Anda di halaman 1dari 40

Pemeriksaan Fisik Pada Pasien

Gangguan Kebutuhan Istirahat Dan


Tidur

Maria Putri Sari, M.Kep.


Keperawatan Medikal Bedah 2
Tujuan Pembelajaran :
1. Mengetahui prosedur Pemeriksaan fisik terhadap
kekurangan kebutuhan tidur
2. Dapat melakukan Pemeriksaan skala nyeri
3. Dapat melakukan Pemeriksaan PQRST
4. Membantu melaksanakan ritual tidur
5. Melaksanakan program terapi sesuai program
Pemeriksaan fisik Alat yang dibutuhkan antara lain :
terhadap 1. Universal Precaution : masker, handsoond
kekurangan 2. Pemeriksaan vital sign : thermometer, stetoskop, tensimeter, jam
kebutuhan tidur 3. Sistem intergument (pruritus) : lampu atau senter, penggaris
4. Sistem persyarafan (nyeri) : kertas dan pena
 Pruritus adalah suatu sensasi yang secara khusus ditemukan
SISTEM pada kulit, didefinisikan sebagai suatu sensasi yang tidak
INTEGUMEN/ menyenangkan yang menyebabkan keinginan untuk
PRURITUS menggaruk. Pruritus dapat terjadi akibat faktor-faktor
dermatologis maupun non dermatologis
Pengkajian
sistem
integumen
1. Mengukur vital sign
2. Pemeriksaan kulit : perubahan menyeluruh, perubahan
setempat, periksa tekstur, elastisitas, warna dan turgor kulit
3. Jika terdapat lesi, amati lesi, lokasi, distribusi, ukuran dan
bagaimana permukaan seta tepi lesi
4. Periksa bagaimana permukaan kulit yang ada disekitar lesi.
Apakah ada kemerahan? Jika ada apalah lokal atau
menyeluruh?
Lesi dipalpasi untuk menentukan tekstur,
bentuk serta tepinya, dan untuk melihat
apakah lesi tersebut terabak lunak atau berisi
cairan, atau teraba karena dan terfiksasi pada
jaringan di sekitarnya.
1. Amati apakah timbul lesi akibat garukan klien
2. Apakah ada perubahan temperature pada daerah lesi baik
panas maupun dingin
NEXT 3. Jika terdapat secret pada daerah lesi, perhatikan
karakteristik, warna, viskositas, maupun jumlahnya
4. Apabila diperlukan data penunjang, konsultasikan
 Kelembapan kulit, suhu dan tekstur kulit dinilai terutama
dengan cara palpasi. Elastisitas (turgor) kulit yang menurun
pada proses penuaan yang normal dapat menjadi salah satu
faktor untuk menilai status hidrasi seorang pasien
 Tanyakan awitan dan durasi nyeri
 Tanyakan lokasi nyeri : perlu diagram tubuh manusia

Sistem
persyarafan/
Nyeri
Tanyakan intensitas atau tingkat keparahan nyeri :
VAS/NRS/VDS
 Tanyakan kualitas nyeri seperti ditusuk, rasa terbakar,
sensasi remuk/crushing, berdenyut, tajam atau tumpul dll
 Tanyakan pola nyeri “ apa saya yang dapat
mempresipitasi/memperburuk nyeri : misalnya Operasi ORIF
semakin nyeri ketika kaki digerakkan
 Tanyakan tindakan untuk menghilangkan nyeri yang selama
ini sudah dilakukan
 Tanyakan gejala penyerta : mual, nyeri kepala, pusing,
konstipasi
 Tanyakan status neurologis : pasien DM kurang merakssakan
nyeri
 Mengukur vital sign
 Pemeriksaan fisik pada respon syaraf simpati : terdapat
dilatasi bronchioles dan Peningkatan RR, Peningkatan
nadi, pucat,peningkatan TD, Peningkatan kadar
glukosa darah, diaphoresis, peningkatan ketegangan
otot, dilatasi pupil, penurunan motilitas saluran cerna

Saraf simpatik adalah sebuah sistem dengan dasar dalam


sumsum tulang belakang tulang, karena terletak di sepanjang
tulang belakang, yang melekat pada tubuh manusia.
Pemeriksaan fisik pada respon syaraf parasimpati :
pucat, ketegangan otot, penurunan denyut jatung dan
tekanan darah, pernafasan cepat dan tidak teratur, mual
dan muntah, kelemahan dan kelelahan

Saraf parasimpatis adalah jaringan yang terhubung ke simpul


saraf yang dapat didistribusikan di seluruh tubuh
 Pemeriksaan fisik pada respon perilaku : cemas, takut,
ekspresi wajah : mengatupkan geraham, menggigit bibir,
meringis, menangis. Fokus perhatian hanya pada sensasi
nyeri, apasia, bingung, atau disorientasi, depresi.
P : provokes/provocation, palliative (penyebab)
Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri;
apakah ada hal yang menyebabkan kondisi
memburuk/membaik;
Pengkajian Relieves : mis: medications, massage, heat/cold, changing
Nyeri/PQRST position, being active, resting
Aggravates : movement, bending, lying down, walking,
standing
apa yang dilakukan jika sakit/nyeri timbul;
apakah nyeri ini sampai mengganggu tidur.
Q : quality (kualitas)
1. Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri;
2. apakah rasanya tajam, sakit, seperti diremas, menekan,
membakar,
3. nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk (biarkan
pasien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).
R : Region/ Radiation
 Where is the pain located?
 Apakah rasa sakitnya menyebar atau berfokus pada satu
titik? Dimana?

Harapannya pada pertanyaan ini pasien dapat mengatakan


dan menunjuk area bagian tubuh mana yang nyeri.
S : severety (keparahan)
 Seperti apa sakitnya; nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0
berarti tidak sakit dan 10 yang paling sakit.
 Cara lain adalah menggunakan skala FACES untuk pasien
anak-anak lebih dari 3 tahun atau pasien dengan kesulitan
bicara
T : time (waktu)
1. Kapan sakit mulai muncul;
2. How long did it last?
3. apakah munculnya perlahan atau tiba-tiba;
4. apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-
kadang;
5. apakah pasien pernah mengalami nyeri seperti ini
sebelumnya. apabila "iya" apakah nyeri yang muncul
merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
What are you
doing?
Dampak dari kekurangan tidur dapat dibagi menjadi dua yaitu

tanda fisik (ekspresi wajah seperti area gelap di sekitar mata, bengkak di

kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang

berlebihan dengan sering menguap, tidak mampu untuk

berkonsentrasi/kurang perhatian, terlihat tanda - tanda keletihan seperti

penglihatan kabur, mual dan pusing)

tanda psikologis (menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak

enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul

halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan

pertimbangan atau keputusan menurun

(Hidayat, 2006).
Peralatan yang dibutuhkan :
1. Radio
2. Tape recorder
3. Buku cerita
4. Alat beribadah
5. Makanan dan minuman
Cara yang dapat kita lakukan untuk membantu pasien
melaksanakan ritual tidur :
1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
2. Mempersiapkan lingkungan yang tenang, pasang sketsel,
kalau perlu matikan lampu/pasang lampu tidur yang
redup
3. Modifikasi lingkungan yang menunjang istirahat-tidur
4. Menggali kebiasaan ritual tidur klien
5. Memfasilitasi ritual tidur sesuai kebiasaan klien
 Terapi farmakologi telah banyak digunakan untuk
mengobati gangguan tidur, tetapi potensi efek samping
Program membatasi intervensi jangka panjang.
terapi  Terapi non farmakologi banyak dikembangkan misalnya
terapi music, progressive muscle relaxation, terapi binaural
beats, dll
Progressive
Muscle
Relaxation
Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,
prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf simpatis
sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek
seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah,
mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan
metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri
dari medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri
Dengan gerakan mengkontraksikan dan merileksasikan
sekelompok otot maka tubuh secara fisiologi akan
memproduksi endogen untuk menghambat impuls nyeri dan
suasana tubuh menjadi rileks (Smeltzer dan Bare, 2010).
Endogen terdiri dari endorfin dan enkefalin, substansi ini
seperti morfin yang berfungsi menghambat transmisi influs
nyeri. Apabila tubuh mengeluarkan substansi-substansi ini,
salah satu efeknya adalah pereda nyeri (Smeltzer dan Bare,
2010).
Terapi binaural beats merupakan terapi yang memanfaatkan
kekuatan otak manusia dengan memberikan stimulus pada
terapi binaural otak untuk memaksimalkan semua fungsi dan potensi otak
beats ketika otak berfungsi dan bekerja secara maksimal, semua
potensi yang ada dalam diri juga akan berkembang secara
maksimal dan menghasilkan hasil yang maksimal pula.
Binaural beats merupakan selisih suara yang ditangkap antara
telinga kiri dan kanan. Binaural beats adalah respon batang
otak pendengaran yang berasal dari nukleus olivari superior
sebagai hasil dari stimulus frekuensi pendengaran yang
berbeda yang diberikan pada setiap telinga.
Frekuensi suara yang digunakan yaitu 120 Hz di telinga kanan
dan frekuensi 110 Hz di telinga kiri selisih suara antara telinga
kanan dan kiri adalah 10 Hz Selisih suara inilah yang
kemudian bekerja dengan mengelabui otak sehingga mampu
mencapai frekuensi tertentu yang dapat memaksimalkan
fungsi otak dan tubuh secara keseluruhan sehingga tubuh
akan dalam kondisi relaks dan tenang dengan potensi otak
yang optimal sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dalam tidur.
Teknologi Binaural beat dapat menunjukkan efek positif pada
pengukuran psikologis terutama kecemasan. Menurut Mason
(2007) menjelaskan bahwa suara binaural Beats menggunakan
nada untuk menciptakan keadaan fisiologis tertentu di dalam
otak sehingga menyeimbangkan aktivitas listrik dari kedua
belahan otak. Kombinasi nada pada frekuensi yang berbeda,
disampaikan ke setiap telinga dalam pola tertentu, diterima
dan diintegrasikan oleh otak sehingga mampu
mempromosikan berbagai kondisi penyembuhan, relaksasi,
konsentrasi, fokus, dan intuisi.

Anda mungkin juga menyukai