Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIK KLINIK III

SUB KEPERAWATAN KOMUNITAS


ANALISA PROGRAM KIA-KB DI PUSKESMAS GG. SEHAT KECAMATAN
PONTIANAK SELATAN
Dosen Pembimbing : Yoga Pramana, S.Kep., M.Or.

Disusun Oleh :

Kharisma Aji Martadi I1031181019

Restu Hayatun Nupus I1031181020

Amira Melati Fitri I1031181021

Ayu Nurintan I1031181022

Rosaldi Millenianto I1031181042

Diah Permatasari I1031181049

Zainan Nur I1031181050

Golda Clara Kalagison I1031181052

Dewi Amalia I1032181003

Dea Anggraeni I1032181023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021
1. Tinjauan Teori Program KIA-KB di Puskesmas
A. Definisi Program KIA-KB
Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah, serta pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Pemberdayaan
Masyarakat bidang KIA–KB merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat
darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat,
dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB
(Kemenkes RI, 2017)..
Program KB merupakan suatu program untuk mengurangi kematian ibu
dengan kondisi 4T (kondisi ibu yang hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan
terlalu banyak) untuk muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35
tahun) (Kemenkes RI, 2017).
B. Tujuan Program KIA-KB
Program KIA memiliki tujuan yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang menjadi landasan bagi peningkatan
kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan pengelolaan program KB pada prinsipnya
bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KB
secara efektif dan efisien (Eniyati & Santi, 2014).
C. Kegiatan Dalam Program KIA-KB
Untuk menunjang keberhasilan program kesehatan ibu dan anak, ada pelaksanaan
kegiatan program KIA didalamnya. Beberapa fokus kegiatan program KIA yaitu
(Ruswana, 2018):
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan dengan alat timbangan dan
mikrotois.
b. Ukur tekanan darah dengan alat tensimeter.
c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas) dengan meteran.
d. Ukur tinggi fundus uteri.
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dengan alat stetostop.
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan dengan alat form skrining.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)
i. Tatalaksana kasus.
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko, pemeriksaan yang dilakukan
adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan
sebagai berikut:
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidan dan perawat
2. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan
maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat
dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Sasaran penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Sasaran Jangkauan Penyuluhan
 Kelompok umum
 Kelompok khusus
b. Sasaran Hasil Penyuluhan
Sasaran tersebut di atas yang telah mengalami perubahan pengetahuan sikap dan
perilaku, dikaitkan dengan sasaran program.
3. Skrining HIV.
Uji Tapis/Skrining adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan
cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang
yang mungkin tidak menderita. Tujuan dari skrining HIV adalah sebagai berikut:
a. Uji Skrining dilakukan untuk mendeteksi secara dini mereka yang diduga
menderita penyakit tertentu, agar dapat ditindak lanjuti.
b. Mencegah meluasnya penyakit menjadi lebih serius pada populasi risiko
tinggi.
c. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin terhadap penyakit tertentu.
d. Mendapatkan gambaran epidemiologis yang mendekati sebenarnya dari
penyakit.
Adapun bentuk pelaksanaan skrining HIV antara lain:
a. Secara massal pada kelompok orang tertentu, misalnya dilakukan skrining
terhadap seluruh kelompok masyarakat.
b. Secara selektif pada kelompok resiko tinggi, misalnya dilakukan pada
kelompok WTS, tahanan penjara, pengguna jarum suntik dll.
c. Ditujukan untuk suatu penyakit tertentu atau sekaligus pada beberapa
penyakit.
Jenis skrining HIV menurut UNAIDS/WHO terdapat 4 jenis model skrining HIV,
yaitu:
1. Pemeriksaan dan Konseling HIV (voluntary counselling and testing)
2. Pemeriksaan HIV Diagnostic
3. Pemeriksaan HIV dengan inisiatif dari tenaga kesehatan (Provider-Initiated
Testing and Counseling-PITC)
4. Skrining HIV wajib
4. Kelas ibu hamil
Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan
antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta
maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan
tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas
ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket
Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku
senam Ibu Hamil.
Tujuan dari kelas ibu hamil yaitu meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan
perilaku ibu agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
penyakit menular dan akte kelahiran.
Sedangkan untuk sasaran kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur
kehamilan 4 s/d 36 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah
kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah
peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga
ikut serta minimal 1 kali pertemuan.
Adapun beberapa program dalam pelayanan KB yaitu (Kemenkes RI, 2014) :
1. Program GenRe (Generasi Berencana)
GenRe adalah suatu program di bawah naungan BKKBN yang dikembangkan
dalam rangka penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
Generasi Remaja dalam bentuk subjek adalah remaja dan pemuda yang memiliki
pengetahuan, bertindak dan berperilaku sebagai remaja untuk menyiapkan dan
perencanaan menuju keluarga berencana.
2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya yang
dilakukan dalam pelayanan kontrasepsi dapat bersifat sementara maupun bersifat
permanen. Metode kontrasepsi yang ideal memiliki ciri-ciri di antaranya berdaya
guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus
menerus dan efek samping yang minimal.
D. Alur Pelayanan KIA-KB di Puskesmas
Mekanisme layanan khusus Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), adalah sebagai berikut
(Eniyati & Santi, 2014):
1) Semua pasien yang datang harus melalui loket pendaftran dengan membawa
kartu. Pasien yang datang terdiri dari pasien baru dan pasien lama.
2) Pasien lama, datang langsung menunjukkan kartu berobat yang dimiliki,
kemudian mencari kebenaran data pasien tersebut dalam sistem manual.
3) Pasien baru, pertama datang langsung mengisi formulir
4) Petugas pendaftaran membuatkan kartu berobat dan mencatat data pasien baru
tersebut ke dalam sistem manual.
5) Pasien melakukan pemeriksaan pada bagian pemeriksaan yaitu pada balai
pengobatan umum dengan menyerahkan kartu berobat
6) Bidan atau dokter melakukan anamnesa kepada pasien. Anamnesa adalah
pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter
dengan pasiennya secara langsung untuk mengetahui kondisi pasien.
7) Pasien ditimbang badannya. Pasien ini terdiri dari Ibu dan Anak.
8) Bidan atau dokter melakukan pemeriksaan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Jika
pasien perlu rujukan, maka akan dibuatkan surat keterangan rujukan keluar atau
kedalam.
9) Jika pasien memerlukan tindakan medis berupa pemberian vitamin dan imunisasi,
maka bidan atau dokter akan menindaklanjuti dan member resep, dan jika tidak
maka akan langsung diberi resep bila diperlukan.

Sedangkan untuk mekanisme pelayanan KB di Puskesmas adalah (Eniyati & Santi,


2014):
1) Semua pasien yang datang harus melalui loket pendaftran dengan membawa
kartu. Pasien yang datang terdiri dari pasien baru dan pasien lama.
2) Pasien lama, datang langsung menunjukkan kartu berobat yang dimiliki,
kemudian mencari kebenaran data pasien tersebut dalam sistem manual.
3) Pasien baru, pertama datang langsung mengisi formulir
4) Petugas pendaftaran membuatkan kartu berobat dan mencatat data pasien baru
tersebut ke dalam sistem manual
5) Pasien baru melakukan pemeriksaan pada bagian pemeriksaan yaitu pada balai
pengobatan umum dengan menyerahkan kartu berobat.
6) Bidan atau dokter melakukan anamnesa kepada pasien. Anamnesa adalah
pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter
dengan pasiennya secara langsung untuk mengetahui kondisi pasien.
7) Pasien ditimbang badannya dan diukur tekanan darahnya. Pasien ini terdiri dari
Pasangan Usia Subur (PUS).
8) Pasien lama harus mengikuti konseling KB terlebih dahulu untuk menentukan
jenis kontrasepsi yang diinginkan.
9) Bidan atau dokter melakukan pemeriksaan pemerikasaan fisik terhadap pasien
sesuai jenis kontrasepsi. Untuk pasien baru pemeriksaan dilakukan untuk
menentukan cocok atau tidak kontrasepsi yang diinginkan. Jika pasien perlu
rujukan, maka akan dibuatkan surat keterangan rujukan keluar atau kedalam.
10) Bidan atau dokter memberi kontrasepsi sesuai. Kontrasepsi yang diberi oleh bidan
atau dokter sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelumnya.
11) Apabila diperlukan resep, dokter akan memberi resep dan jika tidak akan
dilakukan penyuluhan terhadap pasien KB.
E. Permasalahan Dalam Program KIA-KB
Permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan program KIA-KB di puskesmas
terbagi menjadi beberapa faktor yaitu (Zahtama et al., 2011):
1) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kehamilan, Persalinan, dan
Nifas Ibu (Maternal)
 Cara pembayaran kesehatan
 Aksesabilitas terhadap fasilitas kesehatan,
 Pengaruh orang yang memutuskan dalam upaya pencarian pelayanan
kesehatan
 Pengetahuan responden tentang kesehatan ibu
 Sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan maternal
2) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kesehatan Bayi dan Anak
 Usia pernikahan
 Jumlah anak
 Pendapatan keluarga
 Cara pembayaran kesehatan
 Aksesabilitas terhadap fasilitas kesehatan
 Pengaruh orang yang memutuskan dalam upaya pencarian pelayanan
kesehatan
 Pengetahuan serta sikap responden terhadap pelayanan kesehatan untuk
bayi dan anak
3) Faktor Sosiokultural dengan Praktik Masyarakat terkait Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak
 Kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan nilai-nilai kesehatan,
terutama terhadap aspek KIA
 Kebiasaan/tradisi yang diterapkan/dipercayai dalam keseharian yang
berhubungan dengan kesehatan maternal
 Kepercayaan yang tidak sesuai terkait aspek gizi selama
hamil/bersalin/nifas dan menyusui
 Aspek kepercayaan ketika hamil
 Kebiasaan yang dipercayai dalam keseharian berhubungan dengan
kesehatan bayi dan anak balita
 Kepercayaan yang keliru terkait aspek gizi pada bayi dan balita atau tidak
mendukung air susu ibu (ASI) eksklusif
 Aspek kepercayaan terhadap penanganan kesehatan pada bayi dan anak
balita
4) Faktor Pemungkin (Enabling) yang Berhubungan dengan Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak
 Jumlah tenaga bidan yang merupakan tenaga kesehatan utama dalam
pelayanan KIA
 Jumlah lulusan pendidikan minimal diploma 3 (D3) kebidanan yang
tersedia
 Distribusi tenaga bidan di beberapa wilayah yang masih belum merata,
 Kualitas ketenagaan pemberi pelayanan KIA yang masih kurang
 Tenaga pendukung pelayanan KIA lainnya seperti ahli gizi yang juga
masih belum memadai.
5) Ketersediaan dan Ketercukupan Sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak
 Peralatan pendukung pelayanan KIA (sarana laboratorium, sterilisasi alat,
dan lain-lain) yang belum memadai
 Fasilitas yang belum dimanfaatkan dengan baik disebabkan oleh tidak ada
pelatihan pengoperasian alat, tidak ada tenaga teknisi/analis yang
kompeten atau tidak tersedia sarana pendukung pengoperasian alat
tersebut
6) Faktor Pendorong (Reinforcing) yang Berhubungan dengan Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak
 Kebijakan yang menjadi acuan dalam pelayanan KIA
 pengaturan kompetensi tenaga kesehatan yang belum diatur melalui
kebijakan daerah seperti peraturan daerah (peraturan gubernur dan
bupati/walikota)
 Aspek prasarana pendukung pelayanan KIA yang belum memadai
 Kecukupan dana untuk mendukung pelayanan KIA yang belum memadai
 Jumlah kegiatan lintas sektoral masih banyak yang belum terealisasi
sehingga kegiatan ini hanya dilakukan oleh dinas kesehatan sehingga tidak
mencapai target
 Sering terjadi ketidaktersediaan/ketidaksesuaian alat kontrasepsi dengan
kebutuhan di lapangan
 Beberapa kegiatan yang dilaksanakan terpadu seperti KB kesehatan
manunggal sering tidak terjadi secara optimal dan tidak didukung oleh
MOU/ikatan kerja sama yang jelas sehingga berdampak pada menurunnya
peserta KB aktif di beberapa daerah
7) Faktor Sistem Informasi dalam Pelayanan KIA-KB
Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan program KIA-KB yaitu
terdapat kendala yang masih sering terjadi seperti lambatnya pelayanan
pendataan dan pencatatan yang lama karena masih dilakukan manual, dan
juga sulit/lamanya mencari data dan informasi histori pasien KIA dan KB.
Padahal disisi lain perangkat teknologi informasi telah tersedia, namun belum
dimanfaatkan atau diberdayakan untuk membantu mengatasi masalah yang
ada (Eniyati & Santi, 2014).
2. Analisa Program KIA-KB di Puskesmas Gg. Sehat
A. Standar dan Alur Pelayanan KIA-KB
1. Persyaratan :
 Telah mendaftar di loket (memenuhi syarat administrasi)
 Ibu hamil dan diduga hamil (terlambat menstruasi)
2. Sistem, mekanisme dan prosedur :
a. Mendaftar kepada petugas loket
b. Menerima buku KIA (untuk pasien baru)
c. Menyampaikan informasi kepada petugas tentang :
- Status kesehatan reproduksi (khusus kunjungan pertama)
- Status kesehatan secara umum (khusus kunjungan pertama)
- Keluhan selama hamil
- Screening status imunisasi (khusus kunjungan pertama)
d. Menerima pemeriksaan fisik
- Umum : TB dan BB, lingkar lengan atas (oleh ptugas gizi atau bidan),
tekanan darah, nadi dan pernafasan, konjungtiva, oedem (bengkak),
reflek lutut.
- Kehamilan : Perabaan perut, mengukur TFU, DJJ, Payudara, dan vulva
e. Pemeriksaan laboratorium (urine, hb, hepatitis B, malaria, golongan darah,
pemeriksaan IMS/HIV, gula darah, sputum apabila ada indikator TB)
f. Menerima pemeriksaan gigi (wajib pada kunjungan pertama, sesuai indikasi
apabila kunjungan selanjutnya)
g. Menerima konsultasi gizi dan penanganan gangguan yang ditemukan (“Y”
jika mampu ditangani dan “T” jika tidak mampu ditangani, pasien dirujuk)
h. Menerima tatalaksana kasus sesuai kebutuhan
i. Menerima konseling
3. Biaya/tarif : Sesuai dengan perda tarif retribusi
4. Produk playanan : Pelayanan ANC K1-K4
5. Jangka waktu penyelesaian : 50 menit
6. Penanganan pengaduan, saran dan masukan :
- SMS Pengaduan : 081345438042
- Email : puskesmasggsehat@gmail.com
- Kontak Pengaduan
B. Kegiatan dan Pelayanan Dalam Program KIA-KB
1. Kelas Ibu hamil
- Tujuan : Meningkatkan kunjungan K4
- Sasaran : Ibu hamil, suami, keluarga
- Metode : Pembelajaran, diskusi, senam ibu hamil
- Tempat : RT 04 RW 01 Kelurahan Kota Baru atau Ruang PONED
- Pelaksana : Bidan, Gizi, Laboratorium
- Sumber dana : BOK
2. Pemantauan Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Pemantauan Ibu Nifas, Neonatus Resiko
tinggi (resti)
- Tujuan : Meningkatkan pelayanan terhadap komplikasi kebidanan risiko
tinggi
- Sasaran : Ibu hamil, ibu bersalin, pemantauan ibu nifas, neonatus resiko
tinggi (resti)
- Metode : Kunjungan rumah, pemeriksaan, wawancara
- Tempat : Rumah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan neonatus risiko
tinggi (resti)
- Pelaksana : Bidan
- Sumber dana : BOK
3. Pembinaan Praktik Mandiri Bidan
- Tujuan : Meningkatkan pelayanan PMB dan pelaporan
- Sasaran : Bidan/Petugas PMB
- Metode : Wawancara dan observasi
- Tempat : PMB Eqka, PMB Tunas Harapan, PMB Sri Murtini, PMB Rahayu
Budi Utami
- Pelaksana : KIA
- Sumber dana : BOK
4. Orientasi Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
- Tujuan : Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih
- Sasaran : Kader, Lurah, RT/RW, Tokoh Masyarakat
- Metode : Ceramah
- Tempat : Aula Kantor Camat Pontianak Selatan
- Pelaksana : KIA
- Sumber dana : BOK
5. Konseling Calon Pengantin Baru
- Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan calon pengantin baru
dalam berumah tangga
- Sasaran : Calon pengantin baru
- Metode : Ceramah, Wawancara, dan Pemeriksaan
- Tempat : Ruang KIA-KB
- Pelaksana : Petugas KIA-KB
- Sumber dana : BOK
C. SDM Pelayanan KIA-KB
1) Indah Dwi Haryanti, A.Md.Keb. (PJ Program KIA-KIB)
2) Aprida Mastina M. L., A.Md.Keb.
3) Ira Dwi Rakhma, A.Md.Keb.
D. Indikato Kinerja dan SPM Program KIA-KB
1) Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil

Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan


Kesehatan Ibu Hamil
80 70.34
70 63.5
56.4
60 47.8
50 38.4
40 29.5
30 21.5
14.8
20 7.3
10
0

Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil


2) Persentasi ibu hamil mendapatkan pelayanan persalinan

Persentasi Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan


Persalinan
80
67.07
70 59.6
60 51.6
50 42.8
40 33.7
29.2
30 19.6
14.4
20
6.8
10
0

Persentasi ibu hamil mendapatkan pelayanan persalinan

3) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bbl

Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan


Kesehatan BBL
80 70.8
70 62.9
54.5
60
45.2
50
35.6
40 27.6
30 20.7
15.2
20 7.2
10
0

Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bbl

4) Cakupan pelayanan kesehatan balita sesuai standar

Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita Sesuai Standar


74.2
80 67.4
70 61.2
60 50.5
46.6
50
35.2
40
30 23.8
17
20 10
10
0

Cakupan pelayanan kesehatan balita sesuai standar


5) Cakupan komplikasi neonatus yang ditangani

Cakupan Komplikasi Neonatus Yang Ditangani


80
66.9
70 57.5
60 49
50 43.8
37.3
40 30
30 20.7
14.3
20 7.9
10
0

Cakupan komplikasi neonatus yang ditangani

6) Cakupan komplikasi kebidanan ditangani

Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani


80
66.8
70 57.6
60 50.2
45.4
50 39.3
36.2
40
27.1
30 17.9
20 7.9
10
0

6) Cakupan komplikasi kebidanan ditangani

7) Jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan HIV, Sipilis, dan Hepatitis

Jumlah Ibu Hamil Yang Dilakukan Pemeriksaan HIV,


Sipilis, Dan Hepatitis
8)100 87

80 71
60 62
50 54
60 45
40 25
20

0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

Jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan HIV, Sipilis, dan Hepatitis
9) Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

Cakupan Balita Yang Ditimbang Berat Badannya (D/S)


70
58.2
60
48.4
50 43.9
38.6
40
27.4 25.3
30 20.8 20.6
20 12.1
10
0

Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

10) Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan

Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapatkan


Perawatan
120
100
100
80
60
40
20
0 0 0 0 0 0 0 0
0

Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan

11) Cakupan bbl mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Cakupan Bbl Mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini


(IMD)
120
96.5
100 87.7 89
81.4 81.5 80.8 77.2
72.4
80
60 43.6
40
20
0

Cakupan bbl mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


12) Cakupan Balita mempunyai buku KIA/Kartu Menuju Sehat (KMS)

Cakupan Balita mempunyai buku KIA/Kartu Menuju


Sehat (KMS)
100
98.68 98.77
99 98 98.1
98 97.1 97.3
96.9
96.5
97
96 95.2
95
94
93

Cakupan Balita mempunyai buku KIA/Kartu Menuju Sehat (KMS)

13) KB Peserta Aktif

KB Peserta Aktif
60 52.9
46.1
50
39
40 31.7
30 22.1 24.2
16.1 17.6
20
8.1
10
0

Jumlah ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan HIV, Sipilis, dan Hepatitis
E. Lampiran Foto
Kegiatan Senam Ibu Hamil
DAFTAR PUSTAKA

Eniyati, S., & Santi, R. C. N. (2014). Model Sistem Informasi KIA dan KB pada Puskesmas
dalam Usaha Peningkatan Manajemen Layanan Kesehatan Masyarakat. Dinamik, 19(1).
Kemenkes RI. (2017). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. 2014. Jakarta. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/
ProfilKesehatanIndonesia-2016.pdf.
Ruswana, W. (2018). Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Polonia
Medan Tahun 2018.
Zahtamal, Z., Restuastuti, T., & Chandra, F. (2011). Analisis Faktor Determinan Permasalahan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
(National Public Health Journal), 6(1), 9-16.

Anda mungkin juga menyukai