DISUSUN OLEH :
Astriyani (12334017)
11. Neuroleptika
Obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis (jiwa) tertentu tanpa menekan fungsi-fungsi umum seperti berfikir dan berkelakuan normal. Obat
ini digunakan pada gangguan (infusiensi) cerebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi dan vertigo. Gejalanya dapat berupa kelemahan
ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi.
12. Obat Antiepileptika
Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya
disertai perubahan-perubahan kesadaran.
Penyebab antiepileptika : pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang
diakibatkan oleh luka di otak( abses, tumor, anteriosklerosis ), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang dapat memprovokasi
serangan epilepsi.
Penggolongan
1. Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper semua jenis epilepsi. Contoh fenitoin.
2. Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan
piramidon.
3. Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif.
4. Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah
desmetildiazepam yang aktif,klorazepam, klobazepam.
5. Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti
konvulsi asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat acid.
13. Obat Antiemetika
Obat untuk mencegah / menghentikan muntah akibat stimulasi pusat muntah yang disebabkan oleh rangsangan lambung usus, melalui CTZ
(Cheme Receptor Trigger Zone) dan melalui kulit otak
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkison yang ditandai dengan gejala tremor, kaku otot,gangguan gaya berjalan, gannguan
kognitif, persepsi, dan daya ingat. Penyakit ini terjadi akibat proses degenerasi yang progresif dan sel-sel otak sehingga menyebabkan terjadinya
defisiensi neurotransmitter yaitu dopamin.
Penggolongan
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi :
1. Obat anti muskarinik, seperti triheksifenidil/ benzheksol, digunakan pada pasien dengan gejala ringan dimana tremor adalah gejala yang
dopamin.
2. Obat anti dopaminergik, seperti levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit Parkinson idiopatik, obat pilihan utama adalah levodopa.
3. Obat anti dopamine antikolinergik, seperti amantadine.
4. Obat untuk tremor essensial, seperti haloperidol, klorpromazine, primidon
1.5 Interaksi antara Obat sistem saraf Pusat
1. Interaksi obat Hipnotik sedativ
Mekanisme :
Amiodaron menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme fenitoin sehingga terjadi peningkatan kadar plasma. Amiodaron juga
terikat plasma sehingga terjadi pergeseran ikatan dengan protein.
b. Fenitoin + Antikoagulan
Kadar serum fenitoin ditingkatkan oleh dikoumarol dan warfarin.
Fenitoin mengurangi efek antikoagulan dikoumarol tapi meningkatkan efek warfarin.
Kasus klinis :
6 subjek mendapat 300 mg fenitoin/hari setelah ditambah dikoumarol kadar fenitoin meningkat. Intoksikasi fenitoin tampak
setelah hari ke-6 pemakaian dikoumarol.
Seorang pasien yang mendapat 300mg fenitoin/hari menunjukkan intoksikasi segera setelah mendapat warfarin
6 subjek yang diterapi konstan dikoumarol (40-160mg/hari) diberikan 300mg fenitoin/hr selama 1 minggu. Kadar dikoumarol
turun pada hari ke-5 & meningkat lagi setelah warfarin dihentikan.
Waktu pembekuan darah seorang pasien yang mendapat warfarin meningkat setelah diterapi fenitoin 300mg/hari, sehingga perlu
penurunan dosis warfarin hingga 25%.
Mekanisme :
Mekanisme interaksi kompleks.
Dikoumarol menghambat metabolisme fenitoin di hati mengurangi ekskresi.
Fenitoin meningkatkan metabolisme dikoumarol, mengurangi metabolisme warfarin.
Fenitoin juga mempunyai efek depresi pada hati yang menurunkan produksi faktor pembekuan darah.
c. Fenitoin + Barbiturat
Perubahan kadar plasma fenitoin (meningkat atau menurun) dapat terjadi bila digunakan fenobarbital, tapi kontrol kejang
baisanya tidak terlalu terpengaruh.
Intoksikasi fenitoin tampak setelah pemutusan fenobarbital.
Peningkatan kadar fenobarbital dapat terjadi bila ditambahkan fenitoin pada terapi dengan fenobarbital.
Data klinis :
Terapi fenitoin bila ditambahkan fenobarbital :
Pada 12 pasien epilepsi yang diterapi dengan fenitoin, saat mendapat fenobarbital kadar plasma fenitoin turun.Pada hampir semua
kasus, kadar fenitoin kembali meningkat setelah fenobarbital dihentikan.
Terapi fenobarbital bila ditambahkan fenitoin :
Peningkatan kadar fenobarbital terjadi pada 40 pasien epilepsi saat ditambah fenitoin. Pada 5 pasien peningkatan kadar plasma
fenobarbital hingga 2x lipat.
Mekanisme :
metabolisme fenitoin :
Mekanisme :
Simetidin adalah inhibitor enzim yang poten akumulasi kadar fenitoin mencapai MTC. Tapi famotidin, ranitidin dan
nizatidin tidak.
Simetidin juga menunda disolusi tablet fenitoin karena peningkatan pH lambung.
e. Fenitoin + Kloramfenikol
Kadar plasma fenitoin meningkat oleh kloramfenikol Toksisitas bisa terjadi kalau dosis fenitoin tidak diturunkan.
Mekanisme :
Kloramfenikol adalah inhibitor enzim yang poten akumulasi kadar fenitoin hingga 2x lipat lebih.
Pengatasan : hindari pemakaian bersama keduanya
Adisi : Beberapa obat yang diberikan bersama-sama memberikan efek yang merupakan penjumlahan dari efek masing-masing obat bila
diberikan secara terpisah
Sinergis : Beberapa obat mempunyai aksi dan bekerja pada tempat yang hampir sama, bila diberikan bersama-sama ,memberikan efek yang
lebih besar dari efek masing-masing obat yang diberikan secara terpisah
. Potensiasi : Beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi-aksi yang tidak sama, memberikan efek yang lebih besar pada pasien, dari
pada efek masing-masing secara terpisah.
Antagonis : Beberapa obat yang diberikan bersama-sama, salah satu obat mengurangi efek dari obat yang lain.
1. Golongan Opioid
No Obat A Obat B Mekanisme Obat A Mekanisme Obat B Efek Interaksi Jenis
Interaksi
1 Opioid Antiemetik Berikatan dengan reseptor Meningkatkan respon jaringan di Metoklorpramid Potensiasi
(Morfin) (Metoklorpramid) opiate di SSP meurunkan saluran pencernaan atas terhadap meningkatkan laju absorbsi
persepsi nyeri dengan cara asetilkolin sehingga meningkatkan morfin yang diberikan secara
menyekat nyeri di otak motilitas dan kecepatan oral dan meningkatkan rate
tengah & medulla spinalis pengosongan lambung tanpa of onset serta efek
menstimulasi sekresi pankreas, sedatifnya.
bilier, atau lambung;
meningkatkan tonus spingter
esofagus bagian bawah
2. Opioid Azol (Fluconazol, Berikatan dengan reseptor Flukonazol merupakan inhibitor Azol menginhibisi CYP3A4 Sinergis
(Fentanyl, ketoconazol, opiate di SSP meurunkan cytochrome P-450 sterol C-14 sehingga metabolisme opioid
Alfentanyl, Voriconazo, persepsi nyeri dengan cara alpha-demethylation (biosintesis tsb dihambat, akibatnya
Sufentanyl) Itraconazol) menyekat nyeri di otak ergosterol) jamur yang sangat meningkatkan kadar, efek
tengah & medulla spinalis selektif farmakologi dan efek
samping opioid tsb.
2. Golongan Parasetamol
No Obat A Obat B Mekanisme Obat A Mekanisme Obat B Efek Interaksi Jenis
Interaksi
3 Parasetamol Propanolol menghambat produksi Beta bloker adrenergik non Propanolol menghambat Sinergis
prostaglandin (senyawa selektif (antiaritmia kelas II), system enzim yang berperan
penyebab inflamasi), bekerja memblok secara kompetitif respon dalam glucoronidasi dan
di sistem syaraf pusat untuk terhadap stimulasi alfa bloker dan oksidasi
menurunkan temperatur beta bloker adrenergik yang akan parasetamol meningkatkan
tubuh menghasilkan penurunan denyut bioavailibilitas parasetamol,
jantung, kontraktilitas jantung, tetapi tidak secara
tekanan darah dan kebutuhan signifikan.
oksigen pada jantung