendengaran atau fungsi auditori dengan melakukan

skrining pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan

menggunakan garpu tala dan kuantitatif dengan

menggunakan audiometer. Tes suara detik jam, tes Weber,

tes Rine dengan media garpu tala.

f. Leher
 Inspeksi: pembesaran kelenjar thyroid, gerakan-gerakan

halus pada respon percakapan, secara bilateral kontraksi

otot seimbang, garis tengah trachea pada area suprasternal,

pembesaran kelenjar tiroid terhadap masa simetris tak

tampak pada saat menelan.

 Palpasi : arteri temporalis iramanya teratur, amplitude agak

berkurang, lunak, lentur dan tidak nyeri tekan. Area trachea

adanya massa pada tiroid. Raba JVP (Jugularis Vena

Pleasure) untuk menentukan tekanan pada otot jugularis.

g. Dada Thorax
1) Paru

 Inspeksi: bentuk dada normal chest/barrel chest/pigeon

chest, tampak adanya retraksi, irama dan frekuensi

pernafasan pada usia lanjut normal 12- 20 permenit.


Ekspansi bilateral dada secara simetris, durasi inspirasi

lebih panjang daripada ekspirasi. Todak ditemukan

takipnea, dyspnea.

 Palpasi : adanya tonjolan-tonjolan abnormal, taktil fremitus

(keseimbangan lapang paru), ada nyeri tekan atau tidak,

krepitasi karena defisiensi kalsium.

 Perkusi : Sonor atau tidak. Auskultasi: Vesikuler atau ada

suara tambahan wheezing dan rinchi.

2) Jantung

 Inspeksi : IC tidak tampak, IC teraba di ICS V

midklavikula sinistra, pekak, suara jantung tunggal.

 Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V midklavikula sinistra.

 Perkusi : Terdengar pekak Auskultasi: area katup aorta,

katup pulmonal, area pulmonal kedua, area trikuspidalis,

untuk mengetahui keadaan abnormal pada jantung dan

organ sekitar jantung. Kaji bunyi S1, S2, S3 dan S4

murmur dan gallop.

h. Abdomen
 Inspeksi: bentuk distensi, flat, simetris. Auskultasi: bising

usus dengan frekuensi normal 20 kali permenit pada

kuadran 8 periksa karakternya, desiran pada daerah

epigatrik.
 Palpasi : adanya benjolan, permukaan abdomen,

pembesaran hepar dan limfa dan kaji adanya nyeri tekan.

 Perkusi : adanya udara dalam abdomen, kembung.

i. Ekstremitas
 Inspeksi: warna kuku, ibu jari dan jari-jari tangan,

penurunan transparasi, beberapa distorsi dari datar normal

atau permukaan agak melengkung pada inspeksi bentuk

kuku, permukaan tebal dan rapuh. Penggunaan alat bantu,

deformitas, tremor, edema kaki. Kaji kekuatan otot.

 Palpasi : turgor kulit hangat, dingin. Kaji reflek pada daerah

brakhioradialis, trisep, patella, plantar dan kaji reflek

patologis.

j. Genetalia
 Inspeksi: pada pria; kesimetrisan ukuran skrotum,

kebersihan, kaji adanya hemaroid pada anus. Pada wanita;

kebersihan, karakter mons pubis dan labia mayora serta

kesimetrisan labia mayora, klitoris ukuran bervariasi.

 Palpasi : pada pria; batang lunak, ada nyeri tekan, tanpa

nodulus atau dengan nodulus, skrotum dan testis mengenai

ukuran, letak dan warna. Pada wanita; bagian dalam labia

mayora dan minora, kaji warna, kontur kering dan

kelembapannya.

k. Integumen
 Inspeksi: kebersihan, warna kulit, kesimetrisan, kontur

tekstur dan lesi.

 Palpasi : CRT < 2 detik

4. Pengkajian Psikososial Spiritual

Pada pengkajian psikososial spiritual meliputi tingkat kecemasan

lansia, stressor psikologis, mekanisme koping, stabilitas emosi, motivasi

pada lansia, pengkajian masalah emosional dengan menggunakan skala

depresi geriatric dari yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing,2006,

penilaian depresi menurut Bect At, Beck RW.

5. Pengkajian Lingkungan

Pemukiman : Luas bangunan, Bentuk bangunan, Jenis bangunan,

Kondisi Tempat Tinggal, Kebersihan Lingkungan, Ventilasi, Pencahayaan,

Pengaturan penataan perabot, Kelengkapan alat rumah tangga. Sanitasi :

Penyediaan air bersih (MCK), Penyediaan air minum, Pengelolaan

jamban, Jenis jamban, Jarak dengan sumber air, Sarana pembuangan air

limbah (SPAL), dll. Fasilitas : peternakan, sarana olah raga, sarana ibadah,

sarana hiburan, dll. Keamanan, komunikasi dan transportasi.

6. Informasi Penunjang
Diagnosa Medis, Hasil Pemeriksaan Lab, Pengobatan dan Terapi
Medis

I.2.2 ANALISA DATA


I.2.3 PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1..................................................................................................................................
...
2..................................................................................................................................
...

I.2.4 Diagnosa keperawatan


I.2.5 Intervensi Keperawatan
Perencanaan Keperawatan Gerontik terdiri dari penetapan tujuan,

yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria hasil. Kriteria hasil merupakan pernyataan spesifik tentang hasil

yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan

khusus yang ditetapkan.

I.2.6 Implementasi Keperawatan Keluarga.

I.2.7 Tahap Evaluasi

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang

diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan

perawat dalam melakukan evaluasi.


DAFTAR PUSTAKA

Manembu, B. O. (2015). Konsep Keluarga. Fakultas Kedokteran ULM.


Parwati, N. N. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga denganHipertensi. Fakultas
Ilmu Kesehatan Ump, 2010, 8–42. http://repository.ump.ac.id/2753/
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba


Medika.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of
reise blood pressure or contain the according to national circumstances.

Anda mungkin juga menyukai