Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN TEPUNG KOLANG-KALING (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.

)
SEBAGAI BAHAN PENYALUT LAPIS TIPIS TABLET.

Yuzi Biyan¹, Erni Rustiani², Ike Yulia Wiendarlina ³


1,2,3
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuan Bogor

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Pemanfaatan Tepung Kolang-Kaling (Arenga pinnata


(Wurmb) Merr.) sebagai Bahan Penyalut Lapis Tipis Tablet. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan
tepung kolang-kaling sebagai bahan salut lapis tipis dengan model zat aktif parasetamol dan
mengetahui mutu tablet salut lapis tipis yang dihasilkan dengan berbagai konsentrasi tepung kolang-
kaling. Hasil evaluasi tablet meliputi uji keseragaman ukuran, bobot, kekerasan, uji friabilitas, disolusi,
waktu hancur dan penetapan kadar tablet parasetamol menunjukkan hasil yang memenuhi syarat sesuai
Farmakope Indonesia IV (1995). Penggunaan tepung kolang kaling 35% menghasilkan mutu tablet
salut yang sama dengan HPMC 10%.

USE OF ARENGA PINNATA POWDER (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) AS


FILM COATING FOR TABLETS.

ABSTRACT

A research has been done concerning the use of arenga pinnata powder as film coating for
tablets. The research is to make use of the powder of arenga pinnata as film coating for the active
substance, paracetamol. And also to measure the quality of the coated tablets produced using various
concentrates of arenga pinnata powder. The research result of the tablet consisting of analyzing the size
uniformity, weight, hardness, friability testing, dissolution testing, disintegration testing, and
determining content of paracetamol show that it meets the requirement asked by Farmakope Indonesia
IV (1995). The use 35% of arenga pinnata powder can produce coated tablets which are as good as of
those using 10% HPMC.

PENDAHULUAN
Tablet salut Lapis Tipis adalah tablet dalam pelarut alkohol atau terdispersi
kempa yang disalut dengan lapisan tipis dalam isopropanol dengan tambahan span
berwarna tidak larut air atau tidak dan tween (Aulton, 1998).
berwarna dari larutan bahan polimer yang Aren (Arenga pinnata (Wurmb)
hancur dengan cepat dalam saluran Merr.) merupakan salah satu tanaman
pencernaan. Penyalut Lapis Tipis memiliki tropis dan subtropis yang biasa dikonsumsi
beberapa keuntungan seperti waktu proses sebagai bahan pangan, ternyata juga
yang lebih cepat, pengurangan luas area mempunyai khasiat dalam bidang farmasi.
produksi, peningkatan berat yang Bagian dari tanaman aren yaitu buah
minimum, dan otomatisasi. Lapisan kolang-kaling memiliki kadar air sangat
selaput umumnya lebih dari 10% berat tinggi, mencapai 93,75% dan kadar pati
tablet. Salut Lapis Tipis adalah metode 3,39% (Mahmud dan Amrizal,1991).
yang lebih disukai untuk membuat tablet Berdasarkan berat keringnya mengandung
salut dikarenakan lebih ekonomis dan 5,2% protein 0,4% lemak, 2,5% abu, 39%
memakan waktu, tenaga, biaya yang serat kasar dan 52,9% karbohidrat (Nisa,
minimum. 1996) . Tepung dan serat kasar merupakan
Zat penyalut yang digunakan polimer dari beberapa molekul
diantaranya Na CMC, asetat ftalat monosakarida sehingga pada penelitian
selulosa, hidroksi etil selulosa dengan ini, kandungan pati pada tepung buah
bermacam-macam perbandingan dalam kolang kaling akan dijadikan alternatif
campuran PEG dan polivinilpirolidon bahan penyalut tablet dengan penambahan
Na Alginat beserta PEG 400 sebagai ke dalam oven dengan suhu 70˚C selama 2
plastisizer sehingga dapat menghemat hari. Setelah kering dihancurkan
devisa negara dalam menekan jumlah menggunakan grinder dan diayak
impor bahan-bahan sediaan farmasi menggunakan ayakan mesh 70.
dewasa ini. Sebagai model tablet untuk
penyalutan digunakan tablet parasetamol. b. Pembuatan Granul Tablet
Tablet inti dibuat menggunakan
METODELOGI PENELITIAN metode granulasi basah. Zat aktif
ALAT parasetamol, laktosa, Avicel PH 102
Alat gelas, neraca analitik (GR-120 masing-masing diayak menggunakan
®), oven, Moisture Balance (AND MX- ayakan mesh 30, ditimbang kemudian
50®), Granule Flowtester, Powder Taping dimasukkan ke dalam wadah baskom lalu
Density Tester (TDT-1H®), Stopwatch, diaduk hingga homogen kira-kira 5 menit.
mesin cetak tablet, Hardness Tester Ditambahkan corn starch, diaduk hingga
(Schleuniger-2E®), Friabilator (Panjaya terbentuk massa yang kompak. Massa
teknik®), Disintegration Tester (LIJ-1®), yang basah kemudian diayak
Dissolution Tester (LID- menggunakan ayakan mesh 8 hingga
6®),Spektrofotometer UV (Optizen®), terbentuk granul yang basah, lalu granul
Coating Pan. basah dikeringkan di dalam lemari
BAHAN pengering yang telah dialasi kain batis
Buah kolang-kaling dari pasar pada suhu 40°-50°C semalaman hingga
Bogor, parasetamol, corn starch, talk, terbentuk granul kering. Granul yang telah
magnesium stearat, laktosa, akuades, kering kemudian diayak menggunakan
avicel PH 102, dapar fosfat pH 5,8, PEG ayakan mesh 12 lalu dimasukkan ke dalam
400, Na Alginat, dan pewarna. kantong plastik, selanjutnya ditambahkan
talk dan Mg-stearat yang telah diayak
PROSEDUR PENELITIAN mesh 30, kemudian dikocok dalam
a. Pembuatan Tepung Buah Kolang- kantong plastik selama 5 menit. Dilakukan
Kaling evaluasi granul, hingga diperoleh massa
Buah kolang kaling dibersihkan siap cetak dan dilakukan tahap pencetakan
menggunakan air bersih yang mengalir. tablet dengan menggunakan mesin cetak
Lalu dipotong melintang menjadi 2 bagian tablet. Bobot tiap tablet adalah 100 mg.
untuk mempermudah proses pengeringan. Formula tablet dapat dilihat pada tabel I
Buah kolang kaling tersebut dimasukkan dan formula bahan penyalut pada tabel I.

Tabel I. Formula Tablet Inti


Jenis Zat Bahan Formula
Zat Aktif Parasetamol 25 mg
Pengikat Corn Starch 10%
Penghancur dalam Avicel PH 102 15%
Glidan/ Antiadheren Talk 2%
Mg-stearat 1%
Pengisi Laktosa ditambah hingga 100%

Tabel II. Formula bahan penyalut


Bahan F1 F2 F3 F4
Tepung kolang-kaling 35% 40% 45% -
PEG 400 15% 15% 15% 15%
Na Alginat 15% 15% 15% 15%
HPMC - - - 10%
Pewarna (kuning muda) 0,5% 0,5% 0.5% 0,5%
c. Evaluasi Granul telah ditimbang dan diukur ketebalannya
Proses evaluasi granul dilakukan ke dalam panci penyalut. Diatur kecepatan
dengan melakukan evaluasi uji aliran, putaran panci penyalut sekitar 10 rpm..
sudut diam, kompresibilitas dan kadar air. Dimasukkan larutan penyalut ke dalam
spray gun .Setelah itu disemprotkan setiap
d. Evaluasi Tablet 1 menit larutan penyalut ke atas
Proses evaluasi tablet dilakukan permukaan tablet yang berada di dalam
terhadap pengujian penampilan, panci penyalut yang sedang berputar
keseragaman bobot, keseragaman ukuran, sambil disemprotkan udara panas (80°C).
kekerasan tablet, friabilita, waktu hancur, Penyemprotan larutan penyalut dilakukan
dan penetapan kadar parasetamol. hingga mendapatkan hasil salut lapis tipis
yang homogen dan halus pada permukaan
e. Pembuatan Larutan Lapis Tipis tablet. Ditimbang dan diukur diameter
Pembuatan larutan lapis tipis serta ketebalan tablet sesudah dilakukan
menggunakan bahan tepung buah kolang- penyalutan. Kemudian tablet salut lapis
kaling, PEG 400, aquadest dan pewarna. tipis disimpan dalam wadah yang bersih,
Tepung buah kolang-kaling dimasukkan kering, tertutup rapat, dan diberi silika gel.
masing-masing 35%, 40%, dan 45% ke Terhadap tablet yang dihasilkan dilakukan
dalam beaker glass, kemudian evaluasi yang serupa tablet inti.
ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit
hingga terdispersi sambil dipanaskan pada
suhu 80˚C, sambil diaduk ditambahkan HASIL PENELITIAN
PEG 400. Pewarna dilarutkan terlebih a. Karakterisasi Tepung Buah Kolang-
dahulu, lalu dimasukkan ke dalam Kaling
campuran larutan penyalut. Aquadest Tabel III menunjukkan hasil
ditambahkan hingga volume 100 ml dan karakterisasi tepung buah kolang-kaling
pengadukan dilanjutkan hingga homogen. berbentuk serbuk, memiliki bau khas yang
Larutan penyalut diuji viskositasnya berasal dari buah kolang-kaling, dan
menggunakan Viskometer Brookfield. berwarna kecoklatan. Hasil uji
menunjukkan hasil yang memenuhi syarat
f. Prosedur Penyalutan Lapis Tipis namun pada kadar abu didapatkan hasil
Dengan Metode Panci Semprot yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini
Panci penyalut dibersihkan dan dikarenakan kandungan mineral didalam
dikeringkan dari debu, kotoran dan air. tepung kolang-kaling tersebut tinggi
Kemudian dipanaskan hingga suhu 80°C. sehingga didapat kadar abu 2,57%.
Dimasukkan sejumlah tablet inti yang
Tabel III. Karakteristik Tepung
Jenis Uji Persyaratan Hasil Uji Keterangan
Kehalusan,
Memenuhi
lolos ayakan mesh Min 95% 99,06%
syarat
no. 60 (b/b)
Memenuhi
Kadar air (b/b) Maks 14,5% 7,63 %
syarat
Kadar abu Tidak memenuhi
Maks 0,70% 2,57%
(b/b) syarat
Keterangan:
Syarat* : SNI 19-0428-1998
b. Uji Viskositas
Pada uji viskositas menggunakan 4 sebesar 0,3 cm. Formula tersebut memenuhi
formula dengan konsentrasi yang berbeda persyaratan Farmakope Indonesia edisi III
ditunjukkan pada tabel dibawah. tahun 1979 yaitu diameter tablet tidak
Tabel IV. Hasil Uji Viskositas Larutan kurang dari 1 1/3 kali dan tidak lebih dari 3
Penyalut kali tebal tablet.
Formula Viskositas Pengujian keseragaman bobot rata-
1 1292,24 rata tablet menunjukkan hasil sebesar 100,1
2 1300,87 mg dengan range 99,8 mg – 100,5 mg.
3 1310,97 Formula tablet parasetamol memenuhi
4 1326,65 persyaratan Farmakope Indonesia edisi III
Masing-masing formula bahan penyalut tahun 1979 dimana tidak lebih dari 2 tablet
dibuat sebanyak 100 ml. Disemprotkan yang mempunyai penyimpangan lebih dari
secara berkala menggunakan Spray gun tiap 5% dan tidak ada satu pun tablet yang
1 menit selama 2 jam. Bahan penyalut yang mempunyai penyimpangan lebih dari 10%
digunakan sebanyak 60 ml. dari bobot rata-rata hasil pengujian. Bobot
Kekentalan larutan penyalut akan tablet dari formula mempunyai bobot yang
berpengaruh terhadap tebal lapisan salut seragam, karena memiliki koefisien
lapis tipis yang akan diperoleh. variasinya kurang dari 2%.
c. Evaluasi Granul Evaluasi kekerasan tablet hasil rata-
Pada evaluasi uji aliran menunjukkan rata yaitu 7,81 kp. Hasil tersebut
bahwa formula memiliki tipe aliran yang menunjukkan bahwa formula memiliki
mudah mengalir yaitu sebesar 6,84 g/s. Uji tingkat kekerasan yang baik. Menurut Parrot
aliran ini penting dilakukan karena untuk (1979) syarat kekerasan berkisar 4-8 kp.
mengetahui homogenitas serbuk dan Kekerasan tablet dari semua formula dapat
keseragaman pengisian granul pada die. dikatakan tidak seragam karena nilai
Uji sudut diam dari semua formula koefisien variasinya lebih dari 2%.
rata-rata menunjukkan tipe aliran yang baik Evaluasi friabilita memberikan prediksi
sebesar 29,90. Hal ini ditunjukkan oleh tentang kemampuan tablet mencegah pecah
timbunan granul yang terbentuk dari dan goresan pada penanganan selama
keseluruhan formula tidak terlalu tinggi. pengemasan dan pengiriman dan hasil
Semakin tinggi timbunan granul maka evaluasi menunjukkan bahwa formula tablet
semakin besar pula sudutnya dan semakin memenuhi persyaratan menurut Lachman
besar sudutnya maka dapat dikatakan tipe (1994), yaitu nilai friabilitanya harus kurang
aliran granulnya kurang baik. dari 1%. Tablet menjadi rapuh disebabkan
Uji kompresibilitas dari keseluruhan oleh kadar air granul yang kurang dari 5%
formula menunjukkan hasil tipe aliran sangat sehingga granul kering dan daya ikatan
baik yaitu sebesar 12,98%. Baik Buruknya intragranular pun berkurang. Ikatan
hasil uji kompresibilitas pada semua formula intragranular (dibentuk selama proses
akan berpengaruh saat penentuan evaluasi pengeringan granul) yang tidak pecah selama
tablet, seperti uji kekerasan, friabilita dan pengempaan adalah salah satu faktor yang
waktu hancur. berkontribusi terhadap kekuatan tablet,
Uji kadar air dari semua formula (Siregar dan Wikarsa,2010). Didapatkan
menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar hasil friabilita sebesar 0,60%.
1,34%, syarat pengujian nilai kadar air pada Evaluasi uji waktu hancur merupakan
granul harus di bawah 5%. parameter yang menunjukan waktu yang
d. Evaluasi Tablet Inti dibutuhkan sediaan untuk pecah menjadi
Formula dicetak menjadi tablet granul-granul yang selanjutnya akan lebih
dengan bentuk fisik bundar, cetakan pada mudah terlarut dalam cairan tubuh untuk
bagian permukaan atas dan bawah polos dapat diabsorpsi ke dalam darah sehingga
cembung serta dari keseluruhan tablet menimbulkan efek farmakologis. Evaluasi
memiliki warna putih mengkilap. menunjukkan bahwa formula tersebut
Pengujian keseragaman ukuran rata- memenuhi syarat dengan rata-rata waktu
rata diameter sebesar 0,5 cm dan tebal hancur selama 12 menit 17 detik, syarat
waktu hancur tablet menurut Farmakope asetaminofen mengandung asetaminofen,
Indonesia edisi III tahun 1979, yaitu kurang C8H9NO2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak
dari 15 menit. lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
Waktu hancur tablet menunjukkan pada etiket (DepKes RI, 1995). Penentuan
waktu yang sesuai dengan syarat waktu kadar zat aktif sangat penting dalam evaluasi
hancur yaitu kurang dari 15 menit, dilihat tablet, hal ini dikarenakan pada pengujian ini
dari tablet yang menunjukkan hilangnya secara tidak langsung dapat mengetahui
secara fisik bentuk tablet, dengan demikian tingkat bioavailabilitasnya, sehingga
semakin cepat waktu hancur tablet, maka semakin besar kadar zat aktif di dalam suatu
akan memudahkan proses disolusi dan sediaan obat maka akan semakin baik efek
absorpsi oleh tubuh lebih cepat. yang akan ditimbulkan oleh obat tersebut,
Uji disolusi merupakan parameter tetapi harus sesuai dengan persyaratan kadar
yang menunjukkan kecepatan pelarutan obat dari masing-masing zat aktif yang
dari tablet. Bahan obat yang mudah larut digunakan. Keterangan
dalam air, disolusi cenderung lebih cepat e. Evaluasi Tablet Salut
namun kemampuan obat untuk menembus Semua formula bisa salut menjadi
membran sel tidak cepat. tablet dengan bentuk fisik bundar, cetakan
Evaluasi uji disolusi menunjukkan pada bagian permukaan atas dan sisi
hasil 122,42%. Hal ini menunjukkan bahwa bawahnya cembung serta dari keseluruhan
semua formula memenuhi syarat menurut tablet memiliki warna kuning mengkilap.
Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995,
yaitu harus larut tidak kurang dari 80%
dalam 30 menit dan memenuhi syarat
penerimaan tablet pada tahap S1. Dari
evalusi disolusi tersebut, maka dapat Pengujian keseragaman ukuran
diketahui efektivitas dari semua formula menunjukkan semua formula, memenuhi
tablet. persyaratan Farmakope Indonesia edisi III
Hasil penetapan kadar sebesar 90%. tahun 1979 yaitu diameter tablet tidak
Hal ini menunjukkan formula tersebut kurang dari 1 1/3 kali dan tidak lebih dari 3
memenuhi syarat menurut Farmakope kali tebal tablet. Hasil pengujian
Indonesia edisi IV tahun 1995 dengan rata- keseragaman ukuran selengkapnya dapat
rata kadar paracetamol pada 90%. Tablet dilihat pada tabel v.
Tabel V. Keseragaman Ukuran Tablet Salut Parasetamol
Rata-rata (cm) Syarat rata-rata
Formula Diameter Tebal 1 1/3 3 kali Hasil
(cm) (cm) kali (cm) (cm)
I 0,522 0,313 0,696 1,566 Memenuhi syarat
II 0,520 0,317 0,693 1,560 Memenuhi syarat
III 0,521 0,311 0,694 1,563 Memenuhi syarat
IV 0,520 0,310 0,693 1,560 Memenuhi syarat
Pengujian keseragaman bobot tablet 5% dan tidak ada satu pun tablet yang
salut menunjukkan bahwa semua formula mempunyai penyimpangan lebih dari 10%
baik tablet parasetamol menggunakan dari bobot rata-rata hasil pengujian. Masing-
HPMC maupun tepung kolang-kaling masing formula mempunyai keseragaman
sebagai bahan penyalut memenuhi bobot yang bervariasi dengan nilai koefisien
persyaratan Farmakope Indonesia edisi III variasinya pada semua formula dapat
tahun 1979 dimana tidak lebih dari 2 tablet diterima.
yang mempunyai penyimpangan lebih dari
Tabel VI. Keseragaman Bobot Tablet Salut Parasetamol
Rata- Range Syarat Koef. Variasi
Formula Hasil
rata (mg) (mg) 5% 10% (%)
Memenuhi
I 0,08 %
100,33a 100,2-100,4 5,01 10,03 syarat
Memenuhi
II 100,31a 100,2-100,5 5,01 10,03 0,08 %
syarat
a Memenuhi
III 100,33 100,3-100,4 5,02 10,04 0,05 %
syarat
b Memenuhi
IV 100,41 100,4-100,5 5,03 10,05 0,03 %
syarat
Keterangan : huruf superskrip (a,b) yang berbeda pada jalur yang sama menunjukkan pengaruh yang
berbedanyata (p>0,05)
Hasil uji lanjut Duncan dapat Evaluasi pada semua formula dengan
dinyatakan bahwa formula 1,2,3 tidak bahan penyalut tepung buah kolang-kaling
berbeda nyata terhadap keseragaman bobot menghasilkan nilai kekerasan yang seragam
tablet salut. Sedangkan formula 4 berbeda dengan nilai koefisien variasinya tidak lebih
nyata dengan formula 1,2,3 terhadap dari 15%. Data selengkapnya dapat dilihat
keseragaman bobot tablet salut. pada tabel VI.
Tabel VII. Kekerasan Tablet Salut Parasetamol
Rata-rata Range
Formula Koefisien variasi (%)
(kp) (kp)
I 7,66 6,9 – 7,9 3,65 %
II 7,51 7-8 3,86 %
III 7,40 6,8 – 7,9 6,21 %
IV 7,92 7,6 - 8,2 2,02 %
Evaluasi friabilita memberikan air granul yang kurang dari 5% sehingga
gambaran tentang kemampuan tablet granul kering dan daya ikatan intragranular
mencegah pecah dan goresan pada pun berkurang. Ikatan intragranular (dibentuk
penanganan selama pengemasan dan selama proses pengeringan granul) yang tidak
pengiriman dan hasil evaluasi menunjukkan pecah selama pengempaan adalah salah satu
bahwa semua formula tablet memenuhi faktor yang berkontribusi terhadap kekuatan
persyaratan menurut Lachman (1994), yaitu tablet, Siregar dan Wikarsa (2010). Data
nilai friabilitanya harus kurang dari 1%. evaluasi selengkapnya dapat dilihat pada
Tablet menjadi rapuh disebabkan oleh kadar tabel VIII.
Tabel VIII. Friabilita Tablet Salut Parasetamol

Formula Friabilita (%)


I 0,29
II 0,28
III 0,38
IV 0,28
Evaluasi uji waktu hancur merupakan Edisi IV 1995, yaitu tidak kurang dari 30
parameter yang menunjukan waktu yang menit dan tidak lebih dari 60 menit.
dibutuhkan sediaan untuk pecah menjadi Waktu hancur tablet semua formula
granul-granul yang selanjutnya akan lebih menunjukkan waktu yang sesuai dengan
mudah terlarut dalam cairan tubuh untuk syarat waktu hancur yaitu kurang dari 60
dapat diabsorpsi ke dalam darah sehingga menit, dilihat dari tablet yang menunjukkan
menimbulkan efek farmakologis. Evaluasi hilangnya secara fisik bentuk tablet, dengan
menunjukkan bahwa pada formula I,II,III dan demikian semakin cepat waktu hancur tablet,
IV memenuhi syarat waktu hancur untuk maka akan memudahkan proses disolusi dan
tablet salut selaput, menurut Farmakope absorpsi oleh tubuh lebih cepat.
Indonesia edisi III tahun 1979 dan Farmakope Selengkapnya bisa dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Waktu Hancur Tablet Salut Parasetamol
Formula Rata-rata waktu hancur Hasil
I 34 menit 18 detik Memenuhi syarat
II 35 menit 5 detik Memenuhi syarat

III 35 menit 7 detik Memenuhi syarat


IV 35 menit 1 detik Memenuhi syarat
Evaluasi uji disolusi menunjukkan tahap S1. Dari evalusi disolusi tersebut, maka
bahwa semua formula memenuhi syarat dapat diketahui efektivitas dari semua
menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun formula tablet. Selengkapnya bisa dilihat
1995, yaitu harus larut tidak kurang dari 80% pada tabel X.
dan memenuhi syarat penerimaan tablet pada
Tabel X. Disolusi Tablet Salut Parasetamol
Rata-rata
Formula bobot Absorban % Hasil
tablet (mg) tablet (A) Disolusi
I 100,4 0,241 122,78 Memenuhi Syarat
II 100,5 0,247 116,36 Memenuhi Syarat
III 100,4 0,247 116,22 Memenuhi Syarat
IV 100,5 0,261 109,55 Memenuhi Syarat
Syarat: Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) C 8H9NO2, dari jumlah yang tertera pada etiket
(DepKes RI, 1995).
Hasil penetapan kadar menunjukkan bioavailabilitasnya, sehingga semakin besar
bahwa semua formula memenuhi syarat kadar zat aktif di dalam suatu sediaan obat
menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun maka akan semakin baik efek yang akan
1995 dengan rata-rata kadar paracetamol pada ditimbulkan oleh obat tersebut, tetapi harus
FI=95,80% FII=99,36%, FIII=98,55% dan sesuai dengan persyaratan kadar dari masing-
FIV=98,58%. Penentuan kadar zat aktif masing zat aktif yang digunakan. Keterangan
sangat penting dalam evaluasi tablet, hal ini selengkapnya mengenai hasil penetapan
dikarenakan pada pengujian ini secara tidak kadar parasetamol dapat dilihat pada tabel XI.
langsung dapat mengetahui tingkat
Tabel XI. Penetapan Kadar Tablet Salut Parasetamol
Absorban Sampel Kadar Parasetamol/tablet
Formula
(A) (mg) %
I 0,741 23,95 95,80
II 0,616 24,84 99,36
III 0,763 24,63 98,55
IV 0,763 24,64 98,58
Syarat: Tablet asetaminofen mengandung asetaminofen, C8H9NO2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket (DepKes RI, 1995).
KESIMPULAN aquadest harus tidak kurang dari 80° C
1. Tepung buah kolang-kaling dapat untuk mempermudah proses pelarutan.
menjadi bahan penyalut sediaan tablet.
2. Tablet yang disalut menggunakan DAFTAR PUSTAKA
tepung buah kolang-kaling dengan
konsentrasi 35% menunjukkan hasil Anief, M. 2003. Ilmu Meracik Obat. Gadjah
evaluasi mutu tablet yang sama baik University Press. Yogyakarta : 210 -
dengan tablet salut HPMC 10%. ......216.
SARAN
Pada pembuatan larutan penyalut Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk
harap diperhatikan suhu akuadest. Sebelum Sediaan Farmasi, Edisi VII
tepung buah kolang kaling dilarutkan suhu diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Cetakan I, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 244 – 265. Lutony, T.L., 1993. Tanaman Sumber
Pemanis. P.T Penebar Swadaya,
Aulton, M.E. 1998. The Science of Dosage Jakarta
from Design. Churvill livingstone.
Edinburgh. Mahmud dan Amrizal, 1991 . Kandungan
Buah Aren Muda. Gremdia. Jakarta.
Augsburger, L.L. & Hoag, S. W. 2008.
Pharmaceutical Dosage Forms: Martin, A., James, S., & Arthur, C, 1993,
Tablets. 3rd Edition. Informa Health Farmasi Fisik, UI-Press: Jakarta
Care USA. New York.
Nisa, C.T., 1996. Masalah Dorminasi pada
Basri, 2009. Farmasetika. UGM Press, Biji Aren ( Arenga pinnata merr. ) serta
Yogyakarta. Pemecahannya untuk Meningkatkan
Perkecambahan. Pidato Pengukuhan
Cairns, D. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Guru Besar USU. Medan.
Edisi Kedua. Penerjemah R.M.
Puspita. Buku Kedokteran EGC. Parrott, E.L. 1979. Pharmaceutical
Jakarta. Technology. Burgess Publishing
Company. Minnepolis.
Departemen Kesehatan RI. 1978.
Formularium Nasional. Edisi Kedua. Soeseno, S., 1992. Bertanam Aren. P.T.
Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Penebar Swadaya, Jakarta.
Makanan. Jakarta.
Siregar, C.J.P. dan S. Wikarsa. 2010.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:
Indonesia. Edisi Ketiga. Direktorat Dasar-Dasar Praktis. Buku
Jenderal Pengawasan Obat dan Kedokteran EGC. Jakarta.
Makanan. Jakarta.
Swabrick, J (ed), 2007, Encyclopedia of
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Pharmaceutical Technology. third
Indonesia. Edisi Keempat Direktorat edition, Infoma Healthcare, USA, Inc.
Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. Jakarta. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Freddy, W.P. 1995. Analgesik-Antipiretik,
Analgesik-Antiinflamasi Nonsteroid Tuti I, hotman P. Manurung, dan Fery P,
dan Obat Pirai dalam Farmakologi 2008, Pembuatan Edible Lapis Tipis
dan Terapi. Edisi Keempat. UI Press. danri Kolang kaling, Fakultas Teknik
Jakarta. Kimia, Universitas Udayana, Bali, 27 –
35.
Lachman dan L.K Joseph. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri. Penerjemah Voigth, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi
Suyatmi S., J. Kawira, dan I. Aisyah. Farmasi Ed IV, diterjemahkan oleh
UI Press. Jakarta. Soendani Noerno Soewandhi, R.,
UGM Press, Yogyakarta, 156-233.
Lingga, P., B., Sarwono, dan F., Rahardi.
1993.Bertanam Umbi-umbian, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai