PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut “Apa hubungan
senam dengan tekanan darah pada lansia”
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep tentang lansia;
2. Untuk mengetahui konsep tentang tekanan darah;
3. Untuk mengetahui konsep tentang hipertensi;
4. Untuk mengetahui konsep tentang senam;
5. Untuk mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.
D. Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang lansia;
2. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang tekanan darah;
3. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang hipertensi;
4. Pembaca dapat mengetahui konsep tentang senam;
5. Pembaca dapat mengetahui hubungan senam bagi lansia yang hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada perubahan yang terjadi pada fisik yang dialami oleh lansia akibat proses menua.
Menurut Nugroho (2008) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan fisik dan fungsi
Penurunan fisik dan fungsi pada lansia berkaitan dengan penurunan fungsi sel, sistem
syaraf,sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu
tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem endokrin, dll.
2) Perubahan mental
Terjadi perubahan yang dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,
bertambah pelit bila memiliki sesuatu. Sikap yang semakin umum ditemukan pada lansia adalah
mengharapkan tetapi diberi peran dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya,
serta ingin tetap berwibawa. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia
diantaranya :
- Perubahan anatomi
- Perubahan fisiologi
- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan
- Lingkungan
Perubahan mental pada lansia juga terjadi pada ketenangan dan juga Intelegensi Quotion
(IQ).
3) Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur dari produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami kehilangan antara lain :
- Kehilangan fungsional
- Pada umumnya setelah seseorang memasuki Lansia maka ia akan mengalami penurunan fungsi
kognitif meliputi belajar, persepsi, pengertian, pemahaman,dll. Sehingga dapat mengakibatkan
reaksi dan perilaku lansia menjadi lambat.
2) Stress
Stress akan merangsang saraf simpatik dalam tubuh yang mengakibatkan meningkatnya
frekuensi darah.
3) Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah yang terdapat pada
laki-laki dan tekanan darah yang ada perempuan. Pada masa pubertas, laki-laki cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah perempuan. Pada
wanita setelah menopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada laku-
laki pada usia tersebut.
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien, etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (hipertensi essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain
dari populasi dengan persentase rendah mempunyaipenyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun;
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku;
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya;
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi;
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Shep (2005), Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi
dua, yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal. Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90 % dari kasus hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui sebagai akibat dari penyakit lain dan
menyangkut ± 10 % dari kasus hipertensi.
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
3) Faktor usia
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur
60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima
puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi,
2008).
2) Kurang olahraga
3) Kebiasaan Merokok
Menurut Bowman (2007) dalam Anggraeni (2009) dalam Resiko merokok berkaitan
dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok
lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak
merokok yang diduga penyebabnya adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin
oleh sistem saraf otonom.
4) Mengkonsumsi garam berlebih
WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
(Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ
lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg
kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10
mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
D. KONSEP SENAM
1. Pengertian Senam
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas
fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh.
Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada
zaman tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan
gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto,2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan
kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan,
kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat
suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan
fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)
merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin
bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti
wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap
segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah
serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut
usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai
tujuan tersebut.
2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia
pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik
yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan,
cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah
volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin
hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang,
adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh
juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu
kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung
sewaktu istirahat harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.
Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang
berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan
stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada
impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan
bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang
yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan
mencegah cedera (Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan
memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang
dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya
gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan,
bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya
enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut Depkes
(2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah,
menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat
membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,
meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan
kesegaran jasmani.
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi
pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ
tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.
Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60%
detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang
dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan
berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan
mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan
berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung,
menurunnya suhu tubuh, dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot
kaki dan tangan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan latihan olahraga
secara teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh terutama fungsi jantung. Jantung yang
merupakan salah satu organ vital tubuh sudah seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan pada
jantung akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi, berawal
dari hipertensi jika tidak tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat
menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah satu cara untuk
menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang teratur. Olahraga ringan yang mudah
dilakukan adalah senam. Senam memiliki banyak manfaat diantaranya adalah melancarkan
peredaran darah dan meningkatkan jumlah volume darah. Sehingga dengan melakukan senam
secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung terutama hipertensi pada oang
lansia.
B. SARAN
Untuk mencapai tekanan darah normal, selain melakukan olahraga senam secara rutin,
beberapa hal di bawah ini juga perlu mendapat perhatian, yaitu:
Jika kelebihan bobot badan, kurangilah
Kurangi asupan natrium (sodium)
Usahakan cukup asupan kalium (potasium)
Batasi konsumsi alkohol
DAFTAR PUSTAKA
Rachman , Fauzia. 2011. Berbagai Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia (Studi Kasus di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang), Karya Tulis Ilmiah,
Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/33002/1/Fauzia.pdf , diakses 24
November 2013.
---.---. ”Hubungan Antara Keaktifan Mengikuti Senam Lansia dengan Keseimbangan Tubuh
pada Lansia di Wilayah Koripan Kecamatan Susukan Semarang”, Karya Tulis, ---
http://etd.eprints.ums.ac.id/14787/3/BAB_SATU.pdf ,
diakses 21 November 2013