DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN MATERNITAS TERKAIT MASALAH
KESEHATAN WANITA & EVIDENCE BASED PRACTICE KEPERAWATAN
MATERNITAS”.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun
pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kekurangan- kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman saat ini banyak sekali masalah yang terjadi pada kesehatan wanita,
masalah-masalah tersebut muncul mulai dari pasangan usia subur, ibu hamil, ataupun ibu
pasca melahirkan. Masalah tersebut timbul karena kurang nya pengetahuan dari seseorang
tersebut tentang masalah yang dihadapinya.
Terjadinya masalah tersebut harus diketahui dan dipelajari agar tidak menambah angka
kenaikan terjadinya masalah-masalah tersebut. Sebagai tenaga medis kita wajib tahu apa saja
masalah yang sedang trend saat ini.
untuk itu makahal ini dibuat agar menjadi tambahan pengetahuan kepala kami dan para
pembaca makalah kami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Trend dan Issue?
2. Bagaimanakah Trend dan Issue Keperawatan Maternitas terkait dengan kesehatan
wanita?
3. Bagaimana konsep Evidence Based Practiced (EBP)?
4. Bagaimana model-model Evidence Based Practiced (EBP)?
5. Bagaimana penerapan Evidence based Practiced (EBP) dalam proses keperawatan?
6. Bagaimana hambatan dalam menggunakan Evidence Based Practiced (EBP)?
7. Bagaimana usaha dalam meningkatkan Evidence BAsed Practiced (EBP)?
8. Bagaimana isu-isu yang Terkait dengan EBP, Penelitian Keperawatan dan Aplikasi
dalam Pelayanan?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kami dan pembaca mengetahui dan memahami
tentang :
1. Untuk mengetahui Trend dan Issue
2. Untuk mengetahui Trend dan Issue Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita saat ini
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep Evidence Based Practiced (EBP)
4. Untuk mengetahui model-model Evidence Based Practiced (EBP)
5. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Evidence Based Practiced (EBP) dalam proses
keperawatan
6. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam menggunakan Evidence Based Practiced
(EBP)
7. Untuk mengetahui usaha dalam meningkatkan Evidence Based Practiced (EBP)
8. Untuk mengetahui isu-isu yang terkait dengan EBP, penelitian keperawatan dan aplikasi
dalam pelayanan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekuarangan sel darah yang mengandung
hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi tersebut,
penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas
secara optimal.
Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek walaupn panjang, dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara
rutin atau prosedur pengobatan khusus.
a. Penyebab Anemia
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung
hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang
dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a) Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah,
b) Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat disbanding
kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.
c) kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.
e. Pengobatan Anemia
a) Anemia kekuranga zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan mengonsumsi
suplemen penambah zat besi, serta memperbanyak konsumsi makanan yang kaya zat
besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan
zat besi. Perlu diperhatikan bahwa suplemen yang mengandung kalsium dapat
menghambat penyerapan zat besi. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi
suplemen penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat. Kelebihan zat besi
pada tubuh dapat berbahaya bagi pasien karena dapat menimbulkan kelelahan, mual,
diare, sakit kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk meringkan efek samping dari
konsumsi suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah makan. Jika
efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
b) Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati dengan mengonsumsi
makanan yang kaya akan asam folat dan vitain B12, serta mengonsumsi supelemen yang
mengandung keduanya. Jika tubuh pasien memiliki gangguan penyerapan asam folat dan
vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin B12 setiap hari. Setelah itu
pasien akan diberikan injeksi vitamin B12 setiap bulan 1x yang dapat berlangsung
sepanjang hidup tergantung kepada kondisi pasien.
c) Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini karena
yergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika anemia bertambah
parah, dokter akan memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu
hormone peningkat produksi darah dan penghilang rasa lelah.
d) Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan darah
dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan adalah mencari dan
mengobati sumber perdarahan. Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat diberikan
transfuse darah, oksigen, dan suplemen penambah darah yang mengandung zat besi dan
vitamin.
e) Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastic dapat diawali dengan transfuse darah untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan pencangkokan
sumsum tulang apabila sumsum tulang bisa lagimemproduksi sel darah merah yang sehat.
f) Anemia akibat sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat bervariasi sesuai
dengan penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dapat melibatkan kemoterapi dan
pencangkokan sumsum tulang.
g) Anemia hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukandengan beberapa cara
tergantung factor penyebabnya. Penanganan dengan bisa menghindari obat-obatan yang
memiliki efek samping hemolysis, dengan mencari dan mengobati injeksi yang menjadi
penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk menekan sistem imun yang
diduga merusak sel darah.
h) Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit adalah dengan
mengganti sel darah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen asam folat, dan
antibiotic. Pengobatan lainnya adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
serta menambahkan cairan melalui oral maupun intravena untuk mengurangi nyeri dan
menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk kanker hidroksiurea dapat
juga digunakan untuk mengibati anemia sel sabit.
i) Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfuse farah, konsumsi suplemen
asam folat, spelektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel punca darah dan
sumsum tulang.
b. Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
1) Keguguran
2) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahur dengan berat lahir rendah (BBLR)
3) Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya keceerdasan anak
kurang, bayi lahir sebelum waktunya (premature)
4) Kematian bayi (Helena, 2013).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) Menurut (Djamaliah,
2008) antara lain :
1) Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada kebutuhan wanita yang tidak
hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyediaan pangan yang cukup,. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu : upaya
pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan
apa yang dimakan loleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan fakor diet yang menyebabkan malnutrisi.
2) Usia ibu hamil
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi
yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri,
juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua
perlu energy yang besar juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk
bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari
20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
3) Beban kerja/aktivitas. Aktivitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan
gerak yang otomatis memerlukan energy yang lebih besar daripada mereka yang hanya
duduk diam saja. Setiap aktivitas memerlukan energy, maka apabila semakin banyak
aktivitas yang dilakukan, energy yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun pada
seorang ibu hamil kebutuhan zat gisi berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain
untuk aktivitas/ keja zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada
dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan renergi rata-rata pada saat hamil dapat
ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang mengasumsikan pertambahan berat
badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Penyakit/infeksi Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan
juga infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu :
Penuruna asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya aborsi dan kebiasaan
mengurangi makanan pada waktu sakit.
Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan
perdarahan yang terus menerus
Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit
yang terdapat pada tubuh.
5) Pengetahuan ibu tentang gizi
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap
makanan dan praktek/perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan
makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan tingkat dari ibu meningkat
maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi bertambah baik. Usaha-usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi daripada
yang kurang bergizi.
6) Pendapatan keluarga. Pendapatan merupakan factor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60% hingga
80% dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan
tersebut 70-80% energy dipenuhi oleh karbihidrat (beras dan penggantinya) dan hanya
20% dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.
7) Pemeriksaan kehamilan (Perawatan Ante Natal) dalam memantau status gizi ibu hamil,
seorang ibu harus melakukan kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan
kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu
gemuk untuk menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu kurus
karena dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang dikandungnya
(Sjahmien Moehji, 2003).
4. Abortus
a. Definisi Aborsi
Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun
setelah 29 minggu, maka istilahnya adalah kehamilan prematur. Mrnggugurkan kandungan
atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus” adalah pengakhiran
kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g(ketika
janin belum dapat hidup diluar kandungan). Angka kejadian aborsi meningkat dengan
bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya.
c. Penyebab Aborsi
Penyebab aborsi spontan bervariasi meliputi infeksi, factor hormonal, kelainan bentuk
Rahim, factor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab aborsi pada
umunya terbagi atas factor janin dan factor ibu :
1) Faktor janin
Pada umunya abortus spontan yang terjadi karena factor janin disebabkan karena
terdapatnya kelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetic)],
gangguan pada ari-ari maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kromosom
(genetic) pada triwulan pertama berkisar sebesar 60%.
2) Faktor ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan factor ibu yang dapat menyebakan abortus spontan
adalah factor genetic orang tua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam
kelainan genetic; infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus,
sifilis, gonorrhea; kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak
terkontrol; kelainan jantung; kelainan bawaan dari Rahim, seperti rahimbikornu (Rahim
yang bertanduk), Rahim yang bersepta (memiliki selaput pembatas didalamnya) maupun
parut Rahim akibat riwayat kuret atau operasi Rahim sebelumnya. Mioma pada Rahim
juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi spontan. Selain itu, ada beberapa diantara
orang tua yang tidak menginginkan kehadiran janin tersebut dengan alasan yang
bervariasi.
a. Tahap pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji kebutuhan pasien
dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan pasien,
anggota keluarga, perawat yang lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat
melalui rekam medis, dan observasi. Masingmasing sumber tersebut berkontribusi secara
unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dapat digunakan
dapat berupa hal yang terkait dengan cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, tipe
informasi ap ayang perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data
pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan informasi. Hasil
penelitian juga dapat membantu perawat dalam memilih alternative metode atau bentuk
untuk tipe pasien, situasi maupun pada tempat pelayanan tertentu.
c. Tahap perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil penelitian yang
mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu yang efektif untuk diaplikasikan pada
suatu budaya tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.
F. Isu-isu yang Terkait dengan EBP, Penelitian Keperawatan dan Aplikasi dalam
Pelayanan
EBP penelitian keperawatan dan aplikasi merupakan rangkaian proses yang saling
berkesinambungan. Sebelum melakukan penelitian keperawatan khususnya diarea klinik,
dibutuhkan data-data atau bukti-bukti dari hasil penelitian terdahulu yang mendukung
masalah yang akan kita teliti. Hasil penelitian yang telah dilakukan, akan menjadi evidence
dalam pengambilan keputusan klinis, sehingga tindakan yang dilakukan sudah berdasar hasil
penelitian yang teruji.
1. Mengidentifikasi masalah praktik klinis
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah atau isu praktik klinis. Sebagai
konsekuensinya, ini adalah langkah yang paling sulit karena dibutuhkan banyak
pemikiran dan upaya untuk menyempurnakan pernyataan masalah untuk
mengembangkan bukti praktik keperawatan berdasar projek.
A. Kesimpulan
Terdapat bermacam-macam Trend dan Issue Keperawatan Maternitas Terkait masalah
kesehatan wanita seperti :
Anemia pada wanita subur dan ibu hamil
Kekurangan Energi Kronis pada wanita subur dan ibu hamil
Abortus
Berdasarkan pembahasan konsep evidence based practice diatas, dapat disimpulkan
bahwa ada 3 faktor yang secara garis besar menentukan tercapainya pelaksaan praktik
keperawatan yang leebih baik yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang
terjadi di kaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap suatu kasus, dan
pengalaman pribadi yang bersumber dari pasien. Dengan memperhatikan faktor-faktor
tersebut, maka diharapkan pelaksanaan pemberian pelayanan keehatan khususnya pemberian
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan
kesehatan atau keperawatan, pengurangan biaya (cost effective) dan peningkatan kepuasan
pasien atas pelayanan yang diberikan. Namun, dalam pelaksanaan penerapan evidence based
practice ini sendiri tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaanya yaitu kurangnya
pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
penerapan EBP itu sendiri.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita bisa melakukan pencegahan masalah-masalah tersebut
dengan melakukan edukasi. Masalah-masalah tersebut harus diketahui dan dipahami agar
dapat menurunkan angka terjadinya masalah tersebut. Serta EBP juga merupakan salah satu
langkah atau metode untuk memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas. EBP
merupakan salah satu langkah yang dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh perawat adalah berkualitas, tepat sasaran dan memang didasarkan oleh studi yang
kredibel dan dapat dipercaya.