Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

Analisis Hormon Tiroksin (T4)

OLEH
KELOMPOK :I (Satu)
Kelas : 17C
Ayu ica Shupala 173145453081
Inesfa Mega Lestari 173145453091
Mayer Muliati Tanggana Loli 173145453098
Sandra Sahril 173145453106
Sunardi Hasan 163145453115
Wini Alimudin 173145453112

PRODI DIII TEKNIK LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2019/2020
A. Judul Percobaan
Pemeriksaan hormone tiroksin (T4)
B. Metode Percobaan
ELFA (Enzim Linked Immunoabsorbant Assay).
C. Waktu/Tempat
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Januari 2020
Waktu : 10:00 – Selesai
Tempat : Laboratorium Patologi Klinik Universitas MegaRezky
Makassar.
D. Prinsip
Kompetitif dengan waktu pemeriksaan 40 menit. Sampel diambil
dan di transfer ke dalam SPR yang mengandung antigen T4 berlabel fosfatase
alkalin (conjugate). Kompetisi terjadi antara antigen sampel dan antigen
berlabel untuk antibodi T3 yang melapisi bagian dalam SPR. Kemudian
ditambahkan substrat 4-methyl umbelliferyl fosfat, enzim akan mengkatalisis
reaksi hidrolisis substrat menjadi 4-methyl-umbelliferon sebagai produk
fluoresen dan di baca pada panjang gelombang 450 nm.
E. Dasar Teori
Kelenjar tiroid (terletak di daerah leher) berfungsi untuk mensintesis
dan mensekresikan hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi tiroksin diatur oleh
TSH dari pituitaria anterior. Kadar tiroksin darah memberikan umpan-balik
negatif (negatif feedback) ke pituitaria dan hipotalamus. Tiroksin adalah
hormon yang tersusun atas asam amino yang mengandung 4 atom iod yang
disebut tetraiodo tironin (T4) dan yang mengandung 3 atom iod disebut
triiodo tironin (T3). Oleh karena itu, sintesis tiroksin memerlukan suplai
iodium dalam diet. Apabila kekurangan iodium dalam diet, maka akan
menyebabkan sintesis dan sekresi tiroksin terganggu sehingga kadar tiroksin
rendah (hipotiroid). Pada kondisi hipotiroid ditandai dengan pembengkakan
kelenjar tiroid yang disebut goiter (gondok). Oleh karena itu, penyakit ini
sering disebut Goiter akibat kekurangan iodium (GAKI). Goiter terjadi karena
hiperaktifitas kelenjar tiroid karena dipacu untuk memenuhi kebutuhan
tiroksin dalam tubuh. Tiroksin berperan merangsang pertumbuhan,
metabolisme pada semua sel khususnya untuk mengubah sumber energi
menjadi energi dan panas dengan cara meningkatkan kecepatan metabolisme
(metabolic rate) dan penggunaan oksigen (Scanlon, 2007).
Kelenjar tiroid terdapat didaerah leher depan berbentuk menyerupai
kupu-kupu. Kelenjar tiroid terdiri atas sel-sel epotel kubus rendah yang
tersusun membentuk kantung-kantung kecil, folikel-folikel yang merupakan
unit structural dan sekresi kelenjar tiroid. Hormon yang mampu dihasilkan
oleh kelenjar tiroid antara lain tiroksin (T4, L-3,5,30,50-Tetraiodothyronine),
Triiodothyronine (T3=L-3,5,30-Triiodothyronine) dan kalsitonini. Baik T4
dan T3 keduanya tersusun oleh 2 residu tirosil yang terikat melalui ikatan eter
dan digantiklan oleh 4 atau 3 residu iodium. Kuantitas terbanyak adalah
hormone T4 sebagai hormone utama.Tetapi T3 merupakan hormon yang aktif
secara biologis dengan potensi metabolik 3 kali T4 dan T4 dianggap sebagai
precursor atau prohormon, yang bila diperlukan akan dipecah di jaringan
untuk membentuk T3.(Aryani, T. dkk. 2018).
Mekanisme regulasi keseimbangan temperatur tubuh oleh tiroksin
adalah sebagai berikut. Pada kondisi suhu tubuh turun (dingin atau
kehilangan panas) akan merangsang neuron hipotalamus membebaskan
neurohormon yang bersifat meningkatkan aktifitas metabolik dan produksi
panas tubuh. Sel syaraf hipotalamus membebaskan hormon yang merangsang
pembebasan TSH dari pituitaria anterior ke dalam sirkulasi darah untuk
merangsang kerja dan fungsi kelenjar tiroid untuk mensintesis dan
mensekresikan hormon tiroksin (T4 atau T3) yang berperan merangsang
metabolisme pada berbagai sel tubuh sehingga dihasilkan panas tubuh.
Neurohormon yang dibebaskan oleh hipotalamus juga mengaktifkan sistem
syaraf simpatis dan kelenjar adrenal sehingga dibebaskan epinefrin yang
menyebabkan pembebasan glukosa dari hati sehingga setelah dimetabolisme
akan menghasilkan panas tubuh. Epinefrin juga menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer sehinga mencegah kehilangan panas lewat kulit.
Mekanisme tersebutmerupakan contoh mekanisme sistem neuroendokrin
(Scanlon, V. 2007).
Tiroksin dilepaskan ketika otak melalui sistem hormonal - hipotalamus
- mengirimkan sebuah perintah (TRH = Thyroid Releasing Hormon, hormon
pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai titik akhir rantai
perintah ini, segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh melalui darah.(Hanifah, S. 2006).
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sebuah sistem yang
terdiri dari dua mekanisme arus balik negatif. Saat jumlah tiroksin dalam
darah naik di atas normal, hormon tiroksin mempengaruhi kelenjar pituitari
dan terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan
kelenjar pituitari terhadap hormon TRH. Fungsi hormon TRH adalah
mengaktifkan kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah (berbentuk
hormon TSH = Thyroid Stimulating Hormon = thyrotropin) ke kelenjar tiroid.
Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai perintah produksi hormon
tiroksin.(Anwar R. 2007).
Saat tiroksin dibutuhkan, hipotalamus mengirimkan perintah ke
kelenjar pituitari (TRH). Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini
memahami bahwa kelenjar tiroid harus diaktifkan. Kelenjar pituitari segera
mengirimkan perintah ke kelenjar tiroid (TSH). Sesuai dengan perintah yang
diterima, kelenjar tiroidsegera menghasilkan tiroksin, dan menyebarkannya
ke seluruh tubuh lewat aliran darah.(Anwar R. 2007).
Pada orang dewasa dikenal ada 4 jenis kelainan/gangguan tiroid.
Pertama dan kedua gangguan fungsi atau keseimbangan homeostasis berupa
kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) dan kelebihan hormon tiroid
(hipertiroid). Ketiga, kelainan berupa pembesaran kelenjar tiroid dan keempat
kelainan hormon tiroid tanpa disertai gangguan klinis (eutiroid). Perlu pula
diperhatikan adanya pengaruh obat-obatan terhadap fungsi tiroid.(Anwar R.
2007).
F. Alat dan Bahan
1. Alat
a) VIDAS
b) Vial
c) Spuit injeksi
d) Tourniquet
e) Kapas alcohol
f) Mikropipet
2. Bahan
a) Serum
b) Reagen kit Reagen VIDAS(MLE Card, reagen strip, SPR, Standart,
kontrol positif dan kontrol negatif).
G. Cara Kerja
1. Pra Analitik
- Persiapan pasien : Tidak ada persiapan khusus
- Persiapan sampel :Sampel darah tanpa antikoagulan didiamkan
selama 15 menit.Sampel dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit.Serum yang didapat tidak boleh lysis.
- Persiapan reagen :Keluarkan reagen dari lemari es, biarkan 30
menit di suhu ruangan. Satu kit reagen VIDAS berisi 60 test atau
30 test. Periksa reagen yang akan digunakan tentang: tanggal
kadaluwarsa dan masa kalibrasi / rekalibrasi. Reagen bisa
digunakan bila kita telah melakukan kalibrasi.
2. Analitik
1) Beri identitas pasien pada reagent strip. Satu reagen strip
membutuhkan satu SPR.
2) Pipet 100 µl sampel pasien masukkan ke dalam reagen strip.
3) Masukkan reagen strip ke dalam “tray reagen strip” dan masukkan
SPR ke lubang SPR tutup.
4) Dari menu “ Entry zone” ketik ID sampel dan jenis pemeriksaan.
5) Tekan “CREATE
6) Tekan nomor lokasi “INDIVIDUAL RESERVATION” sehingga
berubah menjadi merah.
7) Tekan “gambar Vidas 1”, alat secara otomatis mengisi section yang
kosong.
8) Tekan “START” untuk menjalankan.
9) Lamanya pemeriksaan berbeda tergantung jenis pemeriksaan
10) Hasil bisa dicetak atau bisa juga dilihat dari menu “RESULT’’
3. Pasca Analitik
Nilai Rujukan :T4 berkisar 4,5-13 ng/dl.
H. Hasil dan Pembahasan
a. Table hasil pemeriksaan hormone Tiroksin (T4)
Jenis pemeriksaan JK Hasil Nilai Rujukan Ket

T4 P 5 ng/dl 4,5-13 ng/dl. Normal

b. Pembahasan
Pada praktikum ini telah dilakukan pemeriksaan gangguan
endokrin yaitu analisis hormone tiroksin (T4), pada sampel serum.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami cara
pemeriksaan tiroksin (T4) pada sampel serum mennggunakan metode
ELFA (Enzim Linked Immunoabsorbant Assay).Thyroxine (T4)
merupakan hormon yang disintesis dan disimpan dalam kelenjar tiroid.
Proses pemecahan proteolisis Thyroglobulin akan melepaskan T4 ke
dalam aliran darah. Lebih dari 99% T4 terikat pada 3 protein plasma
secarareversibel, yaitu : Thyroxine binding globulin (TBG) 70%,
thyroxine binding pre albumin (TBPA) 20% dan albumin 10%. Sekitar
0,03% T4 yang berada dalam keadaan tidak terikat.
Metode ELFA, merupakan cara pemeriksaan dengan menggunakan
enzim sebagai petanda dan digunakan substrat yang berfluoresensi.
Metode ELFA menggunakan system reagen strip dan solid phase
receptable ( SPR) yang dilapisi antigen atau antibodi berfungsi sebagai
pippeting. Semua langkah dilakukan otomatis oleh alat. Produk fluoresen
yang biasa digunakan adalah 4- Methyl-umbelliferone dan akan dibaca
pada panjang gelombang 450nm
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada
pemeriksaan Thyroxine (T4) yaitu sebesar 5 ng/dl. Hasil yang didapatkan
normal yang mana nilai rujukan untuk Thyroxine (T4) yaitu berkisar 4,5-13
ng/dl.
Kelainan kadar hormon tiroid dapat dijumpai pada keadaan klinis
normal (eutiroid). Penyebabnya adalah keadaan fisiologis normal atau
terganggu atau oleh pengaruh obat-obatan. Keadaan sindrom eutiroid
sakit (sick euthyroid syndrome) tersering diamati pada pasien rawat inap
dengan penyakit bukan tiroid. Sebanyak 13% pasien rawat inap dengan
penyakit akut mungkin menunjukkan nilai hormon tiroid tidak normal.
Pada kebanyakan pasien kelainan bersifat sementara dan akan kembali
normal setelah pulih dari penyakit akut. Sebagai respon akut, terjadi
penurunan hormon tiroid terutama T3 karena hambatan proses
deyodinasi T4 menjadi T3. Hal ini merupakan respon fisiologis untuk
menurunkan penggunaan kalori dan katabolisme protein, yang
menguntungkan terutama pada pasien dengan status gizi kurang baik.
Beberapa obat dapat mempersulit penilaian status tiroid, baik pada
diagnosis awal maupun pada pemantauan. Mekanisme kerjanya dapat
mempengaruhi sekresi TSH, bioavailabilitas obat levothyroxine oral,
protein pengikat hormon tiroid (TBG), dan metabolisme T3 dan T4.
Contoh :dopamine dan glukokortikoid mengurangi sekresi TSH, lithium
dan sediaan yodida menurunkan fT4, amiodarone mungkin
meningkatkan atau menekan fT4, estrogen dan androgen mempengaruhi
TBG tapi tidak mempengaruhi fT4 atau fT3.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan
gangguan endokrin Thyroxine (T4) pada sampel serum dapat disimpukan
bahwa nilai asorbansi yang didapatkan sebesar 5 ng/dl, dari hasil ini
menunjukan bahwa kadar Thyroxine (T4)pada probandus berada pada kadar
normal, yang dengan nilai rujukan berkisar 4,5-13 ng/dl.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani,T. dkk. 2018. Modul Pemeriksaan Laboratorium Endokrin Blok X
Endokrin Kode Modul Tlm Tlm 5102 Semester 6 Cetakan I Revisi
Ke-0. Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Jenjang
Diploma 4Fakultas Ilmu Kesehatan.

Anwar R. 2007, Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid, Sub Bagian Fertilisasi dan
Endokrinologi Universitas Padjajaran, Bandung, hal 1-65.
Hanifah, S. 2006. Diktat Farmakoterapi Endoktrin & Hormon. FMIPA UII. UII

Scanlon, V. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai