Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RINI

NIM : 173145453105

KELAS : 17 C

TUGAS : KEWIRAUSAHAAN

Rudi Salim baru berumur 23 tahun. Tetapi, bisnis yang ditekuninya mempunyai
omzet lebih dari 1,3 M dalam sebulannya. Dia juga bos dari PT Excel Trade
Indonesia.
Tahap Awal Bisnis
Rudy mulai terjun berbisnis pada tahun 2009 saat masih berusia 19 tahun.
Waktu itu ia berbisnis pembiayaan berbasis online, khususnya bisnis game online.
Memasuki 2013, ia baru menghasilkan profit dari usahanya itu. Kemudian,
profitnya itu ia salurkan untuk modal bisnis mobil mewah. “Awalnya saya impor
tiga mobil, yakni Mercedes-Benz SL350, Mercedes-Benz CLS 350, dan Porsche
Cayenne,” ujarnya.
Sebelum mengimpor mobil mewah, Rudy sudah mempelajari cara
mengimpor mobil: peraturannya, Pemberitahuan Impor Barang (PIB), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PpnBM), dll. Ia
mengaku terjun berbisnis mobil karena passion-nya memang di dunia otomotif.
“Awalnya dari hobi dan melihat adanya peluang. Saya melihat ada segmen pasar
yang belum digarap oleh beberapa dealer. Akhirnya, saya masuk ke segmen
tersebut,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai membuka gerai di mal pada 2014.
Melalui bendara Prestige Image Motorcars, ia membuat gerai di Lotte Shopping
Avenue, Kuningan, Jakarta. Namun, itu hanya bertahan satu tahun karena
sewanya di mal papan atas tersebut. “Jadi setelah itu, kami kembali lagi ke Pluit,
Jakarta, karena kami sudah ada di Pluit sejak 2013,” ucapnya.
Ia menginformasikan, ruang pajang di Pluit biasanya ada 27 stok unit mobil
yang setiap bulan keluar-masuk. Nah, saat Rudy diwawancara majalah SWA di
ruang pajang Pluit, ada 12 mobil. Sekitar 15 unit lagi ada di Neo Soho yang
sedang berpameran (selama sebulan) dan ada juga yang di ruang pajang rekanan
lain. Ia menjelaskan, di bisnis mobil, antarpemain saling bermitra sehingga sering
bertukar stok mobil yang akan dijual.
Mengenai bentuk kerjasama dengan prinsipal, menurut Rudy, semua harus
beli putus. Jadi, semua mobil yang ada di ruang pajang miliknya harus sudah
dilunasi karena kalau tidak dibayar lunas, mobil tidak akan dirilis oleh pabrik.
Sistem pembelian ke prinsipal pun sifatnya inden. Seperti telah disinggung di atas,
seiring naiknya PPh impor dan dolar AS, harga jual mobil juga meningkat
sehingga margin keuntungan Rudy pun menipis.
Misalnya, Rudy membeli dari prinsipal satu mobil Rp 10 miliar dan ia ambil
margin 5 persen. Sementara kenaikan dolar AS sebesar 7 persen. “Ini membuat
kami saat menjual satu mobil menjadi rugi 2 persen, setiap jualan malah semakin
rugi. Sedangkan jika impor mobil, prosesnya enam bulan, saat dolar AS berada di
angka Rp 14 ribu dan kemudian naik menjadi Rp 15 ribu, dalam enam bulan saat
proses pengiriman naiknya 7 persen. Jadi kalau kami ambil untung 5 persen,
sementara dalam enam bulan nilai dolar AS berubah. Itu yang menjadi tantangan
untuk kami,” kata lulusan SMA ini.
Bicara strategi pemasarannya, Rudy lebih banyak mengandalkan komunitas
atau klub otomotif. Seperti saat ini, pihaknya bermitra dengan Lamborghini Club
Indonesia dan klub-klub mobil independen lainnya dengan mensponsori acara-
acara yang mereka buat. “Nah, dari acara itu bisa terjadi penjualan. Jadi, 70 persen
penjualan dari komunitas, 30 persen lainnya dari walk in atau mencari lewat iklan,
dsb. Strategi pemasarannya menyasar komunitas resmi maupun independen,
kemudian ada juga komunitas yang kami buat dari awal,” ungkapnya. Komunitas
lain yang digandengnya antara lain Ferrari Owners' Club Indonesia, Porsche Club
Indonesia, dan Bentley Drivers Club Indonesia. Di luar itu, ada klub-klub
independen seperti Gas Car.
Sebulan bisa menjual berapa mobil? “Tidak tentu. Ketika peraturan
pemerintah mengeluarkan peraturan tentang PpnBM, penjualan bisa hampir nol.
Masa kejayaan kami terjadi pada 2014; kami bisa menjual 19 unit sebulan. Tapi
sekarang, setahun tidak sampai segitu,” ucapnya blak-blakan. Diakuinya, pada
2014 kondisi perekonomian masih bagus, dolar AS masih di bawah Rp 10 ribu.
Kemudian pada pertengahan 2014, kurs dolar AS naik menjadi Rp 10 ribu dan
dunia otomotif mulai heboh dengan kenaikan ini. Kemudian, ditambah lagi
dengan kenaikan PpnBM yang membuat harganya semakin melonjak.
Penipuan yang Terjadi dalam Bisnisnya
Bisnis Rudi awalnya memang tak mulus. Dia bahkan sering ditipu orang.
Hal ini dikarenakan minimnya pengalaman. Awalnya, survei yang dia lakukan
hanya via telepon berdasar aplikasi serta data yang dikirimkan via email kepada
calon debitor. Permintaan pembiayaan kredit barang memang naik, tetapi
permintaan kredit penipuan juga naik. Rudi kemudian memperbaiki sistem
perusahaannya. Dia merekrut beberapa orang sebagai “petugas survei”. Jadi
setelah barangnya ada, klien diharuskan menandatangani perjanjian dan dia juga
difoto bersama barangnya.
Setelah perbaikan sistem ini, Rudi jarang terkena penipuan lagi. Bahkan
nama perusahaannya pun melejit karena banyak pelanggan yang puas akan
pelayanannya. Rudi juga tidak harus mengeluarkan biaya promosi karena
publikasi perusahaannya menyebar di forum diskusi online serta dari mulut ke
mulut. Setelah itu dia mengembangkan bisnisnya dengan merekrut beberapa
survevor dan membuka cabang di luar Jabotabek. Survevornya itu adalah
beberapa moderator dari Kaskus. Menurutnya, para moderator memiliki resiko
kecil untuk bermasalah karena para moderator itu juga menjaga reputasinya di
dunia maya. Hal ini dikarenakan para moderator itu sendiri juga berjualan di
forum-forum.
Sekarang ini Rudi mengembangkan bisnisnya, yakni membiayai permintaan
kredit dari para debitor yang belum 17 tahun dengan jaminan orang tua. Rudi juga
menyatakan bahwa 85 persen dari permintaan kredit adalah untuk pembelian
BlackBerry dan HP. Selain itu, Rudi juga menyatakan bahwa dirinya saat ini
sedang bersiap untuk ekspansi ke bidang bisnis lain.

Anda mungkin juga menyukai