Anda di halaman 1dari 108

OM

SWASTIASTU
NAMA KELOMPOK
NI KOMANG YUNI UTARI KP1320004
MADE ARY WAHYU WIDIANTARI KP1320008
I NYOMAN CHANDIKA SANDYA S. KP1320010
I MADE WIJAYA KUSUMA KP1320014
I MADE ALIT PEBRIANTA KP1320022
KANSIANA FERLIN WADU KP1320027
I GUSTI PUTU SUDANA KP1320028
NIZARUL HIZOMI KP1320035
TERAPI
HIPERBARIK
Pengertian Terapi Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang
dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan ruang udara
bertekanan tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (O2 = 100%)
pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu
(Kemenkes, 2008).
Terapi ini awalnya digunakan untuk penyakit dekompresi, yaitu suatu penyakit
yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan
tekanan saat naik ke permukaan secara mendadak. Dari berbagai penelitian diketahui
oksigen dengan tekanan tinggi memiliki manfaat lebih, tidak hanya pada kasus-
kasus penyelaman saja.
2. Sebagai pengobatan tambahan,
Manfaat Terapi Hiperbarik yaitu untuk :
Menurut Kemenkes (2008) tujuan •Gas gangrene
dan manfaat dari terapi oksigen •Komplikasi diabetes mellitus
hiperbarik ini adalah sebagai berikut: (gangrene diabeticum)
1. Sebagai pengobatan utama, yaitu •Eritema nodusum
penyakit-penyakit akibat •Osteomielitise.
penyelaman dan kegiatan kelautan: •Buerger’s disease
• Penyakit dekompresi •Morbus Hanseng
• Emboli udara •Psoriasis vulgaris
• Luka bakar •Edema serebrali.
• Crush injurye. •Kleroderm
• Keracunan gas karbon monoksida •Lupus eritematosus (SLE)
(CO) •Rheumatoid arthritis
4. Sebagai penunjang diagnostik, yaitu

3.Sebagai pilihan pengobatan lain, untuk pasien rawat inap dengan


yaitu untuk • Penyakit dekompresi berat dengan
• Pelayanan kesehatan dan kebugaran kelumpuhan (parese dan plegi)
• Pelayanan kesehatan olahraga • Penyakit dekompresi berat dengan
• Pasien lanjut usia (geriatric) pneumonia
• Dermatologi dan kecantikan • Penyakit dekompresi berat dengan
disertai penyakit jantung
• Penyakit dekompresi berat dengan
inkontinensia urin dan hematuria
Indikasi Terapi Hiperbarik
Terapi oksigen hioperbarik telah dimanfaatkan oleh hampir semua orang di
dunia. Tahun 2011 di Amerika Serikat, Undersea and Hyperbaric Medical
Society (UHMS) dan Food and Drug Administration (FDA) mengakui
adanya 13 indikasi klinis yang dapat diobati oleh terapi ini. Indikasi klinis
yang dimaksud adalah:
1. Emboli gas arteri 7. Anemia yang parah
2. Keracunan karbon monokasida 8. Abses kepala atau otak
3. Klostridial myositis dan myonecrosis 9. Kematian jaringan pada infeksi
jaringan lunak
4. Cedera& sindrom kompartemen dan
10. Osteomyelitis
iskemia akut lain 11. Radiasi cedera jaringan lunak
5. Dekompresi 12. Pencangkokan kulit
6. Penyumbatan arteri retina 13. Luka bakar
Kontraindikasi Terapi Hiperbarik
1. Kontraindikasi mutlak
• Pneumothorax yang belum diobati
• Kehamilan
• Keganasan yang belum diradioterapi
2. Kontraindikasi relative
• ISPA
• Sinusitis kronik
• Kelainan kejang-kejang
• Emfisema
• Febris yang tidak terkontrol
• Riwayat pneumothoraks spontan
• Riwayat bedah thorax
• Riwayat operasi telinga
• Lesi paru asimtomatik
Efek Samping dan Komplikasi Terapi Hiperbarik
Efek samping yang terjadi pada pasien setelah melakukan terapi dengan oksigen
bertekanan tinggi adalah
• Merangsang pembuluh darah baru
• Mengurangi pembekakan dan peradangan
• Menonaktifkan racun
• Meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi, membantu tubuh
membangun jaringan ikat baru, dan membunuh beberapa jenis bakteri berbahaya
• Membersihkan racun dan produk sisa metaboisme
• Memepercepat proses penyembuhan
• Mual
• Berkeringat
• Batuk kering
• Sakit dada
Kompikasi yang kemungkinan terjadi pada
pasien setelah terapi adalah
•Barotrauma (telinga, sinus, paru san gigi)
•Keracunan oksigen
•Temporer myopia
•Kejang
Syarat-Syarat Dalam Menjalani Terapi Hiperbarik
1. Sebelum menjalani terapi, pasien akan dievaluasi untuk memastikan
tidak adanya kontraindikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik,
seperti kanker, pneumotoraks, sedang flu atau demam, penderita
sinusitis, asma, infeksi saluran pernafasan atas yang sedang akut dan ibu
hamil trimester I
2. Pasien harus memberitahu obat-obatan yang sedang mereka
konsumsi mengingat terdapat obat-obatan tertentu yang dapat
menyebabkan keracunan oksigen misalnya obat-obatan jenis steroid dan
kemoterapi
3. Pasien akan dimasukkan ke dalam ruangan yang menyerupai kapal
selam yang berukuran kecil selama 2 jam sehingga penting sekali untuk
memastikan pasien tidak memiliki phobia terhadap ruangan sempit
Mekanisme Pengobatan
Mekanisme pengobatan hiperbarik antara lain sebagai berikut :
1. Hiperoksigenasi, memberikan pertolongan segera terhadap
jaringan yang miskin perfusi di daerah yang aliran darahnya buruk
2. Neovaskularisasi, efek teurapetiknya meliputi peningkatan
pemecahan fibroblast, pembentukan kolagen baru dan
angiogenesis kapiler di daerah yang sulit terbentuk
neovaskularisasi seperti pada kerusakan jaringan akibat radiasi,
osteomielitis refrakter dan ulkus kronik
3. Hiperoksia akan meningkatkan aktifitas antimikroba, oksigen hiperbarik
menyebabkan terhambatnya toksin dan inaktivasi toksin pada infeksi kuman
Clostridium perfringens (gas gangrene), dan meningkatkan fagositosis serta
membunuh sel darah putih yang teroksidasi& serta meningkatkan aktivitas
aminoglikosida
4. Efek penekanan langsung menggunakan konsep hokum boyle untuk
mengurangi volume intravascular atau gas bebas lainnya
5. Hiperoksia mengakibatkan timbulnya vasokontriksi. Dan terjadi tanpa disertai
komponen hipoksia dan sangat menolong mengurangi timbulnya edema
interstitial pada jaringan yang dicangkok (graft) Penelitian pada aplikasi OHB
terhadap penanganan luka bakar telah mengindikasikan suatu penurunan yang
bermakna pada kebutuhan cairan untuk resusitasi
Sistem Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran
Teori Segitiga Api

• O2
• Heat
• Fuel
Sebab-Sebab Kebakaran

1. Faktor manusia
 Kurangnya pengetahuan tentang prinsip dasar
pencegahan kebakaran dan peledakan
 Menempatkan barang yang mudah terbakar tanpa
menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
 Kurangnya disiplin dan rasa tanggung jawab
 Adanya unsur kesengajaan
 Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
 Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dgn baik
Sebab-Sebab Kebakaran

2. Faktor teknis
 Tenaga listrik, misal arus pendek dapat menimbulkan
panas atau bunga api yg apabila bertemu komponen
yg lain dpt menimbulkan kebakaran
 Proses Kimia, misal pada saat pengangkutan bahan-
bahan kimia berbahaya, chemical handling tanpa
memperhatikan SOP
 Proses fisik/mekanis yg dpt menimbulkan panas
ataupun bunga api
Sebab-Sebab Kebakaran

3. Faktor alam
 Petir
 Gunung meletus
 dll
Klasifikasi Kebakaran

Menurut LPC (Loss Prevention Comittee)


1. Kelas A : bahan padat kecuali logam, ex kayu, arang,
kertas, tekstil
2. Kelas B : bahan cair, ex bensin, solar, minyak tanah
3. Kelas C : bahan gas, ex gas alam, LPG
4. Kelas D : bahan logam, ex magnesium, aluminium, kalium
5. Kelas E : peralatan listrik yg bertegangan
Klasifikasi Kebakaran

Menurut Per-04/MEN/1980
1. Kelas A : bahan padat kecuali logam
2. Kelas B : bahan cair atau gas yg mudah terbakar
3. Kelas C : instalasi listrik bertegangan
4. Kelas D : bahan logam
Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

Menurut Kepmenaker 186/MEN/1999 :


1. Bahaya Kebakaran Ringan : tempat kerja yg mempunyai
jumlah & kemudahan terbakar rendah, dan apabila
terjadi kebakaran melepas panas rendah sehingga
menjalarnya api jg lambat, ex ruang perkantoran,
gedung pendidikan, tempat ibadah
Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

2. Bahaya Kebakaran Sedang 1 : tempat kerja yang


mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
menimbun bahan tdk lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi
kebakaran melepas panas sedang sehingga menjalarnya api
sedang, ex pabrik roti, pabrik minuman, pabrik
pengalengan
Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

3. Bahaya Kebakaran Sedang 2 : tempat kerja yang

mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,

menimbun bahan tdk lebih dari 4 m dan apabila terjadi

kebakaran melepas panas sedang sehingga menjalarnya

api sedang, ex percetakan, pabrik tembakau, pabrik

barang kulit
Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

4. Bahaya Kebakaran Sedang 3 : tempat kerja yang


mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, apabila
terjadi kebakaran melepas panas tinggi sehingga
menjalarnya api cepat, ex pabrik barang plastik, pabrik lilin,
pabrik ban
Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

5. Bahaya Kebakaran Tinggi : tempat kerja yang mempunyai


jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menyimpan
bahan cair, serat atau bahan lainnya dan apabila terjadi
kebakaran api cepat membesar dgn melepas panas tinggi
sehingga menjalarnya api cepat, ex pabrik cat, pabrik
kembang api, pabrik korek api, pemintalan benang atau
kain
Important!!

Aspek Normatif
Merupakan aspek-aspek yang dibutuhkan
untuk mencegah bahaya kebakaran yang
biasanya berupa hal-hal normal yang harus
dipenuhi untuk mencegah kebakaran, seperti:
adanya sistem proteksi kebakaran, tersedianya
pintu darurat, dsb.
Important!!

Aspek Administratif
Aspek - aspek yang ada disini berhubungan
erat dengan komitmen pihak manajemen
perusahaan untuk peduli terhadap pencegahan
bahaya kebakaran dalam perusahaan. Seperti
penyediaan tenaga ahli khusus pengawas
kebakaran dan perlengkapannya.
Important!!
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang sangat penting,
karena aspek ini berkaitan erat dengan cara
penggunaan sarana proteksi yang ada dalam
perusahaan. Sehingga untuk menggunakannya
dengan cara yang benar dan sesuai dengan prosedur,
diperlukan pelatihan-pelatihan khusus bagi petugas
proteksi kebakaran dalam suatu perusahaan.
Penanggulangan Bahaya Kebakaran

SER (Self Emergency Response)


Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran
dengan cara memanfaatkan sarana dan
prasarana yang tersedia seperti hydrant, APAR,
sprinkler dan lain-lain. Jika sarana dan prasarana
ini tidak tersedia atau kurang memadai maka
terkadang kebakaran akan sulit ditanggulangi.
Penanggulangan Bahaya Kebakaran

CER (Community Emergency Response)


Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan
cara meminta bantuan kepada masyarakat sekitar
dan juga kepada departemen pemadaman
kebakaran. Hal ini sering dilakukan karena pada
bangunan yang terbakar tidak memiliki sarana dan
prasarana penanggulangan kebakaran yang
memadai.
Penanggulangan Bahaya Kebakaran

• CER (Community Emergency Response)


Namun, Community Emergency Response ini
terkadang mendapat hambatan seperti
keterlambatan, akses masuk yang sempit sehingga
truk pemadam kebakaran tidak dapat masuk, dan
kurangnya ketersediaan air pada lokasi kebakaran
sehingga truk pemadam kebakaran harus bolak-balik
ke lokasi kebakaran untuk mengambil air.
Teknik Pemadaman Kebakaran

• Pendinginan : menghilangkan panas serta


mendinginkan permukaan dan bahan yg terbakar
dengan semprotan air sampai mencapai suhu di
bawah titik nyalanya
• Penyelimutan : menghilangkan unsur oksigen (udara)
dengan menyelimuti bagian yg terbakar dengan busa
untuk menghentikan suplai udara
Teknik Pemadaman Kebakaran

Memisahkan bahan yg terbakar : menutup aliran yg


menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplai
bahan bakar yg dapat terbakar.
Memutus rantai rekasi misalnya dengan pemakaian
bahan-bahan yg dapat menyerap hidroksit (OH) dari
rangkaian reaksi pembakaran. Bahan tersebut dapat
dibedakan menjadi : logam alkali (berupa tepung kimia
kering), amonia (berupa tepung kimia kering), halogen
(gas dan cairan)
Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Upaya
Pemadaman Kebakaran

Pengaruh angin : pemadaman harus dilakukan searah


dengan angin, atau dari sebelah kiri maupun kanan. Jika
berlawanan dengan arah angin dapat terhalang asap dan
terkena api.
Warna asap kebakaran : dengan melihat warna asap
kebakaran dapat diperkirakan jenis benda yg terbakar
sehingga dapat ditentukan sistem dan alat pemadam yg
tepat serta tindakan lain yg diperlukan.
Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Upaya
Pemadaman Kebakaran

Lokasi kebakaran : apakah di perkampungan dengan letak


rumahnya yg saling berdekatan, ataukah di pusat pertokoan,
dll. Pada peristiwa kebakaran yg terjadi diperumahan
meluasnya kebakaran harus segera di cegah.
Bahaya lain yg mungkin terjadi misal faktor keselamatan
petugas pemadam kebakaran dan korban, adanya bahan
atau barang yang dapat menimbulkan gas beracun.
Keperawatan Matra

Ns. Komang Agus Jerry Widyanata, M.Kep


Pengertian
• Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media
tempat seseorang atau sekelompok orang
melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan

• Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek


pada matra yang serba berubah dan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan
kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan
tersebut.
• Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan
dalam bentuk khusus yang diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan fisik dan
mental guna menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang serba berubah secara
bermakna, baik di lingkungan darat, laut,
maupun udara
Tujuan
• Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan
untuk mewujudkan upaya kesehatan pada
Kondisi Matra secara cepat, tepat, menyeluruh
dan terkoordinasi guna menurunkan potensi
Risiko Kesehatan, meningkatkan kemampuan
adaptasi, dan mengendalikan Risiko
Kesehatan.
Tujuan

• Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
menurunkan risiko serta memelihara
kesehatan masyarakat dalam menghadapi
Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri.
Jenis Kesehatan Matra meliputi

• Kesehatan Lapangan;
• Kesehatan Kelautan dan Bawah Air
• Kesehatan Kedirgantaraan.
Kesehatan lapangan
• kesehatan perpindahan penduduk;
• kesehatan migran;
• kesehatan haji dan umrah;
• kesehatan penanggulangan bencana;
• kesehatan bawah tanah;
• kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
• kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat
• kesehatan pada arus mudik
• kesehatan pada kegiatan di area tertentu
• kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian
Kesehatan kelautan dan bawah air
• kesehatan penyelaman;
• kesehatan pelayaran dan lepas pantai
• kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di laut.
Kesehatan Kedirgantaraan

• kesehatan penerbangan dan ruang angkasa

• kesehatan dalam tugas operasi dan latihan


militer di udara
Lingkup penyelenggaraan Kesehatan Matra

• pengurangan potensi Risiko Kesehatan;


• peningkatan kemampuan adaptasi; dan
• pengendalian Risiko Kesehatan.
Kesehatan haji
• Pemeriksaan kesehatan awal dan akhir
• Promosi kesehatan
• Peningkatan Kesehatan fisik dan mental
• Imunisasi
• Surveilen Epidemiologi Penyakit
• Higiene dan Sanitasi
• Pelayanan Medik dan Keperawatan
• Pelayanan Evakuasi danrujukan
• Identifikasi dan Administrasi jenazah
• Pelayanan Safari wukuf
• Penanggulangan KLB
• Perbekalan Kesehatan
• Pencatatan dan pelaporan
Kesehatan transmigrasi
• Pemeriksaan Kesehatan
• Promosi Kesehatan
• Surveilen Epidemiologi Penyakit
• Imunisasi
• Pelayanan Medik dan keperawatan
• Evakuasi dan rujukan
• Pencatatan dan pelaporan
• Pencegahan penyakit potensial KLB
• Pelaksanaan Higiene dan sanitasi
• Penyemprotan/fogging rumah
Kesehatan dalam penanggulangan 
korban bencana
• Melaksanakan triage pada korban bencana
• Pelayanan medik kepada Korban
• Pelayanan kesehatan dasar pada pengungsi
• Pengawasan sanitasi umum
• Penyediaan jamban darurat
• Pencegahan dan pemberantasan penyakit KLB
• Pengendalian vektor
• Promosi kesehatan
• Pembekalan kesehatan
• Evakuasi dan rujukan
• Pencatatan dan pelaporan
Kesehatan dalam penanggulangan 

gangguan keamanan ketertiban
Pelatihan P3K
• Promosi kesehatan
• Penanganan gizi
• Kesehatan Jasmani
• Evakuasi dan rujukan
• Penyiapan logistik kesehatan
• Identifikasi korban dan akibat/sebab
• Pencatatan dan pelaporan
Kesehatan bawah tanah
• Pemeriksaan kesehatan dan promosi kesehata
n
• Pelatihan P3K
• Higiene dan sanitasi
• Penyiapan logistik kesehatan
• Pelayanan kesehatan medik dan keperawatan
Kesehatan dalam operasi dan
latihan militer di darat
• Pemeriksaan kesehatan
• Penanganan kasus kegawatdaruratan
• Pelayanan kesehatan dan keperawatan
• Promosi kesehatan
• Pelayanan sanitas idasar
• Pemulihan gizi dan kesehatan
• Evakuasi dan rujukan
• Logistik kesehatan
KESEHATAN MILITER DAN
KEPOLISIAN
NS. JERRY WIDYANATA, M.KEP
Kesehatan tugas/latihan militer
• Kesehatan dalam tugas/latihan militer di darat
• Kesehatan dalam tugas/latihan militer di laut
• Kesehatan dalam tugas/latihan militer di
udara
Kesehatan dalam tugas/latihan militer di
darat

Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat


merupakan Kesehatan Matra untuk mendukung kesehatan
prajurit di satuan militer dan pemberian pertolongan medik
kepada korban dalam kegiatan operasi militer perang dan
selain perang, serta tugas latihan militer di darat.
(2) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di darat diselenggarakan pada saat:

• sebelum pelaksanaan tugas operasi dan latihan


militer;
• selama pelaksanaan tugas operasi dan latihan
militer; dan
• setelah pelaksanaan tugas operasi dan latihan
militer.
(3) Kegiatan kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer
di darat meliputi:

a.kegiatan kesehatan promotif dan preventif lapangan;


b. kegiatan kesehatan kuratif dan rehabilitatif;
c.kegiatan pembekalan kesehatan; dan
d. kegiatan administrasi kesehatan.
(4) Dalam kegiatan tugas latihan militer di darat sebagai
penyiapan masyarakat dan lingkungan pada lokasi latihan
militer perlu dilakukan upaya kesehatan paling sedikit terdiri
atas:
a.pendataan kondisi kesehatan lingkungan;
b. Surveilans Kesehatan;
c.prediksi sebaran risiko kesehatan dampak latihan;
d. pelayanan kesehatan primer; dan
e.penyuluhan kesehatan.
• (5) Dalam melaksanakan kegiatan tugas latihan militer di
darat wajib berkoordinasi dengan instansi kesehatan
pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

• (6) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan


kesehatan dilakukan pelayanan kegawatdaruratan dan
rujukan.

• (7) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam tugas


operasi dan latihan militer di darat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
Kesehatan dalam tugas/latihan militer di laut

(1)Kesehatan dalam tugas


operasi dan latihan militer di
laut merupakan Kesehatan
Matra untuk mendukung
kesehatan prajurit di satuan
militer dan pemberian
pertolongan medik kepada
korban dalam kegiatan operasi
militer perang dan selain perang,
serta tugas latihan militer di laut.
(2) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di laut diselenggarakan pada saat:
a. sebelum pelaksanaan tugas operasi dan
latihan militer;
b. selama pelaksanaan tugas operasi dan
latihan militer; dan
c. setelah pelaksanaan tugas operasi dan
latihan militer.
(3) Kegiatan kesehatan dalam tugas operasi
dan latihan militer di laut meliputi:
a.pelayanan kesehatan;
b.kegiatan kesehatan promotif dan preventif;
c.kegiatan kesehatan kuratif dan rehabilitatif;
d.kegiatan pembekalan kesehatan; dan
e.kegiatan administrasi kesehatan.
• (4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik
pada kegiatan kesehatan dilakukan
pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan.
• (5) Tata cara pelaksanaan kegiatan
kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di laut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kesehatan dalam tugas/latihan militer di
udara

• (1) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di


udara merupakan Kesehatan Matra untuk mendukung
kesehatan terhadap personil di satuan militer dan pemberian
pertolongan medik terhadap para korban dalam operasi atau
latihan militer di udara.
(2) Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di udara diselenggarakan pada saat:
a. sebelum pelaksanaan tugas operasi dan
latihan militer;
b. selama pelaksanaan tugas operasi dan
latihan militer; dan
c. setelah pelaksanaan tugas operasi dan
latihan militer.
(3) Kegiatan kesehatan dalam
tugas operasi dan latihan militer
di udara meliputi:
a.pelayanan kesehatan;
b. kegiatan kesehatan promotif
dan preventif;
c.kegiatan kesehatan kuratif dan
rehabilitatif;
d. kegiatan pembekalan
kesehatan; dan
e.kegiatan administrasi
(4) Dalam hal terjadi kedaruratan medik
pada kegiatan dilakukan pelayanan
kegawatdaruratan dan rujukan.
(5) Tata cara pelaksanaan kegiatan
kesehatan dalam tugas operasi dan latihan
militer di udara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KEPUTUSAN PANGLIMA TNI NOMOR
KEP/1247/XI/2018
Tentang
Petunjuk Penyelenggaraan Dukungan
Kesehatan Operasi dan Latihan di
Lingkungan Tentara Nasional Indonesia
Maksud: untuk dapat disiapkan
arah kegiatan, dan sebagai
pedoman bagi satuan kesehatan
TNI dalam rangka
penyelenggaraan dukungan
kesehatan operasi dan latihan di
lingkungan TNI.

Tujuan: menjamin kesatuan dan


keterpaduan serta kesamaan
berpikir dan bertindak dari
Ruang lingkup

• kegiatan penyiapan dukungan kesehatan operasi


dan latihan
• kesehatan jiwa militer
• uji dan pemeriksaan kesehatan dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI
Asas
•Tujuan
•Manfaat • Legalitas
•Kualitas • Kecepatan dan
•Fleksibelitas ketepatan
•Keterpaduan
• Prioritas medis
• Keamanan dan
kerahasiaan
• kesinambungan
PRINSIP-PRINSIP

•Kesetaraan
•Bermanfaat
•Mejaga kehormatan
•Aplikatif
•Tanggung jawab
•Kesatuan komando
Sifat

• Realistis
• Sistematis
• Terkordinasi
• Tepat sasaran
• Partisipatif
• Selaran dan seimbang
• integratif
Kesehatan Dalam Penugasan Khusus
Kepolisian

(1) Kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian merupakan


Kesehatan Matra yang dilakukan untuk tujuan/misi tertentu
dan dalam waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan di luar
tugas rutin kedokteran dan kesehatan kepolisian.

(2) Kondisi Matra dalam penugasan khusus kepolisian meliputi


periode darurat keamanan dan ketertiban masyarakat di
wilayah konflik di dalam negeri.
(3) Kesehatan dalam penugasan khusus
kepolisian diselenggarakan pada saat:
a. sebelum pelaksanaan penugasan khusus;
b. selama pelaksanaan penugasan khusus; dan
c. setelah pelaksanaan penugasan khusus.
(4) Kegiatan kesehatan dalam penugasan
khusus kepolisian meliputi:
a. promotif dan preventif;
b. kuratif dan rehabilitatif;
c. pembekalan kesehatan; dan
d. administrasi kesehatan.
(5) Dalam kegiatan penugasan khusus kepolisian sebagai penyiapan
masyarakat dan lingkungan pada lokasi daerah konflik perlu dilakukan
upaya kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. pendataan kondisi kesehatan lingkungan;
b. Surveilans Kesehatan;
c. prediksi sebaran Risiko Kesehatan dampak penugasan khusus;
d. pelayanan kesehatan primer; dan
e. penyuluhan kesehatan.
(6) Dalam melaksanakan kegiatan kesehatan dalam penugasan
khusus kepolisian wajib berkoordinasi dengan instansi
kesehatan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(7) Dalam hal terjadi kedaruratan medik pada kegiatan
kesehatan dilakukan pelayanan kegawatdaruratan dan
rujukan.
(8) Tata cara pelaksanaan kegiatan kesehatan dalam
penugasan khusus kepolisian sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
LUKA BAKAR
Definisi Luka Bakar (Cobustio)
Luka bakar adalah Kerusakan atau
kematian dari kulit, mukosa, dan
jaringan yang lebih dalam dapat di
sebabkan oleh panas. Suhu dingin
yang tinggi, api, matahari, arus
listrik maupun bahan kimia
(Djohansyah, 2000)
Penyebab Luka Bakar

Listrik, Petir &


Air Panas Bahan Kimia
Radiasi

Api atau Suhu Dingin yg


Ledakan Bom Tinggi

Sengatan
Matahari (Noer, et, al, 2006)
Derajat Kedalam Luka Bakar

Luka bakar derajat 1


kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial) kulit
hiperemik berupa eriterma, tidak di jumpai bullae, nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritas, penyembuhan terjadi secara
spontan tanpa pengobatan khusus (Noer, 2006).
Luka bakar derajat 2
Kerusakan meliputi epidermis dan berbagai dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi, terdapat bullae, nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dibedakan menjadi II bagian
yaitu: (Noer, 2006).

1. Derajat II dangkal / superficial (IIA): kerusakan mengenai


bagian epidermis dan Lapisan atas dari corium / dermis.
2. Derajat II dalam / deep (IIB ): kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis dan sisa –sisa jaringan epitel tinggal
sedikit. (Noer, 2006).
Luka bakar derajat III : Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan
lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subcutan ,otot
dan tulang, organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa
elemen epitel, tidak dijumpai bulla, kulit terbakar berwarna abu-abu
dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.
Fase luka bakar

1. Fase Akut /fase syok / fase awal : Fase ini dimulai saat kejadian sampai
penderita mendapat perawatan di Unit Gawat darurat, pada fase ini
penderita mengalami ancaman ganguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas) dan gangguan circulation.
2. Fase sub Akut: Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau paska
syok. Masalah yang umum dijumpai pada fase ini adalah entitas klinis yang
disebut Systemic inflammatory Response Syndrome (SIRS), yang diikuti
Multi Organ Dysfunction Syndrome (MODS).
3. Fase Lanjut : Penderita sudah di nyatakan sembuh, tetapi masih tetap di
pantau melalui rawat jalan.
Luas luka bakar
Anggota Tubuh Prosentasi
 
Kepala dan leher 9%
Lengan 18%
Badan Depan 18%
Badan Belakang 18%
Tungkai 36%
Genetalia/ Perineum 1%
TOTAL : 100%

(Noer,et al, 2006).


ANAK – ANAK
10 14 18

9 9 9 9 9 9

18 18 18 18 18 18

18 18 16 16 14 14

15 tahun 5 tahun 0 – 1 tahun


KRITERIA BERAT RINGANNYA
(AMERICAN BURN ASSOCIATION)

1. LUKA BAKAR RINGAN


- LUKA BAKAR DERAJAT II < 15%
- LUKA BAKAR DERAJAT II < 10% PADA ANAK-ANAK
- LUKA BAKAR DERAJAT III < 1%

2. LUKA BAKAR SEDANG


- LUKA BAKAR DERAJAT II 15-25% PADA ORANG DEWASA
- LUKA BAKAR DERAJAT II 10-20% PADA ANAK-ANAK
- LUKA BAKAR DERAJAT III < 10%
3. LUKA BAKAR BERAT

- LB. DERAJAT II 25% ATAU LEBIH PADA ORANG DEWASA


- LB. DERAJAT II 20% ATAU LEBIH PADA ANAK-ANAK
- LB. DERAJAT III 10% ATAU LEBIH
- LB. MENGENAI TANGAN, WAJAH, TELINGA, MATA, KAKI
DAN GENETALIA/PERINEUM.
- LB. DENGAN CEDERA INHALASI, LISTRIK, DISERTAI
TRAUMA LAIN
1. HENTIKAN PROSES YANG MENYEBABKAN LUKA
BAKAR PRINSIP PENANGANAN
2. UNIVERSAL PRECAUTION, HIV, HEPATITIS
3. FLUID RESUSCITATION : 2-4 CC RL X BB X LUAS LB.
4. VITAL SIGN
5. PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE
6. PEMASANGAN URINE KATETER
7. ASSESSMENT PERFUSI EKSTRIMITAS
8. CONTINUED VENTILATORY ASSESSMENT
9. PAINT MANAGEMENT
10. PSYCHOSOCIAL ASSESSMENT
11. PEMBERIAN TETANUS TOKSOID
12. TIMBANG BERAT BADAN
13. PENCUCIAN LUKA DI KAMAR OPERASI (BIUS TOTAL)
14. ESCHAROTOMY DAN FASCIOTOMY
FORMULA BAXTER

HARI PERTAMA :
DEWASA :RL 4 CC X BB X % LUAS LB / 24 JAM
ANAK : RL : DEXTRAN = 17 : 3
2 CC X BB X % LUAS LB + KEBUTUHAN FAALI

KEBUTUHAN FAALI :
< 1 TAHUN: BB X 100 CC
1-3 TAHUN : BB X 75 CC
3-5 TAHUN : BB X 50 CC

½ JUMLAH CAIRAN DIBERIKAN DALAM 8 JAM PERTAMA


½ DIBERIKAN 16 JAM BERIKUTNYA
Peatalaksanaan Luka Bakar

Penanganan Triage
Penangganan di Ruang
Emergency
Penanganan di Unit Luka
Bakar
Pemberian Antibiotika
Penyembuhan Luka Bakar
Menurut Syamsul hidayat dan
Jong (2005), proses penyembuhan
luka bakar terbagi dalam tiga fase
yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi, dan fase maturasi.
(Syamsul hidayat dan Jong, 2005),
ASUHAN
KEPERAWATAN
LUKA BAKAR
Pengkajian

• Identifikasi Pasien: Yang perlu dikaji adalah nama, umur, jenis kelamin,suku
bangsa, agama, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis. (Eviana S
Tambunan, 2012)
• Keluhan Utama: Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka
bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena
iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan
paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam /
hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. (Eviana S
Tambunan, 2012)
Riwayat Penyakit
• Riwayat Penyakit Sekarang: Perlu diketahui mengenai tanggal, jam dan penyebab luka bakar,
pada pasien luka bakar derajat-derajat kerusakan jaringan kulit sampai dermis dengan
keluhan nyeri yang hebat yang terus, menerus pada luka, perasaan panas dan haus dapat
menggunakan aktivitas sehari-hari. (Eviana S Tambunan, 2012)
• Riwayat Penyakit Dahulu: Perlu dikaji tentang riwayat penyakit yang dahulu dan pasien yaitu
seperti penyakit jantung karena pada pasien luka bakar dengan kelainan jantung memerlukan
tindakan khusus seperti resusitasi selain itu penyakit jantung perlu dikaji riwayat penyakit
diabetes militus, karena pasien diabetes militus dengan luka bakar akan mengakibatkan luka
memerlukan perawatan yang lebih lama, penyakit-penyakit syaraf seperti epilepsi, juga
memrlukan perawatan atau penatalaksanaan khusus pada pasien luka bakar. (Eviana S
Tambunan, 2012)
• Riwayat Penyakit Keluarga : Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit
yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan
keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan. (Eviana S Tambunan, 2012)
Pola Fungsi Kesehatan

• Pola Presepsi dan Tata Laksanaan Kesehatan


• Pola Nutrisi dan Metabolisme
• Pola Eliminasi
• Pola Aktivitas LatihanPola Istirahat Tidur
• Pola Presepsi Sensorik dan Penegtahuan
• Pola Presepsi dan Konsep Diri
• Pola Hubungan dan PeranPola Seksual dan Reproduksi
• Pola Penangulanggan
• Pola Keyakinan dan Tata Nilai
Pemeriksaan Fisik Integument
• Pada luka bakar derajat 1 kerusakan terbatas pada lapisan epidermis dan superficial. Kulit
kering, hiperemik berupa eritem. Nyeri karena ujung – ujung saraf sensorik teriritasi. (Eviana
S Tambunan, 2012)
• Pada luka bakar derajat II: Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudat, dijumpai bulae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebihh tinggi diatas kulit
normal. (Eviana S Tambunan, 2012)
• Pada luka bakar derajat III: Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih
dalam. Organ-organ kulit sepeti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengelami
kerusakan. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada
proses epitelisasi spontan dari dasar luka. (Eviana S Tambunan, 2012)
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d nyeri dan edema
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif akibat evaporasi dari daerah luka
bakar
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d (Gejala Terkait Penyakit) cedera jaringan dan saraf
6. Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar karena zat kimia
7. Intoleran aktivitas b/d tirah baring karena edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur
persendian
8. Risiko ketidakefektifan perfusi ginjal b/d penurunan frekuensi urin
9. Risiko infeksi b/d luas luka bakar (Nanda 2012-2014, Brunner & Suddarth dkk, 2002)
Intervensi Keperawatan
• Diagnosa Keperawatan:
• Kerusakan integritas kulit b/d luka bakar karena zat kimia. (NANDA 2012-2014)
• Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien
dengan kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil:
• Kriteria Hasil:
• Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan (Sensasi, Elastisitas, temperature, hidrasi,
pigmentasi)
• Menunjukan perfusi jaringan: perifer, ditandai dengan indikator berikut 1-5 (Ekstrem, berat,
sedang, ringan atau tidak ada)
• Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencega terjadinya cedera berulang.
• Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami. (Judith M.
Wilkinson, 2007)
Intervensi Keperawatan
• Observasi luka: lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna, cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
• Rasional: Dengan selalu mengobservasi luka dapat diketahui tingkat keparahan luka dan
bagaimana proses penigkatan kesembuhan pada luka
• Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
• Rasional: Dengan teknik perawatan luka yang steril tidak akan menambah besar luka dan
timbulnya bakteri yang ditimbulkan Karena perawatan
• Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
• Rasional: Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui bagaimana perawatan yang baik dan
benar yang seharusnya diterapkan
• Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik seperti antibiotik sistemik, antibiotik
profilaksis, antibiotic terapeutik
• Rasional: Dengan pemberian antibiotic sesuai dengan dosis yang dianjurkan dokter maka luka
akan perlahan-lahan akan membaik. (Judith M. Wilkinson, 2007)

Anda mungkin juga menyukai