(SAP)
: Peserta
12. Kegiatan :
No Langkah-
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Langkah
1. Pendahuluan 15’ Memberi salam Menjawab
Memperkenalkan diri salam
Menjelaskan maksud dan Menjawab
tujuan pertanyaan
Memberikan pre test
3. Penyajian 15’ Menjelaskan tentang Mendengarkan
pengertian hipertensi secara seksama
Menjelaskan mengenai
etiologi dari hipertensi
Menjelaskan mengenai
manifestasi dari hipertensi
Menjelaskan tentang cara
pencegahan dari hipertensi
Menjelaskan tentang
penatalaksanaan hipertensi
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
c. Kehadiran minimal 80% mengingat pentingnya pemahaman terhadap
gagal ginjal kronik dikalangan masyarakat
d. Minimal 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan
e. Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi dan timbal
balik antara penyuluh dan peserta
f. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan
g. Minimal 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
diberikan
3. Evaluasi Hasil
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai hipertensi dan cara
pencegahan serta penatalaksanaan dari penyakit hipertensi sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Lampiran Materi
HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat tidak normal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
(Elizabeth dalam Ardiansyah,M. 2012).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah
yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung,
gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis. Batasan mengenai hipertensi mengalami perkembangan seperti terlihat dari
berbagai klasifikasi yang banyak mengalami perubahan. Kaplan (1985) menyusun
klasifikasi dengan membedakan usia dan jenis kelamin. Klasifikasi tersebut adalah
pria yang berusia <45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darah pada waktu
berbaring 130/90 mm Hg atau lebih, sedangkan yang berusia >45 tahun dinyatakan
hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mm Hg atau lebih. Sedangkan wanita yang
mempunyai tekana darah 160/95 mm Hg atau lebih dinyatakan hipertensi.
The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure (1997), menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan hipertensi adalah apabila tekanan darah sistoliknya sama atau diatas
140 mm Hg atau tekanan darah diastoliknya sama atau diatas 90 mm Hg.15 Selain itu
untuk penderita dalam pengobatan antihipertensi, batasan klasifikasinya sebagai
berikut :
b Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi
mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular
yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar.
c Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding
pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray.dkk, 2005).
d Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah
kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang
tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan
usia disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2005).
e Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya
hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% , mengkonsumsi
banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi.
f Garam dapur
Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur keseimbangan
air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam diet datang dari
makanan dalam bentuk garam dapur atau sodium chlorid (NaCl). Pemasukan
sodium mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi garam menyebabkan
haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan volume darah didalam
tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah
naik. Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam
dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output)
dalam system pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan
tekanan darah tinggi (Soeharto, 2004).
g Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana
darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan oksigen
dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan
tubuh ( Astawan, 2009 ).
6. Komplikasi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin,
2005).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh
terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku,
tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2005).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan
jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak
napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema.
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan
saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian
(Corwin, 2005).
7. Pencegahan
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya
tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan
oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara
menghindari faktor risiko hipertensi.
1) Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah
lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu
rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Untuk
menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada empat
macam diet, yaitu :
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun. Penanggulangan
hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus
diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25%
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang
2) Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir
tekanan darah.
3) Pola aktivitas
Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :
berjalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih
banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan
darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan
berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.
4) Pengobatan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai
batas ideal.
b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam serta mengurangi
alkohol.
c. Olahraga
d. Berhenti merokok.
8. Penatalaksanaan
1. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan
atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaksanaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah
diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya
menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan
mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah terbukti
kegunaannya dan keamanannya bagi penderita Obat-obatan yang digunakan
pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens.
2. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya
kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda- tanda dan penyebab
hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi
yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang
canggih.
Bahan :
Cara Membuat :
6. Masukkan jus melon yang sudah berisi air bersama 1 gram agar hijau
Daftar Pustaka
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press.
Astawan, M,. 2009. Hipertensi Akibat Gangguan Ginjal, Guru Besar Teknologi Pangan dan
Gizi IPB, http/www.yahoo,com ,diakses 5 Januari 2017
Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM & Simpson IA. Lecture Notes : Kardiologi (4rd ed).
Jakarta : Penerbit Erlangga; 2005.57-62.
Kaplan. Non Drug Treatment of Hypertension. Ann Intern Med 1985; 102: 359- 73.
Knight, Dr. John F. 2006. Jantung Kuat Bernafas Lega. Bandung : Indonesia Publishing
House.
Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Soeharto, I. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung Edisi Kedua. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama ; 2004.
The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment oh Hight Blood Pressure. National Institute of Hight Blood Pressure 1997 :
98-480
…………….; ………………2018
……………………….. …………………………...
NIP NIM
Nama Pembimbing / CT
………………………….
NIP.