Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI
Dosen pengampu:
Triana Arisdiani, S.Kep., Ns M.Kep., Sp.Kep. MB

Disusun Oleh :
AZIDATUN NASIHAH
SK 321010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Hipertensi
Sasaran : Pasien rawat inap ruang ALFAT RSI Kendal
Jumlah peserta : Klien dan keluarga klien
Hari/tanggal : Mei 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Di kamar ruang rawat inap Ali
Pengajar : Azidatun Nasihah mahasiswa Profesi Ners STIKES Kendal

I. TAHAP PENGEMBANGAN
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran klien mampu memahami tentang
penyakit hipertensi dengan benar.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama 30 menit tentang
hipertensi, klien dapat :
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menjelaskan tanda gejala tentang hipertensi
3. Menjelaskan penyebab hipertensi

C. Materi Pembelajaran
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menjelaskan tanda gejala tentang hipertensi
3. Menjelaskan penyebab hipertensi

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet
3. Demonstrasi jus mentimun/Nutrisi yang baik untuk hipertensi

F. DENAH

KETERANGAN :

Klien

Keluarga klien

Penyaji

Metode

G. MATERI (Terlampir)
H. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Klien Dan Kularga


Klien
1. 3 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan  Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam.  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang  Memperhatikan
pengertian penyakit
hipertensi  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang
tanda-tanda dan gejala
penyakit hipertensi  Bertanya dan menjawab
 Menjelaskan penyebab pertanyaan yang diajukan
hipertensi  Bertanya dan menjawab
 Memberi kesempatan pertanyaan yang diajukan
kepada peserta untuk
bertanya
3. 10 Evaluasi :
menit  Menanyakan kepada klien  Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan
reinforcement kepada
keluarga klien yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi :
 Mengucapkan terimakasih  Mendengarkan
atas peran serta klien dan
keluarga klien..  Menjawab salam
 Mengucapkan salam
penutup
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Keluarga/ibu hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan rawat inap ruang Umar
RSI Kendal
 Persiapan penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
 Keluarga/pasien antusias terhadap materi penyuluhan
 Keluarga/pasien tidak meninggalkan tempat penyuluhan
 Keluarga/pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
3. Evaluasi Hasil

J. TANYA JAWAB

MATERI HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih
besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2005 ).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2005).
Hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
Hipertensi Ringan
Tekanan sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg
Hipertensi Sedang
Keadaan tekanan darah systole 160-180 mmHg dan diastole
100-110 mmHg
Hipertensi Berat
Tekanan systole lebih dari 185 mmHg dan diastole lebih 110
mmHg
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
Kategori Tekanan Kategori Tekanan dan/ Tekanan
Darah menurut Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) (mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan

peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong

pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).

a. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension Working Group


(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat (Sani, 2008).
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)

B. Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2006 ).
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin
( laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras ( ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih ).
c. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin).

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2006 ).

D. Manifestasi Klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan
sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang
termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia)
atau gangguan ketajaman penglihatan.
Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah
1. Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk
2. Pandangan kabur
3. Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata
4. Mata berkunang-kunang
5. Jantung berdebar-debar
6. Badan terasa lemah
7. Perubahan emosi (mudah marah)
8. Telinga sering berdenging
9. Rasa pegel di bahu hingga tengkuk
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi
( Edward K Chung, 2005 ):
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi Tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5
gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok
 Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
 Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
 Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat
ditentukan dengan rumus 220 – umur
 Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan
 Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik
5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot
dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi Dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
 Dosis obat pertama dinaikan
 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
 Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
 Obat ke-2 diganti
 Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
 Ditambah obat ke-3 dan ke-4
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan


Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi II, Penerbit Balai FK UI, Jakarta
2015.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Doengoes, Marilynn E, .2006.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,
Gunawan, Lany. 2006. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit
Kanisius,
Brunner & Suddarth.2006, Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Carpenito, Lynda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Monica
Ester, SKp. EGC : Jakarta
Lany, Sustrani. 2005. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta, Penerbit
Kanisius
Mariam R. Sita, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya, ,Jakarta:Salemba
Medika.
Tambayong, Jan. 2008. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai