Anda di halaman 1dari 39

SSP I

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,

sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf

mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur

kebanyakan aktivitas sistem – sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf

tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga

menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah

berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan

gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi

respons terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja terintegrasi dari

sistem saraf yang mencapai puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah

laku individu.

Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat

mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah

kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut sistem saraf sentral karena

merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat ini dibagi

menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang belakang (medula

spinalis).

Obat-obat dapat mempengaruhi Susunan Saraf Pusat (SSP) dengan

merangsang (stimulasi) dan menekan (depresi), dan ada pula obat yang dapat

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
menekan sesuatu fungsi sekaligus merangsang fungsi yang lain. Efek obat-obat

tergantung pada jenis dan sensitivitas reseptor yang dipengaruhinya.

Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang sistem saraf pusat

perlu untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi

karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau

bekerja pada sistem saraf pusat. Hal inilah yang melatar belakangi

dilakukannya percobaan ini.

B. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengamati efek obat hipnotik-sedatif yaitu fenobarbital dan diazepam

terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

2. Mengamati efek obat anastetik umum dari eter dan kloroform pada mencit

(Mus musculus).

3. Mengamati efek obat stimulan yaitu caffein terhadap hewan coba mencit

(Mus musculus).

4. Menentukan efek obat antidepresan yakni amitriptyline terhadap hewan

coba mencit (Mus Musculus).

1.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Sel saraf merupakan adalah serangkaian organ yang kompleks dan

bersambungan serta terdiri terutama dalam jaringan saraf. Dalam mekanisme

sistem saraf, lingkungan internal dan stimuls eksternal dipantau dan diatur oleh

kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitifitas terhadap stimulus, dan

konduktifitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap

stimulus, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama (Sloane, 2013).

Sistem saraf pusat merupakan bagian dari system syarat, yang terdiri dari

otak dan sumsum tulang belakang. SSP mempunyai fungsi mengkoordinasi

segala aktivitas bagian tubuh manusia (Tjay, 2007).

Dalam menjalankan fungsinya, SSP dibantu oleh system syarat perifer

yang berfungsi menghantarkan impuls dari dan ke susunan saraf pusat atau

dengan istilah yang lain yaitu dari saraf efferent (motor) ke saraf afferen. Pada

rangsangan seperti sakit, panas, rasa, cahaya, suara mula-mula diterima oleh

sel-sel penerima (reseptor) dan kemudian dilanjutkan ke otak dan sum-sum

tulang belakang.Rasa sakit dapat disebabkan oleh perangsangan rasa sakit

diotak besar sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang

timbulkan oleh rasa sakit tersebut (Ganiswara, 2007).

Organisasi struktur sistem saraf terbagi atas (Sloane, 2013) :

1. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yang

dilindung tulang kranium dan kanal vertebral.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
2. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem

ini terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan

medulla spinalis dengan reseptor dan efektor.

Sebagian besar obat yang mempengaruhi SSP bekerja dengan mengubah

beberapa tahapan dalam proses neurotransmisi. Obat-obat yang mempengaruhi

SSP dapat bekerja presinaptik, mempengaruhi produksi, penyimpanan atau

pengakhiran kerja nurotransmiter.Obat-obat lain dapat memacu atau

menghambat reseptor postsinaptik. memberikan tujuan umum SSP dengan

focus pada neurotransmitter yang terkait dalam penggunaan obat-obat SSP

dalam klinik (Mycek, 2013).

Obat yang bekerja pada system saraf pusat terbagi menjadi anestetik

umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedative (menyebabkan tidur), Stimulan

Sistem Saraf, antidepresi, antikunvulasi (menghilangkan kejang), analgetik

(menngurangi rasa sakit), opoid, analgeik-antipiretik-antiinflamasi dan

peragsang susuan saraf pusat (Tjay, 2007).

Anastesi yaitu hilangnya sensasi, biasanya akibat cedera saraf atau

reseptor. Hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, disebabkan oleh

pemberian obat atau intervensi medis lainya (Hartanto, 2014).

Anastesia artinya hilang perasaan. Ada 2 macam yaitu anestesia umum

merupakan keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan

hilangnya kesadaran yang reversibel.Anestetik lokal adalah obat yang

digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduksi sepanjang

serabut saraf secara reversibel (Kadzung, 2013).

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Anestesi terbagi atas dua macam anestesi umum dan anestesi lokal.

Anestesi umum merupakan keadaan tidak terdapatnya sensasi yang

berhubungan dengan hilangnya kesadaran yang reversible. Sedangkan

annestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan

memblok konduks sepanjang serabut saraf secara reversible (Neal, 2006).

Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut-

turut menghentikan aktifitas bagian-bagiannya. Dikenal empat rataf dalam

narkosa, yaitu (Cambell, 2002) :

1. Analgesia, kesadaran bekurang, rasa nyeri hilang dan terjadi euphobia (rasa

nyaman) yang disertai impian yang mirip halusinasi.

2. Eksitasi, kesadaran hilang dan terjadi kegelisahan. Disebut juga taraf

induksi.

3. Anatesia, pernapasan menjadi dangkal dan cepat, secara teratur seperti

keadaan tidur (pernapasan perut), gerakan-gerakan mata dan refleks mata

hilang sedangkan otot-otot menjadi lemas.

4. Perlumpuhan sum-sum tulang, kerja jantung dan pernapasan terhenti. Taraf

ini sedapat mungkin dihindari.

Teknik pemberian obat anastetik umum terbagi dua yaitu (Hoan, 2010) :

a. Anastetik inhalasi : gas tawa, halotan, enfluran, isofluran, dan sevofluran.

Obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.

b. Anastetik intravena : toipental, diazepam, dan ketamin. Obat-obat ini dapat

diberikan dalam bentuk supositoria secara rectal.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Neurotransmiternya yaitu GABA, dan reseptornya adalah GABA A,

GABAB, GABAC. Neurotransmitter adalah suatu penghantaran impuls yang

mnyebabkan mediator kimia. Adapun Neurotransmitter SSP annara lain

(Mycek, 2013) :

1. Glutomat, dimaa neurotransmitter ini terdapat dalam konsentrasi tinggi di

otak maupun sum-sum tulang belakag dibangdingkaan neurotransmitter

lainnya.

2. GAMA (Gamma Amine Butyric Acid) merupakan neurotransmitter

penghambat utama dibagian otak, sedangkan glisin merupakan

neurotransmitter penghambat di sum-sum tulang belakang. Selain itu,

GABA juga merupakan reseptor transmembran metabopropik baik di SSP

ataupun SS perifer.

3. Dopamine mempunyai peran penting dalam otak dan terlibat dalam

beberapa penyakit otak misalnnya Parkinson,skizofrenia,. Dalam oak

jumlah dopamine relatife lebih sedikit dibangding norepinefrin.

4. Serotinin disebut juga dengan 5-hidroksitriptamin. Serotonin mengalami

metabolism melalui reaksi deaminase oksidatif dengan enzim MAO. Proses

penyimpanan, pelepasan dan pengambilan kembali serotonin adalah mirip

dengan norepinefrin.

5. Asetilkolin merupakan neurotransmitter pennting dalam system syaraf, baik

SS pusat maupun SS perifer. Seperti halnya di SS perifer, di SSP juga

terdapat dua reseptor nikotinik.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
6. Norepinefrin merupakan proses sintesis, penyimpanan dan pelepasannya

sama dengan di SS perifer. Bagian soma sel noradrenergic berasal dari pons

dann medulla, aksonya mencabang dan berujung diberapa lokasi di kortik.

Locus cerules merupakan bagian dari pons, tempat dimana norepinefrin

banyak dihasilkan dalam otak, dan berperan dalam kesadaran dan aktivitas

eksploratif.

7. Histamin di otak sangat kecil disbanding di jaringan dan pelepasannya di

otak mengikuti siklus sirkardian. Syaraf ini kolinergik akan aktif di siang

hari, sedangkan potensial aksinya berkurang pada malam ini.

Hipnotika atau obat tidur adalah obat-obat yang dalam dosis terapi

diperuntukkan untuk meningkatkan keinginan untuk tidur dan mempermudah

atau menyebabkan tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari.

Bilamana zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang rendah untuk

tujuan menenangkan maka dinamakan sedative (Tjay, 2007).

Sedative berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dan

menenangkan penggunanya. Keadaan sedasi juga merupakan efek samping

dari banyak obat yang khasiatnya tidak menenangkan system saraf pusat

misalnya antikolinergik, hipnotik menimbulkan rasa kantuk, (dowsiness)

mempercepat tidur sepanjang malam, mempertahankan keadaan tidur yang

menyerupai tidur alamiah mengalami sifat-sifat EEGnya selain sifat-sifat ini.

Secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas sisa terhadap esok harinya

(Kadzung, 2013).

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Hipnotik merupakan zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan

meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau

menyebabkan tidur. Hipnotik itu sendiri dapat menimbulkan rasa kantuk,

mempercepat tidur dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang

mennyerupai tidur alamiah mengenai sifat-sifat EEGnya. Sedangkan sedative

berfungsi untuk menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dann

menenangkan penggunanya. Dalam tidur terdapat dua stadium yaitu tidur

REM disebut juga tidur mimpi, terjadi pada tahap ke lima yang ditandai

dengan pernafasan dan denyut jantung naik turun, aliran darah ke otak

meningkat,sedangkan tidur non REM yaitu tidur pulas terjadi 1-4 tahap yang

ditandai dengan pernafasan dan denyut jantung mulai teratur (Tjay, 2007).

Pada setiap malam terdapat 4-5 siklus tidur. Dalam satu siklus terdapat 2

tahapan yaitu (Tjay, 2013) :

1. Tidur non-REM (Slow Wave Sleep) ditandai dengan denyut jantung,

tekanan darah dann pernapasan yang teratur. SWS ini berlangsung kurang

lebih satu jam lamanya yang meliputi untuk fase 3-4 merupakan fase bentuk

tidur terdalam. Peristiwa ini penting untuk daya tahan tubuh, metabolisme

dan respon sel-sel tubuh.

2. Tidur REM (Rapid Eye Movemennt) ditanndai dengan gerakan mata ke satu

arah. Disamping itu, jantung, tekanan darah dan pernapasan naik turun,

alirann darah seolah meningkat dan otot dalam keadaan rileks. Pada fase ini,

kedua siklus pertama berlangsung 5-15 menit dengan timbulnya banyak

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
impian. Fase ini berlangsung menjadi lebih panjang hingga pada pagi hari

berlangsung dalam 20-30 menit.

Mekanisme kerja hipnotik-sedative yaitu pengikatan GABA ke

reseptornya. Pada membran sel akan membuka saluran klorida, meninkatkan

efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan

hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan

meniadakan pembentukan kerja potensial (Tjay, 2013).

Penggolongan obat hipnotik sedative terbagi menjadi golongan

benzodiazepine seperti alprazolam, klorazolam, diazepam, lorazepam,

triazolam, golongan antagonis benzodiazepine seperti flumazenil, golongan

obat barbiturate seperti fenobarbital, pentobarbital, thiopental, golongan obat

sedative non barbiturate seperti etanol, antihistamin, klorathidrat, dan golongan

obat ansiolitik lain seperti buspiron dan hidroksizin (Mycek, 2013).

Adapun mekanisme kerja dan contoh obat-obatnya sebagai berikut

(Harvey, 2013) :

1. Benzodizepine

Target kerja benzodiazepine adalah reseptor asam. Benzodiazepine

memodivikasi efek GABA melalui ikatan dengan tempat yang berafinatas

tinggi dan spesifik pada lokasi pertemuan antara sub unit α dan y2.

Peningkatan GABA dengan reseptornya akan memicu pembukaan kanal

klorida. Benzodiazepine akan menngkatkan frekuensi pembukaan kanal oleh

GABA. Aliran masuk ion klorida menyebabkan sedikit hipopolarisasi yang

menurunkan potensi pascasinaps dari ambang letup hingga meniadakan

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
potensi aksi.Contoh obat-obat Benzodiazepine adalah Alprazolam,

Chlordiazepoxide, Clonarezepate, Diazepam, Estazolam, Flurazepam,

Lorazepam, Quazepam, Oxazepam, Temazepam dan Triozolam.

2. Antagonis Benzodiazepine

Flumazenil merupakan contoh dari obat antagonis benzodiazepam.

Flumazenil merupakan reseptot GABA yang dapat secara cept membalikkan

efek Benzodiazepine.

3. Barbiturat

Kerja hipnotik-sedatif barbitura dapat muncul akibat interaksinya

dengan reseptor GABA yang merangsang transmisi GABAenergik.

Barbiturat memotensi kerja GABA pada aliran masuk klorida yang menuju

neuron dengan memperpanjang durasi pembukaan kanal klorida.Adapun

contoh obat dari Bariturat adalah Amobarbital, Phenobarbital, Pentobarbital,

Secobarbital, dan Thiopental.

4. Obat-obat hipnotik lain

Contoh obat dari Anxiolitik adalah Buspirone, Hyroxyzine, dan inti

depresan. Dan contoh obat dari hipnotik lainnya adalah Antihistamin, Cloral

hydrate, Eszopicion, Ramelteon, Zalepom, dan Zolpidem.

Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama,

namun secara kuantitatif spectrum farmakodinamik serta data

farmakokinetiknya berbeda. Hal ini yang menyebabkan aktifasi terapi

golongan ini sangat luas. Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
otot, ansiolitik dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda (Ganiswara,

2007).

Efek benzodiazepine hampir semua merupakan hasil kerja golongan pada

SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan

emosi, reaksi otot dan reaksi konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan

kerja golongan ini pada jaringan perrifer vasodi atasi koroner stelah pemberian

dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV, dan blockade neuromuscular

yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat tinggi (Mycek, 2013).

Depresi merupakan aktivitas fungsional yang merendah atau menurun,

suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai dengan kesedihan,

perasaan, putus asa dan tidak bersemangat (Mycek, 2013).

Antidepresi adalah obat-obat yang mampu memperbaiki suasana jiwa

dengan menghilangkan atau merngankan gejala keadaan murung, yang tidak

disebabkan oleh kesulitan soisal ekonomi, obat-obatan atau penyakit.

Antidepresan bekerja dengan jalan menghambat re-uptake serotonin dan

noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan demikian memperpanjang

waktu tersedianya neurotransmitter tersebut. Disamping itu antidepresive dapat

mempengaruhi reseptor postsinaps. Adapun efek samping dari antidepresan ini

dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan dan banyak mirip

dengan efek samping antipsikotika yaitu sedasi, gangguan mood dan lain-lain

(Tjay, 2007).

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Penggolongan obat antidepresan (Mycek, 2013) :

1. Antidepresan trisiklik / polisiklik, contoh obatnya : amitriptilin, amoksapin,

doksepin, nortriptilin, protriptilin, trimipiramin.

2. Penyekat ambilan kembali serotonin selektif (SSRI), contoh obatnya :

fluoksetin, fluvoksamin, nefazodon, trazodon.

3. Penyekat inhibitor monoamine oksidase (MAOI), contoh obatnya :

isokarboksazid, fenelzin.

4. Obat untuk mania, contoh obatnya : garam litium.

Mekanisme kerja obat antidepresan (Mycek, 2013) :

1. Antidepresan trisiklik / polisiklik, bekerja dengan cara menghambat ambilan

kembali norepinefrin dan serotonin di pascasinaptik.

2. Penyekat ambilan kembali serotonin selektif (SSRI), bekerja dengan cara

menghambat ambilan serotonin secara spesifik.

3. Penyekat inhibitor monoamine oksidase (MAOI), bekerja dengan cara

memetabolisme norepinefrin dan serotonin untuk dikeluarkan dari sel

sebagai metabolit tidak aktif.

4. Obat untuk mania, mekanisme ini tidak diketahui, tetapi kemungkinan

melibatkan interaksi dengan sistem second messenger.

Mekanisme obat-obat antidepresan memotensiasi baik secara langsung

maupunn tidak langsung kerja norepinefrin dan/atau serotonin dalam otak.

Penggolongan obat antidepresan terbagi menjadi 6 yaitu (Richard, 2013) :

1. Penghambat ambilan-kembali serotonin selektif (SSRI)

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
SSRI merupakann suatu kelompok obat antidepresann dengan

beragam kimiawi yang secara spesifik menghambat ambilan-kembali

serotonin, memiliki selektivitas terhadap pengangkutan serotonin sebanyak

300 hingga 300 kali lebih besar dibandingkan pengangkutan norepinefrin.

Contoh obat adalah citalopram dan escitalopram.

2. Penghambat ambilan-kembali norepinefrin/serotonin (SNRI)

Venlafaxine dan duloxetine menghambat ambilan kembali serotonin

dan norepinefrin secara selektif. Obat ini dapat efektif mengobati depresi

pada pasien yang tidak efektif dengan SSRI.

3. Antidepresan atipikal

Kelompok obat yang bekerja pada beberapa lokasi yang berbeda.

Kelompok ini meliputi bupropion, nefazodone, mirtazadine dan trazodone.

4. Antidepresan trisiklik (TCA)

Menghambat ambilan-kembali norepinefrin dan serotonin menuju

neufron sehingga, seandainya baru ditemukan hari ini, TCA mungkin akan

dimasukkan dalam SNRI, kecuali perbbedaan dalam efek samping yang

terkait kelas antidepresan yang baru tersebut. Contoh obatnya adalah

amitriptilin.

5. Penghambat MAO

Monoamino oksidase adalah enzim mitokondria yang ditemukan pada

saraf dan jaringan lainnya, seperti usus dan hati. Contoh obatnya adalah

selegiline.

6. Obat yang digunakan untuk mengobati mania dan gangguan bipolar

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Cemas atau annxietas adalah sutu keadaan yang tidak menyenangkan.

Berupa ketegangan, rasa takut, atau gelisah yang timbul dari sumber yang tidak

diketahui. Gangguan cemas ini merupakan gangguan mental tersaring. Gejala

fisik kecemasan berat berupa dengan ketakutan (seperti takikardia,berkeringat,

gemetar dan palpitasi) dann melibatkan pengaktifan simpatis (Richard, 2013).

Stimulan sususan saraf pusat memiliki dua golongan obat yang bekerja

terutama pada susunan saraf pusat (SSP). Golongan pertama yaitu stimulan

psikomotor, menimbulkan eksitasi dan euforia, mengurangi perasaan lelah dan

meningkatkan aktivitas motorik. Kelompok kedua, obat-obat psikotomimetik

atau halusinogen, menimbulkan perubahan mendasar dalam pola pemikiran

dan perasaan, dan sedikit berpengaruh pada sambungan otak dan sumsum

tulang belakang. Sebagai suatu kesatuan, stimulant susunan saraf pusat (SSP)

sedikit sekali digunakan dalam klinik tetapi penting dalam masalah

penyalahgunaan obat, selain obat depresan SSP dan narkotik (Mycek,2013).

Stimulant atau sebagai vitamin adalah zat-zat kimia organis dengan

komposisi beranekaragam yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh

manusia untuk memelihara metabolism, pertumbuhan dan pemeliharaan

normal. Fungsi dari vitamin itu sendiri sangat bervriasi, banyak vitamin yang

secara biologis tidak aktif tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh

misalnya vitamin B1, B2, B3 dan B6. akibat dari defisiensi vitamin yang

menimbulkan gejala khas seperti buta malam (Vitamin A), beri-beri (Vitamin

B), radang lidah dan bibir (Tjay, 2007).

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Stimulan bekerja mempercepat aktivitas dalam sistem saraf pusat. Obat

yang termasuk kelompok ini antara lain : Kafein, kokain, amfetamion

(“Upper”), dan hidroklorida metamfetamin (“meth”). Dalam dosis sedang,

kelompok obat stimulant menghasilkan perasaan senang, percaya diri, dan

kegembiraan atau euphoria. Dalam dosis besar, obat-obat ini membuat

seseorang merasa cemas dan gugup. Dalam dosis yang sangat besar, obat-obat

ini dapat menyebabkan kejang-kejang, gagal jantung dan kematian (Wade,

2008).

Stimulan ganglion. Stimulan ini mempunyai kerja yang sangat luas

karena menstimulasi reseptor nikotinik pada kedua neuron ganglion

parasimpatis dan simpatis. Efek simpatis meliputi vasokonstriksi, takikardia,

dan hipertensi. Efek parasimpatis meliputi peningkatan motilitas usus dan

peningkatan sekresi kelenjar saliva dan bronkus (Neal, 2006).

Amfetamin adalah obat sintetis yang dikonsumsi dalam bentuk pil,

disuntik, dihisap, atau dihirup. Metamfetamin secara struktur mirip dengan

amfetamin dan dikonsumsi dengan cara yang sama pula; Memfetamin

diedarkan dalam dua bentuk, bubuk (crank, speed) atay dalam bentuk yang

lebih murni, Kristal padat. Kokain adalah obat alamiah yang lebih murni yang

dihasilkan dari daun tumbuhan koka. Amfetamin dan kokain membuat para

penggunanya merasa segar tapi tidak meningkatkan cadangan energy dalam

bentuk tubuh, rasa lelah, perasaan mudah terganggu, dan depresi akan muncul

ketika efek obat-obat ini hilang (Wade, 2008).

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Efedrin merupakan suatu stimulant sentral yang ringan, tetapi amfetamin

yang lebih mudah masuk ke dalam otak, mempunyai efek stimulant yang jauh

lebih hebat terhadap mood dan kesigapan serta mempunyai potensi

penyalahgunaan yang tinggi serta jarang digunakan (Neal, 2006).

Atropin merupakan stimulant sentral yang lemah, terutama pada nucleus

vagus, dan pada dosis rendah menyebabkan bradikardia. Dosis yang lebih

tinggi menyebabkan takikardia (Neal, 2006).

B. URAIAN BAHAN DAN OBAT

1. Uraian Bahan

a. Air suling (Ditjen POM, 1979, hal : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Aquades, air suling

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

b. Na CMC (Ditjen POM, 1979 hal : 401)

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih gading

tidak berbau dan hamper tidak

berbauhigroskopik.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Kelarutan : Mudah medispersidalam air membentuk

suspense koloidal tidak larut dalam etanol

(95% P) dalam eter P dan dalam

pearutorganik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pelarut obat dan larutan kontrol.

c. Eter (Ditjen POM, 1979 :66)

Nama Resmi : AETHER  ANAESTHETICUS


Nama Lain : Eter anestesi/etoksietana
Pemerian : Cairan transparan; tidak berwarna; bau khas;

rasa manis dan membakar. Sanagt mudah

menguap; sudah mudah terbakar; campuran

uapnya dengan oksigen, udara atau

dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat

meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air; dapat campur

dengan etano (95%) P, dengan kloroform P,

dengan minyak lemak dan dengan minyak

atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah kering tertutup rapat, terlindung

dari cahaya; di tempat sejuk.


Penggunaan : Anestesi umum.

d. Kloroform (Ditjen POM, 1979, hal : 151)

Nama Resmi : CHOLOROFORMUM


Nama Lain : Kloroform
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir,

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
mempunyai sifat khas, bau eter, rasa manis dan

membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 61o

dipengaruhi oleh cahaya.


Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan

etanol, dengan eter, dengan benzene, dengan

heksana, dan dengan lemak.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, pada suhu tidak lebih dari 30o.


Penggunaan : Sebagai bahan uji anastesi umum
2. Uraian Obat

a. Amitriptilin

Zat aktif : Amitriptilin Hidroklorida (FI III, 1979)

Golongan : Antidepresan trisiklik/polisiklik (Harvey, 2013)

Indikasi : Depresi, gangguan distimik, depresi atipikal,

skizofrenia depresi, nocturnal enuresis pada

anak. (Tjay, 2010)

Kontraindikasi : Koma atau depresi sistem saraf pusat, rusaknya

area subarakhnoid, gangguan darah atau depresi

sumsum tulang, MCl. (Tjay, 2010).

Efek samping : Diaforesis, mulut kering, pandangan kabur,

takikardia, mengantuk, konstipasi, hipotensi.

(Tjay, 2010).

Interaksi obat : Hipnotik dan antiansietas, analgesik opioid,

antipsikotik, antidepresan lain, alkohol,

antihistamin meningkatkan efek sedasi. Tidak

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
boleh diberikan bersama MAO. (Gunawan,

2012)

Dosis : Depresi : dosis awal sampai 75 mg/hari, dalam

dosis terbagi, naikkan bertahap sampai 150-200

mg (sampai 300 mg untuk pasien rawat inap).

Sampai 150 mg dapat diberikan sebagai dosis

tunggal sebelum tidur. (Gunawan, 2012)

Farmakodinamik : Sebagian efek antideprsesi trisiklik mirip efek

promazin

Farmakokinetik : Rearbsorpsi dari usus dengan BA ca 40% PP-

nya diatas 90%, plasma t1/2 -nya rata-rata 15 jam.

Dalam hati sebagian besar zat didemetilasi

menjadi metabolit aktif nortriptilyn dengan daya

sedative lebih ringan, t1/2 nya rata-rata 36 jam.

Ekskreksinya berlangsung terutama lewat

kemih.

b. Diazepam

Zat aktif : Diazepam 2 mg

Golongan obat : Benzodiasepin (Harvey, 2013)

Indikasi : Untuk pengobatan jangka pendek pada gejala

ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
meringankan spasme otot rangka karena

inflamsiatau trauma. (Tjay, 2010)

Kontraindikasi : Penderita hipersensitifitas, bayi dibawah 6

bulan, wanita hamil dan menyusui, depresi

pernafasan, gangguan pulmonar akut dan

keadaan phobia. (Gunawan, 2012)

Efek samping : Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada

kulit, edema, mual dan konstipasi sakit kepala,

amnesia, hipotensi dan retensi urin. (Gunawan,

2012)

Farmakokinetik : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin.

Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi

neuron dengan asam gamma-aminobutirat

(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf

pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif

yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam.

(Gunawan, 2012)

Farmakodinamik : Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 1 - 2

jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi

antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh

desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam,

tergantung usia dan fungsi hati. (Ganiswarna,

2012)

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Interaksi obat : Penggunaan bersama obat-obat depresan

susunan saraf pusat atau alkohol dapat

meningkatkan efek depresan. Rifampisin dapat

meningkatkan bersihan benzodiasepin. (Tjay,

2010)

c. Fenobarbital

Golongan obat : Barbiturat (Harvey, 2013)


Indikasi : Pada gangguan fungsi jantung, ginjal dan hati,

porfiri akut karena induksi enzim yang terlibat

dalam sintesis porfirin serta keracunan

alkohol, analgetika dan psikofarmaka.

(Gunawan, 2012)
Efek samping : Efek samping pada dosis hipnotik jarang

terjadi. Sekali-sekali dapat terjadi gangguan

saluran cerna dan reaksi alergi. (Gunawan,

2012)
Dosis : Sekali 300 mg, sehari 600 mg. (Gunawan,

2012)
Farmakodinamik : Memberikan efek anti konvulsi dan efek utama

adalah depresi SSP. Depresi napas sebanding

dengan dosis tidak memberikan efek yang

nyata pada kardiovaskular. (Gunawan, 2012)


Farmakokinetik : Dimetabolisme hampir sempurna di hati

sebelumdieksresikan di ginjal (Gunawan,

2007).
d. Caffein

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Golongan obat : Perangsang Psikomotir (Harvey, 2013)

Indikasi : Menghilangkan rasa letih, lapar, dan mengantuk,

juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi

ditingkatkan serta prestasi otak dan suasana jiwa

diperbaiki. (Patra, 2014)

Kontradiksi : Glakoma sudut tertutup, obstruksi salcame asma,

hernia hiatal, miasternia, penyakit hati dan ginjal.

(Patra, 2014)

Peningkatan : Peningkatan intravascular, mulut kering, pusing,

dan konstripasi. (Patra, 2014)

Farmakokinetik : Didistribusikan keseluruh tubuh dan dengan cepat

diabsorbsikan setelah pemberian, waktu paruh 3-

7 jam, diekskresikan melalui urin. (Patra, 2014)

Farmakodinamik : mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama

otot polos bronchus, merangsang susunan saraf

pusat, otot jantung, dan meningkatan diuresis

(Patra, 2014)

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I

BAB III METODE KERJA

A. ALAT YANG DIGUNAKAN

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam,

baskom, kanula, lap kasar, lap halus, spoit, statif, toples, stopwatch.

B. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah amitriptylin,

caffein, diazepam, eter, kapas, kloroform, Na-CMC 1%, dan Phenobarbital

C. HEWAN YANG DIGUNAKAN

Adapun hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah mencit (Mus

musculus).

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
D. PEMBUATAN BAHAN

Pembuatan Na-CMC 1% b/v

1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1gram

2. Dipanaskan 100 mL air suling hingga suhu 70oC

3. Dimasukkan Na-CMC kedalam lumpang, ditambahkan 100 mL air yang

telah dipanaskan sedikit demi sedikit kemudian diaduk

4. Dimasukkan larutan Na-CMC 1% ke dalam wadah dan disimpan dalam

lemari pendingin

E. PEMBUATAN OBAT

1. Amitriptyline 30 mg

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang amitriptylin sebanyak 0,012 gram

c. Dimasukkan ke dalam kertas perkamen

d. Dilarutkan dengan 5mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL

e. Dihomogenkan lalu diberi etiket

2. Fenobarbital 100 mg

a. Ditimbang fenobarbital sebanyak 0,01295 gram

b. Dimasukkan ke dalam kertas perkamen

c. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL

d. Dihomogenkan lalu diberi etiket

3. Diazepam 2 mg

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang diazepam sebanyak 0,004 gram

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
c. Dimasukkan kedalam kertas perkamen

d. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL

e. Dihomogenkan lalu diberi etiket

4. Caffein 200 mg

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang caffein sebanyak 0,00615 gram

c. Dimasukkan kedalam kertas perkamen

d. Dilarutkan dengan 5 mL Na-CMC 1% dalam labu ukur 5 mL

e. Dihomogenkan lalu diberi etiket

F. PERLAKUAN HEWAN COBA

1. Disiapkan sejumlah mencit yang akan digunakan dalam praktikum

2. Dibersihkan mencit yang akan digunakan

3. Ditimbang masing-masing berat badan mencit

4. Dihitung volume pemberian masing-masing mencit

a. Anestesi

1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)

2. Dimasukkan mencit kedalam toples yang masing-masing berisi kapas

yang telah dibasahi dengan kloroform dan eter

3. Diamati efek farmakodinamik yang terjadi

4. Dicatat onset dan durasi

b. Antidepresan

1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)

2. Digantung mencit pada statif

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
3. Diamati perilaku mencit sebelum pemberian obat

4. Diberikan obat amitriptylin pada mencit secara oral

5. Diamati perilaku mencit pada menit ke 15, 30, 45, dan 60

6. Dihitung frekuensinya

c. Hipnotik sedative

1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)

2. Diamati perilaku mencit sebelum pemberian obat

3. Diberikan masing-masing obat fenobarbital dan diazepam pada mencit

secara oral

4. Diamati onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan

5. Dicatat onset dan durasi

d. Stimulant

1. Disiapkan alat dan bahan serta hewan coba (mencit)

2. Dimasukkan mencit kedalam wadah yang berisi air

3. Diamati perilaku mencit

4. Diberikan obat coffein pada mencit secara oral

5. Dimasukkan lagi mencit kedalam air

6. Diamati berapa banyak gerakan yang ditimbulkan hewan coba mencit

pada menit ke 15, 30, 45, dan 60

7. Dicatat frekuensinya

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
BAB IV HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengamatan

1. Anastesi

BB VP Onset Durasi
Obat
(gr) (ml) (menit) (menit)
Eter 25 0,83 112 2
Kloroform 26 0,86 116 6
2. Antidepresi

BB VP Frekuensi
Obat Banyak Gerakan Geliat
(gr) (ml) (Menit)
Amitriptilin 20 0,67 awal 56
Amitriptilin 20 0,67 0 14
Amitriptilin 20 0,67 25 26
Amitriptilin 20 g 0,67 ml 30 30
Amitriptilin 20 g 0,67 45 18
Amitriptilin 20 g 0,67 60 24
Amitriptilin 20 g 0,67 75 70

3. Stimulant

BB VP Waktu
Perlakuan Banyak gerakan geliat
(gr) (ml) (Menit)
Stimulant 23 0,76 awal -
Stimulant 23 0,76 0 71
Stimulant 23 0,76 15 59
Stimulant 23 0,76 30 54
Stimulant 23 0,76 45 41

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Stimulant 23 0,76 60 39
Stimulant 23 0,76 75 35
4. Sedativ dan Hipnotik

BB VP Onset Durasi
Pelakuan
(gr) (ml) (menit) (menit)
Sedative 32 1 ml 60 45
Hipnotik 24 0,8 ml 45 49

Pembahasan

Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk

menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasidan koordinasi

kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan

dari luar pengendalian pekerja otot.

Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan

saraf pusat yaitu anestetik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedatif

(menyebabkan tidur), psikotropika (menghilangkan gangguan jiwa), antikunvulsi

(menghilangkan kejang), analgetik (mengurangi rasa sakit), opioid, analgetik-

antipiretik-antiinflamasi dan perangsang susunan saraf pusat.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah untuk menentukan efek obat

pada anastesi umum, hipnotik dan sedative, antidepresi, serta stimulant terhadap

pengujian beberapa obat pada hewan coba (mencit).

Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah mencit (Mus

Musculus), alasan digunakannya karena hewan yang digunakan haruslah memiliki

kesamaan struktur dan sistem organ dengan manusia, salah satunya yaitu hewan

mencit (Mus Musculus). Selain itu haruslah juga memperhatikan variasi biologik

(usia, jenis kelamin) ras, sifat genetik, status kesehatan, nutrisi, bobot dan luas

permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Dan juga karena mencit

(Mus Musculus) juga memiliki komponen darah yang dapat mewakili mamalia

lainnya khususnya manusia, dan juga mencit (Mus Musculus) mempunyai organ

terlengkap sebagai hewan mamalia.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam,

baskom, kanula, kapas, spoit, statif, stopwatch, dan toples.Sedangkan bahan yang

digunakan pada percobaan ini adalah aquadest, amitripthylin, caffeina, diazepam,

eter, kloroform, Na-CMC 1% dan Phenobarbital.

Adapun Obat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pada percobaan

anastesi menggunakan eter dan kloroform. Eter melakukan kontraksi pada otot

jantung, terapi in vivo ini dilawan oleh meningginya aktivitas simpati sehingga

curah jantung tidak berubah. Eter menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit.

Kloroform diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna, konsentrasi

tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
antara 1-3 jam, obat ini tersebar ke seleruh cairan tubuh dapat menurunkan

stabilitas kecepatan kontraksi obat, gelisah.

Percobaan Hipnotik-sedativ menggunakan obat diazepam dan fenobarbital.

Diazepam merupakan salah satu kelompok obat barbiturat yang masuk dalam

golongan anastesik intravena. Obat yang digunakan secara intravena ini dalam

anastesi akan memberikan efek tidur pada pasien yang menggunakan respirator.

Efek hipnotik dalam golongan obat barbiturat akan meningkatkan total lama tidur.

Phenobartital juga termasuk kelompok barbitural dalam golongan

antiepileptikprimer. Mekanisme kerja primernya adalah melepaskan efek

inhibitorik neuron, yang diperantarai oleh GABA.Efek sampingnya adalah sedasi,

gangguan kognitif, dan berpotensi osteoporosis.Penggunaan utama Phenobarbital

pada epilepsi adalah dalam terapi statis.

Pada percobaan antidepresi menggunakan amitriptylin. Obat ini termasuk

dalam kelompok antidepresan trisiklik dalam golongan obat anti depresan.

Mekanisme kerjanya adalah penghambat ambilan kembali neurotransmitter dan

penghambat reseptor. Efek-efek obat ini meningkatkan mood, memperbaiki

kewaspadaan mental dan menurunkan pra-okulasi morbid pada 50-70% penderita

depresi mayor.

Serta percobaan stimulant menggunakan caffein. Obat ini termasuk dalam

kelompok perangsang motoris dalam golongan perangsang ssp. Mekanisme

kerjanya adalah translokasi kalsium ekstraseluler. Peningkatan adenosine

monofosfat siklik dan guanosin monofosfat siklik sebagai hambatan

fosfodiesterase, dan penghambatan reseptor adenosine. Efeknya adalah inotropic

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
dan kronptropik pada jantung meningkatkan keluaran natrium, clorida, kalium

dalam urin. Juga meragsang sekresi asam hidroklorat dari mukosa lambung.

Percobaan yang dilakukan yaitu anastesi dimana obat yang digunakan

adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anastesia, yaitu suatu keadaan

depresi umum yang bersifat reversible dari banyak pusat SSP, dimana seluruh

perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip keadaan pingsan. Perlakuan yang

dilakukan pada eter dan kloroform adalah anastesi, yang disesuaikan dengan

volume pemerian (VP) mencit. Tetapi, karena dalam waktu lama belum

menghasilkan efek, maka volume pemeriannya (VP) ditingkatkan. Dan hasil

pengamatan menunjukkan hasil yang berbeda. Dari percobaan ini diperoleh hasil

onset pemberian eter yaitu 112 menit dan durasinya yaitu 2 menit sedangkan onset

pemberian kloroform yaitu 116 menit dan durasinya yaitu 6 menit. Hal ini sesuai

dengan literatur sebab menimbulkan efek pada mencit berupa mencit kehilangan

keseimbangan, serta kesadaran agak mirip keadaan pingsan. Perbandingan antara

pemakaian eter dan kloroform di percobaan anastesi yaitu, eter lebih cepat berefek

pada mencit dibandingkan dengan kloroform.

Percobaan untuk obat hipnotik-sedativ dengan menggunakan fenobarbital

untuk hipnotik dan diazepam untuk sedative. Pada Pemberian fenobarbital

menimbulkan gejala dengan onset 45 menit dan durasinya 49 menit. Sedangkan

untuk Pemberian diazepam sebanyak 1 ml secara per oral menimbulkan gejala

dengan onset 60 menit dan durasinya 45 menit. sesuai dengan literatur karena

onset dan durasinya berlangsung lama yaitu bisa berlangsung antara 10-60 menit

dikarenakan fenobarbital adalah obat tidur jangka panjang, serta diazepam sebagai

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
obat penenang. Efek yang ditimbulkan dari zat uji fenobarbital ini yaitu

merangsang waktu tidur, depresi dan rasa nyeri.

Pada percobaan stimulant, diperoleh hasil frekuensi sebelum diberikan

coffein tidak menghasilkan banyak gerakan. Pada saat telah diberikan coofein

frekuensi ke 0 menghasilkan banyak gerakan yaitu 51, frekuensi ke 15

menghasilkan banyak gerakan yaitu 59, frekuensi ke 30 menghasilkan banyak

gerakan yaitu 54, frekuensi ke 45 menghasilkan banyak gerakan yaitu 41,

frekuensi ke 60 menghasilkan banyak gerakan yaitu 39, dan frekuensi ke 75

menghasilkan banyak gerakan yaitu 35. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa

dimana jika diberikan obat stimulant maka akan menimbulkan eksitasi dan

euphoria serta meningkatkan aktivitas motorik sehingga gerakan yang dihasilkan

seharusnya bertambah banyak.

Percobaan dengan antidepresan pada menit ke- 0 setelah pemberian obat,

dihasilkan14 gerakan. Pada menit ke-15 dihasilkan 26 gerakan. Pada menit ke-30

dihasilkan 30 gerakan, pada menit ke 45 dihasilkan 18 gerakan, pada menit ke- 60

menghasilkan 24 gerakan, dan menit ke- 75 menghasilkan 70 gerakan. Hal ini

sesuai dengan literature dimana obat ini bekerja efektif sebagai obat penenang

atau antidepresan.

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada percobaan anastesi, eter dan kloroform efektif sebagai obat anastesi

2. Pada percobaan hipnotik dan sedative dengan obat Phenobarbital dan

diazepam efektif sebagai obat hipnotiv dan sedatif

3. Pada percobaan stimulant, caffeine tidak efektif sebagai obat stimulant

4. Pada percobaan terakhir yaitu antidepresan, amitriptilin efektif sebagai obat

antidepresan

B. Saran

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Untuk asisten agar selalu mendampingi para praktikannya pada saat

praktikum sedang berlangsung. Agar praktikan lebih terarah dan kesalahann-

kesalahann yang tidak diarapkann tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 1. Universitas Muslim


Makassar: Makassar

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI : Jakarta.

Ganiswara, G. Sulistia, dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press: Jakarta.

Hartanto, dkk. 2007. Biokimia Harpe Edisi 27. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Kadzung, Bartman dkk. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC : Jakarta

Mycek, Mary J., 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika: Jakarta.

Neal, 2006,At A Glance: Farmakologi Medis. Erlangga : Jakarta

Patra, Ketut, 2014, ISO Indonesia, Jakarta: IAI

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
Sloane Ethel. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Setiadi, 2007. Farmakologi Terapan. Erlangga : Jakarta.

Tjay, T. H., dkk, 2007. Obat-Obat Penting Edisi V. PT Gramedia. Jakarta.

Wade, Carole, 2008, Psikologi Edisi 9 Jilid 1, Jakarta : Erlangga

LAMPIRAN

A. Perhitungan Dosis

a. Diazepam 2 mg, BR = 198,32 mg

2mg
Dosis Dewasa = =0.03 mg/kgBB
60 kg

37
Dosis mencit = 0,033mg/kgBB × =0,37 mg/kgBB
3

0,37 mg
Dosis mencit 30 gram = ×30 g=0,01 mg
1000 g

5 ml
Larutan stok = × 0,01 mg=0,05 mg/5 mL
1ml

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
0,05 mg
Berat Yang Ditimbang = x 198,32 mg=4,958 mg /5 mL
2 mg

¿ 0,004 gram/5 mL

b. Amitriptyline 30 mg, BR = 204,96 mg

30 mg
Dosis Dewasa = =0.83 mg/kgBB
60 kg

37
Dosis mencit = 0,83mg/kgBB × =10,23 mg/kgBB
3

10,23mg
Dosis mencit 30 gram = ×30 g=0,30 mg
1000 g

5 ml
Larutan stok = × 0,30 mg=1,5 mg/5 mL
1ml

1,5 mg
Berat Yang Ditimbang = x 204,96 mg=12,29 mg /5 mL
25 mg

= 0,012 g/5 mL

c. Fenobarbital 100 mg, BR = 127,4 mg

100 mg
Dosis Dewasa = =1,66 mg/ kgBB
60 kg

37
Dosis mencit = 1,66mg/kgBB × =20,47 mg / kgBB
3

20,47 mg
Dosis mencit 30 gram = ×30 g=0,61 mg
1000 g

5 ml
Larutan stok = × 0,61 mg=3,05 mg/ 5mL
1ml

3,05 mg
Berat Yang Ditimbang = x 127,4 mg=12,95 mg /5 mL
30 mg

=0,01295 g/5 mL

d. Caffein 200 mg

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I
200 mg
Dosis Dewasa = =3,33 mg/kgBB
60 kg

37
Dosis mencit = 3,33 mg/kgBB × =41,07 mg/kgBB
3

41,07 mg
Dosis mencit 30 gram = × 30 g=1,23 mg
1000 g

5 ml
Larutan stok = × 1,23 mg=6,15 mg = 0,00615 g/5mL
1ml

B. Skema Kerja

1. Anastesi

Disiapkan hewan coba

Toples yang berisi kapas Toples yang berisi kapas

eter + kloroform

Dihitung onset dan durasi

2. Antidepresan

Disiapkan hewan coba (mencit)

Digantung ekornya pada statif

(dihitung frekuensi gerakannya)


AYU MELINDA IVA MUKRIMA
15020140081
SSP I

Diinduksi secara oral obat amitriptyline

Diamati pada menit ke 15’, 30’, 45’, 60’, 75’

Dihitung frekuensinya

3. Stimulant

Disiapkan hewan coba (mencit)

Dimasukkan dalam wadah + air

(dihitung frekuensi gerakannya)

Diinduksi secara oral obat caffein

Diamati pada menit ke 15’, 30’, 45’, 60’, 75’

Dihitung frekuensinya

4. Hipnotik Sedative

Disiapkan hewan coba mencit

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081
SSP I

Di induksi secara oral Di induksi secara oral


dengan Diazepam dengan Phenobarbital

Dihitung onset dan durasi

AYU MELINDA IVA MUKRIMA


15020140081

Anda mungkin juga menyukai