Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN II
UJI DAYA ANALGETIKA

Dosen Penanggung Jawab: 1. Adi Yugatama S.Farm., M.Sc., Apt.


2. Heru Sasongko S.Farm., M.Sc., Apt.
Asisten Praktikum : Natasyha Advaita (M0616037)

Disusun Oleh
Nama : Eka Luthfiana K. N.H. (M0618014)
Tanggal Praktikum : Kamis, 9 April 2020

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

PERCOBAAN II

UJI DAYA ANALGETIKA

I. TUJUAN
Mahasiswa mengenal dan mempraktikkan pengujian daya
analgetika suatu bahan dengan menggunakan metode rangsang kimia.

II. DASAR TEORI


Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan,
rematik, encok atau kejang otot (Tjay 2007). Nyeri adalah suatu sensasi
yang tidak menyenangkan dan bisa dirasakan sebagai rasa sakit. Nyeri
dapat timbul di bagian tubuh manapun sebagai respon terhadap stimulus
yang berbahaya bagi tubuh, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin, tertusuk benda tajam, patah tulang, dan lain-lain. Rasa nyeri timbul
apabila terjadi kerusakan jaringan akibat luka, terbentur, terbakar, dan lain
sebagainya (Guyton & Hall, 1997).). Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan
jaringan aktual atau potensial, dan hal ini akan menyebabkan individu
bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri untuk menghilangkan
rangsang nyeri tersebut (Irianti dkk., 2014).
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh rangsang mekanis, kimiawi,
kalor atau listrik, yang dapat merusak jaringan dan melepaskan zat
mediator nyeri. Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya di ujung
syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Rangsangan akan di
dialirkan melalui syaraf sensoris ke Susunan Syaraf Pusat (SSP), melewati
sumsum tulang belakang ke thalamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri
yang berada di dalam otak besar, dimana rangsangan terasa sebagai nyeri
(Arif, 2010). Nyeri merupakan mekanisme untuk melindungi tubuh
terhadap suatu gangguan dan kerusakan di jaringan seperti peradangan,
infeksi dan sakit pada otot dengan pembebasan mediator nyeri yang
meliputi prostaglandin, bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium dan
asetilkolin (Rahayu dkk., 2017).
Nyeri bisa diatasi dengan menggunakan berbagai macam obat
analgesik. Mekanisme analgesik di dalam tubuh yaitu dengan cara
menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri, saraf sensoris,
dan sistem syaraf pusat (Arif, 2010). Analgesik adalah obat yang dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita (Tjay 2007). Obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) sangat digunakan dalam pengobatan
nyeri dan inflamasi. Senyawa-senyawa ini secara selektif menghambat dua
isoform dari siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) dan dengan demikian
mencegah metabolisme asam arakidonat seluler (AA) dan peningkatan
pembentukan prostaglandin, yang dalam hal lain menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah , edema, hiperalgesia, pireksia,
dan peradangan (Koopaei dkk., 2013). Analgesik yang sering digunakan
masyarakat adalah yang memiliki kandungan parasetamol, ibuprofen,
asam mefenamat, dan lain-lain namun obat-obatan kimia tersebut memilik
efek samping yang kurang baik bagi tubuh kita apabila di gunakan dalam
jangka waktu panjang. Opioid akan menimbulkan adiksi dan golongan
AINSdapat menimbulkan gastritis yang apabila telah parah menyebabkan
perdarahan pada saluran cerna, gangguan asam-basa, menghambat
ekskresi asam urat, agranulositosis dan gangguan fungsi trombosit
(Sardjono dkk, 1995).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Spuit injeksi 0,1-1 mL 2 buah
2. Sonde oral 2 buah
3. Gelas beaker 2 buah
4. Keranjang 1 buah
5. Timbangan 1 buah
6. Toples 1 buah
7. Stopwatch 1 buah
B. Bahan
1. Steril asam asetat 0,5% 8 mL
2. CMC-Na 0,25% 2 mL
3. Larutan stok paracetamol 2,6 mg/mL 2,49 mL
4. Larutan stok ibuprofen 2,08 mg/mL 2,47 mL
5. Larutan stok asam mefenamat 2,6 mg/mL 2,5 mL
6. Mencit 4 ekor

IV. CARA KERJA

Mencit

 Ditimbang
 DIbuat perhitungan dosis
 Dibuat larutan

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV


Diberi CMC-Na 0,25% Diberi Paracetamol Diberi Ibuprofen Diberi Asmef
(control negatif) konsentrasi konsentrasi konsentrasi
2,6mg/mL 2,08mg/mL 2,6mg/mL
Secara p.o
Secara p.o Secara p.o Secara p.o

 Diinjeksikan lart. Asam asetat 100mg/kgBB


secara ip setelah 10 menit
 Diamati jumlah geliat
 Dicatat geliat kumulatif setiap 5 menit selama
90 menit
 Hitung %daya analgetik dan uji SPSS

Hasil
V. HASIL PERCOBAAN

Tabel 5.1. Data dosis

Volume
Volume Pemberian
Berat Konsentrasi
Kelompok Replikasi Larutan Larutan
Mencit Larutan Uji
Perlakuan (Mencit) Pemberian Asam
(gram) (Mg/mL)
Uji (mL) Asetat
0,5% (mL)
1 23,4 0,5 0,468
Negatif 2 24,7 0,5 0,494
2,5
(CMC Na) 3 25,3 0,5 0,506
4 25,7 0,5 0,514
1 23,8 0,595 0,476
2 26,2 0,655 0,524
Paracetamol 2,6
3 24,5 0,612 0,49
4 25,2 0,63 0,504
1 25,5 0,637 0,51
2 22,8 0,57 0,456
Ibuprofen 2,08
3 24,4 0,610 0,488
4 26,1 0,652 0,522
1 26,5 0,662 0,53
Asam 2 23,4 0,585 0,468
2,6
Mefenamat 3 25,2 0,63 0,504
4 24,8 0,62 0,496

Tabel 5.2. Data Geliat dan Uji Daya Analgesik

Kelompok Replikasi Jumlah Geliat Jumlah % Daya


Perlakuan (Mencit) T' 5 T'10 T'15 T'20 T'25 T'30 T'35 T'40 T'45 T'50 T'55 T'60 T'65 T'70 T'75 T'80 T'85 T'90 Kumulatif Analgesik
1 0 4 8 14 18 22 26 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 532 0
2 0 5 7 15 17 21 24 26 29 31 35 37 38 41 43 45 47 48 509 0
Negatif
3 0 6 8 16 18 20 25 27 30 32 33 36 39 42 44 45 48 49 518 0
4 0 7 9 17 19 23 27 30 31 35 36 37 39 40 42 44 46 47 529 0
1 0 3 6 12 16 18 20 23 25 27 29 31 33 35 37 38 39 40 432 18,80
2 0 4 5 10 13 17 19 21 23 26 29 30 32 34 36 37 39 40 415 18,47
Paracetamol
3 0 5 7 11 14 16 18 22 24 27 28 32 34 35 37 38 38 39 425 17,95
4 0 3 5 9 12 15 17 24 26 28 29 30 31 33 35 36 37 38 408 22,87
1 0 2 4 7 10 13 15 17 18 19 20 22 23 25 27 28 29 30 309 41,92
2 0 1 3 6 9 12 14 16 17 18 19 21 22 24 26 27 28 29 292 42,63
Ibuprofen
3 0 2 5 8 11 13 15 17 19 20 21 23 24 26 27 28 29 30 318 38,61
4 0 1 4 6 9 11 13 15 16 17 20 21 23 24 25 26 27 29 287 45,75
1 0 1 2 4 6 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 19 20 205 61,47
Asam 2 0 0 3 5 7 9 11 12 13 14 15 16 17 17 18 18 19 19 213 58,15
Mefenamat 3 0 1 2 4 6 8 10 11 12 13 15 16 16 18 18 19 20 20 209 59,65
4 0 0 3 5 8 9 11 13 14 14 15 15 17 18 18 19 19 20 218 58,79
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul Uji Daya Analgetika memiliki tujuan
agar mahasiswa mengenal dan mempraktikkan pengujian daya analgetika
suatu bahan alam dengan menggunakan metode rangsang kimia. Analgetika
merupakan obat atau senyawa yang dapat digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau nyeri. Cara kerja dari obat analgetika adalah
dengan meningkatkan ambang nyeri tanpa menekan kesadaran. Ambang nyeri
adalah intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeriPada
percobaan ini digunakan metode yaitu rangsang kimia. Metode rangsang
kimia merupakan metode yang digunakan untuk menimbulkan rasa nyeri
menggunakan zat-zat atau campuran kimia untuk penetapan daya analgetika.
Prinsip metode rangsang kimia adalah pengamatan terhadap perubahan
perilaku mencit setelah disuntik bahan kimia yaitu asam asetat yang
menimbulkan rasa nyeri.
Hewan uji yang digunakan pada praktikum ini adalah mencit
sebanyak 4 ekor. Pemberian sediaan oral dikelompokkan menjadi empat,
yaitu larutan CMC-Na, paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat.
Masing-masing kelompok tersebut dilakukan replikasi sebanyak empat kali.
Mencit diberikan sediaan peroral larutan CMC-Na sebagai kontrol negatif
dengan tujuan tidak memberikan efek analgetik sehingga dapat dibandingkan
perilaku mencit dalam merasakan kesakitan atau tidak. Mencit diberikan
sediaan analgesik peroral golongan NSAID, yaitu paracetamol, ibuprofen,
dan asam mefenamat sebagai kontrol positif. Obat analgesik tersebut
diberikan dengan tujuan menunjukan perilaku mencit secara positif telah
mendapatkan efek analgetika sehingga dapat terlihat perbedaannya antara
mencit yang diberikan analgetika dan tidak.

Metode percobaan yang digunakan adalah metode rangsang kimia


dimana indikator yang digunakan adalah Steril Asam Asetat (SSA) 0,5%
karena merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi di tubuh dan
merangsang kerja prostaglandin serta dapat merusak jaringan atau mengiritasi
secara lokal yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin adalah
senyawa yang menyebabkan peradangan (inflamasi) dan senyawa ini
merupakan mediator timbulnya rasa nyeri-nyeri, panas, atau kemerahan pada
area otot yang mengalami peradangan. Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan
yang sedang terluka yang disintesis dari asam lemak tak jenuh rantai panjang
yaitu asam arakidonat. Mediator inflamasi sendiri ada lima, yaitu
prostaglandin, serotonin,bradikinin, asetilkolin, dan histamin. Namun, yang
sangat berhubungan erat dengan terjadinya inflamasi adalah protaglandin.
Alasan lain asam asetat digunakan sebagai indikator nyeri dibandingkan
dengan asam atau basa lainnya karena senyawa ini merupakan asam lemah
yang tidak menimbulkan kerusakan jaringan yang terlalu besar dan tidak
bersifat permanen. Pemberian SSA secara intraperitorial karena untuk
mencegah kerusakan jaringan pada organ tubuh yang dilewati, misalnya
secara peroral. Larutan SSA dikhawatirkan dapat menyebabkan rusak pada
jaringan kerongkongan dimana sifatnya tidak tahan asam. Penginjeksian
dilakukan dengan jangka waktu lima menit setelah penggunaan obat oral
dengan maksud obat telah melewati fase absorbsi dan telah berefek dalam
meredakan rasa nyeri.

Mekanisme nyeri yaitu adanya rangsangan yang menimbulkan


kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat tertentu yang disebut
mediator nyeri yang bekerja merangsang reseptor nyeri diujung syaraf bebas
kulit. Dari tempat rangsangan kemudian disalurkan ke otak melalui jaringan
neuron ke sumsum tulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah.
Kemudian dari talamus, impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak
besar dan diterjemahkan nyeri. Dalam pengobatannya, obat analgetika dibagi
menjadi dua jenis, yaitu analgetik perifer dan sentral. Analgetika perifer tidak
mempengaruhi susunan saraf pusat. Mekanisme kerja analgetik perifer atau
NSAID memiliki target aksi pada enzim yaitu enzim siklooksiginase (COX).
Enzim ini berperan dalam mensintesis mediator inflamasi seperti
prostaglandin. Mekanisme utamanya yaitu mengeblok pembentukan
prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang
mengalami inflamasi. Efek samping dari golongan ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, serta reaksi alergi
di kulit. Contoh NSAID, yaitu paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat.
Sedangkan golongan analgesik pusat atau opioid mekanisme kerja utamanya
adalah dalam menghambat enzim COX dalam pembentukan prostaglandin.
Namun, golongan opioid memiliki efek ketergantungan.

Obat analgesik yang digunakan dalam uji daya anlegisik ini adalah
paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat. Paracetamol merupakan
golongan analgesik perifer yang merupakan turunan anilin (golongan
fenasetin). Mekanisme kerjanya adalah menghambat enzim COX sehingga
pembentukan prostaglandin menjadi terhambat. Khasiat dari paracetamol
yaitu sebagai analgetik dan antipiretik. Sifat analgetik paracetamol masuk ke
dalam kriteria ringan sampai sedang. Kedua adalah ibuprofen, mekanisme
kerja dari obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi terganggu. Khasiat dari obat ini adalah sebagai
analgetik dan antipiretik serta dapat mengatasi inflamasi. Ibuprofen hanya
efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang dan efektif
terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan serta
dapat menurunkan panas dengan jalan vasodilatasi. Terakhir adalah asam
mefenamat, bekerja dengan cara mengikat reseptor prostaglandin sintetase
COX-1 dan COX-2 sehingga menghambat sintesis prostaglandin. Asam
Mefenamat diindikasikan untuk pengobatan arthritis rheumatoid,
osteoarthritis, dismenore, nyeri, peradangan, dan demam.

Uji daya analgetik sangat dipengaruhi oleh dosis dimana dosis


yang diberikan lebih tinggi maka daya analgesiknya juga akan tingga, begitu
juga sebaliknya bila analgesiknya rendah maka daya analgesiknya juga akan
rendah. Pengaruh daya analgesik terhadap jumlah geliat mencit yaitu semakin
besar dosis analgesik yang diberikan maka semakin banyak penghambatan
prostaglandin sehingga akan semakin sedikit geliat yang mucul dan semakin
kecil dosisnya maka jumlah geliat akan semakin sedikit. Geliat mucul sebagai
respon nyeri berupa kontraksi perut disertai tarikan kedua kaki belakang dan
perut menempel pada lantai. Jumlah geliat mencit dihitung setiap lima menit
selama 90 menit.

Percobaan dilakukan dengan pembuatan larutan paracetamol,


ibuprofen, asam mefenamat, CMC-Na, dan steril asam asetat 0,5%. Volume
yang diberikan pada masing-masing mencit berbeda menyesuaikan dengan
bobot tiap mencit. Uji daya analgesik ini tiap kelompok bahan (larutan)
dilakukan replikasi empat kali. Hasil pengamatan yang kelompok pertama
kontrol negatif menggunakan larutan CMC-Na berturut-turut pada replikasi
pertama, kedua, ketiga, dan keempat diperoleh jumlah total geliat selama 90
menit sebanyak 532 kali; 509 kali; 518 kali; dan 529 kali dan daya
analgesiknya diperoleh pada semua replikasi adalah 0%. Pada kelompok
kedua menggunakan larutan analgetik paracetamol berturut-turut pada
replikasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat diperoleh total jumlah geliat
selama 90 menit sebanyak 432 kali ; 415 kali ; 425 kali; dan 408 kali. Daya
analgesik yang diperoleh berturut-turut sebesar 18,80%, 18,47%, 17,95%, dan
22,87%. Selanjutnya kelompok ketiga menggunakan larutan analgetik
ibuprofen berturut-turut pada replikasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat
diperoleh jumlah geliat selama 90 menit sebanyak 309 kali; 292 kali; 318
kali; dan 297 kali. Daya analgesik yang didapatkan berturut-turut sebesar
41,92%, 42,63%, 38,61%, dan 45,75%. Terakhir menggunakan larutan
analgetik asam mefenamat berturut-turut pada replikasi pertama, kedua,
ketiga, dan keempat diperoleh jumlah geliat selama 90 menit sebanyak 205
kali; 213 kali; 209 kali; dan 218 kali. Daya analgesik yang didapatkan
berturut-turut sebesar 61,47%, 58,15%, 59,65%, dan 58,79%.

Hasil percobaan yang diperoleh pada larutan CMC-Na dimana


berfungsi sebagai kontrol negatif menunjukan jumlah geliat yang sesuai
dengan teori yaitu memiliki jumlah geliat yang paling banyak dibandingkan
dengan larutan lainnya karena CMC-Na tidak memiliki efek analgesik. Pada
paracetamol, ibuprofen dan asam mefenamat berturut-turut menunjukan hasil
jumlah geliat yang semakin sedikit. Geliat pada asam mefenamat menunjukan
rata-rata hasil geliat yang paling sedikit. Dari uji analgesik dihasilkan bahwa
asam mefenamat memiliki % daya analgesik tertinggi ditunjukan pada
replikasi pertama mencit sebesar 61,47%.

Data yang diperoleh pada uji analgesik kemudian dianalisis


statistik menggunakan SPSS dengan Shapiro-Wilk untuk melihat normalitas
distribusi data, dilanjutkan uji One Way ANOVA dan uji lanjut Post Hoc Test
yang digunakan adalah uji bonferreni. Hasil uji normalitas menunjukan uji
Shapiro wilk daya analgesik P value parasetamol sebesar 0,060 > 0,05; P
value pada Ibuprofen sebesar 0,906 > 0,05; dan P value pada Asam
Mefenamat sebesar 0,678 > 0,05. Karena semua larutan analgesik
menunjukan > 0,05 maka ketiga kelompok dari larutan analgesik tersebut
sama-sama berdistribusi normal berdasarkan uji Shapiro wilk. Selanjutnya
dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA. Dari tabel descriptive dapat dilihat
bahwa rata-rata Kelompok negatif 0, kelompok Paracetamol 19,525,
kelompok Ibuprofen 42,227, dan kelompok Asam Mefenamat 59,515.
Selanjutnya pada tabel tabel Test of Homegeneity of Variances terlihat bahwa
hasil uji menunjukan bahwa varian keempat kelompok daya analgesik
tersebut sama ditunjukan dengan P value sebesar 0,318 sehingga uji Anova
dinyatakan valid untuk menguji hubungan ini. Pada tabel ANOVA untuk
melihat perbedaan rata-rata kelompok daya analgesik diperoleh P value
sebesar 0,000 yang mana <0,05 maka dinyatakan menolak Ho, sehingga
kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat perbedaan yang bermakna rata-
rata dari daya analgesik pada tiap kelompok. Karena Ho ditolak maka
dilakukan uji Post Hoc Test yang memperlihatkan bahwa kelompok
menunjukan adanya perbedaan rata-rata daya analgesik yang ditandai dengan
tanda bintang (*) adalah Paracetamol, Ibuprofen, dan Asam Mefenamat.
VII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Bagaimana pengaruh dosis terhadap jumlah geliat mencit? Bagaimana


mekanisme terjadinya rasa nyeri dari tempat stimulus rangsang
sampai ke pusat saraf? Bagaimana mekanisme kerja dari analgetik?

 Pengaruh dosis terhadap jumlah geliat mencit yaitu semakin besar


dosis analgesik yang diberikan maka semakin banyak
penghambatan prostaglandin sehingga akan semakin sedikit geliat
yang mucul dan semakin kecil dosisnya maka jumlah geliat akan
semakin sedikit.
 Mekanisme nyeri dari tempat stimulus rangsang sampai saraf pusat
adalah adanya stimulus merangsang reseptor nyeri pada ujung saraf
bebas, stimulus tersebut akan diubah menjadi impuls saraf pada
saraf sesorik dan ditransmisikan sepanjang saraf aliran menuju SSP
kemudian talamus akhirnya sampai pusat saraf nyeri didalam otak
yang menimbulkan persepsi rasa nyeri.
 Mekanisme analgetik yaitu dengan mengeblok pembentukan
prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah
yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator
nyeri.

2. Apa fungsi asam asetat ?

Metode yang digunakan rangsang kimia maka digunakan asam asetat


untuk merangsang nyeri pada hewan uji berarti atau sebagai induktor
nyeri. Karena asam asetat merupakan asam lemah yang tidak
terkonjugasi sehingga akan merangsang prostaglandin untuk
menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan.

3. Apa fungsi CMC-Na?

CMC digunakan sebagai kontrol negatif karena tidak mengandung


analgesik, kontrol negatif digunakan agar dapat melihat apakah asam
asetat tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri atau tidak, serta dapat
sebagai pembanding dadi kontrol positif.
4. Bagaimana cara membuat CMC-Na 0,25% sebanyak 100 mL?
Melarutkan CMC Na sebanyak 0,25 gram ad 100 ml aquadest di labu
ukur.

5. Berapa mg/kgBB dosis pemberian parasetamol, ibuprofen, dan asam


mefenamat pada mencit?
a. Paracetamol : 65mg/kgBB mencit
b. Ibuprofen : 52mg/kgBB mencit
c. Asam Mefenamat: 65mg/kg BB mencit

6. Berapa mg/mL konsentrasi larutan paracetamol ibuprofen, dan asam


mefenamat yang harus dibuat?
a. Paracetamol : 2,6mg/mL
b. Ibuprofen : 2,08mg/mL
c. Asam Mefenamat: 2,6mg/Ml

7. Bagaimana cara membuat larutan parasetamol, ibuprofen, dan asam


mefenamat dengan konsentrasi tersebut masing-masing sebanyak 10
mL?
a. Paracetamol : 26mg pct ad 10ml aquades
b. Ibuprofen : 20,8 mg ibuprofen ad 10 mL aquades
c. Asam Mefenamat : 26 mg ad 10 mL

8. Jelaskan teknis cara pemberian larutan uji ke mencit !


Semua larutan uji diberikan secara peroral, yaitu melalui mulut.
Caranya pegang mencit pada tengkuknya kemudian sonde yang telah
diisi dimasukkan ke mulut mencit melalui Langit-langit masuk
esofagus lalu tekan larutan tersebut ke dalam mulut mencit.

9. Bagaimana cara membuat larutan asam asetat dengan konsentrasi


0,5% sebanyak 50mL ?
Melarutkan 0.25 mg asam asetat ad 50ml NaCl 0,9% dalam labu ukur

10. Jelaskan teknis cara pemberian larutan asam asetat ke mencit ?


Diberikan secara intraperitorial, yaitu diinjerksikan melalui perut. Di
injeksikan secara intraperitonial. Sudut injeksinya 45° ,bagian jarum
yg lancip dibawah kemudia diinjeksikan di bagian rongga perut yg
kosong.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa uji daya analgetik menggunakan bahan obat sebagai kontrol negatif
yaitu CMC-Na dan kontrol positif, yaitu paracetamol, ibuprofen, dan asam
mefenamat. Metode yang digunakan adalah metode kimia menggunakan
Steril Asam Asetat 0,5% sebagai indikator nyeri. Efek penggunaan analgetik
dilihat dari geliat pada mencit, hasil yang diperoleh Asam Mefenamat
menunjukan jumlah geliat paling sedikit dengan uji daya sebesar 61,47%
pada replikasi pertama. Dilihat dari uji statistika menunjukan adanya
perbedaan rata-rata daya analgesik pada Paracetamol, Ibuprofen, dan Asam
Mefenamat.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Arif , M. 2010. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.


Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Irianty, C.R., Posangi, J. and Wowor, P.M., 2014. Uji Efek Analgesik Ekstrak
Etanol Kelopak Bunga Matahari (Helianthus annuus Linn.) pada
Mencit Swiss (Mus musculus). eBiomedik, 2(2): 1-6.
Koopaei, M.N., Assarzadeh, M.J., Almasirad, A., Ghasemi-Niri, S.F., Amini,
M., Kebriaeezadeh, A., Koopaei, N.N., Ghadimi, M. dan Tabei, A.,
2013. Synthesis And Analgesic Activity Of Novel Hydrazide And
Hydrazine Derivatives. Iranian journal of pharmaceutical research:
IJPR, 12(4): 721.
Rahayu, L., Dewi, R.S., dan Ayu, G., 2017. Uji Efek Anti-inflamasi dan
Analgesik Infusa Daun Senggani (Melastoma malabathricum L.).
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 14(1):93-98.
Sardjono O. Santoso, Hedi R. Dewoto. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi
4. Jakarta : Gaya Baru.
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT
Gramedia.
X. LAMPIRAN

1. Perhitungan
2. Hasil uji statistika (SPSS)
3. Abstrak jurnal

Mengetahui, Surakarta, 14 April 2020


Asisten Praktikum, Praktikan,

( Natasyha Advaita ) ( Eka Luthfiana K. N. H. )


LAMPIRAN

1. Perhitungan

A. Konsentrasi Larutan Uji

1. Paracetamol
Dosis : 65mg/kg BB mencit
Konv. : 65mg/kg x 0,02 kg = 1,3mg / 20 BB
1,3 𝑚𝑔
Volume : = 2,6 mg/mL
0,5 𝑚𝐿

2. Ibuprofen
Dosis : 52 mg/kg BB mencit
Konv. : 52mg/kg x 0,02 kg = 1,04mg/ 20 BB
1,04 𝑚𝑔
Volume : = 2,08 mg/mL
0,5 𝑚𝐿

3. Asam Mefenamat
Dosis : 65mg/kg BB mencit
Konv. : 65mg/kg x 0,02 kg = 1,3mg / 20 BB
1,3 𝑚𝑔
Volume : = 2,6 mg/mL
0,5 𝑚𝐿

B. Volume Pemberian Larutan Uji

1. Paracetamol (2,6 mg/mL)

Konversi dosis : 500 mg x 0,0026

: 1,3 mg

 23,8 gram ● 24,5 gram


23,8 𝑔 24,5 𝑔
x 1,3 mg = 1,547 mg x 1,3 mg = 1,592 mg
20 𝑔 20 𝑔
1,547 𝑚𝑔 1,592 𝑚𝑔
Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,595 mL Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,612 mL
 26,2 gram ● 25,2 gram
26,2 𝑔 25,2 𝑔
x 1,3 mg = 1,703 mg x 1,3 mg = 1,638mg
20 𝑔 20 𝑔

1,703 𝑚𝑔 1,683 𝑚𝑔
Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿= 0,655 mL Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,63 mL
2. Ibuprofen (2,08 mg/mL)

Konversi dosis : 4000mg x 0,0026

: 1,04 mg

 25,5 gram ● 24,4 gram


25,5 𝑔 24,4 𝑔
x 1,04 mg = 1,326 mg x 1,04 mg = 1,26 mg
20 𝑔 20 𝑔
1,326 𝑚𝑔 1,26 𝑚𝑔
Volume : 2,08 𝑚𝑔/𝑚𝐿= 0,637 mL Volume : 2,08 𝑚𝑔/𝑚𝐿= 0,612 mL
 22,8 gram ● 26,1 gram
22,8 𝑔 26,1 𝑔
x 1,04 mg = 1,185 mg x 1,04 mg = 1,357 mg
20 𝑔 20 𝑔

1,185 𝑚𝑔 1,357 𝑚𝑔
Volume : 2,08 𝑚𝑔/𝑚𝐿= 0,57 mL Volume : 2,08 = 0,652 Ml
𝑚𝑔/𝑚𝐿

3. Asam Mefenamat (2,6 mg/mL)

Konversi dosis : 500 mg x 0,0026

: 1,3 mg

 26,5 gram ● 25,2 gram


26,5 𝑔 25,2 𝑔
x 1,3 mg = 1,722 mg x 1,3 mg = 1,63 mg
20 𝑔 20 𝑔
1,722 𝑚𝑔 1,63 𝑚𝑔
Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,66 mL Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,63 mL
 23,4 gram ● 24,8 gram
23,4 𝑔 24,8 𝑔
x 1,3 mg = 1,52 mg x 1,3 mg = 1,61 mg
20 𝑔 20 𝑔

1,52 𝑚𝑔 1,61 𝑚𝑔
Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿= 0,58 mL Volume : 2,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿 = 0,62 mL
C. Perhitungan Volume Pemberian Larutan Asam Asetat 0,5%
0,5% = 0,25 gr / 50 ml
= 5 mg / ml
Konversi Dosis = 100 mg/ kg X 0,02
= 2 mg / 20 gr BB

1. Negatif

 23,4 gram  24,7 gram


24,7
23,4 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,47 𝑚𝑔
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,34 𝑚𝑔 20
20 2,47 𝑚𝑔
2,34 𝑚𝑔 𝑉= = 0,494 𝑚𝑙
𝑉= = 0,468 𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 25,3 gram  25,7 gram


25,3 25,7
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,53 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,57 𝑚𝑔
20 20
2,53 𝑚𝑔 2,57 𝑚𝑔
𝑉= = 0,506 𝑚𝑙 𝑉= = 0,514 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙

2. Paracetamol

 23,8 gram  26,2 gram


23,8 26,2
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,38 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,62 𝑚𝑔
20 20
2,38 𝑚𝑔 2,62 𝑚𝑔
𝑉= = 0,476 𝑚𝑙 𝑉= = 0,524 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 24, 5 gram  25, 2 gram


24,5 25,2
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,45 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,52 𝑚𝑔
20 20
2,45 𝑚𝑔 2,52 𝑚𝑔
𝑉= = 0,49 𝑚𝑙 𝑉= = 0,504 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙

3. Ibuprofen

 25,5 gram  22, 8 gram


25,5 22,8
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,55 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,28 𝑚𝑔
20 20
2,55 𝑚𝑔 2,28 𝑚𝑔
𝑉= = 0,51 𝑚𝑙 𝑉= = 0,456 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
 26,1 gram
 24,4 gram 26,1
24,4 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,61 𝑚𝑔
20
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,44 𝑚𝑔 2,61 𝑚𝑔
20 𝑉= = 0,522 𝑚𝑙
2,44 𝑚𝑔 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
𝑉= = 0,488 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙

4. Asam Mefenamat

 26,5 gram  23,4 gram


26,5 23,4
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,65 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,34 𝑚𝑔
20 20
2,65 𝑚𝑔 2,34 𝑚𝑔
𝑉= = 0,53 𝑚𝑙 𝑉= = 0,468 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 25,2 gram  24,8 gram


26,5 26,5
𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,52 𝑚𝑔 𝑥 2 𝑚𝑔 = 2,48 𝑚𝑔
20 20
2,52 𝑚𝑔 2,48 𝑚𝑔
𝑉= = 0,504 𝑚𝑙 𝑉= = 0,496 𝑚𝑙
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙 5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
2. Hasil Uji Statistika (SPSS)

Tests of Normalitya
Perlakuan Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Paracetamol ,375 4 . ,771 4 ,060
DataAnalges
Ibuprofen ,208 4 . ,981 4 ,906
ik
AsamMefenamat ,213 4 . ,944 4 ,678
a. DataAnalgesik is constant when Perlakuan = Negatif. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


DataAnalgesik
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,223 3 12 ,138

ANOVA
DataAnalgesik
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8120,100 3 2706,700 686,860 ,000
Within Groups 47,288 12 3,941
Total 8167,388 15
POST HOC TEST
3. Abstrak jurnal

Anda mungkin juga menyukai