Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN II


“ PENETAPAN KADAR BORAKS MENGGUNAKAN METODE
ALKALIMETRI “

OLEH

NAMA : NURLELA SAENI


NIM : 17 3145453 102
KELAS : 17c
KELOMPOK : III (TIGA)

FAKULTAS DIII TEHNIK LABORATORIUM MEDIK


UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Penetapan Kadar boraks menggunakan metode alkalimetri

Praktikan : Nurlela Saeni

NIM : 17 3145 453 102

Kelas/Angkatan : 17c/2017

Kelompok : III (TIGA)

Rekan kerja :

1. Marhani
2. Marliana Pindun Laurenius
3. Rini
4. Sandra Sahril

Dinyatakan telah menyeleseikan laporan lengkap serta telah diperiksa dan


dikoreksi oleh Dosen Penanggung Jawab mata kuliah.

Makassar, 2019

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKAN

SULFIANI, S.Si.,M.pd NURLELA SAENI


NIDN. 0927048003 17 3145 453 102
A. JUDUL PERCOBAAN
Penetapan kadar boraks menggunakan metode alkalimetri
B. TUJUAN
 Mahasiswa dapat mengetahui adanya boraks pada bahan pangan
menggunakan metode kertas tumerik
 Mahasiswa dapat menentukan kadar boraks pada bahan pangan
menggunakan metode alkalimetri
C. PRINSIP
a. Prinsip uji kualitatif
Prinsip pemeriksaan ini adalah kertas tumerik mengabsorbsi zat
pewarna kuning yang diekstraksi dari tumbuhan cucurma. Zat warna
tersebut mampu mendeteksi ada boraks dan asam borat dengan
memberikan perubahan warna yang dapat diamati secara visual.
b. Prinsip uji kuantitatif
Didalam larutan air boraks merupakan campuran metaborat dan
asam borat. Asam borat adalah asam paling lemah sehingga tidak dapat
dititrasi langsung. Dengan adanya senyawa poli-ol seperti gliserol dan
manitol, asam borat dapat dititrasi dengan penambahan indikator PP.
D. LANDASAN TEORI
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil
pada suhu dan tekanan normal. Boraks merupakan senyawa kimia dengan
nama natrium tetraborat (NaB4O710H20). Jika larut dalam air akan menjadi
hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya
digunakan untuk bahan pembuat deterjen, mengurangi kesadarahan air dan
antiseptic (Hamdani. 2012).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut : jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4
bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter.
Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat
atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu
molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan berubah menjad asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam
alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk
halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis (Hamdani. 2012).
Karakteristik boraks yaitu Boraks atau Natrium tetraborat memiliki
berat molekul 381,37. Rumus molekul Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya
berupa hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak
berbau. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein. Pada waktu mekar di
udara kering dan hangat, hablur sering dilapisi serbuk warna putih. Kelarutan
boraks yaitu larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih dan dalam
gliserin; tidak larut dalam etanol (Cahyadi. 2010).
Natrium tetraborat mengandung sejumlah Na2B4O7 yang setara
dengan tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %
Na2B4O7.10H2O. Larutan boraks bersifat basa terhadap fenolftalein, mudah
larut dalan air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam etanol
(Cahyadi. 2010).
Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan
rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan
tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu
digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya seperti mie
basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak dengan ciri-cirinya tekstur sangat
kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah putus pada mie basah. Namun begitu
boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi
manusia karena bersifat racun (Hamdani, 2012).
Boraks umumnya digunakan untuk mempercepat empuknya sayur
mayur yang dimasak sekaligus memberikan aroma sedap, serta
mempertahankan warna hijau dari sayuran lebih lama. Boraks dijual
dipasarkan dengan label bleng, dengan maksud menyamarkan identitas
aslinya. Bleng ini dapat dibeli dengan harga murah dan didapat dengan
mudah, sehingga masyakat banyak menggunakan bahan berbahaya ini
(Hamdani, 2012).
Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat
mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi
tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami
kerusakan dibandingkan dengan orang lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g
dan untuk anak-anak 3-6 g (Khamid. 2013).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen,
siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan,
boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan (Khamid. 2013).
Tahu merupakan produk kedelai non-fermentasi yang disukai dan
digemari di Indonesia seperti halnya tempe, kecap, dan tauco. Tahu adalah
salah satu produk olahan kedelai yang berasal dari daratan Cina. Pembuatan
tahu dan susu kedelai ditemukan oleh Liu An pada zaman pemerintahan
Dinasti Han, kira-kira 164 tahun sebelum Masehi (Shurtleff dan Aoyagi
2001). Kata tahu berasal dari bahasa Cina yaitu tao-hu, teu-hu/tokwa.
Kata tao/teuberarti kacang untuk membuat tahu, orang menggunakan kacang
kedelai kuning (putih) yang disebut wong-teu(wong = kuning). Hu/kwa itu
artinya rusak, lumat, hancur, menjadi bubur. Kedua istilah itu digabungkan
menjadi tahu. Pengertian tahu adalah makanan yang terbuat dari kedelai yang
dilumatkan atau dihancurkan menjadi bubur (Kastyanto. 2008).
Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuat
melalui proses pengolahan kedelai (Glycne species) dengan prinsip
pengendapan protein, dengan atau tidak ditambah bahan lain yang diizinkan
(SNI 1998). Sedangkan menurut Shurtleff dan Aoyagi (2001), tahu adalah
gumpalan protein dari susu kedelai yang telah dipisahkan dari bagian yang
tidak menggumpal (whey) dengan cara pengepresan (Kastyanto. 2008).
Tahu terdiri dari berbagai jenis, yaitu tahu putih, tahu kuning, tahu
sutra, tahu cina, tahu keras, dan tahu kori (Sarwono dan Saragih 2003).
Perbedaan dari berbagai jenis tahu tersebut ialah pada proses pengolahannya
dan jenis penggumpal yang digunakan (Sarwono. 2009).
Komposisi zat gizi dalam tahu cukup baik. Tahu mempunyai kadar
protein sebesar 8-12%, sedangkan mutu proteinnya yang dinyatakan sebagai
NPU sebesar 65%. Tahu juga mempunyai daya cerna yang sangat tinggi
karena serat dan karbohidrat yang bersifat larut dalam air sebagian besar
terbuang pada proses pembuatannya. Dengan daya cerna sekitar 95%, tahu
dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur dari bayi hingga
orang dewasa, termasuk orang yang mengalami gangguan pencernaan
(Direktorat gizi departemen kesehatan RI. 1981).
Komposisi kimia pada tahu dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan
syarat mutu tahu berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-3142-1998.
Komposisi Satuan Jumlah
Energi Kal 68
Air g 84.8
Protein g 7.8
Lemak g 4.6
Karbohidrat g 1.6
Kalsium mg 124.0
Fosfor mg 63.0
Besi mg 0.8
Vitamin B1 mg 0.06
Komposisi kimia dalam 100 g tahu (Direktorat gizi departemen
kesehatan RI. 1981).
Kertas turmerik adalah kertas saring yang dicelupkan ke dalam
larutan turmerik (kunyit) yang digunakan untuk mengidentifikasi asam
borat. Uji warna kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan cara
membuat kertas tumerik dahulu yaitu:
a. Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang
b. Kemudian tumbuk dan saring sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna
kuning
c. Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan
keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik (Cahyadi. 2010).
Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk
larutan boraks. Teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan. Amati
perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan
dipergunakan sebagai kontrol positif. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri
sedikit air. Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada
kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol
positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks. Dan bila diberi
uap ammonia berubah menjadi hijau-biru yang gelap maka sampel tersebut
positif mengandung boraks (Cahyadi. 2010).
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan adalah neraca analitik, labu takar, pengaduk,
corong, pipet tetes, pipet volume 2 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, oven, tabung
reaksi dan botol semprot, bulp, hotplate, mortal, alu, buret, statif, klem
erlenmeyer, labu takar 1000 ml.
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquadest, HCl 5 N, kertas tumerik,
indikator PP, HCl pekat, manitol, dan NaOH 0,1 N.
3. Prosedur kerja
a. Uji kualitatif (uji menggunakan kertas tumerik)
1. Ditimbang 5 gr sampel bahan pangan, dihaluskan
2. Sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer
3. Ditambahkan 25 ml aquades kemudian erlenmeyer ditutup
4. Erlenmeyer ditempatkan dihotpate dan diaduk menggunakan
magnetic stirrer sampai homogen
5. Larutan sampel didinginkan kemudian disaring untuk memperoleh
filtrat dari sampel tersebut
6. Dipipet 5 ml filtrat kedalam wadah yang tertutup
7. Ditambahkan 7 tetes HCl 5 N kemudian di shaker
8. Dicelupkan kertas tumerik setengah panjang dari panjang kertas
9. Dikeringkan pada suhu ruang, kemudian diamati perubahan warna
kertas
10. Jika terbentuk merah kecoklatan (merah bata) sampel positif
mengandung boraks
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan pemeriksaan kadar boraks uji kualitatif
No Jenis Sampel Perubahan warna Keterangan

1 Tahu Tidak terjadi perubahan Negatif


warna

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum uji kualitatif (uji menggunakan kertas tumerik),
pertama disiapkan sampel sebanyak 5 gram. Sampel yang digunakan yaitu
tahu. Selanjutnya sampel dicincang dan dihaluskan menggunakan mortar dan
alu agar zat-zat yang terdapat dalam sampel bisa cepat larut atau
mempermudah pelarutan. Kemudian sampel tersebut ditambahkan 25 ml
aquades. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelarutan zat-zat yang terdapat
di dalam sampel. Kemudian dipanaskan pada hotplate. Dipipet 5 ml filtratnya.
Selanjutnya ditambahkan asam klorida (HCl) sebanyak 7 tetes. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kelarutan boraks dan mempermudah
identifikasi, sehingga apabila pada sampel mengandung boraks maka akan
lebih larut. Maka dicelupkan kertas uji sampai terendam sebagain. Kertas uji
tersebut digunakan sebagai indikator untuk menentukan ada atau tidaknya
kandungan boraks pada sampel. Kemudian kertas uji dikering pada suhu ruang,
agar cepat terjadi reaksi perubahan warna. Terakhir adalah dilakukan
pengamatan perubahan warna yang terjadi pada kertas uji. Apabila kertas uji
warnanya berubah menjadi warna merah kecoklatan (merah bata) maka sampel
yang diuji positif mengandung boraks. Hasil yang didapatkan yaitu negatif.
Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi
mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang
terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen.
Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan
secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis
boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam
tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret,
dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai
5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian
akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa pada
penetapan kadar boraks pada sampel tahu diperoleh hasil yaitu negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2010. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi

Bahan Makanan : Jakarta.

Hamdani, 2012. Boraks. Pusat belajar. yogyakarta

Kastyanto, F. W. 2008. Membuat Tahu. Jakarta : Penebaran Swadaya.

Khamid, I.R. 2013. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.

Sarwono, S dan Saragih Y. P. 2009. Membuat Aneka Tahu. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai