Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Praktik Klinik Stase Komunitas dan Keluarga. Dalam proses menyelesaikan penyusunan tugas
kami yang berjudul “Rancangan Program Promosi Kesehatan Stunting”, kami juga mendapat
dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT atas berkat dan anugrah-Nya yang luar biasa, yang tidak pernah berkesudahan
hingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
2. Bapak Yoga Pramana, S.Kep., M.Or., selaku dosen pembimbing.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan dan
penyajian materi pada makalah yang sederhana ini. Untuk itu kami menerima saran dan kritik
dari pembaca. Kami berharap makalah ini dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
KELOMPOK 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam kurun waktu singkat dan dapat
terjadi pula dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu
singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya
napsu makan seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atau karena kurang
cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan yang
berlangsung dalam waktu yang lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan
tinggi badan. Keadaan gizi yang seimbang tidak hanya penting bagi pertumbuhan
yang normal, tetapi juga proses-proses lainnya. Termasuk diantaranya adalah
proses perkembangan anak, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan dan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari (Atikah, 2018).
Gagal tumbuh (Growth Faltering) merupakan suatu kejadian yang ditemui
pada hampir setiap anak di Indonesia. Gagal tumbuh pada dasarnya merupakan
ketidakmampuan anak untuk mencapai berat badan atau tinggi badan sesuai
dengan jalur pertumbuhan normal. Kegagalan pertumbuhan yang nyata biasanya
mulai terlihat pada usia 4 bulan yang berlanjut sampai anak usia 2 tahun, dengan
puncaknya pada usia 12 bulan (Atikah, 2018).
Kejadian stunting pada anak juga dapat diketahui dari ciri-cirinya sehingga
jika anak mengalami stunting dapat ditangani sesegera mungkin. Adapun ciri-ciri
anak yang mengalami stunting yaitu (Atikah, 2018):
1. Tanda pubertas terlambat
2. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebIh pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact
3. Pertumbuhan terhambat
4. Wajah tampak lebih muda dari usianya
5. Pertumbuhan gigi terlambat
6. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
2.2.4 Proses Terjadinya Stunting
Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika seorang remaja yang
menjadi ibu mengalami kekurangan gizi dan anemia. Kejadian ini akan menjadi
parah ketika remaja ini hamil dengan asupan gizi yang tidak mencukupi
kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu hamil ini hidup di lingkungan dengan sanitasi
yang kurang memadai. Remaja putri di Indonesia usia 15-19 tahun yang
kondisinya berisiko kurang energi kronik (KEK) sebesar 46,6% pada tahun 2013.
Ketika hamil, ada 24,2% Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun dengan risiko
KEK, dan anemia sebesar 37,1%. Dilihat dari asupan makanan, ibu hamil pada
umumnya akan mengalami defisit energi dan protein. Hasil dari Survei Nasional
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun 2014 menunjukkan sebagian besar
ibu hamil (kota dan desa) maupun menurut sosial ekonomi (kuintil 1-5)
bermasalah untuk asupan makanan, baik energi dan protein. Kondisi-kondisi di
atas disertai dengan ibu hamil yang pada umumnya memiliki tinggi badan yang
rendah (< 150 cm) akan berdampak pada bayi yang dilahirkan dimana bayi
tersebut akan mengalami kurang gizi dengan berat badan lahir rendah BBLR
(BBL < 2.500 gram) dan juga panjang badan yang kurang dari 48 cm.. Selain
faktor bayi yang lahir dengan kondisi BB rendah, faktor lain yang mencetuskan
terajadinya stunting yaitu kondisi rendahnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang
dapat memicu rendahnya menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan, serta tidak
memadainya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) (Kemenkes RI,
2018).
2.2.5 Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang (Kemenkes RI, 2018).
1. Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal;
c. Peningkatan biaya kesehatan.
2. Dampak Jangka Panjang.
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah;
dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
2.2.6 Pencegahan Stunting
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals
(SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka
stunting hingga 40% pada tahun 2025. Untuk mewujudkan hal tersebut,
pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di
antaranya sebagai berikut (Kemenkes RI, 2018):
1. Ibu Hamil dan Bersalin
a. Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
b. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein,
dan mikronutrien (TKPM);
e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
f. Pemberantasan kecacingan;
g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku
KIA;
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
eksklusif;
i. Penyuluhan dan pelayanan KB.
2. Balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita;
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita;
c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Anak Usia Sekolah
a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan
d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
4. Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba; dan
b. Pendidikan kesehatan reproduksi.
5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.
SUMBER DAYA
PENANGGUNG WAKTU TEMPAT ALOKASI SASARAN
N KEGIATAN TUJUAN
JAWAB DANA
O
1. Screening status a. Melakukan Ayu Nurintan 25 Oktober Aula UPT Rp. 0,- Seluruh
gizi anak oleh pemeriksaan 2021 Puskesmas neonatus,
petugas gizi. status gizi GG. sehat. bayi, batita,
b. Mengidentifikasi 07.30 – dan anak di
status anak yang 10.00 WIB kawas
bepotensi puskesmas
mengalami gizi GG. sehat
buruk.
2. Penyuluha Gizi Meningkatkan Zainan Nur 27 Oktober Ruang 1. X benner = Ibu dan
Baik Anak pengetahuan ibu dan 2021 tunggu 50.000 Keluarga
keluarga terkait puskesmas 2. Leaflet yang
pentingnya 07.30 – 25x3000 berkunjung
perkembangan gizi 08.30 WIB. =75.0000 ke
anak serta 3. Sound puskesmas
memeriksakan gizi system
anak = 0 rupiah
3. Perbaikan gizi Pemberian makanan Diah Permatasari 29 Oktober Aula UPT 1. Beras @ 1 Ibu dan
tambahan dan 2021 Puskesms kg/per orang Keluarga
pemulihan pada anak GG. Sehat 2. Kacang hijau yang
anak dengan kelainan 07.30 – @ 0,5 berkunjung
gizi buruk. 10.30 WIB kg/orang ke
3. 3 Susu kotak puskesmas
@ 125
mL/orang
Total :
25.000/orang
4. Pemantauan Gizi a. Untuk Restu Hayatun Setiap hari Rumah Keluarga
Keluarga mengetahui berat Nupus sabtu keluarga cakupan
badan bayi dalam puskesmas
(evaluasi) secara berkala cangkupan Gang Sehat
b. Pencegahan puskesmas dengan
secara berkala Gang Sehat kriteria
dan deteksi dini memiliki
terhadap gizi anak usia 0-2
buruk dan tahun
stunting
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak. Stunting mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan otak sehingga berisiko lebih tinggi menderita penyakit
kronis di masa dewasanya. Faktor stunting dapat dibagi menjadi faktor ibu dan faktor
bayi. Dari faktor ibu, diantaranya tinggi badan, dan tingkat pendidikan dan faktor bayi,
diantaranya berat badan lahir, jenis kelamin, dan pemberian ASI eksklusif. Ada pula
menyebutkan dari faktor sosial ekonomi.
4.2 Saran
Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC yang berupa gizi ibu hamil,
imunisasi TT, dan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus diberikan ASI
sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberikan makan untuk mendapatkan
pelayanan secara lengkap. Bagi balita stunting segera diberika pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Andan Firmansyah, Ahid Jahidin, & Najamuddin, N. I. (2019). Efektivitas Penyuluhan Dengan
Menggunakan Media Leaflet Dan Video Bahasa Daerah Terhadap Pengetahuan Bahaya
Rokok Pada Remaja. Bina Generasi : Jurnal Kesehatan, 11(1), 80–86.
https://doi.org/10.35907/jksbg.v11i1.138
Atikah, R. et al. (2018). Stunting dan Upaya Pencegahannya.
Destiadi Alfian,Triska Susila, Nidya, dan Sri Sumarmi. (2015). Frekuensi Kunjungan Posyandu
dan Riwayat Kenaikan Berat Badan Sebagai Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak
Usia3 – 5 Tahun di Desa Sidoarum. Surabaya : Universitas Airlangga.
Hadi, Moch. Irfan, Mei Lina Fitri Kumalasari, dan Estri Kusumawati. 2019. Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting di Indonesia: Studi Literatur. Surabaya : Journal Of
Health Science And Prevention.
Kemenkes RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI,
301(5), 1163–1178.
Kemenkes. (2018). Ini Penyebab Stunting Pada Anak. http://www. depkes.go.id/ article/
view/18052800006/ini-penyebab –stunting-pada-anak.html
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes RI;
2019.
Susilowati, D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi Kesehatan. Kemenkes
RI.
Wardani, I. N., Yanik, M., & Murti, A. (2016). Buku Ajar Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Trans Info Media.