Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Hipertensi dan Pengurang Rasa nyeri (Teknik Distraksi)


Sub Topik : Hipertensi dapat dicegah dan Teknik Distraksi
Sasaran : Ny.H
Hari/Tanggal : 16 desember 2016
Jam : 14.00-14.45 WIB
Waktu : 45 menit
Tempat : RT.04/RW 07. Kota Malang

A. TUJUAN
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi selama 45 menit,
diharapkan klien dan keluarga mampu memahami mengenai penyakit Hipertensi dan
teknik distraksi.
II.     TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Hipertensi selama 45 menit, ,
diharapkan klien (Ny.S) dan Keluarga dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian Hipertensi
2. Faktor Penyebab
3. Faktor resiko
4. Tanda Gejala
5. Cara mengatasi
6. Klien dapat melakukan teknik pengurang nyeri (Teknik Distraksi)
B. MATERI
Terlampir
C. MEDIA
1. Leaflet
2. SAP
D. METODE
 Ceramah
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Menjawab salam
1. Memberi salam Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan
disampaikan

2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
- Pengertian
hipertensi
- Faktor Penyebab
- Faktor resiko
- Cara mengatasi
- Diet mencegah
hipertensi
Menjelaskan teknik pengurangan
rasa nyeri (teknik distraksi)
 Mendomenstrasikan teknik
distraksi
3. 20 menit Evaluasi :
       Menyimpulkan inti penyuluhan Menyimak dan
       Menyampaikan secara singkat mendengarkan
materi penyuluhan
       Memberi kesempatan kepada klien

untuk bertanya
       Memberi kesempatan kepada klien

untuk menjawab pertanyaan yang


dilontarkan
4. 5 menit Penutup :
       Menyimpulkan materi penyuluhan Menjawab salam
yang telah disampaikan
       Menyampaikan terima kasih atas

perhatian dan waktu yang telah di


berikan kepada peserta
       Mengucapkan salam

     
F. EVALUASI
- Klien dapat menjelaskan pengertian Pengertian Hipertensi
- Klien dapat menjelaskan Faktor Penyebab
- Klien dapat menjelaskan Faktor resiko
- Klien dapat menjelaskan Cara mengatasi
- Klien dapat menjelaskan Diet mencegah hipertensi
- Klien dapat melakukan non farmakologi pengurang rasa nyeri (Teknik
distraksi)
LAMPIRAN MATERI
Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana
tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg, didasarkan pada dua atau lebih
pengukuran dalam kunjungan dua sampai tiga minggu. Hipertensi
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dari biasanya, sehingga
kondisi jantung dan pembuluh darah berada di bawah tekanan
Terdapat dua tipe dari hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer)
dan hipertensi sekunder (Smeltzer, et al, 2010; Kowalski, 2010;
Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012).
b. Manifestasi Klinis
World Health Organization (WHO, 2013) menyatakan, bahwa
hipertensi tidak mempunyai gejala sama sekali (asimtomatik). Pada
kasus hipertensi berat, gejala yang sering muncul antara lain
pusing, mudah lelah, sesak napas, pandangan kabur, kekakuan
pada leher bagian belakang, nyeri dada, palpitasi jantung,
epistaksis, kram otot, keringat yang berlebihan dan kesulitan tidur
pada malam hari.
c. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa usia 18
tahun ke atas dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik dalam satuan mmHg dibagi menjadi
beberapa stadium.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Kategori Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal Kurang Kurang
Normal dari 115 dari 75
Prehiperte Kurang Kurang
nsi dari 120 dari 80
Hipertensi 120 - 139 80 – 89
stadium 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi 160 – 100 – 109
stadium 2 179 110 – 119
Hipertensi 180 – 209
stadium 3
(Kowalski, 2010).

d. Faktor resiko
Penyebab hipertensi sampai saat ini masih belum dapat diketahui
dengan jelas. Namun, faktor resiko dan faktor predisposisi
terjadinya hipertensi dapat teridentifikasi, antara lain :
1) Usia
Tekanan darah meningkat secara progresif dengan seiring
bertambahnya usia karena pembuluh darah sudah mengalami
penurunan elastisitas (Dalimartha, et al, 2008). Beberapa orang
dalam rentan usia diatas 25 tahun menderita hipertensi karena
proses degenerasi (Campbell, et al, 2014).
2) Jenis Kelamin
Hipertensi pada umumnya diderita oleh laki - laki pada usia dewasa
muda dan usia pertengahan awal. Sedangkan setelah usia 45
tahun, hipertensi lebih umum pada wanita setelah masa menopouse
(Dalimartha, et al, 2008).
3) Aktivitas
Aktivitas fisik yang berkurang merupakan faktor terjadinya
hipertensi. Menurut World Health Organization (WHO, 2010), gaya
hidup duduk dalam jangka waktu yang sangat lama merupakan
penyebab pertama dari 10 kematian dan kecacatan didunia, dan
lebih dari 2 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya
bergerak atau aktivitas fisik. Jika aktivitas ini dilakukan secara
terus - menerus dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
dan risiko kardiovaskular.
4) Merokok
Merokok sangat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
Kandungan nikotin dalam rokok dapat menyebabkan peningkatan
kadar karbondioksida (CO2) sehingga dinding pembuluh darah akan
mengalami penebalan. Penebalan dinding pada pembuluh darah
akan memicu terjadinya vasokontriksi. (Dalimartha, et al, 2008;
Wiryowidagdo & Sitanggang, 2008).
5) Stress
Stress merangsang sistem saraf simpatik sehingga dapat
mempengaruhi kondisi seseorang. Stress dapat memicu kecepatan
denyut jantung dan meningkatkan kebutuhan suplai darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, jika suplai darah
tidak mampu memasok kebutuhan akan menyebabkan serangan
jantung dan stroke (Dalimartha, et al, 2008; Kowalski, 2010).
6) Obesitas
Obesitas merupakan faktor yang sangat mempengaruhi. Jika
seseorang mengalami obesitas akan menyebabkan massa otot
membutuhkan banyak suplai oksigen dan nutrisi sehingga sistem
resistensi perifer mengalami peningkatan dan dapat meningkatkan
tekanan pembuluh darah (Dalimartha, et al, 2008; Kowalski, 2010).
e. Komplikasi
Hipertensi merupakan penyakit serius karena dampak yang
ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian.
Kematian dapat terjadi akibat dampak dari hipertensi atau penyakit
lain yang diawali oleh hipertensi. Penyakit yang dimaksud sebagai
berikut (Lingga, 2012) :
1) Kerusakan Ginjal
Tekanan darah dipengaruhi oleh angiotensin, saat tekanan darah
tidak terkendali, produksi angiotensin melonjak tinggi sehingga
ginjal kelelahan dan mengalami kerusakan. Jika hipertensi tidak
tertangani dengan baik akan menyebabkan gagal ginjal.
2) Serangan Jantung
Jantung berdenyut cepat agar dapat mempompa darah lebih
banyak. Namun, arteri kehilangan elastisitas yang menyebabkan
darah yang kaya oksigen tidak dapat menyuplai ke jantung
sehingga memicu peningkatan tekanan darah.
3) Stroke
Otak yang tidak tersuplai oleh darah yang kaya oksigen dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah, sehingga memicu
terjadinya stroke, baik disertai atau tidak perdarahan otak.
4) Glaukoma
Beberapa komplikasi dari hipertensi adalah gangguan retinopati
(glaukoma). Glaukoma terjadi karena tekanan darah yang tinggi
dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama, sehingga
menyebabkan tekanan pada intraokular mata, arteriol yang
menyuplai darah menuju mata menyempit.
5) Disfungsi Ereksi
Pada penderita hipertensi, khususnya berjenis kelamin pria sering
mengeluhkan disfungsi ereksi yang dialami. Hipertensi
menyebabkan penurunan fungsi ereksi karena terjadi penurunan
produksi nitrit oksida yang berfungsi sebagai vasodilator (Lingga,
2012; Ronny, Setiawan, & Fatimah, 2008).
6) Demensia dan Alzaimer
Hipertensi dapat memicu penyakit neurologis, hipertensi yang
berlangsung lama tanpa dikendalikan menurunkan fungsi otak,
terutama yang berkaitan dengan memori. Tekanan yang tinggi
pada reseptor otak akan melemahkan sistem saraf dan sejumlah
neurotransmiter yang bertugas untuk menyimpan dan mengatur
memori.
f. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi merupakan penatalaksanaan
hipertensi dengan menggunakan obat – obatan kimiawi. Beberapa
macam jenis obat hipertensi, antara lain (Muttaqin, 2009).
a) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Beberapa obat antihipertensi dapat
dapat menyebabkan retensi cairan, oleh karena itu sering kali
diuretik diberikan bersamaan dengan antihipertensi
b) Simpatolitik
Penghambat (adrenergik berkerja di sentral simpatolitik).
Penghambat adrenergik alfa dan penghambat neuron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik.
c) Penghambat Adrenergik Alfa
Golongan obat ini berfungsi untuk memblok reseptor adrenergik
alfa 1, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.
d) Penghambat Neuron Adrenergik
Obat antihipertensi yang kuat dan menghambat norepinefrin dari
ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi
berkurang dan penurunan curah jantung.
e) Vasodilator Arteriol yang Berkerja Langsung
Vasodilator yang berkerja langsung adalah obat tahap III yang
merelaksasikan otot – otot polos pembuluh darah arteri sehingga
menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi,
tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga
terjadi edema perifer. Diuretik diberikan bersamaan dengan
vasodilator yang dapat mengurangi edema.
f) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)
Obat golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
yang menghambat pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor)
dan menghambat pelepasan adosteron. Aldosteron meningkatkan
retensi natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat,
natrium diekskresikan bersama air .
2) Non Farmakologi
Pada saat menggunakan terapi farmakologi, terapi non farmakologi
dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek
pengobatan yang lebih baik. Termasuk mengubah gaya hidup yag
tidak sehat. Menurut Palmer (2007), lima langkah dalam merubah
gaya hidup yang sehat bagi penderita hipertensi yaitu : 1)
mengontrol pola makan, mengurangi konsumsi sodium dan
meningkatkan konsumsi potasium, membatasi alkohol yang
berlebihan, 2) mengurangi kelebihan berat badan, 3) mengontrol
stress, 4) berhenti merokok, 5) melakukan aktivitas fisik.

Lampiran SOP Teknik Distraksi (Pengurang Nyeri)


SOP Teknik Relaksasi (Tarik Nafas Dalam)
Tindakan
1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan
2. Mengkaji intensitas nyeri sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan
skala nyeri yang ada di kuesioner yang sudah dijelaskan cara pengisiannya
3. Persiapan sebelum pelaksanaan :
 Persiapan ruangan: Ruangan yang nyaman Minimalkan kebisingan dan
gangguan
 Persiapan ibu Minta ibu untuk berbaring dengan rileks
4. Langkah-langkah tindakan keperawatan Teknik Relaksasi Napas Dalam:
 Mencari posisi yang paling nyaman
 Pasien meletakkan lengan disamping pasien
 Kaki jangan di silangkan
 Tarik napas dalam, rasakan perut dan dada anda terangkat perlahan
 Rileks, keluarkan napas dengan perlahan-lahan
 Hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, keluarkan napas pada
hitungan 3 dan 4
 Lanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh, perhatikan setiap
ketegangan pada otot anda
 Lanjutkan untuk bernapas dan rileks Konsentrasi pada wajah anda, rahang
anda, leher anda, perhatikan setiap kesulitan
 Napas dalam kehangatan dan relaksasi kosentrasi setiap ketegangan di tangan
anda, perhatikan bagaimana rasanya
 Sekarang buat kepalan-kepalan tangan yang kuat, saat anda mulai
mengeluarkan napas, relaksasikan kepala dan tangan anda.
 Perhatikan apa yang dirasakan tangan anda, pikir “rileks” tangan anda terasa
hangat, berat atau ringan.
 Upayakan untuk lebih rileks dan lebih rileks lagi.
 Sekarang focus pada lengan atas anda, perhatikan setiap ketegangan,
relaksasikan lengan anda, biarkan perasaan relaksasi menyebar dari jari-jari
dan tangan anda melalui otot lengan anda.

Daftar Pustaka
Anderson, E.T, & Mcfarlane, J. (2011). Community as partner: theory and
practice in nursing ed. 6. China : Lippincott Williams & Wilkins.
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan,
R. (2008). Care your self hipertensi. Jakarta : Penebar Plus+
Kowalak, J.P., Welsh,W. & Mayer, B. (2012). Buku ajar patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Kowalski, E.R. (2010). Terapi hipertensi program 8 minggu menurunkan
tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko serangan jantung dan
stroke secara alami. Bandung : Qanita.
Lingga, L. (2012). Bebas hipertensi tanpa obat. Jakarta : PT Agro Medika
Pustaka.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan
gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.
Wiryowidagdo, S. & Sitanggang, M. (2008). Tanaman obat untuk
penyakit jantung, darah tinggi, dan kolestrol. Jakarta : PT Agromedia
Pustaka.
World Health Organization. (2011). Hypertension fact sheet. Regional
Office For South East Asia : Department of Sustainable Development
and Healthy Environments.

Anda mungkin juga menyukai