Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUN IMUN-SEROLOGI I

PEMERIKSAAN DEMAM BERDARAH DENGAN


MENGGUNAKAN RAPID TEST DENGUE NS1

OLEH
NAMA : MAYER MULIATI T.LOLI
NIM : 17 3145 453 098
KELAS : 17C
KELOMPOK : IV (EMPAT)

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
A. Judul Percobaan
Pemeriksaan dengue dengan menggunakan rapid test dengue NS1.
B. Tujuan
Untuk mengetahui adanya virus dengue dalam tubuh pasien dengan
menggunakan rapid test NS1..
C. Prinsip
Ketika serum atau plasma/wholeblood pasien yang mengandung Dengue
NS1 Ag diteteskan pada lubang sampel, dengue NS1 Ag sebagai antigen akan
bereaksi dengan anti-dengue NS1 Ag yang dilapisi pada strip sebagai
antibodi membentuk kompleks antigen – antibodi yang akan bergerak di
sepanjang membran secara kromatografi menuju daerah T yang dilapisi oleh
antibodi spesifik terhadap virus dengue membentuk kompleks antibodi –
antigen – antibodi yang akan menghasilkan garis pada strip.
D. metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu metode
Imunokromatografi.
E. Dasar Teori
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan disebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia
tenggara, Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah
manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2,
Den3 dan Den-4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus yang terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia (Kusriastuti R, 2010).
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada
saat menggigit dan menghisap darah.9 Setelah masuk ke dalam tubuh
manusia, virus de-ngue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar,
endotel pembuluh darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru.
Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai
peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus
ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen perantara
dan komponen struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus
dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif
terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap
serotipe virus lainnya. Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue
mempunyai 4 fungsi biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen,
antibody dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE.Berdasarkan
perannya, terdiri dari antobodi netralisasi atau neutralizing antibody yang
memiliki serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody
non netralising serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat
meningkatkan infeksi yang berperan dalam pathogenesis DBD dan DSS.
(Candra, 2010)
Gejala DBD ini ditandai dengan munculnya demam akut selama 2 - 7
hari disertai nyeri kepala, sakit pada sendi (myalgia) dan otot (athralgia) serta
ruam kulit. Ruam pada DBD mempunyai ciri-ciri merah terang dan muncul
pertama kali pada tubuh bagian bawah dan selanjutnya menyebar hampir
diseluruh tubuh. Selain itu, gejala demam berdarah dengue dapat berupa
leucopenia (penurunan jumlah leukosit), trombositopenia (penurunan jumlah
trombosit), dan hemokonsentrasi (peningkatan kadar hematokrit), atau
penumpukan cairan dirongga tubuh.(Faldy,2015)
Agen penyebab DBD yaitu virus dengue merupakan virus RNA untai
tunggal, genus flavivirus, yang terdiri dari empat serotipe yaitu D1, D2, D3
dan D4.2 Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan
bahwa serotipe virus DEN-3 yang paling sering menimbulkan wabah.
Struktur antigen dari keempat serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain,
namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat memberikan
perlindungan silang (Suhendro, 2009).
Virus dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, yang
terdiri dari empat serotipe yaitu D1, D2, D3 dan D4. Virus dengue juga dapat
menginfeksi leukosit, jantung, ginjal, lambung, bahkan menembus sawar
darah otak. Peningkatan aktivasi kekebalan, khususnya selama infeksi
sekunder, menyebabkan respon sitokin menjadi berlebihan sehingga terjadi
perubahan permeabilitas vaskular. Selain itu, produk virus seperti NS1 juga
memainkan peran dalam mengatur aktivasi komplemen dan permeabilitas
vascular (Paranavitane, 2014).
Sampai saat ini identifikasi virus dengue umumnya dicapai dengan teknik
imunofluoresens yang menggunakan serotipe spesifik monoklonal antibodi
anti dengue di kepala nyamuk yang hancur atau sel yang terinfeksi. Aliran
cytometry baru-baru ini dilaporkan sebagai metode yang berguna untuk
identifikasi virus dengue 1 (DEN-1), dan memungkinkan virus untuk
diidentifikasi 10 jam lebih awal daripada dengan uji imunofluoresens, dengan
menggunakan antibodi monoklonal anti-nonstruktural glikoprotein (NS1).
.(Wowor,2011)
Produk gen NS1 merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh semua
flavivirus dan penting untuk replikasi dan viabilitas virus. Selama replikasi
virus, NS1 terlokalisir dalam organel sel. Protein NS1 disekresikan oleh sel
mamalia, tetapi tidak oleh sel-sel serangga. Bentuk protein sekresi berupa
heksamer, yang terdiri dari subunit dimer. Glikosilasi protein ini diyakini
penting untuk sekresi. Antigen NS1 muncul awal pada hari pertama setelah
serangan demam dan menurun ke tingkat tidak terdeteksi setelah 5-6 hari.
Protein NS1 merupakan antigen yang memperbaiki dan saling melengkapi,
serta juga menghasilkan respon humoral yang sangat kuat. Penelitian telah
banyak didedikasikan untuk kegunaan NS1 sebagai alat diagnosis infeksi
virus dengue, karena disekresikannya protein ini.7,8 Dalam enam tahun
terakhir terdapat beberapa studi yang menyikapi penggunaan antigen NS1 dan
antibodi anti-NS1 sebagai alat untuk diagnosis demam berdarah. Tes antigen-
capture ELISA telah dilakukan dengan sensitivitas berkisar antara 4 sampai 1
ng/mL. Penelitian-penelitian ini mengidentifikasikan hubungan antara
keparahan penyakit dan jumlah antigen NS1 dalam serum, namun penelitian
lain tidak menemukan hubungan ini dan pada kenyataannya tidak bisa
membedakan antara infeksi dan sekunder.(Wowor,2011)
F. Alat Dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan yaitu rapid test dengue NS1, tabung vakum,
pipet tetes, centrifuge, spoit dan tourniquet.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu serum, alcohol swab dan plester.
G. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan palpasi pada daerah lengan yang akan diambil darah venanya
dan dipasangkan tourniquet dengan jarak sekitar 3-4 jari diatas lipatan
siku.
3. Didesinfeksi daerah lengan yang akan diambil darah venanya dan minta
pasien untuk mengepalkan tangannya.
4. Dilakuan pengambilan darah vena menggunakan spoit (apabila darah telah
masuk kedalam spoit minta pasien untuk melepaskan kepalan tangan dan
buka segera tourniquet yang dipasang).
5. Dipindahkan darah yang berada pada spoit kedalam tabung vacum tutup
berwarna merah kemudian dicentrifuge darah yang berada pada tabung
vacum dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
6. Dipipet sampel serum/plasma/wholeblood menggunakan pipet dissposible
kemudian diteteskan sebanyak 3 tetes (± 100 μL) ke dalam lubang sampel.
7. Diamati hasil tes diinterpretasikan dalam selang waktu 15–20 menit
setelah sampel serum/plasma/wholeblood ditambahkan. Jika hasil positif
terdapat 2 garis bewarna merah pada daerah control dan test, jika hasil
negatif hanya terbentuk satu garis bewarna merah pada daerah control, dan
invalid tidak terbentuk garis warna.
H. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Pemeriksaan DBD menggunakan rapid test NS1
No Identitas Hasil Keterangan
Pasien pemeriksaan
1. Ny. M Negatif (-) pada Ditandai dengan terbentuk 1 garis
sampel serum berwarna merah pada daerah
control

I. Pembahasan
Pada peraktikum ini dilakukan pemeriksaan dengue menggunakan serum
yang bertujuan untuk mengetahui adanya virus dengue didalam tubuh pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat rapid test yang ditetesi serum
atau plasma pada sumuran strip RDT. Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu
ketika serum atau plasma/wholeblood pasien yang mengandung Dengue NS1
Ag diteteskan pada lubang sampel, dengue NS1 Ag sebagai antigen akan
bereaksi dengan anti-dengue NS1 Ag yang dilapisi pada strip sebagai
antibodi membentuk kompleks antigen – antibodi yang akan bergerak di
sepanjang membran secara kromatografi menuju daerah T yang dilapisi oleh
antibodi spesifik terhadap virus dengue membentuk kompleks antibodi –
antigen – antibodi yang akan menghasilkan garis pada strip.

Berdasarkan hasil praktikum sampel serum pasien Ny. M didapatkan


hasil negative karena hanya terbentuk 1 garis berwarna merah pada daerah
control. masing-masing.Menurut Mackenzie, antigen NS1 merupakan glikoprotein
tersekresi 48 kDa yang tidak terdapat pada partikel virus yang terinfeksi namun
terakumulasi di dalam supernatan dan membran plasma sel selama proses infeksi.
Protein NS1 merupakan gen esensial di dalam sel yang terinfeksi dimana fungsinya
sebagai ko-faktor untuk replikasi virus, yang terdapat bersama di dalam bentuk
replikasi RNA double-stranded. Immune recognition dari permukaan sel NS1 pada
sel endotel dihipotesiskan berperan dalam mekanisme perembesan plasma yang
terjadi selama infeksi virus dengue yang berat. Sampai saat ini, bagaimana NS1
berhubungan dengan membran plasma, yang tidak berisi motif sekuens
membranespanning masih belum jelas. Protein NS1 terikat secara langsung pada
permukaan berbagai tipe sel epitel dan sel mesensim, juga menempel secara kurang
lekat pada berbagai sel darah tepi. Lebih lanjut, NS1 juga terikat pada biakan sel
endotel mikrovaskuler manusia lebih baik daripada sel endotel aorta atau umbilical
cord. Spesifisitas ikatan ini sudah dibuktikan terdapat pada ikatan NS1 pada endotel
paru dan hati, namun tidak pada usus atau otak tikus.

Menurut Dussart, protein NS1 merupakan glikoprotein yang highly conserved


tampaknya merupakan regio penting dalam viabilitas virus namun tidak memiliki
aktivitas biologis. Tidak seperti glikoprotein virus yang lain, NS1 diproduksi baik
dalam bentuk yang berhubungan dengan membran maupun dalam bentuk yang
disekresikan. Alcon, mengemukakan bahwa antigen NS1 terdapat baik pada infeksi
primer maupun sekunder dan dapat dideteksi dalam sembilan hari pertama demam,
baik pada serotip DEN-1 (terbanyak), DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Kumarasamy, meneliti sensitivitas dan spesifisitas NS1 pada 554 donor sehat
dan 297 pasien terinfeksi virus dengue, dimana 157 pasien dengan PCR positif
diperiksa juga IgM dan IgG antidengue. Ia mendapatkan spesifisitas 100% dan
sensitivitas 91,0 % dari 157 sampel tersebut dengan perbedaan yang tidak bermakna
untuk ke empat serotip. Blacksell, 3 meneliti NS1 dan mendapatkan sensitivitas NS1
63% dan spesifisitas 100% dengan memperhatikan adanya perbedaan sekresi yang
bervariasi antar serotipe. Kit komersial untuk mendeteksi antigen NS1 dalam sampel
serum telah tersedia. Pengujian ini tidak membedakan antar serotipe.

Antigen NS1 muncul di awal infeksi dan sebelum munculnya antibodi. Tes
tersebut berguna untuk deteksi dini kasus dan untuk investigasi wabah. Evaluasi dari
pemeriksaan-pemeriksaan ini seharusnya dilakukan untuk menilai kegunaan dan
efektivitas biaya.Terdapat dua macam kit pemeriksaan antigen NS1 di Indonesia,
yaitu dari Panbio dan BioRad, keduanya memakai prinsip metode ELISA. Saat ini
juga sudah terdapat reagen NS1 dalam bentuk rapid test yang menggunakan metode
Immuno chromatography (ICT).
Dengan dikemukakannya berbagi pemeriksaan laboratorium yang
tersedia serta keunggulan masing-masing, maka pemilihan jenis pemeriksaan
harus didasarkan atas pemahaman imunopatogenesis yang cermat dan fase
penyakit penderita.

J. Kesimpulan
berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel serum
yang digunakan dalam pemeriksaan demam dengue menggunakan rapid test
NS1 mendapatkan hasil negatif, yang ditandai dengan terbentuknya 1 garis
bewarna merah pada daerah control strip dengue RDT.
K. Saran

Disarankan sebelum memulai praktikum ini harus menggunakan Alat


Pelindung Diri lengkap, memahami dan mengikuti prosedur kerja yang
diterapkan serta memperhatikan kesterilan alat dan tanggal ekspayer dari bahan
dan yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, A. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor


Risiko Penularan. Aspirator. 2010; Vol. 2 No. 2: 110-119.
Faldy, R., Kaunang, W. P. J., & Pandelaki, A. J. (2015). Pemetaan kasus demam
berdarah dengue di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik, 3(2), 73– 81
Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.
Jakarta: Depkes R.I; 2010.
Paranavitane SA, Laksiri G, Achala K, Thiruni NA, Nilanka W, Chandima J, et al.
2014. Dengue NS1 antigen as a marker of severe clinical disease. BMC
Infectious Diseases. 14:570.
Wowor F. Mayer. Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue Dengan Pemeriksaan Antigen
Ns1. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 1-9

Anda mungkin juga menyukai