ABSTRAK
Latar belakang : Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat
mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah
kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena
merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat ini dibagi
menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
Sebagian besar obat yang mempengaruhi sistem saraf pusat bekerja dengan cara
mengubah beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi. Obat–obat yang
mempengaruhi sistem saraf pusat dapat bekerja presinaptik, mempengaruhi
produksi, penyimpanan atau pengakhiran kerja neurotransmitter. Obat yang bekerja
pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat
tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau
secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas
misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu dan
pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain.
Tujuan praktikum : Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan efektifitas
pemberian obat anestesi yaitu eter dan kloroform, obat hipnotik-Sedatif yaitu
Phenobarbital dan diazepam, obat antidepresan yaitu amitriptilin terhadap hewan
coba mencit.
Metode : Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan stimulan, dimana amencit dimasukkan
dalam baskom yang berisi air kemudian diberikan obat Amitriptilin. Kelompok 2
diberi perlakuan hipnotik-sedatif, dimana mencit diberikan obat Diazepam secara
oral. Kelompok 3 diberi perlakuan Antidepresan, dimana ekor mencit digantung pada
statif dan obat yang diberikan yaitu Amitriptilin secara oral. Kelompok 4 diberi
perlakuan Anestesi dimana mencit dimasukkan dalam toples yang sudah dijenuhkan
dengan klorofom. Kemudian masing – masing dihitung onset dan durasinya.
Hasil : Hasil yang didapat ialah ialah bahwa efek yang diberikan dari obat
Amitriptilin, Diazepam, klorofom, berbeda – beda sesuai dengan golongan obatnya
masing – masing.
Kesimpulan : Obat sistem saraf pusat seperti Amitriptilin, Diazepam, klorofom,
memiliki efek yang sesuai dengan teori.
Kata Kunci : sistem saraf pusat, Amitriptilin, Diazepam, klorofom, Anestesi,
Hipnotik-sedatif, Antidepresan, dan stimulan.
PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang
kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu sama lain. Sistem saraf
lingkungan sekitarnya. Susunan saraf pusat terdiri atas otak besar, batang otak, otak
kecil dan sum-sum tulang belakang dan diliputi oleh selaput otak (metix) yang terdiri
atas pachmenix dan leptomenix obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi
analgesik-anti piretik serta anti inflamasi. Obat hipnotik-sedatif dan penenang sering
Impuls saraf dari SSP hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel efektor
melalui penglepasan zat kimia yang khas yang disebut transmiter neurohumoral atau
disingkat transmiter. Tidak banyak obat yang pada dosis terapi dapat mempengaruhi
konduksi akson, tetapi banyak sekali zat yang dapat mengubah tranmisi
neurohumoral. Obat otonom mempengaruhi transmisi neuron dengan cara
pengaruh obat pada transmisi sistem kolinergik maupun adrenergik, yaitu : (1)
penglepasan transmiter; (3) ikatan dengan reseptor; dan (4) hambatan destruksi
saraf pusat yaitu anastetik umum (memblokir rasa sakit). Hipnotip sedatif
oleh perangsangan rasa sakit di otak besar dan reaksi emosional. Analgetik
menaikkan ambang rasa sakit di otak besar, sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional (psikis) yang ditimbulkan oleh rasa sakit tersebut (Sulistia, 1995).
Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu sistem saraf pusat (SSP)
yang terdiri dari otak dan medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang merupakan
sel-sel saraf yang terletak di luar otak dan medula spinalis yaitu saraf-saraf yang
masuk dan keluar SSP. Sistem saraf tepi selanjutnya dibagi dalam divisi eferen yaitu
neuron yang membawa sinyal dari otak dan medula spinalis ke jaringan tepi, serta
divisi aferen yang membawa informasi dari perifer ke SSP. Fungsi sistem simpatis
tonus vaskular bed) juga mempunyai kemampuan untuk memberikan respons pada
Fungsi sistem parasimpatis yaitu menjaga kondisi tubuh esensial seperti proses
pencernaan makanan dan pengurangan zat-zat sisa. Jika sistem ini bekerja, akan
menghasilkan gejala yang masif, tidak diharapkan dan tidak menenangkan. Sistem
ini bekerja untuk mempengaruhi organ-organ spesifik seperti lambung dan mata
(Mycek, 2001).
Obat-obat otonom adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi penerusan
impuls dalam sistem saraf pusat dengan jalan mengganggu sintese, penimbunan,
reseptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ,
ganglion simpatik dan parasimpatik. Efek perintangan ini dampaknya luas, antara
reseptor postsinaptik. Dalam banyak hal, fungsi dasar neuron dalam SSP sama
dengan SSO. Misalnya transmisi informasi dalam SSP dan di perifer keduanya
berasal yang berasal dari susunan integumen lebih baik dipengaruhi daripada yang
berasal viseral. Salisilat menghilangkan nyeri baik secara sentral maupun secara
perifer. Secara sentral, diduga salisilat bekerja pada hipotalamus sedangkan secara
(Ganiswara,2003).
Pada keadaan deman, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga
dan pembentukan keringat. Efek penurun suhu demam diduga terjadi dengan
anterior atau ke dalam ventrikal otak,efeknya tidak dapat dicegah oleh obat
Golongan yang bekerja pada SSP ada dua. Golongan pertama yaitu stimulan
dan perasaan dan sedikit berpengaruh pada sambungan otak dan sumsum tulang
belakang (Ganiswara,2003).
1. Analgetika perifer (non narkotik) yang etrdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
2. Analgesik narkotik.
Nyeri ringan dapat diatasi dengan analgetik perifer seperti parasetamol, mefenamat,
propifenazon. Begitu pula rasa nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat
Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer
maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam
kelakuan dan pengalaman. Dulu, penyakit jiwa diobati dengan candu, skopolamin,
bromide, dan barbiturate. Obat-obat ini masih harus dilengkapi dengan cara lain
misalnya terapi kerja kreatif, syok insulin, syok listrik, bahkan pembedahan otak
pada skizofrenia yang parah. Pengobatan yang lebih maju dimulai pada tahun 1952,
dalam otak sejajar dengan neurotransmitter yang ada dalam sistem otonom.
terlalu mudah dirangsang yang bekerja tanpa adanya stimulus yang sesuai. Tetapi
terlalu sedikit dapat disebabkan oleh terlalu sedikit molekul neurotransmitter yang
Ada beragam cara untuk memblokade rasa nyeri. Karena itu, ada bermacam
pula obat pengurang nyeri. Ada obat yang kerjanya memblokade pembentukan
mediator nyeri khususnya PG (postaglandin). Obat-obatan jenis analgetik steroid
dan nonsteroid, termasuk golongan ini. Hanya, sebagian besar analgetik nonsteroid
nyeri) juga bersifat antipiretik (pereda demam), dan beberapa memiliki sifat
antiinflamasi. Ada pula obat yang memblokade pengantaran nyeri oleh serabut saraf
dengan anestesi, baik yang sifatnya lokal (di tempat rangsang nyeri terjadi) atau
sistemik (seluruh saraf tubuh). Obat untuk cabut gigi atau sunat (lidokain semprot)
termasuk golongan ini. Obat jenis lain berfungsi memblokade pusat nyeri atau
reseptor nyeri di otak. Biasanya jenis analgetik narkotik seperti morfin dan petidin.
Karena jenis ini mampu menembus penghalang antara darah dan otak. Jenis-jenis
analgetik nonsteroid yang kerap kita temui antara lain codein, parasetamol, asetosal
(golongan salisilat), tramadol (biasanya diresepkan untuk patah tulang atau pasca
Nyeri timbul oleh karena aktivasi dan sensitisasi sistem nosiseptif, baik perifer
maupun sentral. Dalam keadaan normal, reseptor tersebut tidak aktif. Dalam
METODE
Alat – alat yang digunakan : lap halus, lap kasar, tissue, kanula, kapas, benang
CARA KERJA
Penyiapan hewan
berikut :
Pertama – tama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, dimasukkan mencit
dalam baskom yang telah diisi dengan air kemudian dihitung frekuensi geraknya.
Kemudian diberikan obat Amitriptilin sebanyak 0,7 mL secara oral dan dimasukkan
kembali kedalam baskom yang berisi air. Amati dan hitung frekuensi geraknya pada
Pertama – tama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, mencit disuntikkan
dengan obat Diazepam secara oral kemudian dhitung onset dan durasinya.
Pertama – tama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian ekor mencit
diikat dengan benang godam kemudian figantung pada statik, kemudian di hitung
Pertama – tama disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian mencit di
masukkan dalam toples yang sebelumnya telah di jenuhkan dengan eter dan
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
saraf. Secara umum sistem saraf mengendalikan aktivitas tubuh yang cepat seperti
kontraksi otot. Daya kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari
Hipnotik dan sedatif merupakan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP).
Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan, yaitu menyebabkan tenang
atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat, yaitu hilangnya kesadaran, keadaan
bahwa obat tersebut mampu menimbulkan sedasi (disertai redanya ansietas) atau
membantu tidur. Karena mengandung berbagai variasi kimia, penggolongan obat ini
lebih didasari pada penggunaan klinis ketimbang kesamaan struktur kimia. Ansietas
dan gangguan tidur adalah masalah yang lazim ditemui sehingga hipnotik-sedatif
banyak diresepkan di seluruh dunia (Katzung, Bertram G, 2010).
Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respon
kantuk dan mempermudah tidur yang menyerupai tidur fisiologi (Gunawan, Sulistia
Gan, 2007).
benzodiazepine yang jauh lebih aman. Dewasa ini hanya beberapa barbiturate
masih digunakan untuk indikasi tertentu, misalnya fenobarb dan meforbarb sebagai
estazolam, dan midazolam. Obat-obat ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat
tidur pilian pertama karena toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling ringan
yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan (Sloane, 2003).
anastetik inhalasi yaitu anastetik gas, anastetik menguap dan anastetik parenteral.
Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang digunakan hanya anastetik
Efek anastetik ini pada mencit/tikus antara lain dapat dideteksi dengan Touch
respon, yaitu dengan menyentuh leher mencit atau tikus dengan suatu benda
misalnya pensil. Jika mencit tidak bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh
Pasivitas yaitu mengukur respon mencit bila diletakkan pada posisi yang tidak
normal, misalnya mencit yang normal akan menggerakkan kepala dan anggota
badan lainnya dalam usaha melarikan diri, kemudian hal yang sama tetapi dalam
posisi berdiri, mencit normal akan meronta-ronta. Mencit yang diam kemungkinan
karena terpengaruh oleh senyawa anastetik. Uji neurologik yang lain berkaitan
dalam bidang fisiologi SSP dan susunan saraf perifer terdapat kemajuan hebat
transmisi sinaps, penurunan konsumsi oksigen dan penurunan aktivitas listrik SSP
(James, 2002).
Hipnotik atau obat tidur (hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila
diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan
fisiologis normal untuk tidur, mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa
ini diberikan untuk dosis yang lebih rendah pada siang hari dengan tujuan
dimasukkan ke dalam toples yang berisi air, kemudian hitung frekuensi diam dan
percobaan ini diperoleh hasil onset 15 menit dan durasi 45 menit. Dapat disimpulkan
disuntikkan dengan Diazepam sebanyak 0,9 mL, dan mencit 2 disuntikkan dengan
Diazepam sebanyak 0,96 mL secara oral kemudian dicatat onset dan durasinya.
Dan dari percobaan ini diperoleh hasil onset dari pemberian diazepam dengan berat
mencit 27 g yaitu 00:05:17 sedangkan durasinya yaitu 00:19:33, onset dari
pemberian Diazepam dengan berat mencit 29 gr yaitu menit ke 4 dan durasinya
yaitu pada menit ke 8. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa obat
golongan benzodiazepin. Dan efek dari obat ini membuat mencit menjadi tenang
Mekanisme kerja obat pada tahap pertama reseptor dalam keadaan kosong,
tidak aktif dan saluran klorida berpasangan tertutup, pada tahap kedua terjadi
pengikatan GABA yang menyebabkan saluran ion klorida membuka, pada tahap
kanal Cl- dan barbiturate yaitu memperlama pembukaan kanal Cl- yang
mencit di ikat dengan benang godam dan digantung di statif selama 30 menit
amitriptilin secara oral sebanyak 0,733 mL lalu dihitung kembali frekuensi dan
durasinya. Dan dari percobaan ini diperoleh hasil frekuensi sebelum diberikan
amitriptilin yaitu 56 kali dan setelah diberi amitriplin yaitu 21 sedangkan durasi diam
sebelum diberikan amitriptilin yaitu 23 kali. frekuensi gerak dari mencit mengalami
peningkatan setelah pemberian obat amitriptilin. Amitriptilin memiliki efek anti kejang,
dimana golongan ini dapat digunakan pasien yang mengalami depresi dan juga
mengalami kecemasan.
dalam toples yang berisi eter kemudian diamati onset dan durasinya. Dan dari
percobaan ini diperoleh hasil onset pemberian eter yaitu 00 : 01 : 18 menit dan
durasinya yaitu 00:07:50 sedangkan onset pemberian klorofo yaitu 00:15:00 dan
durasinya yaitu 00:01: 50. Dapat diketahui bahwa memiliki onset yang cepat dan
durasi yang lama, sesuai dengan literatur.
KESIMPULAN
1. Pada percobaan Stimulan, onsetnya ialah 15 dan durasinya pada menit 45.
52 dan durasinya yaitu 00 : 01 : 02, sedangkan onset yang didapat dari mencit
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Mutschler, Ernst. 1999. “Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi”. ITB.
Bandung.
Ganiswarna. G Sulistiwa. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Gaya baru.
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: FK-UI.
Tjay, T H & K Rahardja. 2002. Obat-obat Penting. PT Elek Media Komputindo. Jakarta
Ganiswara, S, G, Farmakologi dan Terap, Edisi IV, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
2003, 81, 162, 166, 570.