Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses
menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia. Dalam referensi lain
dikatakan gerontologi merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai
aspek proses penuan yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, perilaku,
lingkungan. Proses menua tersebut akan dialami oleh semua orang pada silkus
kehidupannya.
Lansia adalah sebutan bagi siapapun yang telah menginjak usia cukup untuk
dikatakan lansia, lansia mengalami proses penuaan yang menyebabkan beberapa
kinerja organ dan fungsi tubuh menjadi kurang maksimal.
Lansia untuk mempertahankan fungsi tubuhnya tetap berjalan dengan baik
dan terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang mengncam tentunya harus
memiliki pola hidup yang sehat dan benar, salah satunya adalah bagaimana seorang
lansia mengatur pola makannya dengan mengkonsumsi bahan makanan yang aman
bagi lansia dan mendatangkan manfaat bagi tubuh. Dalam makalah ini akan
dijelaskan seputar lansia dan kebutuhannya dalam hal pemenuhan kebutuhan dari
makanan yang dikonsumsi.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa itu Lanjut Usia (Lansia) ?
 Berapakah Batasan Usia Lansia ?
 Bagaimana Perubahan pada Lansia ?
 Bagaimana Gizi pada Lansia ?
 Apa sajakah Masalah Gizi pada Lansia ?
 Bagaimana Angka Kecukupan Gizi Lansia Laki – Laki ?
 Apa Sajakah Menu Sehat untuk Lansia Laki – Laki ?

1
2

1.3 Tujuan
 Dapat mengetahui apa itu Lanjut Usia (Lansia)
 Dapat mengetahui Batasan Usia Lansia
 Dapat mengetahui Perubahan pada Lansia
 Dapat mengetahui Gizi pada Lansia
 Dapat mengetahui Masalah Gizi pada Lansia
 Dapat mengetahui Angka Kecukupan Gizi Lansia Laki – Laki
 Dapat mengetahui Menu Sehat untuk Lansia Laki – Laki
1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini ialah untuk penulis dapat menjadi sebuah
sarana dalam menambah pengetahuan dan pengalaman penyusunan makalah,
untuk pembaca dapat menjadi sebuah sarana pengetahuan guna mencapai sebuah
pemahan mengenai makanan yang sehat untuk lansia laki-laki.
3

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)


Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living (Fatmah, 2010).
Dikutip dari Efendi, dkk pada tahun 2009 menuliskan berdasarkan defenisi
secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke
atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual .
Sedangkan menurut Maryam, dkk tahun 2008 dalam bukunya yang berjudul
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya menyebutkan bahwa usia lanjut
dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan
menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
4

dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun.
2.2 Batasan Usia Lansia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
 Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas”.
 Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun,
usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
 Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia.
 Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age):
> 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun),
dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
2.3 Klasifikasi Lansia
Berikut ini ialah klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2003) dalam
Maryam dkk (2009) yang terdiri dari :
 Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun,
 Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,
 Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan,
 Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa,
 Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
5

2.4 Perubahan pada Lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah faktor kesehatan yang
meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia.
 Perubahan Biologis
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
 Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan
kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan
indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf
pendengaran.
 Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
 Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah
BAB yang dapat menyebabkan wasir.
 Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi,
kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan
aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn
rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat
mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut
dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian,
penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang
6

berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial
lainnya.
 Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah
besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai
dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
 Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan
salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada
kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali
mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
 Perubahan Kesehatan Psikososial
 Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
 Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
 Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
 Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.
7

 Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
 SindromaDiogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
2.5 Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam
Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.
 Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
 Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
 Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
 Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
 Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
 Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen
(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
8

2.6 Gizi pada Lansia


 Kebutuhan Gizi Lansia
 Kalori
Hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada
orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya
massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat
4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-
25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Bila jumlah
kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa
lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka
cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.
 Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per
hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih
tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen
(protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya
kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
 Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari
konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan
pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut
adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati
merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan
banyak mengandung asam lemak jenuh
 Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang
9

baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula
tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial),
karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan
mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.
Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan
dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
 Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E
umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan,
khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak
diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang
dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral
bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain.
Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.
 Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal).
Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
 Masalah Gizi pada Lansia
Masalah gizi pada lansia menurut Beck (2011) dibedakan menjadi 3
kelompok yaitu:
 Malnutrisi Umum
Malnutrisi umum dapat diartikan sebagai diet tidak mengandung
beberapa nutrien dalam jumlah yang memadai. Keadaan ini
disebabkan oleh ketidakacuhan secara umum yang disebabkan oleh
berbagai keadaan.
10

 Defisiensi nutrien tertentu


Defisiensi ini terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan
tertentu tidak ada dalam diet, seperti Vitamin C, Vitamin D, asam
folat dan besi.
 Obesitas
Besarnya permasalahan ini akan meningkat bilamana masukan energi
tidak dikurangi saat aktivitas jasmaniah semakin menurun. Obesitas
yang ekstrem jarang terjadi begitu seseorang masuk usia pensiun.
Obesitas biasanya disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak
usia muda.
11

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Angka Kecukupan Gizi Lansia Laki – Laki


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Meskipun berada di tahap akhir perkembangan, tetapi lansia juga
memerlukan asupan zat gizi yang cukup. Pengaruh proses menua dapat
menimbulkan berbagai masalah, baik secara biologis, mental, maupun ekonomi.
Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun,
sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher,
2009), hal ini tentu saja terjadi pula pada lansia laki laki. Angka Kecukupan Energi,
Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk lansia laki-laki
(per orang per hari) berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang 2014 adalah sebagai
berikut :

Kelompok BB TB
Energi Protein lemak Karbohidrat Serat
umur (kg) (cm) Air
50-64 thn 62 168 2325 65 65 349 33 2600
65-80 thn 60 168 1900 62 53 309 27 1900
80 + thn 58 168 1525 60 42 248 22 1600
Tabel 3.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Serat dan Karbohidrat
Lansia laki laki

Lansia laki-laki juga membutuhkan asupan vitamin dan mineral yang


cukup. Seperti diantaranya vit A, D, E, K, C, B1, B2, B3, B5, B6, B12 dan kolin.
Selain itu mineral juga dibutuhkan bagi lansia laki-laki diantaranya yaitu kalsium,
fosfor, magnesium, kalium, tembaga, kromium, besi, iodium, seng, selenium dan
fluor.
3.2 Menu Sehat untuk Lansia Laki – Laki
Dalam menyusun menu sehat untuk lansia laki-laki hendaknya
memperhatikan rambu-rambu berikut ini :
 Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan
persyaratan kebutuhan wulan (50-60% karbohidrat, 20% lemak, dan 20-
30% protein).
12

 Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya


 Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan
pangan, terutama pangan hewani);
 Membatasi konsumsi gula, dan minuman yang banyak mengandung gula;
 Menghindari merokok dan minuman alkohol;
 Cukup mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan
serealia) untuk menghindari sembelit atau konstipasi,
 Bahan makanan yang tinggi kalsium seperti susu non fat, yoghurt dan ikan.
 Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang-lacangan, daging
rendah lemak, bayam dan sayuran hijau.
 Membatasai penggunaan garam dan MSG. Gunakan garam diet.
 Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan
yang segar dan mudah dicerna serta mudah dikunyah.
 Minum yang cukup.
Setelah memperhatikan rambu-rambu di atas, hal yang harus dilakukan saat
menyusun menu untuk lansia adalah mengetahui bahan-bahan makanan apa saja
yang di sarankan untuk di konsumsi oleh lansia laki-laki, bahan makanan yang baik
untuk lansia laki-laki diantaranya adalah :
Kelompok
Bahan Makanan
Makanan
Sumber Energi Beras merah, beras coklat, beras hitam, oatmeal, jagung,
kentang, roti gandum, roti tawar, singkong, talas, ubi
jalar, ubi ungu, makaroni dan mie
13

Sumber protein Daging ayam tanpa kulit, daging sapi, hati ayam atau
hewani sapi, telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan tuna,
baso daging

Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, tahu,


tempe, oncom

Sumber protein
naabati

Bayam, buncis, daun pepaya, daun singkong, katuk,


kapri, kacang panjang, pare, kecipir, sawi, wortel, selada,
kol, terung dan jagung manis

sayuran
14

Pepaya, jeruk, melon, belimbing, alpukat, jambu biji,


mangga, pisang, semangka, sirsak dan tomat

Buah

Susu sapi rendah lemak dan tinggi kalsium, susu kedelai

Susu

Biskuit rendah kalori kaya serat, buah-buahan, teh hijau,


Selingan
agar-agar rendah gula, jus buah tanpa gula.

Berikut ini adalah contoh menu sehari untuk lansia laki-laki :


Waktu Makan Menu Makan
Makan pagi  Oatmeal dengan susu rendah lemak dan pisang
 Air putih
Selingan siang  Biskuit rendah lemak dan mangga potong
Makan siang  Laksa Tempe
 Nasi putih
 Pepes ayam
 Jus alpukat
Selingan sore  Salad buah tropis (semangka, melon, apel)
15

Makan malam  Sup krim jamur tuna dengan potongan roti


gandum
 Es jeruk peras manis tanpa gula
16

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya.
Lansia tetap membutuhkan asupan at gizi yang cukup dan tepat dengan
beberapa rambu-rambu yang telah ditentukan seperti hindari gula dan garam
berlebih, lebih banyak minum air putih, konsumsi buah yang cukup dan konsumsi
sumber energi, protein, lemak dan vitamin juga mineral yang tepat dan benar.
Makanan untuk lansia harus diperhatikan terkait dengan kemampuan
pencernaan yang menurun, sehingga penyajian makanan harus memiliki tekstur
yang lembut dan mudah untuk di cerna tubuh, selain itu juga hindari makanan yang
mengandung lemak berlebih seperti kulit ayam, karena hal tersebut dapat memicu
munculnya penyaikit degeneratif yang pada lansia sangatlah rentan hubungannya
dengan sistem kekebalan tubuh yang juga menurun sejalan dengan waktu.

4.2 Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sehingga pada penyusunan makalah selanjutnya
akan lebih baik
17

Daftar Pustaka

Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Kom Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta

Lentera impian.2010. Gizi Pada Lansia.[online] tersedia di


https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia/

Maryam, R. Siti, K. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta :


Salemba Medika.

Maryatun.2011. HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU


LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU
KEHADIRAN KEPOSYANDU LANSIA (Studi Pada Posyandu Lansia di
RW III Kelurahan Tinjomoyo Kecamataan Banyumanik Wilayah Binaan
Puskesmas Ngesrep Kota Semarang).Universitas Muhammadiyah
Semarang

WHO-ISH. 2004. Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the


management of hypertension. J Hypertension. 2003;21(11): 1983-
92.

Anda mungkin juga menyukai