Anda di halaman 1dari 25

SAHRIL SIDIK

1714201110056
SMASTER 6 B
ABSEN 8

1. ISSUE LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN KELUARGA

Pengertian Aspek Legal

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan


keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun
format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek
legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis
terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas. (Dikutip dari ”Hand Out Aspek Legal &
Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan”, Sulastri).

Aspek legal adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung jawab legal
yang terkait dengan praktik keperawatan merupakan hal yang penting bagi
perawat.

Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein


(1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah
menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien,
boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien.
Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari
perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan
lain dalam pemberian perawatan.

Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan


perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991)
2.2.2. Dasar Hukum Keperawatan

a. Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN


2001

Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:

· Pasal 32 (ayat 4): “Pelaksanaan pengobatan dan atauØ perawatan


berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.

· Pasal 153 (ayat 1 dan 2): (ayat 1): “Tenaga kesehatan berhakØ memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”.
Sedangkan (ayat 2): “tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan


kewenangannya perawat berkewajiban untuk:

1. Menghormati hak pasien

2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


berlaku

4. Memberikan informasi

5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

b. Area Overlapping (Etik Hukum )

1. Hak –Hak Pasien

2. Informed-consent

Ø Hak-hak Pasien :
1. Hak untuk diinformasikan

2. Hak untuk didengarkan

3. Hak untuk memilih

4. Hak untuk diselamatkan

Ø Informed Consent

Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian persetujuan


prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan untuk perlindungan terhadap
tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak diharapakan yang diakibatkan oleh
tindakan tersebut. Selain itu dapat melindungi pasien terhadap intervensi /
tindakan yang akan dilakukan kepadanya.

Dasar – dasar Informed consent UU N0 23 / 1992 tentang kesehatan Pasal 53 ayat


( 2) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 585 tentang persetujuan tindakan
medik.

Akuntabilitas Legal:

- Aturan legal yang mengatur praktik perawat

- Pedoman untuk menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik

- Hubungan perawat- Dokter/keluarga/institusi pelayanan kesehatan

Potensial Area Tuntutan

a. Malpraktik

Kelalaian bertindak yang dilakukan seseorang terkait profesi/pekerjaannya yang


membutuhkan ketrampilan profesional dan tehnikal yang tinggi

b. Dokumentasi

Medical Record adalah dokumen legal dan dapat digunakan di pengadilan sebagai
bukti.

c. Informed consent
Persetujuan yang dibuat oleh klien untuk menerima serangkaian prosedur sesudah
diberikan informasi yang lengkap termasuk resiko pengobatan dan fakta-fakta
yang berkaitan dengan itu, telah dijelaskan oleh dokter

d. Accident and Incident report

- Incident Report laporan terjadinya suatu insiden atau kecelakaan.

- Perawat perlu menjamin kelengkapan dan keakuratan pelaporan askep.

c. Aspek Legal dalam Pendokumentasian Keperawatan

Terdapat 2 tipe tindakan legal :

1. Tindakan sipil atau pribadi

Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu

2. Tindakan kriminal

Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat


secara keseluruhan.

Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang


bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika perawat
tidak melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatau aktifitas atau
mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut melakukan mal praktik.
Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu harus
memberikan laporan yang akurat mengenai perewatan yang diterima klien.
Tappen Weiss dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat
dipercaya apabila hal-halk sbb :

1. Dilakukan pada periode yang sama. Perawatan dilakukan pada waktu


perawatan diberikan.

2. Akurat. Laporan yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh
perawwat dan bagian klien berespon.

3. Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang


sebenarnya dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
4. Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di
lingkungan umum di dokumentasikan

Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat diperliahatkam di
pengadilan sebagai bukti sering kali catatan tersebut digunakan untuk
mengingatkan saksi mengenai kejadian di seputar tuntutan karena beberapa bulan
atau tahun biasanya sudah berlalu sebelum tuntutan di bawa ke pengadilan.
Efektivitas kesaksian oleh saksi dapat bergantung pada akurasi dari catatan
semacam ini. Oleh karena itu perawat perlu untuk tetap akurat dan melengkapi
catatan askep yang diberikan pada klien.

Kegagalan membuat catatan yang semestinya dapat dianggap kelalaian dan


menjadi dasar Liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan dokumentasi yang tidak
memadai atau tidak akurat dapat menghalangi diagnosis dan terapi yang tepat dan
mengakibatkan cedera pada klien.

d. Profile Sarjana Keperawatan dan Ners ini dibagi menjadi 6, antara lain :

1. Care Provider

Perawat memiliki kemampuan dalam mengarahkan, menginisiasi, dan


melaksanakan rencana asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan etika profesi sebagai
tuntunan dalam melakukan praktik professional.

2. Community Leader

Perawat memiliki kesempatan untuk mendidik individu dan kelompok di


komunitas mengenai pencegahan dan pemeliharaan kesehatan (Promosi
kesehatan).

- Peran perawat dalam promosi kesehatan, yaitu :

a. Menjadi panutan perilaku dan sikap gaya hidup sehat

b. Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi, dan


evaluasi tujuan kesehatan
c. Mengajarkan klien mengenai strategi perawatan diri untuk meningkatkan
kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi stress, dan meningkatkan hubungan

d. Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk meningkatkan derajat


kesehatan mereka

e. Mendidik klien untuk menjadi konsumen perawatan kesehatan yang efektif

f. Membantu klien, keluarga, dan komunitas untuk mengembangkan dan


memilih pilihan promosi kesehatan

g. Memperkuat perilaku promosi kesehatan personal klien dan keluarga

h. Menganjurkan perubahan di komunitas yang meningkatkan lingkungan yang


sehat

3. Educator

Perawat juga berpartisipasi dalam aktivitas pendidikan di komunitas.

- Peran perawat-pendidik, antara lain :

1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar

2. Menentukan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan (formal


dan non-formal)

3. Merancang metode pembelajaran

4. Merancang model evaluasi pembelajaran yang sesuai

5. Melaksanakan proses pembelajaran pada praktikan, praktisi dan klien sesuai


dengan karakteristik pembelajaran

6. Melakukan evaluasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

7. Mengorganisasikan pengelolaan pada tatanan pendidikan dan pelayanan

4. Manager

Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat


mengkoordinasikan berbagai professional perawatan kesehatan dan layanan untuk
membantu klien mencapai hasil akhir yang diinginkan.
Sedangkan organisasi birokratik menggunakan kontrol melalui kebijakan,
pekerjaan terstruktur, dan tindakan pembagian kategori. Organisasi lain
mendesentralisasikan kontrol dan menekankan pengarahan diri dan disiplin diri
anggotanya.

- Fungsi manajerial, antara lain :

1. Perencanaan

a. Mengidentifikasi kesempatan di masa yang akan dating

b. Mengantisipasi dan menghindari masalah di masa yang akan dating

c. Menyusun strategi dan rangkaian tindakan

2. Pengorganisasian

a. Mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada individu atau tim


yang telah mendapatkan pelatihan dan memiliki keahlian untuk melaksanakannya.

b. Mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit

5. Pemanduan (Leading) dan Pendelegasian

Fungsi pendelegasian adalah untuk memberikan perawatan dan seluk-beluk


hubungan antarstaf, klien, dan lingkungan.

Peran perawat manager, antara lain :

1. Melakukan kajian situasi pada tatanan pelayanan atau pendidikan


keperawatan atau kesehatan

2. Membuat perencanaan baik strategis maupun operasional sesuai dengan


kajian situasi pada tatanan pelayanan/pendidikan

3. Mengorganisasikan pola pelayanan/pendidikan keperawatan / kesehatan


sesuai dengan lingkupnya

4. Melakukan pengelolaan staff sesuai dengan lingkupnya (rekrutmen sampai


dengan penataan jenjang karier)
5. Memberikan pengarahan baik pada tatanan pelayanan/pendidikan sesuai
dengan prinsip-prinsip kepemimpinan, motivasi, dsb

6. Melakukan proses kontrol sesuai dengan prinsip-prinsip mutu dan


managemen resiko

6. Reseacher

Menurut Position Statement on Education for Participation in Nursing Research


(1994) oleh American Nurses Association (ANA), semua perawat berbagi
komitmen untuk kemajuan ilmu keperawatan. Praktik berbasis penelitian
dipandang sebagai hal penting agar asuhan keperawatan efektif dan efisien.
Menurut Polit dan Hungler (1999), menetapkan empat alasan penelitian itu
penting dalam keperawatan, antara lain:

· Sebagai profesi, keperawatan memerlukan penelitian untuk


mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan ilmiah yang unik dan
terpisah dari disiplin lain.

· Penelitian itu penting untuk mempertahankan tanggung gugat ilmiah


keperawatan terhadap klien, keluarga, dan masyarakat secara umum.

· Perhatian saat ini mengenai ekonomi dan keefektifan perawatan kesehatan


menuntut keperawatan untuk mendokumentasikan melalui penelitian bagaimana
layanan keperawatan berperan pada pemberian perawatan kesehatan.

· Saat intervensi multipel mungkin diberikan dalam situasi klien tertentu,


penelitian keperawatan penting untuk proses pengambilan keputusan klinis.

2. TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA SAAT INI

Ketergantungan obat telah menjadi masalah di Indonesia saat ini. Pemerintah telah
berusaha mengambil berbagai upaya untuk menangani masalah ini. Hal ini dirasa
penting karena akibat lanjut dari ketergantungan obat ini akan sangat mengganggu
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Walaupun belum ada data statistik yang secara pasti , namun banyak sorotan yang
meyebutkan bahwa remaja merupakan kelompok terbesar dalam masalah
ketergantungan obat. Bila kita mencermati secara mendalam, sorotan ini mungkin
juga benar karena remaja merupakan suatu masa kritis, masa dimana seseorang
ingin mencari identitas dirinya. Berawal dari rasa ingin tahu, mencoba – coba ,
memakai dan akhirnya menjadi ketergantungan. Kenyataan seperti inilah yang
menjadikan remaja sebagai sorotan utama dalam masalah ketergantungan obat.

Walaupun banyak pro dan kontra dalam upaya penanganan masalah remaja
dengan ketergantungan obat ,namun Cuma satu prinsip yang dianut bawah remaja
harus ditolong. Penanganan terhadap masalah ini bukanlah suatu hal yang mudah,
karena dalam proses penanggulangannya sering kali timbul masalah – masalah
yang tak diinginkan.

Pendekatan kekeluargaan merupakan jalur utama yang harus ditempuh dalam


penanganan masalah ini, karena remaja remaja yang bermasalah tersebut
merupakan bagian dari suatu keluarga.

A. Pengertian :

Dalam menentukan seorang terdiagnosa ketergantungan obat sangat diperlukan


adanya bukti penggunaan dan kebutuhan yang terus menerus . Obat yang
diberikan oleh dokter tidak termasuk dalam pengertian diatas.

Istilah ketergantungan obat mempunyai arti yang lebih luas dari pada ketagihan
atau adiksi. Ketagihan obat adalah ; Keracunan yang periodic atau menahun yang
merugikan individu sendiri dan masyarakat dan yang disebabkan oleh penggunaan
suatu obat yang berulang – ulang dengan ciri-ciri : Keinginan atau kebutuhan
yang luar biasa untuk meneruskan penggunaan obat itu dan usaha
mendapatkannya dengan segala cara, Kecendrungan untuk menaikan dosis,
Ketergantungan psikologik (emosional) dan kadang – kadang juga ketergantungan
fisik pada obat itu.

B. Penyebab ketergantungan obat

Faktor kepribadian seseorang mempengaruhi apakah ia akan tergantung pada


suatu obat atau tidak. Orang yang merasa tidak mantap serta mempunyai sifat
tergantung dan pasif lebih cendrung menjadi tergantung pada obat. Faktor sosial
budaya juga mempengaruhi seseorang dalam masalah ketergantungan obat. Di
Indonesia banya penderita ketergantungan obat berasal dari golongan sosio-
ekonomi menengah (karena perkembangan golongan ini yang sangat pesat
sehingga lebih menganggu kestabilan individu dan keluarga. Faktor fisik atau
badaniah sesorang menentukan efek fisik obat, seperti hilangnya rasa nyeri,
dorongan seksual, rasa lapar dan mengantuk atau justru berkurangnya hambatan
terhadap dorongan – dorongan.

Pada remaja, selain faktor – faktor diatas Keadaan ketergantungan obat dapat
disebabkan karena pada masa remaja mengalami suatu keadaan yang relatif
mudah berubah-ubah,ini disebabkan karena ciri dari remaja itu sendiri diantaranya
:

Masa remaja sebagai periode penting

Walaupun semua periode dalam rentang kehidupan penting pada usia remaja
perkembangan fisik dan mental yang cepat menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap ,nilai dan minat baru yang mempunyai
akibat jangka panjang pada usia berikutnya.

Masa remaja sebagai periode peralihan


Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa ,bila
berperilaku anak-anak ia akan bertindak dewasa tetapi bila berperilaku dewasa dia
dikatakan masih belum waktunya seperti orang dewasa.

Faktor lingkungan juga mempengaruhi masalah ketergantungan obat , antara lain :

Orang tua

Sikap orang tua terhadap remaja merupaka faktor yang sangat penting bagi
perkembangan kepribadian remaja.Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian
menimbulkan kebingungan pada remaja.Bila orang tua tidak rukun ,maka sering
mereka tidak konsekuen dalam hal mengatur disiplin dan sering mereka
bertengkar didepan anak-anak mereka.Sebaliknya disiplin yang dipertahankan
secara kaku dapat menimbulkan frustasi yang hebat.Disiplin harus dipertahankan
dengan bijaksana ,jangan sampai seakan-akan ada dua blok dirumah,yaitu orang
tua disatu pihak dan anak-anak dilain pihak.

Saudara-saudara

Rasa iri hati terhadap saudar-saudara adalah normal, biasanya lebih nyata pada
anak pertama dan lebih besar antara anak-anak dengan jenis kelamin yang
sama.Perasaan ini akan bertambah keras bila orang tua memperlakukan anak-anak
tidak sama (pilih kasih).Untuk menarik perhatian dan simpati dari orang
tua,biasanya remaja menunjukkan perilaku agresif atau negativistik.

Orang-orang lain didalam rumah

Seperti nenek,saudar orang tua atu pelayan,juga dapat mempengaruhi


perkembangan kepribadian pada remaja. Nenek pada umumnya menunjukkan
sikap memanjakan terhadap cucunya

Hubungan disekolahnya
Yang perlu diselidiki adalah bagaimana hubungan remaja dengan gurunya, teman
sekolahnya. Tidak jarang seorang guru yang sifatnya terlalu keras justru
menimbulkan kenakalan pada murid-muridnya.

Keadaan ekonomi

Ketergantungan obat lebih sering didapati pada anak-anak dari golongan sosio-
ekonomi tinggi atau rendah. Hal ini terjadi mungkin karena orang tua mereka
terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial (pada kalangan atas)atau sibuk
dengan mencari nafkah (pada kalangan rendah) sehingga lupa menyediakan waktu
untuk berkomunikasi dengan baik pada para remaja.

Menurut Rosenheim,Tucker dan Lafore, diambil kesimpulan bahwa orang tua


remaja dengan ketergantungan obat sering menunjukkan sikap menolak terhadap
anak mereka. Sikap menolak ini mempunyai latar belakang tertentu, misalnya :

Perkawinan yang tidak bahagia.Isteri mengira bahwa dengan adanya


anak,hubungan suami istri akan menjadi baik. Bila kemudian ternyata tidak
demikian, maka anaklah yang dipersalahkan (mungkin secara tidak disadari)

Sikap menolak juga mungkin timbul karena sebelumnya ibunya takut hamil lagi
karena kesulitan ekonomi dan kelahiran seorang anak akan menambah beban
keluarga.

Sikap menolak dari orang tua terhadap anak mereka terutama pada remaja
diantaranya adalah :

Menghukum anaknya /remaja secara berlebih lebihan.

Anak /remaja kurang diperhatikan mengenai makanan,pakaian,kemajuan


disekolah dan kegiatan sosial.

Kurang sabar terhadap anaknya/remaja dan mudah marah.

Ancaman-ancaman untuk mengusir anak/remaja

Anak/remaja yang bersangkutan diperlakukan lain dibandingkan dengan saudara-


saudaranya.

Sangat kritis terhadap anak/remaja tersebut.


3. IMPLIKASI (DIAGNOSA)
1. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan terhadap masalah ketergantungan obat pada remaja.
2. Ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga
dengan ketergantungan obat .
3. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah ketergantungan obat .

4. ISLAMIC VALLUE

Terdapat banyak sekali dalil, baik ayat Al-quran, hadist ataupun pendapat ulama
yang menjelaskan keharaman penyalahgunaan narkoba. Diantaranya yaitu:

Hadist dari Umar bin Khattab R.A

Dari Umar bin Khattab radiallahu ‘anh, “Khamar adalah segala sesuatu yang
menutup akal.” (HR Bukhari Muslim).

Hadist dari Ummu Salamah

Dari Ummu Salamah mengatakan, “Rasulullah SAW melarang segala sesuatu


yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah).” (HR Abu Daud).

Al-Maidah ayat 90
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamr, judi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
memperoleh keberuntungan.” ( QS. Al-Maidah: 90 )

Al-Baqarah ayat 195

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al


Baqarah: 195).

5. JURNAL SESUAI TREND

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN
KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA
PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH DAMPING
TENJO
LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016
THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT TO EVENTS THE
RELAPSE OF
DRUG ABUSERS AT RUMAH DAMPING TENJO LAUT IN KUNINGAN
DISTRICT 2016
recurrence ( relapse )
1 2 on drugs abusers at
Aria Pranatha , Rika Rostika Rumah Damping
Tenjo Laut in
ABSTRAK Kuningan
District 2016 is p
Penggunaan obat-obatan secara sipil telah ada di setiap tahun, pada
value 0,026 .
tahun 2008 ada 3.362.527 orang yang menggunakan narkoba kemudian
The
menjadi 5.126.913 pada tahun 2015. Penyalahgunaan obat telah
direnovasi dan disembuhkan diizinkan untuk menggunakan narkoba
(kambuh). Laporan ini bertujuan untuk meninjau kembali hubungan
antara suport keluarga dengan Peristiwa kambuh pelaku narkoba di
rumah meredam tenjo laut di kabupaten kuningan 2016.
Jenis penelitian yang digunakan adalah desain analitik cross sectional.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah mengalami
validitas ada 15 responden, uji validitas menunjukkan bahwa dukungan
untuk keluarga 23 pertanyaan 4 tidak valid karena nilai r kurang dari r
tabel (0,514). Pelaksanaan penelitian ini pada Mei 2016. Sampel 40
responden menggunakan total sampling dan data analisis menggunakan
chi square.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh dukungan keluarga terhadap
kategori baik yaitu sekitar (52,5%) dan kekambuhan mayoritas
responden mengalami kekambuhan yaitu sekitar (65%). Dari analisis
hubungan keluarga kekambuhan (kambuh) terhadap pelaku narkoba di
Rumah Damping Tenjo Laut di Kabupaten Kuningan 2016 adalah p
value 0,026.
Kesimpulannya ada hubungan positif antara suport keluarga terhadap
kejadian kambuh pelaku narkoba di rumah redaman tenjo laut di
kabupaten kuningan 2016. Diperkirakan supervisi dan bantuan mantan
pengguna narkoba harus lebih optimal untuk mengurangi kejadian
kambuh dan penyalahgunaan narkoba bisa hidup sehat tanpa narkoba.

Kata kunci: Dukungan Keluarga, Kambuh

ABSTRACT
The civil using drugs in indonesia has been increasing every year , in
2008 there are 3.362.527 people drugs abusers later became 5.126.913
in 2015. There were 51 cases of drug abuses in kuningan district in all
2015. Drugs abusers have renovated and healing allowed to use drugs (
relapse ) .Cause a recurrence can be caused by several factors that
may be one of these factors family .This report aims to review the
relationship between family suport to events the relapse of drugs
abuser at rumah damping tenjo laut in kuningan district 2016.
The kind of research use is analytic design cross sectional .Instrument
used is a questionnaire that has undergone a validity there are 15
respondents , test validity suggests that support for the family of 23
questions 4 are not valid and variable a recurrence of 20 questions 8
invalid because the value of r less than the r table (0,514 ) .The
implementation of this research on may 2016 .The sample 40
respondents were using a total sampling and analysis data using the chi
square. Based on data processing obtained a family support of good
category that is about ( 52,5 % ) and a recurrence the majority of
respondents experienced a recurrence that is about ( 65% ) . From an conclusion is there a
analysis of the relationship between a family of a positive relationship
between family suport to events the relapse of drugs abuser at Rumah
damping tenjo laut in kuningan district 2016. Expected supervision and SKOLAS
assistance former drug users must be more optimal to reduce incidence
a recurrence and drugs abusers can healthy life without drugs. TIK
KEPERAWA
TAN
Vol. 3, No.1
Januari - Juni 2017

ISSN: 2443 – 0935


E-ISSN: 2443 - 1699

36

JURNAL
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

Keywords: Family Support, Relapse total jumlah penduduk sebanyak 33.173.414


orang, sedangkan penyalahguna narkoba
pada tahun 2014 sebanyak 792.206 orang.
PENDAHULUAN Berdasarkan data yang diperoleh dari BNN
Narkoba atau Napza (Narkotika, Kabupaten Kuningan (BNNK) (2016) jumlah
Psikotropika, dan Adiktif lainnya) merupakan penyalahguna narkoba di Kabupaten
sekelompok obat, yang berpengaruh pada Kuningan dari tahun ketahun juga terjadi
kerja tubuh, terutama otak. Fenomena peningkatan ditandai dengan kasus
penyalahgunaan narkoba ibarat gunung es, penyalahgunaan narkoba pada tahun 2013
hanya sedikit yang terdeteksi tetapi banyak sebanyak 20 kasus, pada tahun 2014
yang belum terungkap. Penyalahgunaan menjadi 34 kasus dan pada tahun 2015
narkoba dapat memberikan berbagai terdapat 51 kasus penyalahgunaan narkoba.
dampak negatif bagi penggunanya, seperti Menurut Badan Narkotika Nasional
dampak ekonomi, sosial, dan dampak Kabupaten Kuningan (2012)
kesehatan fisik serta psikis selain itu Penyalahgunaan Narkoba mempunyai
penyalahgunaan narkoba dapat merusak dampak yang sangat luas bagi pemakainya
mental dan moralitas generasi penerus (diri sendiri), serta masyarakat, bangsa dan
bangsa. negara. Upaya penanggulangan
Penyalahgunaan narkoba di seluruh negara penyalahgunaan narkoba bersifat
terus mengalami kenaikan, dimana hampir komperhensif, untuk itu bagi pecandu atau
12% (15,5 juta jiwa sampai dengan 36,6 juta penyalahguna, Undang-undang telah
jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat memberikan hak bagi mereka untuk
Menurut (World Drug Report tahun,2012). mendapatkan rehabilitasi medis dan sosial.
Sedangkan menurut data United Nations on Hal tersebut berkaitan dengan pentingnya
drugs and crime (UNDC) (2012), dari proses pemulihan dan cara pandang bahwa
seluruh penduduk dunia terdapat 230 juta pengguna narkoba bukanlah prilaku kriminal
penduduk atau 5% pernah mengkonsumsi melainkan hanya korban. Namun para
obat-obatan terlarang setidaknya satu kali pengguna narkoba yang telah direhabilitasi
seumur hidup. maupun sedang dalam masa pemulihan
memungkinkan kembali menggunakan
Menurut phadli (2015) kasus narkoba (Relapse). Kekambuhan (relapse)
penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari merupakan suatu kondisi menggunakan
tahun ke tahun juga terus mengalami kembali narkoba setelah dilakukan upaya
kenaikan dimana pada tahun 2008 ada rehabilitasi atau upaya pemulihan.
sebanyak 3.362.527 jiwa penyalahguna Berdadasrkan data Badan Narkotika
narkoba dengan pravalensi 1,99%, pada Nasional kabupaten Kuningan (2014:52)
tahun 2011 sebanyak 4.071.016 dengan angka kambuh di Indonesia mencapai 90%
pravalensi 2,3%, pada tahun 2013 sebanyak atau 9 dari 10 pecandu telah selesai
4,9 juta dan terus mengalami kenaikan pada mengikuti program terapi rehabilitasi dan
tahun 2015 diperkirakan 5.126.913 dengan yang sedang mengikuti terapi rehabilitasi
pravalensi 2,8%. kembali mengkonsumi atau menjadi
pecandu narkoba. Hal ini terjadi akibat
Propinsi Jawa barat mejadi daerah tujuan respon adaptasi yang tidak berhasil karena
peredaran narkoba setelah Jakarta dipengaruhi masa lalu saat masih
sekaligus menjadi target pemasaran yang menggunakan narkoba, selain itu penyebab
bagus, hal ini dapat dilihat dari data BNNP kekambuhan narkoba di sebabkan oleh
Jawa Barat (2015) menunjukan tingkat beberapa faktor kemungkinan salah satunya
prevalensi yang pernah memakai narkoba yaitu faktor keluarga.
tahun 2013 sebesar 5,9% (1.898,231) dari

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  37


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

Friedman dalam Setiadi (2008) menjelaskan utuk melakukan penelitian mengenai


bahwa, dukungan keluarga mengacu Hubungan Antara Dukungan Keluarga
kepada dukungan-dukungan yang Dengan Kejadian Kekambuhan (Relapse)
dipandang oleh anggota keluarga sebagai Pada Penyalahguna Narkoba Di Rumah
sesuatu yang dapat diadakan untuk Damping Tenjo Laut Kabupaten Kuningan
keluarga, dimana dukungan tersebut bisa Tahun 2016.
atau tidak diadakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat METODOLOGI PENELITIAN
mendukung selalu siap memberikan
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
dengan rancangan cross sectional yaitu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh untuk mengukur variabel bebas (dukungan
hurriyati (2011) dengan menggunakan keluarga) dan variabel terikat (kejadian
metode study kasus didapatkan keterangan kekambuhan) secara bersamaan.
bahwa dukungan keluarga (orangtua) Responden penelitian berjumlah 40
terhadap remaja yang menggunakan penyalahguna narkoba yang berada di
narkoba pada kedua subjek, Rumah Damping Tenjo Laut Kabupaten
mempersepsikan ayah bukan sebagai Kuningan, dengan teknik pengambilan
pemberi dukungan bahkan keduanya sampel menggunakan total sampling
mempersepsikan ayah sebagai sumber (Badriah, 2012).
konflik, Sehingga konflik dengan ayah
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
menjadi salah satu faktor yang memicu
data menggunakan metode kuesioner.
untuk relapse. Begitu pula penelitian yang
Dimana kuesioner bagian pertama berisi 19
dilakukan oleh isnaini (2011) terdapat
pernyataan tentang dukungan keluarga, dan
hubungan antara dukungan keluarga
kuesioner bagian kedua berisi 12
dengan keinginan untuk sembuh pada
pertanyaan tentang kekambuhan.
penyalahguna napza di Lembaga
Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta Analisis yang dipergunakan untuk melihat
dengan nilai kemaknaan p=0,002. hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat, menggunakan uji Chi
Berdasarkan studi pendahuluan yang
Square.
dilakukan oleh peneliti di panti Rehabilitasi
Narkoba Tenjo Laut Kabupaten Kuningan HASIL PENELITIAN Analisis Univariat
terhadap 5 orang respon, ternyata ke-5
Responden mengatakan pernah mencoba Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dukungan
untuk berhenti untuk tidak mengguankan Keluarga Pada Penyalahguna Narkoba Di
narkoba namun hal tersebut tidak berhasil Rumah Damping Tenjo Laut Kabupaten
dan pada akhirnya menggunakan narkoba Kuningan Tahun 2016
kembali (relapse). 1 responden mengatakan No Perse
bahwa keluarganya bersifat acuh tak acuh, Dukungan Frekuensi ntase
responden merasa tidak mendapat Keluarga (f) (%)
perhatian dan tidak mendapatkan dukungan
1. Baik 52,5
sehingga responden kembali menggunakan 21
narkoba (relapse), sedangkan 4 responden 2. Kurang Baik 47,5
lain mengatakan bahwa keluarga selalu 19
mendukung, peduli serta selalu memberikan Total 40 100
support untuk berhenti menggunakan Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
narkoba namun responden tetap kembali Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat
memakai narkoba (relapse). Berdasarkan diketahui bahwa dari 40 responden lebih
uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik dari setengahnya responden memiliki

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  38


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

dukungan keluarga yang baik yaitu yaitu sebanyak 17 responden (81%),


sebanyak 21 responden (52,5%) sedangkan responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang baik cenderung
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian menggunakan narkoba kembali (relapse)
Kekambuhan Pada Penyalahguna Narkoba yaitu sebanyak 10 responden (52,5%). Hasil
Di Rumah Damping Tenjo Laut Kabupaten uji statistik chi square didapatkan p value
Kuningan 0,026. Maka hipotesis yang diajukan di bab
No Kejadian Frekuen Pers 3 dengan bunyi “terdapat hubungan yang
Kekambuhan si (f) enta positif antara dukungan keluarga dengan
se kejadian kekambuhan di rumah damping
(%) tenjo laut kabupaten kuningan tahun 2016”
dapat dibuktikan dengan hasil penelitian
1. Tidak kambuh 26 65 atau dengan kata lain hipotesis sejalanan
dengan hasil penelitian.
2. Kambuh 14 35
PEMBAHASAN PENELITIAN Gambaran
Total 40 100 Dukungan Keluarga Pada Penyalahguna
Narkoba Di Rumah Damping Tenjo Laut
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
Kabupaten Kuningan Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, dapat
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, hasil
diketahui bahwa dari 40 responden
penelitian menunjukan bahwa, sebagian
sebagian besar responden tidak mengalami
besar responden memiliki dukungan
kekambuhan yaitu sebanyak 26 responden
keluarga yang baik yaitu sebanyak 21
(65%)
responden (52,5%). Berdasarkan hasil
Analisis Bivariat interpretasi selama penelitian, peneliti
berpendapat bahwa mayoritas
Tabel 5.3 Hubungan Antara Dukungan penyalahguna narkoba memiliki dukungan
Keluarga Dengan Kejadian Kekambuhan keluarga yang baik, keluarga dapat
(Relapse) Pada Penyalahguna Narkoba Di menerima anggota keluarganya yang
Rumah Damping Tenjo Laut Kabupaten mengguanakan narkoba dan mampu
Kuningan mendukung anggota keluarga dalam
Kejadian melakukan upaya pemulihan dukungan
Dukun Kekambuhan P tersebut berupa dukungan dukungan
gan Kamb Tidak Total val informasional, dukungan penilaian,
ue dukungan instrumental dan dukungan
Keluar uh Kamb
emosional.
ga uh
F % F % F % Friedman dalam Setiadi (2008) menjelaskan
4 19 1 81 2 10 dukungan keluarga merupakan sebuah
Baik 0,0 proses yang terjadi sepanjang kehidupan,
7 1 0
Kuran 1 52, 9 47, 1 10 26 dimana dalam sebuah tahap siklus
g Baik 0 5 5 9 0 kehidupan, dukungan keluarga membuat
keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
1 35 2 65 4 10
Total situasi sesuai dengan kepandaian dan akal
4 6 0 0
untuk meningkatkan derajat kesehatan
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2016
keluarga dan adaptasi keluarga dalam
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui
kehidupan. Sehingga dukungan keluarga
bahwa responden yang memiliki dukungan
mampu mendatangkan rasa senang, rasa
keluarga baik cenderung tidak
menggunakan narkoba kembali (relapse) aman, rasa puas dan rasa nyaman.

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  39


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

Dukungan keluarga berkaitan dengan dimensi pecandu telah rusak oleh


pembentukan keseimbangan mental, kekacauan yang diakibatkan oleh
prilaku, dan kepuasan psikologis. kecanduannya sehingga para
penyalahguna harus waspada terhadap
Menurut BNN Kabupaten Kuningan kemungkinan terjadinya relapse, yaitu
(2012:13), menjelaskan bahwa keluarga kembali menggunakan napza dengan pola
merupakan bagian terpenting dalam yang sama. Salah satu usaha untuk
proses kehidupan seseorang, begitupun memperkuat penyalahguna untuk dapat
dengan para penyalahguna narkoba yang hidup bersih dari napza adalah dengan
membutuhkan dukungan yang lebih dari adanya dukungan keluarga ( family
keluarga khususnya orangtua. hubungan support) selain itu dibutuhkan dukungan
yang kurang dekat antara orangtua dan obat, motivasi diri, lingkungan dan
anak atau kurang komunikasi rehabiitasi secara fisik, medis, sosial dan
menyebabkan anak mencari pengganti dan juga psikologis.
menggantinya masuk ke dalam teman
kelompok sebaya, dimana anak mulai Menurut Prasetyaningsih (2008) upaya
berkenalan dengan narkoba. pencegahan relapse yang dapat dilakukan
adalah dengan cara mencegah
Gambaran Kejadian Kekambuhan penyalahguna narkoba untuk tidak kembali
(Relapse) Pada Penyalahguna Narkoba Di kepada lingkungan yang berisiko tinggi,
Rumah Damping Tenjo Laut Kabupaten seperti bertemu dengan teman sesama
Kuningan Tahun 2016 pengguna narkoba atau pergi ke tempat
yang pernah dipakai penyalahguna untuk
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, hasil
memakai narkoba. Beri kesempatan kepada
penelitian menunjukan bahwa, sebagian
penyalahguna narkoba untuk
besar responden tidak mengalami
mengungkapkan isi hatinya dan berikan
kekambuhan yaitu sebanyak 26 responden
dorongan untuk setiap tindakan yang positif.
(65%) menurut BNNP Jawa Barat
Segera atasi penyalahguna narkoba ke
(2015:45) menjelaskan bahwa kambuh
rumah sakit maupun ke dokter jiwa jika
(relapse) murupakan suatu kondisi mantan
kekambuhan disebabkan karena depresi,
pengguna narkoba yang sudah sempat
kecemasan atau gangguan psikotik. Ubah
bersih namun kembali mengkonsumsi
gaya hidup penyalahguna narkoba pada
narkoba. Hal tersebut dapat dipengaruhi
kegiatan positif seperti mengikut sertakan
oleh beberapa faktor, seperti faktor individu
dalam kegitan-kegiatan yang berada di
penyalahguna narkoba itu sendiri, faktor
masyarakat. Berilah dukungan dukungan
lingkungan, faktor keluarga dan faktor
emosional seperti empati, kepedulian, dan
pengetahuan.
perhatian dengan mengikutsertakan peran
Dalam hasil penelitian ini menunjukan orangtua dan keluarga, selain itu berikanlah
bahwa sebanyak 65% penyalahguna dukungan penghargaan untuk setiap
narkoba yang berada di rumah damping prestasi ataupun hal positif yang dilakukan
tenjo laut kabupaten kuningan tidak karena dukungan penghargaan dapat
mengalami kekambuhan, hal tersebut membuat para penyalahguna narkoba
berarti cukup banyak penyalahguguna menjadi lebih semangat untuk dapat pulih
narkoba mampu untuk tidak menggunakan serta akan membuat rasa percaya dirinya
narkoba kembali. Menurut Isnaini (2009) meningkat. Bantu dengan dukungan
menjelaskan usaha pecandu untuk lepas instrumental seperti memberikan
dari belenggu napza merupakan keterampilan dan lapangan pekerjaan
perjuangan hidup yang dapat dikatakan ataupun melanjutakan pendidikan.
seumur hidup, karena hampir seluruh

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  40


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

Hubungan antara dukungan keluarga Penyalahguna narkoba yang sedang


dengan kejadian kekambuhan (Relapse) melaksankan upaya pemulihan atau yang
pada penyalahguna narkoba di Rumah sudah bersih perlu mendapatkan
Damping Tenjo Laut Kabupaten pengawasan dari anggota keluarga yang
Kuningan lain. Hal ini dapat menjadi upaya
pencegahan bagi penyalahguna narkoba
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk tidak menggunakan narkoba
terdapat hubungan yang positif antara kembali. Peran keluarga menjadi sangat
dukungan keluarga dengan kejadian penting terhadap penyalahguna narkoba,
kekambuhan pada penyalahguna narkoba keluarga diharapkan mampu memerankan
di rumah damping tenjo laut kabupaten perannya dengan baik sehingga tercipta
kuningan tahun 20016 dengan nilai p = keluarga yang fungsional. Ciri keluarga
0,026. Hal ini dapat diartikan bahwa yang fungsional menurut BNNK Kuningan
semakin baik dukungan keluarga terhadap (2009) adalah minimalnya perselisihan
penyalahguna narkoba dalam upaya antara orangtua dengan anak, memberikan
pemulihan maka semakin kecil risiko kesempatan bagi anak untuk menyatakan
penyalahguna narkoba mengalami keinginannya, adanya musyawarah dalam
kekambuhan. Hal ini juga di perkuat oleh memecahkan permaslahan keluarga dan
Friedman dalam Setyowati (2008:29), lima menjalin kebersamaan antara oragtua
fungsi dasar keluarga salahsatunya adalah dengan anak.
fungsi perawatan kesehatan yaitu
kemampuan keluarga dalam merawat Penelitian di atas juga di perkuat dari hasil
anggota keluarga yang mengalami penelitain yang dilakukan oleh Isnaini (2009)
masalah kesehatan. Jadi keluarga yang dengan judul hubungan antara dukungan
mempunyai anggota penyalahguna keluarga dengan keinginan untuk sembuh
narkoba harus mampu mengatasi masalah pada penyalahguna napza di Lembaga
kesehatan dengan cara keluarga Pemasyarakatan Wirogunan Kota
mendukung penyalahguna untuk Yogyakarta tahun 2009 hasil penelitian di
melakukan pemulihan di panti rehabilitasi dapatkan dengan uji penelitian
narkoba baik rehabilitasi medis ataupun menggunakan chi square. Hasil penelitain
rehabilitasi sosial. menunjukan distribusi frekuensi dukungan
keluarga termasuk dalam kategori dukungan
Hal tersebut didukung oleh BNNRI (2009:3) tinggi sebanyak (54%), katgori dukungan
yang menjelaskan bahwa faktor keluarga keluarga sedang sebanyak (28%) dan
dalam hubungannya dengan penyalahguna dukungan keluarga dengan kategori rendah
narkoba memiliki keterkaitan yang sangat sebanyak (18%). Untuk distribusi frekuensi
erat sebagai bagian dari fungsi dalam keinginan untuk sembuh pada
keluarga. Keluarga sebagi unit sosial penyalahguna narkoba yaitu dengan
terkecil dalam masyarakat dan mempunyai kategori ya sebanyak (66%) dan untuk
peran penting bagi penyalahguna narkoba. kategori tidak sebanyak (34%) . hasil uji
Komunikasi dalam keluarga, peran penelitian chi square dengan nilai p = 0,002
orangtua dan kondisi keluarga sangat artinya terdapat hubungan antara dukungan
mempengaruhi kepribadian pada anggota keluarga dengan keinginan untuk sembuh
penyalahguna narkoba. Penyalahguna pada penyalahguna napza di Lembaga
akan rentan atau tidak terhadap Pemasyarakatan Wirogunan Kota
kekambuhan, semua tergantung kepada Yogyakarta.
masing – masing anggota keluarga dalam
menjalin komunikasi, mendidik serta Hasil penelitian yang serupa yang dilakukan
memberikan suasana lingkungan yang oleh Lastari (2013) dengan judul hubungan
kondusif. antara faktor penyebab dengan

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  41


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

kekambuhan pada penyalahguna narkoba di 2. Sebagian besar


Yayasan Maha Kasih Kuningan tahun 3013 penyalahguna narkoba yang
dengan menggunakan uji korelasi rank berada di Rumah Damping Tenjo
spearman di dapatkan hasil penelitian Laut Kabupaten Kuningan tidak
sebagi berikut, distribusi sikap keluarga mengalami kekambuhan
penyalahguna narkoba dengan kategori (relapse) yaitu sebanyak (65%).
mendukung sebanyak (85,2%) dan untuk
dukungan keluarga dengan kategori tidak 3. Terdapat hubungan yang
mendukung sebanyak (14,8%) sedangkan positif antara dukungan keluarga
distribusi frekuensi kekambuhan sebanyak dengan kejadian kekambuhan
(48,1%) dan tidak kambuh sebanyak pada penyalahguna narkoba di
(51,9%). hasil uji penelitian dengan Rumah Damping Tenjo Laut
menggunakan uji korelasi rank spearman Kabupaten Kuningan tahun 2016
dengan nilai p = 0,000 dengan nilai korelasi (p value 0,026).
spearman r = 0,651. Hal ini dapat
SARAN
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara faktor keluarga dengan 1. Bagi Pengguna Narkoba
kekambuhan pada penyalahguna narkoba di Penyalahguna narkoba disarankan
yayasan maha kasih kuningan. menghindari narkoba dan berusaha
terus untuk hidup sehat tanpa narkoba,
Penelitian yang dilakukan oleh Nasron
serta dapat pencegah terjadinya
(2015) dengan judul Hubungan Antara
kekambuhan dengan cara melukan
Dukungan Keluarga Terhadap Kejadian
berbagi hal yang positif seperti
Pada Ketergantungan Napza Di Yayasan
melakukan ibadah kepada tuhan,
Lantera Minangkabau Tahun 2015.
melakukan bakti sosial, turut berperan
Penelitian menggunakan chi square
aktif dalam pencegahan
menunjukan distribusi frekuensi lebih dari
penyalahgunaan narkoba dengan
setengahnya (53,7%) responden mengalami
lembaga yang terkait hal tersebut, dan
ketergantungan terhadap napza dan lebih
bergaul dengan orang yang akan
dari setengahnya responden tidak mendapat
menjauhkan diri dari penyalahgunaan
dukungan keluarga (51,2%) dan hasil uji chi
narkoba. 2. Bagi Keluarga
square menunjukan terdapat hubungan
Keluarga disarankan lebih
antara dukungan keluarga terhadap
meningkatkan dukungan terhadap
kejadian pada ketergantungan napza di
anggota keluarganya, keluarga juga
yayasan lantera minangkabau tahun 2015
harus tetap menjaga komunikasi dengan
dengan nilai p= 0,000
baik agar masing-masing anggota
SIMPULAN keluarga merasa nyaman saat
mengungkapkan hal yang tidak sesuai
Berdasarkan pembahasan yang telah di dengan keinginannya. Selain itu,
uraikan pada bab sebelumnya, maka keluarga terutama orang tua harus
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai selalu mendukung setiap aktivitas yang
berikut: dapat membangun karakter positif, serta
selalu memberikan dukungan emosional
1. Sebagian besar seperti kasih sayang dan perhatian.
penyalahguna narkoba yang Keluarga tidak meninggalkan anak
berada di Rumah Damping Tenjo ketika berda dalam masalah namun
Laut Kabupaten Kuningan membimbing dan tidak meninggalkan
memiliki dukungan keluarga yang kewajibannya untuk mengingatkan anak
baik yaitu sebesar (52,5%). saat melakukan kesalahan. 3. Bagi

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  42


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA NARKOBADI RUMAH
DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

STIKes Kuningan Diharapkan STIKes Yogyakarta: Gadjah Mada


Kuningan dapat bekerjasama dalam University Press
menerapkan Tri Dharma Perguruan Notoatmodjo, S. (2012).
Tinggi berupa memerangi Metodologi Penelitian
penyalahgunaan narkoba, membantu Kesehatan. Jakarta: Rineka
proses rehabilitasi kepada pengguna Cipta.. (2010). Metodologi
narkoba yang ingin pulih, melakukan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
upaya promosi kesehatan kepada Rineka Cipta.
masyarakat untuk tidak menggunakan Pusat Terapi & Rehabilitasi Badan Narkotika
narkoba, tidak mendiskriminasi para Nasional, 2006. Modul Pelatihan
penyalahguna narkoba yang berada di Petugas Rehabilitasi Sosial
masyarakat, dan diharapkan dapat Dalam Pelaksanaan Program
membentuk kader anti narkoba. One Stop Center (OSC).
4. Bagi Rumah Damping Tenjo Laut Setiadi. (2008). Konsep Dan
Diharapkan penelitian ini bisa Proses Keperawatan
menjadi dasar dan bahan informasi Keluarga. Jakarta: Graha Ilmu.
dalam mencari serta merancang Setyowati Dan Murwani. (2008). Asuhan
strategi, program, metode pasca Keperawatan Keluarga.
rehabilitasi dalam menangani Jogjakarta: Mitra Cendikia.
penyalahguna narkoba agar tidak Sugiyono. (2009). Metode
menggunakan narkoba kembali Penelitian Kuantitatif
setelah selesai masa rehabilitasi Kualitatif Dan R&D. Bandung:
dan dikembalikan ke Alfabeta Bandung.
lingkungannya masing – masing. Hurriyati. (2010) Mengapa
Pengguna Narkoba Pada
DAFTAR PUSTAKA Remaja Akhir Relapse (Online)
Jurnal Ilmiah Humaniora Vol.1
Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan No.2 Oktober 2010: 303-
Keluarga. Jakarta: EGC 314 Tersedia
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Http://Eprints.Binus.Ac.Id/13177/
Suatu Pendekatan Praktik. (13 Maret 2016)
Jakarta: Rineka Cipta. Isnaini. (2009). Hubungan Antara Dukungan
Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Kuningan.
(2012). Mahasiswa
Dan Bahaya Narkotika.
Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Kuningan. (2009). Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Apa
Yang Bisa Anda Lakukan.
Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia. (2009). Advokasi
Pencegahan Penyalahgunaan
tahun 2013. kuningan: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Tidak dipublikasikan
Murti, B. (2013). Desain Dan Ukuran
Sampel Untuk Penelitian
Kuantitatif Dan Kualitatif Di
Bidang Kesehatan.

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  43


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA
NARKOBADI RUMAH DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

Narkoba. Jakarta. Keluarga


Dengan Keinginan
Badan Narkotika Nasional Provindi Jawa Untuk Sembuh
Pada
Barat. (2015). Pencegahan Penyalahguna Napza Di Lembaga
Penyalahgunaan Narkoba Bagi
Pemasyarakatan Wirogunan Kota
Remaja.
Yogyakarta.
(Online) Journal
Badriah, Dewi L. (2012). Metodologi Ilmiah Kesmas Issn: 1978–0575
Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Tersedia
Bandung : Multazam. Http://Journal.Uad.Ac.Id/Index.Ph
Dion, Y. (2013). Asuhan Keperawatan p/Kesmas/Article/View/1080/Pdf Keluarga
Konsep Dan Praktik. (13 Maret 1016)
Yogyakarta: Nuha Medika. Nasron. (2015). Hubungan Antara
Dukungan
Keluarga Terhadap
Kejadian
Lastari, VF. (2013). Hubungan Antara Faktor Pada Ketergantungan Napza
Penyebab dengan Kekambuhan
Di Yayasan Lantera Minangkabau
pada Penyalahguna Narkoba di Tahun 2015. (online).
Yayasan Mahakasih Kuningan
https://www.scribd.com/doc/2940
75094/Jurnal-Skripsi-NasronDinata Jurnal Skripsi Nasron
Dinata - Scribd (9 juli 2016)
Phadli. (2015). Jumlah
Pengguna Narkoba Di
Indonesia.
(Online).
Http://Www.Kompasia
na.Com/Ph
adli/Jumlah-
Pengguna-Narkoba-
Di-
Indonesia_553ded8d6ea
834b92b f39b35 (12
Maret 2016)
Prasetyaningsih. (2008) Tesis
Faktor Terjadinyan
Kekambuhan Pada
Penyalahguna
Napza Paska
Pengobatan Di Panti
Pamardi Putra Mandiri-
Semarang Jawa Tengah.
(Online)
Tersedia

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  44


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN (RELAPS) PADA PENYALAHGUNA
NARKOBADI RUMAH DAMPING TENJO LAUTKABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2016

Http//Eprints.Undip.Ac.Id/14655/
(13 Maret 2016)
Presiden Republic Indonesia.
(2009). Undang – Undang
No.35 Tahun
2009 Tentang
Narkotika.
(Online).Http//Bnn.Go.I
d/Portal/_Uploads/Post/20
14/09/0
3/Uu_No_35_Tahun_2009
_Narko tika.Pdf (20
Januari 2016).
UNODC. (2012). United Nations
on drugs and
crime 2012
Tersedia
Http://Www.Unodc.O
rg/Unodc/Da ta-And-
Analysis/Wdr-
2012.Html (21
Januari 2016).
WDR. (2012). World Drugs Report 2012
(Online) Tersedia
Http://Www.Unodc.O
rg/Unodc/Da ta-And-
Analysis/Wdr-
2012.Html (21
Januari 2016).

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.3, No. 1  Jan – Jun 2017  45

Anda mungkin juga menyukai