Anda di halaman 1dari 7

Terapi Guided Imagery

Nama : Siti Juharotul Fikriah

Nim : 1610711123

A. Definisi Terapi Guided Imagery

Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian
berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan klien
memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan & Sadock, 2010). Guided imagery
menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positif tertentu (Smeltzer & Bare, 2002). Imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan
gambaran mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbing. Banyak teknik imajinasi melibatkan
imajinasi visual tapi teknik ini juga menggunakan indera pendengaran, pengecap dan penciuman
(Potter & Perry, 2009). Guided imagery mempunyai elemen yang secara umum sama dengan
relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien kearah relaksasi. Guided imagery menekankan bahwa
klien membayangkan hal-hal yang nyaman dan menenangkan. Penggunaan guided imagery tidak
dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh karena itu klien harus
membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Feist, 2000).

Guided imagery merupakan teknik untuk menuntun individu dalam membayangkan


sensasi apa yang dilihat, dirasakan, didengar, dicium, dan disentuh tentang kondisi yang santai
atau pengalaman yang menyenangkan untuk membawa respon fisik yang diinginkan (sebagai
pengurang stres, kecemasan, dan nyeri).
Dossey, et al. (dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi klinis guided imagery
yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, serta untuk
mencapai ketenangan dan ketentraman. Guided imagery juga membantu dalam pengobatan;
seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi.
Selain itu guided imagery juga digunakan untuk mereduksi nyeri luka bakar, sakit kepala migrain
dan nyeri pasca operasi (Brannon & Feist, 2000). Menurut Smeltzer dan Bare (2002), dibutuhkan
waktu yang lama untuk menjelaskan teknik imajinasi terbimbing dan mempraktikannya.
B. Tujuan Terapi Guided Imagery
Tujuan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti
perubahan dalam fungsi imun (Potter & Perry, 2009). Guided Imagery atau imajinasi terbimbing
merupakan penciptaan kesan dalam pikiran klien, dan dapat berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi terhadap nyeri. Sehingga memiliki tujuan,
yaitu:
1. Untuk memelihara kesehatan atau relaks melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua
indra (visual, sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran) sehingga terbentuklah
keseimbangan antara pikiran, tubuh dan jiwa.
2. Dapat mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu tubuh mengurangi berbagai
macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma.
3. Untuk mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala-gejala yang
menyertai stres.
4. Guided imagery music dapat untuk menggali pengalaman pasien depresi.
C. Manfaat Terapi Guided Imagery
Guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi sehingga manfaat dari teknik
ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang
teknik guided imagery berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang
dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit. Guided imagery telah menjadi terapi standar untuk
mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga
untuk mengurangi nyeri kronis,tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur,
mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006).

Banyak sekali manfaat yang kita dapat dari menerapkan prosedur guided imagery, berikut
ini manfaat dari guided imagery menurut Townsend:

1. Mengurangi stress dan kecemasan


2. Mengurangi nyeri
3. Mengurangi efek samping
4. Mengurangi tekanan darah tinggi
5. Mengurangi level gula darah (diabetes)
6. Mengurangi alergi dan gejala gangguan pernapasan
7. Mengurangi sakit kepala
8. Mengurangi biaya rumah sakit
9. Meningkatkan penyembuhan luka dan tulang
D. Kelebihan Terapi Guided Imagery
mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai ketenangan dan ketentraman.

E. Kekurangan Terapi Guided Imagery


Penggunaan guided imagery tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu
waktu oleh karena itu subjek harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan
menyenangkan (Brannon & Feist, 2000). guided imagery tidak selalu sesuai untuk semua anak-
anak. Kemampuan kognitif anak harus dipertimbangkan sebelum dilakukan guided imagery.
Anak-anak perlu mencapai tahap Piaget pra operasional (umur 2-7tahun) untuk mendapatkan
keuntungan dari guided imagery sebagai terapi penatalaksanaan nyeri (Whitaker & McArthut,
1998 dalam Hart, 2008).

F. Indikasi Terapi Guided Imagery


Indikasi dari guided imagery adalah semua pasien yang memiliki pikiran negative atau
pikiran menyimpang dan mengganggu perilaku (maladaptif). Misalnya: over generalization, filter
mental, stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria, loncatan kesimpulan dan lain-lain.

G. Langkah-langkah Terapi Guided Imagery

Berikut ini adalah standar operasional prosedur dari pelaksanaan guided imagery:
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Jelaskan prosedur, tujuan, posisi, waktu dan peran perawat sebagai pembimbing.
3. Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien.
4. Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.
5. Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien:

a. Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu
penggunaan semua indra dengan suara yang lembut.
b. Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi..
c. Jika kien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyama perawat harus
menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap.
d. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit klien dan daerah ini akan digantikan
dengan relaksasi. Biasanya klien rileks setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang
lembut sebagai background yang membantu.
e. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan pada latihan selanjutnya
dengan menggunakan informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat perubahan
pernyataan klien.
H. Analisis Jurnal
1. Guided Imagery Untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat Menstruasi

Penelitian dilakukan kepada tiga subjek mahasiswi usia 21-22 tahun dan mereka belum
menikah. Dari ketiga subjek diperoleh data skor Pre Test sebelum mendapatkan pelatihan guided
imagery dan skor Post Test setelah mendapatkan pelatihan Guided imagery.

Grafik 1. Intensitas nyeri subjek pada saat pre test dan post test

Dari grafik I diperoleh skor Pre Test dan Post Test. Skor Pre Test subjek DDJ adalah 9 yang berarti
menunjukkan nyeri sangat berat. Subjek merasakan sakit dibagian perut sehingga tidak mampu
beraktivitas, setelah subjek DDJ melakukan guided imagery, skor Post Test menunjukkan angka
2 yang berarti nyeri ringan, nyeri yang dialami subjek DDJ berangsur-angsur reda, hanya terasa
awal sebelum menstruasi dan hari pertama, untuk hari berikutnya subjek DDJ sudah tidak
mengalami nyeri menstruasi. Selanjutnya subjek yang kedua yaitu RN.

Skor Pre Test subjek RN adalah 10 yang berarti menunjukkan nyeri tidak tertahankan. Rasa nyeri
dan sakit yang dialami subjek RN mengganggu aktivitas sehari-hari baik saat kuliah atau
mendengarkan penjelasan dosen. Setelah subjek RN melakukan guided imagery skor Post Test
menunjukkan angka 0 yang berarti tidak ada nyeri sama sekali. Subjek yang ketiga yaitu KN. Skor
Pre Test subjek KN adalah 10 yang berarti nyeri tidak tertahankan. Nyeri yang dialami KN
mengganggu kegiatan sehari-hari seperti tidak masuk kuliah. Subjek hanya bisa terbaring ditempat
tidur dan badan menjadi lemas. Setelah subjek KN melakukan guided imagery skor Post Test
menunjukkan angka 1 yang berarti tidak ada nyeri sama sekali. Rasa nyeri pada perut ketika
menstruasi menjadi berkurang, sehingga subjek KN tidak merasakan nyeri pada hari terakhir.

Grafik 2. Intensitas nyeri subjek selama masa menstruasi dan setelah melakukan guided imagery
pada hari pertama sampai hari terakhir

Pada grafik 2 diperoleh data intensitas nyeri subjek selama masa menstruasi dan setelah melakukan
guided imagery pada hari pertama sampai hari terakhir. Subjek DDJ hari pertama mengalami
intensitas nyeri dengan skor 8 yang berarti menunjukkan nyeri sangat berat. Subjek DDJ
merasakan sakit dan keram di bagian perut, tetapi setelah melakukan guided imagery sampai pada
hari ke tujuh intensitas nyeri subjek DDJ berkurang menjadi 2 yang berarti nyeri ringan. Subjek
kedua yaitu RN. Pada hari pertama RN mengalami intensitas nyeri dengan skor 5 yang
menunjukkan nyeri sedang. Subjek RN merasakan nyeri pada bagian perut, setelah subjek RN
melakukan guided imagery sampai pada hari ke tujuh intensitas nyeri menjadi 0 subjek RN sudah
tidak mengalami nyeri sama sekali. Subjek ketiga yaitu KN. Pada hari pertama subjek KN
mengalami intensitas nyeri dengan skor 5 yang berarti nyeri sedang. Subjek KN merasa panas dan
nyeri pada perut, setelah melakukan guided imagery sampai pada hari ke tujuh intensitas nyeri
subjek KN berkurang menjadi 1 yang menunjukkan bahwa subjek sudah tidak mengalami nyeri.
2. Terapi Imajinasi Terpimpin Menurunkan Hipertensi di Pekalongan
Pengaruh terapi imajinasi terpimpin terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di
Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata
tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi imajinasi terpimpin 162 mmHg dan rata-rata
tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi imajinasi terpimpin 150 mmHg, serta rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi imajinasi terpimpin 101,5 mmHg dan rata-rata
tekanan darah diastolik setelah diberikan terapi imajinasi terpimpin 91,5 mmHg. Nilai rata-rata
tekanan darah setelah diberikan terapi imajinasi terpimpin mengalami penurunan, yaitu sistolik 12
mmHg dan diastolik 10 mmHg. Berdasarkan uji paired sample T-test didapatkan nilai ρ value
tekanan darah sistolik maupun diastolik 0,001 kurang dari nilai α 5% (0,05) maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi imajinasi terpimpin terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa Kesesi Kecamatan Kesesi Kabupaten
Pekalongan.

3. Guided Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Menjelang Persalinan Pada Ibu Hamil

guided imagery dapat menurunkan tingkat kecemasan menjelang persalinan pada ibu hamil.
Guided imagery dapat menurunkan tingkat kecemasan partisipan RA sebanyak 61.90%, yakni dari
kategori sedang menjadi kategori rendah. Pada partisipan NB kecemasannya turun sebanyak
46,87%, yakni kategori sedang menjadi kategori rendah juga. Sedangkan pada partisipan NA
guided imagery dapat menurunkan tingkat kecemasannya hingga 40.74% dan berada pada kategori
sedang, meskipun demikian NA mengalami penurunan skor kecemasan yang cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/konsep-guided-imagery.html

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/download/1575/1671

https://media.neliti.com/media/publications/97122-ID-terapi-imajinasi-terpimpin-menurunkan-hi.pdf

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/3533/4066

Anda mungkin juga menyukai