Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH -1

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


HEMATOLOGI: LEUKEMIA”
Dosan Pengampu:
Arina Nurfianti, M.Kep., Ners

Disusun Oleh:

Nanda Herlia (I1031181014)


Endah Setianingsih (I1031181027)
Siska Rafhina Dewi (I1031181029)
Rosaldi Millenianto (I1031181042)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalh dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Gangguan Hematologi: Leukemia” ini sebagai salah
satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Tidak lupa Kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Arina Nurfianti, M.Kep., Ners, selaku dosen
pengampu atas segala nasehat dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, September 2019


Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................................
1.4 Manfaat .......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hematologi dan Fisiologi ..............................................................
2.2 Definisi Leukemia ......................................................................................
2.3 Jenis Leukemia ...........................................................................................
2.4 Etiologi Leukemia ......................................................................................
2.5 Patofisiologi Leukemia ..............................................................................
2.6 Manifestasi Klinis ......................................................................................
2.7 Epidemiologi Leukemia .............................................................................
2.8 Pathway ......................................................................................................
2.9 Komplikasi .................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA
3.1 Identitas ......................................................................................................
3.2 Keluhan ......................................................................................................
3.3 RPD ............................................................................................................
3.4 RPK ............................................................................................................
3.5 Pengkajian Sistem ......................................................................................
3.6 Analisa Data ...............................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................
4.2 Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia atau kanker darah adalah penyakit neoplastik yang beragam,
ditandai oleh produksi secara tak normal (transformasi maligna) dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di
dalam sumsum tulang belakang digantikan oleh sel abnormal. Sel abnormal
ini keluar dari sumsum dan dapat dijumpai di dalam darah perifer atau sel
darah tepi. Sel leukemia sangat mempengaruhi pembentukan sel darah normal
(hematopoiesis) dan imunitas tubuh penderita (Yayan, 2010).
American Cancer Society (2014) menyebutkan bahwa angka kejadian
leukemia di Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada
laki-laki (56,88%) dan 14.420 kasus pada perempuan (43,12%). Insiden Rate
(IR) leukemia pada laki-laki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan pada
perempuan 8 per 100.000 penduduk.
Kasus Leukemia banyak terjadi pada kelompok usia anak kurang dari
15 tahun. Jenis leukemia yang terjadi pada kelompok usia anak adalah
Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielositik Akut (LMA),
Leukemia Limfositik Kronis (LLK), dan Leukemia Mielositik Kronis (LMK).
Dimana kejadian LLA pada kelompok usia anak 5 kali lebih sering terjadi
dibanding dengan kejadian LMA. (Belson et al, 2007). Proporsi besar
kejadian kanker pada kelompok usia anak adalah 32% dan 74% dari
kelompok usia anak tersebut terdiagnosis 2 leukemia. Tahun 1994, insidensi
kejadian Leukemia di Amerika adalah 31,8 per 1.000.000 kelahiran hidup
(Ross et al, 1994).
Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
tahun 2006 melaporkan kasus Leukemia berada pada peringkat kelima
dengan jumlah rawat inap 2.513 (5,93%) setelah kanker payudara, kanker
servik, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, limfoma non-Hodgkin
dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit yang berjumlah 31.188
pasien di seluruh Indonesia. Sedangkan pada rawat jalan, leukemia

1
menempati posisi ketujuh dengan jumlah pasien 4.075 (4,42%) dari 92.233
pasien rawat jalan. Sistem Registrasi Kanker di Indonesia (Srikandi) tahun
2005-2007 mencatat bahwa diperkirakan insiden kanker pada anak (0-17
tahun) sebesar 9 per 100.000 anak. Dimana leukemia merupakan kasus
kanker tertinggi pada anak dengan estimasi insiden sebesar 2,8 per 100.000
anak, kanker bola mata (Retinoblastoma) 2,4 per 100.000 anak, osteosarkoma
0,97 per 100.000 anak, limfoma 0,75 per 100.000 anak, kanker nesopharing
0,43 per 100.000 anak. Kanker pada anak merupakan 4,7% dari jumlah
kanker pada semua umur (Riskesdas, 2013).
Sampai saat ini, penyebab leukimia belum diketahui dengan pasti
penyebabnya. Beberapa sumber mengatakan bahwa leukimia disebabkan oleh
mutasi pada DNA somatik. Mutasi pada DNA tertentu menyebabkan
terjadinya leukemia yang disebabkan oleh terjadinya aktivasi onkogen atau
deaktivasi gen tumor supresor dan terganggunya pengaturan program
kematian sel (apoptosis). Mutasi tersebut mungkin terjadi secara spontan atau
karena pengaruh radiasi atau pemaparan substansi karsinogen dan erat
hubungannya dengan faktor genetik. Beberapa jenis virus juga ada
hubungannya dengan leukemia, pada hewan coba 4 mencit dan hewan coba
lainnya dengan infeksi retrovirus ada hubungannya dengan kejadian penyakit
leukemia. Pada manusia retrovirus yang teridentifikasi bahwa “Human T-
lymphotropic virus” atau HTLV-1, diketahui sebagai penyebab leukemia
(Darmono, 2012).
Dari paparan yang telah disampaikan maka data-data tersebut menjadi
indikasi kami untuk memaparkan asuhan keperawatan pada pasien leukimia
di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan
masalah dalam penanganan kasus leukimia sebagai berikut.
a. Bagaimana asuhan keperawatan pasien leukimia di Indonesia?
b. Bagaimana usaha preventif dan rehabilitatif pada pasien leukimia bagi
perawat di Indonesia?

2
1.3 Tujuan
a. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien leukimia di Indonesia
b. Mengetahui bagaimana usaha preventif dan rehabilitatif pada pasien
leukimia bagi perawat di Indonesia
1.4 Manfaat
Penulisan ini memiliki manfaat untuk mempelajari dan memahami
tentang asuhan keperawatan pada pasien leukimia sebagai usaha peningkatan
kualifikasi penulis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hematologi dan Fisiologi
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani
“haima” yang artinya darah. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg
diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan
nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yg bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan
melalui darah.
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang, dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah adalah suspensi
dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Perannya
adalah sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam tubuh
dan lingkungan luiar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme
sebagai suatu keseluruhan, khususnbya terhadap darah sendiri (Arif Muttaqin,
2009).
Volume darah manusia sekitar 8% dari berat badan normal dan
berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersirkulasi di dalam sistem vaskular dan
berperan sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa oksigenyang
diabsorbsi oleh paru-paru dan nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus
gastrointestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Selain itu darah juga
mengangkut hasil eksresi akibat metabolisme sel untuk dibawa ke organ
seperti paru-paru, ginjal, kulit untuk segera dibuang dari tubuh (Arif
Muttaqin, 2009).
Komposisi darah manusia terdiri atas komponen cair darah yang disebut
plasma. Plasma terdiri atas 91% air yang berperan sebagai medium transpor,
dan 9% terdiri atas elemen lain berupa zat padat. Zat-zat protein seperti
albumin, globulin, dan fibrinogen sekitar 7% dari protein. 2% sisanya

4
merupakan unsur anorganik berupa ion-ion : kalsium, natrium, kalium, fosfor,
besi, iodium, dan unsur organik : zat-zat nitrogen non-protein, urea, asam
urat, xantin, kreatinin, asam amino, lemak netral, fosfolipid dan berbagai
enzim (Arif Muttaqin, 2009).
Darah terdiri dari sel dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit),sel darah putih (leukosit) dan trombosit (platelet)leukosit
terdiri dari dua jenis yaitu polimorfonuklear (intinya banyak), yaitu
neutrophil, eosinophil, basophil. Lalu yang kedua mononuklear yang terdiri
dari monosit/makropagdan limfosit.Sel darah ini pada orang dewasa di
produksi pada sum2 tulang panjang, seperti di paha atau di lengan atas.Lalu
plasma darah, merupakan bagian yang cair dari darah terdiri atas air dan
protein-protein darah sert faktor-faktor pembekuan darah.
Sel darah yang menjadi komponen padat pada sistem hematologi
terbagi atas eritrosit (4,2-6,2 juta/mm3 darah) dan leokosit (5.000 – 10.000
/mm3 darah). Darah terlihat sebagai cairan merah, opak, dan kental.
Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit (Arif
Muttaqin, 2009).
2.2 Definisi Leukimia
Leukemia merupakan sekumpulan penyakit neoplastik yang beragam,
ditandai dengan produksi atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang abnormal (sel leukemia).
Produksi sel leukemia yang bertambah banyak menyebabkan sel leukemia
keluar dari sumsum. Sel leukemia dapat ditemukan di dalam darah perifer
atau darah tepi yang kemudian mempengaruhi hematopoiesis atau proses
pembentukan sel darah normal dan sistem imunitas tubuh sehingga dapat
menimbulkan gejala klinis pada tubuh penderita (Yayan, 2010).
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi
tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan
tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oksigen

5
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi
kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sanga
cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka
dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan
leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat
sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel. Ketika pada pemeriksaan
diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka
disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel
mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.
2.3 Jenis Leukimia
Leukemia dapat dibedakan berdasarkan perkembangan penyakitnya,
yaitu:
a. Leukemia Kronis, memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat
sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1
tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun. Solusi pengobatannya dengan

6
transfusi darah dan suntikan eritropoetin, transfusi trombosit, pemberian
antibiotik, pencangkokan sumsum tulang, pemberian obat interferon
alfa, dan terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran
kelenjar getah bening, hati atau limpa.
b. Leukemia Akut, Leukemia dapat timbul pada sel-sel lymphoid atau sel-
sel myeloid. Leukemia mempengaruhi sel-sel lymphoid disebut
lymphocytic leukemia. Leukemia mempengaruhi sel-sel myeloid
disebut myeloid leukemia atau myelogenous leukemia. Leukemia akut
ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat,
mematikan, dan memburuk. Solusi pengobatannya dengan transfusi sel
darah merah, kemoterapi, transfusi trombosit, pemberian antibiotik, dan
beberapa kombinasi dari obat kemoterapi, pencangkokan sumsum
tulang.
Dari klasifikasi di atas, maka Leukemia dibagi menjadi empat tipe
sebutan:
a. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling
sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa
yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
b. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa
daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik
akut.
c. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang
dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita
oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
d. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa.
Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit (Purnomo,
2010).
2.4 Etiologi Leukimia
Penyebab leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan
tetapi menurut penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya ada beberapa

7
faktor risiko tertentu yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya
leukemia, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal meliputi, usia anak saat terdiagnosis, jenis kelamin anak,
urutan kelahiran anak, berat anak lahir, usia ibu saat mengandung anak,
usia ayah ketika ibu mengandung anak, riwayat keguguran ibu, dan
riwayat pemberian ASI kepada anak.
1) Jenis kelamin anak
Kejadian leukemia banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan dengan rasio 10:3 (Chandrayai S., 2010). Menurut
sulastriana (2012), kasus leukemia pada laki-laki sebanyak 52,9%.
Penelitian dari M. Tevlik Dorak, et al. (2006) juga menyatakan bahwa
laki-laki lebih berisiko 3 kali terkena leukemia daripada perempuan
(OR= 3.05).
2) Urutan kelahiran anak
Urutan lahir anak dengan kategori anak pertama dalam keluarga
memiliki OR= 0.87 (95%CI: 0.81-0.93) terhadap kejadian kanker
anak yaitu leukemia (Julie, 2011).
3) Berat anak lahir
Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al (2013)
menyatakan bahwa anak dengan berat bayi lahir ≥3.500 gram
memiliki risiko 8,99 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia
dibanding anak dengan berat lahir normal dan rendah (OR=8,99).
4) Usia ibu saat mengandung anak
Usia ibu saat mengandung anak berperan menjadi faktor risiko
leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al (2013)
dikemukakan bahwa ibu dengan usia ≥35 tahun memiliki risiko 1,5
kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibanding ibu dengan
usia 20-34 tahun (OR=2,2).
5) Usia ayah ketika ibu mengandung anak

8
Usia ayah ketika ibu mengandung anak juga berperan menjadi factor
risiko leukemia. Dalam hasil penelitian dari Pulina K. Bangun, et al
(2013) dikemukakan bahwa ayah dengan usia ≥35 tahun memiliki
risiko 1,55 kali lebih tinggi untuk anak terkena leukemia dibanding
ayah dengan usia <35 tahun (OR= 1.55).
6) Riwayat keguguran pada ibu
Ibu yang pernah mengalami keguguran sebelum kelahiran anak
memiliki risiko anak dengan leukemia 2,19 kali lebih tinggi untuk
dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat keguguran (OR= 2.19)
(Xiaomei, 2005).
7) Riwayat pemberian ASI kepada anak
Ibu yang tidak memberikan ASI pada anak sebagai makanan pokok
utama pada usia bayi (0-1 tahun) menjadikan anak berisiko 1,22 kali
lebih tinggi untuk terkena leukemia dibanding anak yang
mengkonsumsi ASI pada masa bayi (OR= 1.22) (Paulina, 2013).
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi, paparan radiasi, paparan insektisida rumah
tangga, dan perilaku merokok orang tua.
1) Paparan radiasi sutet
Rumah yang dekat dengan sumber radiasi seperti sutet, ataupun sering
terpapar radiasi seperti radiasi ultraviolet menjadikan Anak memiliki
risiko 4,73 kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibandingkan
dengan anak yang tidak memiliki paparan radiasi (OR=4,73) (Paulina,
2013).
2) Paparan insektisida rumah tangga
Penggunaan insektisida rumah tangga seperti penggunaan obat
nyamuk dapat menjadi faktor risiko terjadinya leukemia anak. Seperti
hasil yang telah dikemukakan dalam penelitian bahwa anak dengan
riwayat penggunaan insektisida rumah tangga memiliki risiko 5,25
kali lebih tinggi untuk terkena leukemia dibandingkan dengan anak
yang tidak memiiki paparan insektisida (OR=5,25) (Paulina, 2013).

9
3) Perilaku merokok orang tua
Orang tua yang memiliki perilaku merokok memberikan kontribusi
dalam terjadinya leukemia anak. Polusi dari hasil pembakaran
memiliki beberapa unsur bahan kimia berbahaya yang dapat
menimbulkan kejadian kanker terutama leukemia pada anak. Hasil
penelitian menyatakan bahwa orang tua yang memiliki perilaku
merokok memiliki risiko 1,08 kali lebih tinggi untuk anak terkena
leukemia dibandingkan anak dengan orang tua tidak merokok (OR=
1.08) (Paulina, 2013).

2.5 Patofisiologi Leukimia


Leukemia disebabkan akibat dari adanya mutasi pada DNA somatik.
Mutasi tersebut disebabkan oleh terjadinya aktivasi onkogen atau deaktivasi
gen tumor supresor dan terganggunya pengaturan program kematian sel
(apoptosis). Mutasi tersebut bisa terjadi secara spontan atau karena pengaruh
radiasi atau pemaparan substansi karsinogen dan erat hubungannya dengan
faktor genetik. Beberapa penderita disebabkan oleh pengaruh radiasi ion,
pemaparan bahan kimia misalnya benzen dan agen kemoterapi alkyl untuk
pengobatan malignan sebelumnya, karakteristik kelahiran anak, kondisi
reproduktif orang tua, pengaruh kondisi lingkungan, faktor immunologi tubuh
seseorang dan kebiasaan perilaku yang tidak sehat seperti merokok. Beberapa
faktor tersebut selanjutnya mempengaruhi tubuh untuk melakukan mutasi
DNA somatik. Virus juga ada hubungannya dengan leukemia, pada hewan uji
coba mencit dan hewan uji coba lainnya dengan infeksi retrovirus ada
hubungannya dengan kejadian leukemia. Retrovirus yang teridentifikasi
adalah Human T-lymphotropic virus atau HTLV-1 yang selanjutnya diketahui
sebagai penyebab T-cell Leukemia. Penderita leukemia diduga mempunyai
gen tunggal atau gen multipel penyebab leukemia, jenis leukemia bisa sama
atau juga bisa jenis leukemia yang lain. Pada kelainan genetik tersebut
individu mempunyai kromosom defek atau kelainan genetik tertentu yang
mempunyai risiko lebih besar terhadap leukemia. Misalnya, seseorang dengan

10
gejala down’s syndrome mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian leukemia
(Darmono, 2012)
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme (Lee et al, 2009). Gejala klinis yang terjadi pada leukemia
pada anak disebabkan kurangnya sel darah yang normal, karena
berlebihannya sel darah normal yang membentuk sel darah baru pada
sumsum tulang belakang. Akibatnya anak tidak memiliki sel darah merah, sel
darah putih, dan platelet yang cukup. Hal-hal tersebut dapat diketahui pada
pemeriksaan darah, namun dapat juga menyebabkan suatu gejala. Adapun
beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan pada anak dengan leukemia
adalah: (American Cancer Society, 2012).
a. Lemah dan Kulit yang Pucat
Tanda-tanda ini merupakan tanda anemia ( kurangnya sel darah
merah). Hal ini menyebabkan anak merasa lemah, lelah, pusing,
dan nafas yang pendek. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit
menjadi pucat(American Cancer Society, 2012).
b. Infeksi dan Demam
Gejala yang sering ditimbulkan leukemia pada anak adalah demam.
Hal ini sering disebabkan infeksi, bahkan hal ini tidak berpengaruh
setelah diberikan antibiotik sekalipun(American Cancer Society,
2012).
c. Mudah Berdarah
Pada penderita leukemia sering terjadi mimisan,gusi berdarah, dan
bahkan perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit
terlihat bercak-bercak kemerahan yang disebabkan perdarahan pada
pembuluh darah yang kecil. Hal ini disebabkan karena kurangnya
platelet normal yang berfungsi memberhentikan
perdarahan(American Cancer Society, 2012).
d. Nyeri pada Tulang dan Sendi

11
Nyeri pada tulang dan sendi disebabkan penumpukan sel-sel darah
muda pada tulang ataupun sendi(American Cancer Society, 2012).
e. Perut yang Membesar
Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali dan spleenomegali.
Hal ini terjadi karena penumpukan sel-sel leukemia menumpuk
pada limpa dan hati(American Cancer Society, 2012).
f. Penurunan Selera Makan, Penurunan Berat Badan
Gejala penurunan selera makan dan penurunan berat badan
disebabkan pembesaran dari organ pada abdomen penderita.
Sehingga banyaknya makanan yang bisa masukpun juga
berkurang(American Cancer Society, 2012).
g. Kelenjar Limpa yang Membengkak
Sel-sel leukemia dapat menyebar pada kelenjar limph. Hal ini
menyebabkan terlihat pembengkakan pada leher, ketiak, atau tempat
lainnya. Untuk mengetahui penyebab pasti biasanya dilakukan
biopsi(American Cancer Society, 2012).
h. Batuk atau Gangguan Benapas
Sel T limfosit pada leukemia juga melibatkan kelenjat timus yang
berada di belakang sternum dan di depan trakea. Pembesaran dari
kelenjar limph dapat menyebabkan batuk(American Cancer Society,
2012).
i. Pembesaran pada Wajah dan Tangan
Pada leukemia, terjadi Superior Vena Cava (SVC) syndrome. Hal
ini disebabkan karena pembesaran kelenjar timus yang dilalui oleh
vena cava superior sehingga menyebabkan pembengkakan wajah
dan tangan penderita(American Cancer Society, 2012).
j. Nyeri Kepala, Kejang, Muntah
Pada leukemia, terjadi penyebaran ke seluruh tubuh. Nyeri kepala
yang di timbulkan karena sel-sel leukemia telah menyebar hingga
otak. Selain itu pandangan kabur juga menjadi gejala leukemia yang

12
menyebar hingga sistem saraf pusat(American Cancer Society,
2012).
k. Ruam, Masalah Gusi
Pada penderita leukemia mieloblastik akut terjadi pembesaran gusi
karena sel-sel leukemia menyebar pada gusi(American Cancer
Society, 2012).
l. Kelemahan pada Alat Gerak
Gangguan ini jarang ditemukan. Namun hal ini terjadi karena
penumpukan sel-sel leukemia yang sangat banyak pada
exxtremitas(American Cancer Society, 2012).
2.7 Epidemiologi Leukimia
Leukemia adalah jenis kanker anak yang paling umum terjadi.
Leukemia menyumbang angka 30% dari semua jenis kanker yang
terdiagnosis pada anak-anak pada umur kurang dari 15 tahun. Insiden
leukemia meningkat per tahun, namun jumlah pasti kasus baru tidak diketahui
karena di banyak negara tidak semua penderita kanker anak terdaftar dan
banyak yang tidak terdiagnosis dengan benar. Angka-angka ini mengejutkan,
mengingat fakta bahwa 70% dari semua kanker pada anak dapat disembuhkan
bila didiagnosis dan diobati bila diketahui lebih dini (World Health
Organization, 2011).
American Cancer Society, Surveilance Research (2014) menyebutkan
bahwa di Amerika kejadian leukemia pada anak jenis LLA 3.080 (34%) kasus
dan MLA 730 (9%) kasus. Insiden rate (IR) leukemia berdasarkan usia
tertinggi pada usia 2-4 tahun, berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada
laki-laki (196,7 per 1.000.000 penduduk) dibandingkan perempuan (182,3 per
1000.000 penduduk), dan berdasarkan ras Leukemia sering terjadi pada orang
berkulit putih (201,7 per 1.000.000 penduduk) daripada orang berkulit gelap
(146,1 per 1.000.000 penduduk). LLA merupakan jenis leukemia yang sering
terjadi pada anak-anak, dimana 3 dari 4 kasus leukemia anak adalah jenis
LLA.

13
Menurut data sistem registrasi kanker di Indonesia (Srikandi) tahun
2005- 2007 menunjukkan insiden kanker pada anak sebesar 9 per 100.000
anak-anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak sebesar 2,8 per
100.000, retinoblastoma 2,4 per 100.000, osteosarkoma 0,97 per 100.000,
limfoma 0,75 per 100.000, kanker nasopharing 0,43 per 100.000. Kasus
kanker pada anak-anak sebesar 4,7% dari kanker pada semua umur. Angka
kematian akibat kanker anak adalah 50-60% karena pada umumnya penderita
datang terlambat atau sudah dalam stadium lanjut (Profil Kesehatan
Indonesia, 2012).
Menurut hasil penelitian Chandrayani S, et al (2010) yang dilakukan di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta menyebutkan bahwa dari semua jenis
leukemia pada anak, kasus terbanyak terjadi pada anak laki-laki (76,9%)
dibanding perempuan (23,1%) dengan rasio 10 : 3. Kasus terbanyak pada
rentang usia 2-5 tahun (46,2%) dan terendah pada usia <2 tahun (3,8%).
Ras/suku terbanyak adalah ras/suku Jawa 88,5% dan terendah adalah suku
Manado dan Minang 1,9% (Chandrayani, 2010).
Berdasarkan penelitian pada pasien leukemia anak di bawah usia 18
tahun di RS. Haji Adam Malik Medan oleh Paulina K. Bangun, et al tahun
2012, menyebutkan bahwa leukemia banyak terjadi pada kelompok umur 2-5
tahun (37,2%) dan terendah pada kelompok umur 11-15 tahun (12,8%).
Kejadian lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki daripada
perempuan (52,9% : 47,1%). Pasien mempunyai riwayat leukemia pada
keluarga 4,3% (Paulina, 2014).

14
2.8 Pathway

Faktor Eksternal Virus Faktor Internal


(Radiasi, Bahan Kimia, (T-lymphotropic (Kelainan Kromosom,
Asap Rokok) Virus/HTLv-1) Herediter)

Mutasi DNA Somatik

Proliferasi Sel Abnormal di Sumsum


Tulang
Infiltrasi Sel-Sel Normal

Infiltrasi Ekstra
medular
Depresi Sumsum
Tulang

Hepatospleno
Tulang dan megali
Sendi
Leukopenia
Anemia Trombosito
penia Kurang
Nafsu Makan
Infeksi/De
mam
Pembesaran
Lemah,
Bleeding Perut
Pucat
Nyeri
Abdomen

Risiko Gangguan Rasa


Risiko Risiko Ketidakseimbangan
Intoleransi Nyaman : Nyeri
Infeksi Perdarahan Nutrisi
Aktivitas

15
2.9 Komplikasi
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen
darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses
metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia
juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang.
Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan pembesaran limpa atau
hepar.
1) Kegagalan sumsum tulang, merupakan hipofungsi sumsum tulang
primer sehingga terjadi penurunan produksi semua unsur sel
hemopoietik (pansitopeni). Kegagalan susmsum tulang merupakan
ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah.
Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel
mengakibatkan anemia, leukopenia dan trombositopenia.
2) Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel
darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan
akibat dari keadaan anemia tersebut. Proses terapi LGK juga dapat
meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
3) Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah
(trombositopenia) pada keadaan LGK dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami
epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
4) Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang
atau sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang
dengan leukosit abnormal yang berkembang pesat.
5) Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal
ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk
pecah.
6) Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa
pasien dengan kasus LGK memproduksi trombosit secara
berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan

16
dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal
dan mengakibatkan stroke.
7) Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah
abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini
menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain
itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga
terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA

3.1. Pengkajian
A. Identitas
Nama : -
Jenis Kelamin : Berdasarkan hasil penelitian American Cancer Society,
Surveilance Research (2014) menyebutkan bahwa di Amerika kejadian
leukemia sebanyak 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki
(56,88%) dan 14.420 kasus pada perempuan (43,12%), dan penelitian ini
sama dengan hasil penelitian di RS. Haji Adam Malik Medan oleh Paulina
K. Bangun, et al tahun (2012), menunjukkan hasil lebih banyak terjadi
pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan (52,9% : 47,1%).
Usia : Berdasarkan (World Health Organization, 2011)
Kasus Leukemia banyak terjadi pada kelompok usia anak kurang dari
15 tahun, dengan Insiden rate (IR) leukemia berdasarkan usia tertinggi
pada usia 2-4 tahun menurut American Cancer Society, Surveilance
Research (2014). Menurut data sistem registrasi kanker di Indonesia
(Srikandi) tahun (2005- 2007) pasien dengan leukemia berat pada usia ini
termasuk golongan anak-anak.
Suku : Hasil penelitian Chandrayani (2010) yang dilakukan di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta menyebutkan bahwa dari semua

17
pasien yang menderita leukemia menunjukkan Ras/suku terbanyak adalah
ras/suku Jawa 88,5% dan terendah adalah suku Manado dan Minang 1,9%.
Pekerjaan : -
Pendidikan : -

3.2. Tanda dan Gejala


1. Penderita Leukemia paling banyak terdapat pada usia <15
2. merasa lemah, lelah, pusing, dan nafas yang pendek. Hal ini juga
dapat menyebabkan kulit menjadi pucat (anemia)
3. Infeksi dan Demam
4. Mudah Berdarah. (sering terjadi mimisan,gusi berdarah, dan
bahkan perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit
terlihat bercak-bercak kemerahan yang disebabkan perdarahan
pada pembuluh darah yang kecil).
5. Nyeri pada kepala,tulang, dan sendi
6. Perut Membesar. (Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali
dan spleenomegali. Hal ini terjadi karena penumpukan sel-sel
leukemia menumpuk pada limpa dan hati).
7. Penurunan Selera Makan, Penurunan Berat Badan
8. Kelenjar limpa yang membengkak
9. Batuk atau Gangguan Nafas
10. Pembesaran pada Wajah dan Tangan. (pembesaran kelenjar timus
yang dilalui oleh vena cava superior sehingga menyebabkan
pembengkakan wajah dan tangan penderita).
11. Kejang, Muntah dan Masalah Gusi

3.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Leukemia muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau
abnormal. Berdasarkan prevalensi seseorang dengan kondisi seperti ini

18
(leukemia) akan sering mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan
perdarahan. Fokus primer yang sering terjadi pada leukemia
mimisan,gusi berdarah, dan bahkan perdarahan besar pada luka gores
yang kecil.

3.5. Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan prevalensi, pasien yang memiliki penyakit leukemia
dalam keluarga yang terdapat kaitan dengan penyakit yang diderita
pasien.

3.6. Pengkajian Sistem


ROS (Review Of System)
Keadaan umum : Pasien tampak pucat dan lemah
Kesadaran : Compos mentis

Tanda tanda vital :


- Tekanan darah : Turun
- Nadi : Normal
- Suhu : Hipertermi
- Respirasi : Takipnea
a. Sistem pernafasan
- Bentuk dada : Normal
- Pola nafas : Irreguler
- Masalah keperawatan : Epitaksis
b. Sistem kardiovaskular
- Suara jantung : Pekak
- Irama jantung : Irregular
- Masalah keperawatan : Normal
c. Sistem persarafan
- Tingkat kesadaran : Compos mentis

19
e. Sistem pencernaan
- Mulut dan tenggorokan
1) Bibir : Bentuk normal
2) Mulut/selaput lendir : Kering
3) Abdomen : Distensi
4) Hepar : Hepatomegali
5) Lien : Splenomegali
Masalah Keperawatan : Mual dan muntah.

f. Sistem otot, tulang dan integument


- Otot dan tulang
1) ROM : Terbatas
2) Sendi : Bengkak dan hematoma

- Integument
1) Warna kulit : Pucat
2) Akral : Dingin
3) Turgor kulit : Menurun
4) Odema : Tampak hematom dan bruise

3.7 Analisa Data


n Data Pasien Problem Etiologi
o
1 DS : penurunan Ketidakseimban
 Sesak nafas suplai darah ke gan perfusi
 Sakit kepala perifer jaringan perifer
DO :
 RR
37x/menit
 HR
80x/menit
 CRT >3 detik

20
 Akral dingin
 Hb 6,7 gr/dl
2 DS : Ketidakseimban Gangguan
 Mual gan nutrisi nutrisi kurang
 Muntah kurang dari kebutuhan
DO : tubuh
 Selera makan
dan berat
badan turun
 Pembesaran
limfa dan
hati
 Penurunan
turgor kulit
 Membran
mukosa
kering
 Hb: 6,7 gr/dl
3 DS : Perdarahan Risiko Cedera
 Pasien
mengatakan
lemah
 Nyeri tulang
atau sendi
DO :
 ROM
Terbatas
 Bercak
merah pada
kulit

21
4 DS : Pasien Agens Nyeri Kronis
mengatakan sering Pencedera
mimisan,gusi
berdarah, dan
bahkan perdarahan
besar pada luka
gores yang kecil.
Pasien mengatakan
kulitnya mudah
memar di sendi
(hemartrosis)
DO :
 Epitaksis
 Ekspresi
wajah nyeri
 Hepatomegal
 Splenomegali
 RR diatas
normal
5 DS : Perdarahan Risiko defisit
Pasien mengatakan
mudah terjadi volume cairan
perdarahan.
Pasien mengatakan
lemah.
Pasien mengatakan
sering merasa mual
dan muntah.
DO :
Pasien tampak pucat.
Mukosa mulut kering
Tekanan darah turun
Pernapasan takipnea
Turgor kulit menurun

22
3.8 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai
darah ke perifer (anemia)
2. Resiko infeksi b.d penurunan sistem kekebalan tubuh
3. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
5. Nyeri b.d agen cedera biologis (efek fisiologis dari leukemia)
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologi (anoreksia)
7. Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (kemoterapi, radioterapi).

3.9 Intervensi
Tgl NANDA NOC NIC
Ketidakseimbangan 1.Status Sirkulasi 1.Monitor
perfusi jaringan 2.Tissue perfusion : adanya paretese
perifer b.d cerebral 2.Instruksikan
penurunan suplai Kriteria hasil : keluarga untuk
darah ke perifer -Tekanan sistol dan mengobsrvasi
(anemia) diastole dalam kulit jika ada isi
Definisi : Penurunan keadaan rentang atau laserasi
sirkulasi darah ke yang diharapkan 3.Batasi gerakan
perifer yang dapat -Tidak ada tanda- pada kepala,
mengganggu tanda peningkatan leher dan
kesehatan. intracranial punggung
Menunjukkan 4.Kolaborasi
fungsi sensori pemberian
motoric kranial analgetik
yang utuh : tingkat 5.Monitor
kesadaran adanya
membaik. tromboplebitis

23
Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen
penurunan sistem Klien diharapkan nutrisi
kekebalan tubuh mampu: Intervensi yang
a)Tidak adanya dilakukan :
infeksi berulang a)Tanyakan
b)Tidak adanya apakah pasien
tumor mempunyai
c)Status pencernaan alergi terhadap
dari skala yang makanan.
diharapkan b)Pastikan
d)Status pernapasan makanan
dari skala yang kesukaan
diharapkan pasien.
e)Berat badan c)Dorong
dalam batas normal kenaikan
f)Suhu tubuh pemasukan zat
normal besi makanan,
g)Tidak adanya dengan tepat.
kelelahan secara d)Dorong
terus menerus kenaikan
h)Jumlah sel darah pemasukan
putih dalam batas protein, zat besi,
normal vitamin C,
Status nutrisi dengan tepat.
Klien diharapkan e)Berikan pasien
mampu dengan protein
menormalkan: tinggi, kalori
a)Pemasukan tinggi, nutrisi
nutrisi makanan
b)Pemasukan cemilan dan

24
makanan dan cairan minuman itu
c)Energi bisa dengan
d)Masa tubuh mudah
Berat badan mengonsumsi
dengan tepat.
f)Kontrol
catatan
pemasukan
untuk
kandungan
nutrisi dan
kalori.

Resiko perdarahan Pembekuan darah Pencegahan


b.d trombositopenia Klien diharapkan perdarahan
mampu Intervensi yang
menormalkan dilakukan :
a)Gumpalan a)Monitor
pembentukan kemungkinan
b)Waktu terjadinya
protrombin perdarahan pada
c)Hb pasien
d)Perdarahan b)Catat kadar
e)Memar HB dan Ht
Petechiae setelah pasien
mengalami
kehilangan
banyak darah
c)Pantau gejala
dan tanda

25
timbulnya
perdarahan yang
berkelanjutan
d)Pantau factor
koagulasi,
termasuk
protrombin (Pt),
waktu paruh
tromboplastin
(PTT),
fibrinogen,
degradasi fibrin,
dan kadar
platelet dalam
darah)
Pantau tanda-
tanda vital,
osmotic,
termasuk TD
Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol
nutrisi kurang dari Klien diharapkan nafsu makan:
kebutuhan tubuh b.d mampu untuk Intervensi yang
faktor biologi menormalkan: dilakukuan:
(anoreksia) a)Pemasukan a)Anjurkan
nutrisi asupan kalori
b)Pemasukan yang sesuai
makanan dengan
c)Pemasukan cairan kebutuhan dan
d)Energy gaya hidup.
e)Berat badan b)Kontrol
f)Tonus otot asupan nutrisi

26
g)Dehidrasi dan kalori.
c)Anjurkan
Nafsu makan kepada klien
Klien diharapkan untuk
mampu untuk mengkonsumsi
menormalkan: nutrisi yang
a)Menyeimbangkan cukup.
nafsu makan
b)Menyeimbangkan
Pasokan cairan
tubuh
c)Menyeimbangkan
Pasokan nutrisi
tubuh

Nyeri yang Setelah dilakukan 1. Lakukan


berhubungan dengan tindakan pengakajian
agens pencedera keperawatan selama nyeri
3 x 24 jam komprehensif
diharapkan pasien yang meliputi
mengalami lokasi,
penurunan respons karakteristik,
nyeri dada dengan onset/durasi,
kriteria sebagai frekuensi,
berikut : kualitas,
1.klien menyatakan intensitas atau
penurunan rasa nyeri beratnya nyeri
2.tanda-tanda vital dan faktor
pencetus.
pasien dalam batas 2. Kendalikan
normal faktor
lingkungan yang
3. Wajah pasien dapat
rileks memengaruhi
Tidak terjadi respon pasien
penurunan perfusi terhadap
ketidaknyamanan
perifer : lingkungan
tenang dan batasi
pengunjung.

27
3. Ajarkan
prinsip-prinsip
manajemen nyeri
:
- Ajarkan teknik
relaksasi
pernapasan
dalam
- Ajarkan teknik
distraksi pada
saat nyeri
(mendengarkan
musik, membaca,
atau menonton).

4. Kolaborasi
dengan pasien,
orang terdekat
dan tim
kesehatan:
- Pemberian
konsentrat faktor
VIII dan IX
- Asam
tranexamic
- Analgesik
(Parasetamol dan
Codein).

Risiko defisit volume Setelah diberikan 1. Monitor status


cairan yang tindakan hidrasi :
berhubungan dengan keperawatan selama membrane
perdarahan 3 x 24 jam, mukosa, lembab.
diharapkan pasien Dan status
tidak terjadi hemodinamik :
kekurangan volume memonitor
cairan tubuh setelah tanda-tanda
dilakukan tindakan perdarahan.
keperawatan dengan 2. Jaga intake
criteria hasil :
1. Pasien tidak atau asupan
mengalami yang akurat dan
kekurangan volume
cairan vaskuler. catat output
2. Produksi urin (pasien).
normal
3. Pasien tidak

28
merasa haus dan 3. Ajari pasien
mukosa mulut tidak
kering. dan keluarga
untuk
mengonsumsi
makanan yang
kaya dengan
vitamin K :
Sayuran
berwarna hijau
(sawi, brokoli
kale), susu
kedelai, kacang
kedelai, roti
gandum, dan
daging merah.
Anjurkan pasien
untuk hindari
makanan dengan
tekstur kasar dan
tajam.
4. Berikan
therapy
antiperdarahan
sesuai instruksi
dokter:
Pemberian faktor
VIII atau Faktor
IX.

29

Anda mungkin juga menyukai