Anda di halaman 1dari 7

Tanggal Pratikum : Sabtu, 29 Juni 2019

Judul Pratikum : Hipnotik - Sedativ

A. Tujuan Pratikum
- Mehasiswa dapat mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian obat
dan efektifitas hipnotik – sedative sediaan obat pada hewan uji mencit
dan tikus wistar.
-
B. DASAR TEORI
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan
syaraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan
yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu
hilangnya kesadaran, keadaan anestesia, koma dan mati (Farmakologi dan
Terapi Edisi 5, 2012).
Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan
respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik
menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur
yang menyerupai tidur fisiologis(Farmakologi dan Terapi Edisi 5, 2012).
Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat lain
yang tidak termasuk obat golongan depresab SSP. Walaupun obat tersebut
memperkuat penekanan SSP, secara tersendiri obat tersebut memperlihatkan
efek yang lebih spesifik pada dosis yang jauh lebih kecil daripada dosis yang
dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum (Farmakologi dan Terapi
Edisi 5, 2012).
Beberapa obat dalam golongan hipnotik dan sedatif, khususnya golongan
benzodiazepin diindikasikan juga sebagai pelemas otot, antiepilepsi,
antiansietas (anticemas), dan sebagai penginduksi anestesia (Farmakologi dan
Terapi Edisi 5, 2012).
Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan
emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Hipnotik menyebabkan tidur

1
2

yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang


kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995).
Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu benzodiazepin,
contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat,
contohnya: fenobarbital, tiopental, butobarbital; hipnotik sedatif lain,
contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon, meprobamat; dan
alkohol (Ganiswarna dkk, 1995).
Obat -obat sedatif hipnotik memiliki efek farmakologi yang mirip dengan
anestetik umum,jika obat obat tersebut diberikan dengan dosis yang lebih
besar efeknya sama dengan anastesi umum. Kedua jenis obat tersebut
mempunyai mekanisme yang sama dalam menekan susunan syaraf pusat
(mayes,dkk 1974).
Obat obat penenang (antipsikotik) berbeda pengaruhnya dengan hipnotik
sebab tidak menimbulkan efek anastetik. Sebai contoh klorpromasin,
penekanya pada susunan syaraf pusat tidak begitu dalam sehingga hanya
menimbulkan sedasi.
Efek sedatif dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi motorik hewan
coba. Besar kecilnya pengaruh terhadap koordibasi motorik tersebut dapat
menggambarkan besar kecilnya efek sedasi. Oleh sebab itu,efek sedasi ini
akan diamati melalui eksperimen dengan binatang , menggunakan parameter
rotarod, daya cengkram, reflek kornea, dan diameter pupil mata.
Diazepam
Pemerian : serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, mudah larut kloroform, larut dalam
etnol.
Dosis : 5-30 mg
Diazepam termasuk kelompok obat benzodiazepine yang memengaruhi
sistem saraf otak dan memberikan efek penenang. Obat ini digunakan untuk
mengatasi serangan kecemasan, insomnia, kejang-kejang, gejala putus
alkohol akut, serta sebagai obat bius untuk praoperasi
3

C. Alat
- Spuit
- Gelas ukur
- Timbangan
- Besi penyangga keseimbangan
- Stopwatch
- Pipa
D. Bahan
- Diazepam Inj (kontrol positif)
- Aqua Pro Injeksi (kontrol negatif)
E. Perhitungan Dosis
*Diazepam
Dosis Manusia = 5 mg
Dosis Tikus (200g) = Dosis Manusia x FK
= 5 mg x 0,018
= 0,09 mg
𝟎,𝟎𝟗
Volume injeksi = = 𝟎, 𝟒𝟓 𝒎𝒈/𝒎𝑳
𝟎,𝟐
𝟏𝟎 𝒎𝒈
Pengenceran = = 𝟓𝒎𝑳/𝒎𝑳
𝟐 𝒎𝑳
𝟓 𝒎𝒈
= 𝟎,𝟒𝟓 𝒎𝒈/𝒎𝑳 = 𝟏𝟏, 𝟏 𝒎𝒈/𝒎𝑳

= 2 mg x 11,1 mg/mL
= 22,2 mg/mL
Dosis Mencit (20g) = Dosis Manusia x FK
= 5 mg x 0,0026
= 0,013 mg
𝟎,𝟎𝟏𝟑 𝒎𝒈
Volume Injeksi = = 𝟎, 𝟏𝟑 𝒎𝒈/𝒎𝑳
𝟎,𝟏 𝒎𝑳

F. Cara Kerja
1. Tikus wistar dan mencit dibagi 2 kelompok. 1 Kelompok besar dibagi
menjadi 3 kelompok kecil, masing-masing mendapatkan 3 ekor.
2. Timbang mencit dan tikus wistar
4

3. Menghitung dosis yang akan diberikan ke mencit dan tikus


4. Melakukan pengenceran obat
5. Hewan uji coba pada kelompok 1 tanpa obat, kelompok 2 diberi API
secara IV, dan kelompok 3 diberi Diazepam secara IV
6. Amati
Untuk mencit : amati berapa lama mencit dapat bertahan diatas besi
penyangga, dan ketika mencit jatuh hitung berapa lama mencit bertahan.
Untuk tikus : amati berapa kali dalam beberapa menit tikus dapat naik
keatas pipa.
7. Catat hasil pengamatan

G. Data Pengamatan
a. Penimbangan dan Perhitungan Dosis
Penimbangan
No Hewan Uji Bobot
I 28,76 g
1 Mencit II 10,32 g
III 29,48 g
I 123,75 g
2 Tikus II 98,72 g
III 133,82 g

Dosis Mencit
28,76 g
1. x 0.13 mL = 0,187 mg/mL
20 g
10,32 g
2. x 0,13 mL = 0,067 mg/mL
20 g
29,48 g
3. x 0,13 mL = 0,192 mg/mL
20

Dosis Tikus
123,75 g
1. x 0,09 mL = 0,055 mg/mL
200 g
98,72 g
2. x 0,09 mL = 0,044 mg/mL
200 g
5

133,82 g
3. x 0,09 mL = 0,602 mg/mL
200 g

b. Hasil Pengamatan
Hewan uji Perlakuan Hasil
I -
Normal II -
II -
I 10 detik (3x jatuh)
Mencit Negatif II 25 detik (3x jatuh)
III 56 detik (3x jatuh)
I 47,77 detik (1x jatuh)
Positif II -
III -
I Tidak Naik
Normal II 1x Naik
III 3x Naik
I 5x Naik
Tikus Negatif II 4x Naik
III 8x Naik
I Tidak Naik
Positif II Naik
III Naik

H. Pembahasan
Pada praktikum hipnotif-sedatif diberikan diazepam,aqua pro injeksi, dan
dalam keadaan normal. Dosis yang diberikan berbeda-beda untuk mengetahui
respon yang muncul terhadap mencit dan tikus. Mencit pertama dalam
keadaan normal, mencit kedua disuntikkan secara intra vena dengan dosis 0,1
ml, mencit ketiga diberikan diazepam sebanyak 0,1 ml disuntikkan secara
intra vena. Mencit diamati berapa lama dapat bertahan diatas besi penyangga,
6

dan ketika mencit jatuh hitung berapa menit lama bertahan. Pada percobaan
kedua menggunakan tikus dimana perlakuan dan alat yang digunakan berbeda,
dan dosis pemberiannya. Dosis pemberian diberikan sebanyak 0,2 ml
disuntikkan secara inta vena. Pengamatan yang dilakukan untuk melihat efek
sedasi pada mencit dan tikus sebagai berikut. Mencit pertama yang
disuntikkan aqua pro injeksi sebanyak 0,1 ml mengalami jatuh pada besi
penyangga sebanyak 3x kali pada 10,25,56 detik. Hal ini sesuai dengan
literature karena mencit yang telah disuntikkan dengan aqua pro injeksi pasti
akan mengalami jatuh pada besi penyangga. Mencit kedua dalam keadaan
normal tidak mengalami jatuh pada besi penyangga. Hal ini sesuai dengan
teoritis karena mencit dalam keadaan normal dapat berjalan normal. Mencit
ketiga yang telah disuntikkan dengan diazepam sebanyak 0,1 ml mengalami
jatuh pada besi penyangga sebanyak 1x kali pada 47,77 detik. Hal ini tidak
sesuai dengan literature dikarenakan mencit yang telah disuntikkan diazepam
seharusnya lebih sering jatuh dikarnakan efek sedasinya dapat menyebabkan
mencit tenang, dan ngantuk.
Pengamatan efek hipnotik-sedativ pada tikus diperoleh sebagai berikut.
Tikus pertama yang telah disuntikkan diazepam secara intra vena sebanyak
0,2 ml dapat naik ke pipa sebanyak 2x kali. Hal ini sesuai dengan literature
dikarenakan tikus yang telah disuntikkan diazepam memang lebih sedikit naik
ke pipa karna efek sedasi yang ditimbulkan memberikan efek menenangkan.
Tikus kedua yang telah disuntikkan aqua pro injeksi sebanyak 0,2 ml secara
intra vena dapat naik ke atas pipa sebanyak 17x kali. Hal ini sesuai dengan
literature dikarnakan aqua pro injeksi memang digunakan sebagai control
negative. Tikus ketiga dalam keadaan normal dapat naik ke pipa sebanyak 4x
kali. Hal ini tidak sesuai dengan literature dikarnakan tikus yang dalam
keadaan normal seharusnya naik ke pipa lebih banyak. Berdasarkan data diatas
diazepam merupakan obat golongan benzodiazepine yang mempengaruhi
system saraf pusat dan memberikan efek penenang.
7

I. Kesimpulan
Pada pratikum ini menggunakan hewan uji mencit dan tikus wistar,
sebagai kontrol positif digunakan Diazepam Inj, kontrol negatif digunakan
Aqua pro injeksi diperoleh kesimpulan sebagai berikut:.
1. Mencit yang telah disuntikkan diazepam menggunakan metode klem
diperoleh 1x jatuh. Hal ini berjumlah lebih sedikit dibandingkan
dengan yang telah disuntikkan aqua pro injeksi, dan dalam keadaan
normal. Metode ini menunjukkan bahwa mencit tidak mengalami
sedasi setelah disuntikkan diazepam.
2. Tikus yang telah disuntikkan diazepam menggunakan metode pipa
yang naik sebanyak 2x. Hal ini berjumlah lebih sedikit dibandingkan
setelah disuntikkan aqua pro injeksi dan dalam keadaan normal.
Metode ini menunjukkan tikus mengalami sedasi tertinggi yang naik
2x ke atas pipa.
3. Diazepam merupakan obat golongan benzodiazepine yang
mempengaruhi system syaraf otak dan memberikan efek penenang.

J. Daftar Pustaka
Departemen Farmakologi dan Terapetik FKUI. 2012. Farmakologi dan
Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ahmad, A.Z. 2019. Modul Praktikum Farmakologi. Cirebon : STF YPIB
Cirebon
Marianti. 2017. Diazepam.http://www.alodokter.com/diazepam//. (diakses
tanggal 30 juni 2019)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai