Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

ACARA III
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR

Kelompok : B 3.2
Anggota : 1. Eka Luthfiana K.N.H. (M0618014)
2. Khofidatul Husna R.M (M0618029)
3. Nisa Fithria Lathifah (M0618037)
4. Widadi Deng (M0618055)
Hari, tanggal praktikum : Senin, 11 Mei 2020
Asisten Praktikum : Rizki Mareta A.P.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
ACARA III
UJI ANGKA KAPANG/KHAMIR

Abstrak
Pengujian AKK atau angka kapang khamir dilakukan untuk menjamin bahwa sediaan tidak
mengandung jamur dari batas yang telah ditetapkan karena keberadaan jamur pada sediaan dapat
mempengaruhi stabilitas sediaan tersebut dan dapat menurunkan mutu jamu. Pengujian AKK
menggunakan prinsip pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasi pada seduaan
pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25°C dan diamati mulai hari ketiga sampai
kelima, dengan media yang digunakan adalah Saboraud Dextrose Agar (SDA) atau Potato
Dextrose Agar (PDA). Tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk dapat menetapkan adanya
cemaran kapang khamir dalam sediaan makanan, minuman, kosmetik, dan obat tradisional. Cara
analisis yang digunakan berdasarkan BPOM (2006), menggunakan cawan petri yang
menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 dari satu pengenceran dipilih dan dihitung jumlah
koloni dari kedua cawan lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Berdasarkan peraturan
Departemen Kesehatan RI, kapang/khamir yang diperbolehkan yaitu kurang dari 10​4​. Hasil pada
percobaan sampel jamu diperoleh AKK sebesar 8,0x10 koloni/gram
Kata kunci:​ Kapang, Khamir, Uji AKK

DASAR TEORI
Pertumbuhan mikroorganisme dalam media buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik
dan kimia. Bahan nutrisi yang disiapkan untuk pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium
disebut media kultur dan komposisi nutrisi media kultur berkontribusi peran utama dalam
pertumbuhan mikroba (Sinijadas dkk., 2018). Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas
campuran zat makanan (nutrient) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroba. Suatu media
dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik harus memenuhi persyaratan antara lain:
media harus mempunyai pH yang sesuai, media tidak mengandung zat-zat penghambat, media
harus steril, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan
mikroorganisme. Nutrisi–nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K,
Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Wantini dan Octavia, 2018).
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di
laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu
optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C (Cappucino, 2014). Berdasarkan komposisinya
PDA termasuk dalam media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan
sintesis (dextrose dan agar). Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan
energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen agar berfungsi untuk
memadatkan medium PDA. Masing-masing dari ketiga komponen tersebut sangat diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroorganisme terutama jamur (Wantini dan
Octavia, 2018).
Analisis uji kapang dan khamir dilakukan secara duplo pada setiap tingkat pengenceran.
Penetapan angka kapang khamir dilakukan dengan cawan petri yang menunjukan jumlah antara
10-150 koloni. Cawan petri yang terbentuk 10-150 koloni dengan tingkat pengenceran yang
sama, maka jumlah koloni per masing-masing cawan petri dihitung kemudian jumlah kedua
koloni dikalikan dengan faktor pengencerannya. Jika pada cawan petri dari dua tingkat
pengenceran yang berurutan menunjukan jumlah antara 10-150 koloni, maka dihitung jumlah
koloni pada masing-masing cawan petri dan dikalikan faktor pengenceran, kemudian dari hasil
perkalian tersebut diambil angka rata-rata. Hasil rata-rata tersebut dibaca sebagai nilai angka
kapang dan khamir dalam setiap gram atau mL sampel (Rosani dkk., 2019).
Pengujian AKK atau angka kapang khamir dilakukan untuk menjamin bahwa sediaan
tidak mengandung jamur dari batas yang telah ditetapkan karena keberadaan jamur pada sediaan
dapat mempengaruhi stabilitas sediaan tersebut dan dapat menurunkan mutu jamu. Menurut
BPOM RI No. 12 tahun 2014 tentang persyaratan obat tradisional bahwa cairan obat yang akan
dikonsumsi tidak boleh mengandung Angka Kapang Khamir lebih dari 10​3 koloni/mL. Jika
ditemukan AKK dalam sampel jamu yang diuji melebihi ambang batas yang telah ditentukan,
maka sampel jamu tersebut tidak layak dikonsumsi karena berbahaya bagi kesehatan konsumen.
Kondisi tersebut memungkinkan adanya pertumbuhan jenis kapang tertentu seperti jamur
Aspergillus species (sp).​ Aflatoksin yang diproduksi oleh ​Aspergillus sp​. bersifat toksik karena
dapat menyebabkan terjadinya sirosis dan karsinoma hati. Jumlah kapang dan khamir yang besar,
dan terdapat adanya jamur ​Aspergillus sp​. menunjukkan kemunduran dari mutu obat tradisional
(Burhannuddin dkk., 2019).

PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan uji angka kapang/ khamir (AKK). Tujuan dilakukannya
percobaan ini adalah untuk dapat menetapkan adanya cemaran kapang khamir dalam sediaan
makanan, minuman, kosmetik, dan obat tradisional. Prinsip uji AKK yaitu pertumbuhan
kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu
20-25͒ C dan diamati mulai hari ketiga sampai hari kelima. Media yang digunakan adalah
Saboraud Dextrose Agar (SDA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Setelah diinkubasi, kemudian
dhitung koloni yang tumbuh dengan colony counter dan dinyatakan dalam koloni/ml (Radji,
2010). Perhitungan dilakukan pada cawan petri dengan jumlah koloni 10-150 koloni.
Kapang dan khamir memiliki perbedaan yaitu kapan didefinisikan sebagai fungi yang
tumbuh secara cepat dan bereproduksi secara aseksual dan khamir merupakan fungi uniseluler
yang telah beradaptasi dengan kehidupan dalam cairan. Khamir bersifat fakultatif artinya khamir
dapat hidup dalam keadaan aerob maupun anaerob (Pratiwi, 2008). Pada kapang, dengan adanya
filamen maka penampakan koloni kapang tersebut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula
berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan membentuk berbagai warna tergantung dari
jenis kapang. Kapang membentuk miselium dan membentuk berbagai macam spora. Sedangkan
pada Pertumbuhan khamir mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Radji, 2010). Jenis kapang tertentu dapat
menghasilkan toksin yaitu mikotoksin. Mikotoksin adalah metabolit sekunder dari kapang yang
dapat menyebabkan efek toksis pada manusia dan hewan yang disebut mikotoksin. Tumbuhan
obat seringkali terkontaminasi oleh berbagai cendawan, yang akan mengakibatkan pembusukan
dan memproduksi mikotoksin (Noveriza, 2015).
Angka Kapang Khamir (AKK) merupakan perhitungan dengan metode cawan yang
dapat dilihat apabila ada satu sel mikroorganisme yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
yang sesuai ,maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloninya. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengetahui adanya cemaran mikroba, mengetahui batasan koloni
kapang/ khamir pada suatu sediaan, dan menghindari patogenitas pada suatu produk. Pada
percobaan ini menggunakan media PDA ​(Potato dextrose agar).​ PDA adalah medium yang
mempunyai kandungan karbohidrat terdiri dari 20% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan
khamir dan kapang,tetapi karena beberapa bakteri juga memfermentasikan karbohidrat dan
menggunakannya sebagai sumber energi, maka beberapa bakteri masih mungkin tumbuh pada
PDA. Penggunaan media-media ini bertujuan agar memudahkan pengamatan sampel yang akan
dilakukan karena bentuk sediaan adalah Nutrient Agar. Sehingga apabila sampel tersebut
mengandung jamur akan terlihat jelas dibandingkan dengan media yang bersifat cair. PDA juga
dapat dibuat dari rebusan air kentang ditambah dextrose dan agar. Fungsi dari media
pertumbuhan mikroba yaitu memacu tumbuhnya jamur atau mikroba dan bahan yang tersusun
dari bermacam-macam zat makanan atau nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme dalam menyusun komponen sel-selnya. Syarat media pembenihan harus
memenuhi persyaratan, yaitu harus mengandung nutrisi yang tepat untuk bakteri spesifik yang
akan dibiakkan, kelembaban harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup baik, media
pembenihan harus steril, dan tidak mengandung mikroorganisme lain,
Langkah kerja yang pertama yaitu 1 gram sampel (jamu) dilarutkan dengan garam
fisiologis. Lakukan pengenceran dengan pengenceran bertingkat hingga 10-4 untuk AKK.
Pelarut yang digunakan bisa garam fisiologis, BPW, NaCl, BPF ataupun enrichment buffer.
Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga
lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan kepadatan
bakteri yang ditanam. Prinsip dari pengenceran bertingkat tersebut agar jumlah populasi mikroba
yang ada disampel berkurang sehingga akhirnya mencapai jumlah yang dapat dihitung sehingga
memenuhi suatu metode. Pengenceran yang dilakukan dihomogenkan dengan vortex. Tujuan
homogenisasi sampel adalah untuk membebaskan sel-sel bakteri atau jamur yang masih
terlindungi oleh partikel dari sampel yang akan diperiksa.
Menggunakan mikropipet diambil 0,5 ml sampel (sebelum dan sesudah mengambil
sampel mulut tabung dipanaskan terlebih dahulu agar steril) lalu sampel dimasukan ke dalam
cawan petri yang sudah berisi media PDA yang sebelumnya telah ditambah dengan 1 ml larutan
kloramfenikol 1% dan larutan pengencer s​ ecara perlahan supaya tidak tercecer. Pada media PDA
ditambahkan antibiotik kloramfenikol 1% yang bertujuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri pada media sehingga yang tumbuh pada media hanya kapang dan khamir. Kemudian
diratakan menggunakan spreader yang sudah dipanaskan di bunsen sebelumnya dengan metode
spare plate. Dilakukan pengulangan secara duplo atau dua kali pada tiap sampel, tujuannya yaitu
untuk meningkatkan ketepatan dalam percobaan. Tutup cawan petri dan didiamkan pada suhu 25͒
C karena Kapang/Khamir bersifat mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu 25-30͒C.ruang selama
3-5 hari. Setelah tiga hari diinkubasi terdapat dua jenis koloni jamur dengan warna berbeda, yaitu
hitam dan hijau. Perkiraan dan syarat makanan tercemar kapang atau khamir apabila >5x101..

Cara menganalisis hasil pengujian sesuai dengan BPOM (2006), yaitu : Cawan petri yang
menunjukan jumlah koloni antara 10-150 dari satu pengenceran dipilih dan dihitung jumlah
koloni dari kedua cawan lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri
dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-150, maka dihitung
jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil
dikalikan sebagai Angka Kapang/Khamir (AKK) dalam tiap gram atau ml sampel.

Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan diatas, maka:

a. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang sama menunjukkan
jumlah antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan
faktor pengenceran.

b. Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari dua
kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah
c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 10-150
koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai
Angka Kapang/Khamir Perkiraan

d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor,
maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran
terendah (<1 x faktor pengenceran terendah).

Seharusnya AKK dengan tingkat pengenceran yang lebih besar menghasilkan koloni
yang lebih banyak, sedangkan AKK dengan tingkat pengenceran yang lebih kecil menghasilkan
koloni yang lebih sedikit dengan hasil pengamatan agar didapat data yang berbanding lurus
antara jumlah koloni kapang/khamir dengan faktor pengenceran. Hasil yang diperoleh bisa saja
tidak berbanding lurus, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan,
kurangnya teknik kerja aseptis, dan lain-lain. ​Berdasarkan interpretasi hasil dipilih salah satu
cawan petri dari pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni.

Dari hasil pengujian Angka Kapang Khamir sampel jamu A terdapat 40 koloni pada
pengenceran 101 sehingga nilai AKK adalah 8,0x10. Dilihat dari hasil perhitungan AKK, nilai
AKK sampel jamu masih memenuhi standar yang ada dan berada dalam batas aman untuk
dipasarkan dan untuk dikonsumsi. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang persyaratan Mutu Obat Tradisional,

batas nilai AKK untuk produk jamu serbuk seduhan yaitu 1x 104 cf u per ml/gram. Sehingga
jamu jadi yang sudah dikemas siap untuk didistribusikan untuk dijual kepada agen-agen maupun
kepada konsumen langsung (Afifi dan Sugiarti, 2016).

KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah penetapan adanya cemaran kapang khamir dalam
sediaan makanan, minuman, kosmetik, dan obat tradisional dilakukan dengan uji AKK (Angka
Kapang Khamir) dengan prinsip uji pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan
pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25͒ C dan diamati mulai hari ketiga sampai
hari kelima. Media yang digunakan adalah Saboraud Dextrose Agar (SDA) atau Potato Dextrose
Agar (PDA). Cara menganalisis hasil pengujian sesuai dengan BPOM (2006), yaitu dengan
Cawan petri yang menunjukan jumlah koloni antara 10-150 dari satu pengenceran dipilih dan
dihitung jumlah koloni dari kedua cawan lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada
cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-150,
maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran, kemudian diambil angka
rata-rata. Hasil dikalikan sebagai Angka Kapang/Khamir (AKK) dalam tiap gram atau ml
sampel. Berdasarkan interpretasi hasil dipilih salah satu cawan petri dari pengenceran yang
menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 koloni. Syarat harus memenuhi dari Departemen
Kesehatan RI, kapang/khamir yang diperbolehkan yaitu kurang dari 10​4​. Hasil pada percobaan
sampel jamu diperoleh AKK sebesar 8,0x10 koloni/gram.

DAFTAR PUSTAKA
Afifi, C. dan Sugiarti, L. 2016. Analisis Mikrobiologis Jamu Tujuh Angin Dan Sari Asih PT
Jamu Air Mancur Surakarta Dengan Metode ALT Dan AKK. ​Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Masyarakat, 1(​ 5): 65-70.
BPOM RI. 2006. ​Metode Analisis Mikrobiologi Suplemen 2000.​ Jakarta: Pusat Pengujian Obat
Dan Makanan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Burhannuddin., Jirna, I.N., dan Rahayu, K.D.A. 2019. Uji Angka Kapang Khamir dan
Identifikasi ​Aspergillus species Pada Jamu Kunyit di Denpasar Selatan. ​Meditory: The
Journal of Medical Laboratory,​ 7(1), pp.17-26.
Cappuccino, J.G., dan Sherman, N. 2014. ​Manual Laboratorium Mikrobiologi.​ Jakarta : EGC.
Noveriza, R., 2015. Kontaminasi Cendawan dan Mikotoksin pada Tumbuhan Obat. ​Perspektif,​
7​(1), pp.35-46
Pratiwi, S.T. 2008. ​Mikrobiologi Farmasi.​ Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada,
Yogyakrta, pp. 38, 135-140, 206-207.
Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran​. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 125-127, 169-172.
Rosani, O., Susanty, D., dan Triyanto, A. 2019. Angka Kapang dan Khamir Pada Lada Putih
Asal Bangka. ​Jurnal Sains Natural,​ 5(2), pp.101-106.
Sinijadas, K., Dhar, A., Bhaumik, P., dan Chowdhury, A.K. 2018. Evaluation of Culture Medium
for the Growth of Bipolaris sorokiniana the Causal Agent of Spot Blotch of Wheat.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences​ , 7(10), pp.579-583.
Wantini, S., dan Octavia, A. 2018. Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus flavus Pada
Media PDA (​Potato Dextrose Agar​) dan Media Alternatif dari Singkong (​Manihot
esculenta​ Crantz). ​Jurnal Analis Kesehatan,​ 6(2), pp.625-631.

Anda mungkin juga menyukai