Praktikum ke : ke-9
Alat :
1. Slide hitam
2. Batang pengaduk
3. Clinipiette
4. Yellow tip
5. Rotator
6. Tissue
7. Tempat sampah
8. . Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
Bahan : Serum
- NaCl
Landasan Teori :
Autoimun adalah suatu respon imun atau sistem kekebalan yang terbentuk
sebagai kesalahan dalam mengidentifikasi benda asing. Sel, jaringan atau organ tubuh
manusia akan dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak melalui perantaraan
antibodi. Penyakit autoimmun tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh
dalam melawan suatu penyakit, tetapi dapat menimbulkan kerusakan tubuh akibat
kekebalan yang terbentuk (Purwaningsih, E., 2013). Rheumatoid Arthritis (RA)
merupakan salah satu penyakit autoimun yang paling umum di masyarakat, berupa
inflamasi arthritis pada pasien dewasa.
Rheumatoid factor adalah immunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG
yang ditunjukan untuk mendiagnosa dan memantau reumatoid artritis. Sekitar 80-85%
penderita reumatoid artritis mempunyai antibodi yang dikenal dengan Rheumatoid
Faktor dalam serumnya dan menunjukan RF positif (Harti, 2012).
Rheumatoid Factor akan mengaktifkan komplemen yang kemudian akan
memicu kemotaksis, fagositosis dan pelepasan sitokin oleh mononuclear. Sitokin yang
dilepaskan merupakan sitokin proinflamasi yang merupakan penyebab terjadinya
inflamasi pada reumatoid artritis. Makrofag kemudian akan melepaskan prostatglandin
dan sitokin yang akan memperparah inflamasi. Protein vasoaktif seperti histamin dan
kinin juga dilepaskan yang menyebabkan edema, nyeri, dan terasa panas. (Zarina,
2016). Pencentus penyakit autoimun menurut para peneliti yaitu faktor lingkungan
(environment factor), faktor genetik dan fakor imunitas. Biasanya penyakit autoimun
diturunkan dari ibu ke anak, meskipun jenisnya tidak selalu sama (Waluyo, 2014).
Penyakit autoimun lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan dengan pria.
Faktor psikis berperan dalam timbulnya penyakit autoimun dan sebaliknya penyakit
autoimun sendiri menimbulkan stress (Marisza Cardoba Foundation, 2017).
Karena penderita juga mengandung IgG dalam serum, maka RF temasuk
autoantibodi. Faktor penyebab timbulnya RF ini belum diketahui pasti, walaupun
aktivitas komplemen akibat asanya interaksi RF dengan IgG memegang peranan yang
penting pada rematik artritis (rheumatoid anhritis. RA) dan penyakit-penyakit lain
dengan RF positif. Sebagian besar RF adalah IgM. tetapi dapat juga berupa IgG atau
IgA. Rf positif ditemukan pada 80% penderiti rematik artritis. Kadar RF yang sangat
tinggi menandakan pragnosis yang buruk dengan kelainan sendi yang berat dan
kemungkinan komplikasi sistemik. RF sering dijumpai pada penyakit autoimun lain,
seperti LE, scleroderma, dermatomiositis, tetapi kadarnya biasanya lebih rendah
dibandingkan kadar RF pada rematik artritis. Kadar RF yang rendah juga dijumpai pada
penyakit non-imunologis dan orang tua (di atas 65 tahun). Uji RF tidak digunakan untuk
pemantauan pengobatan. karena hasil tes sering dijumpai tetap positif, walaupun telati
tndi pemulihan klinis. Sclain itu, diperlukan waktu sekitar 6 bulan umuk pemingkaton
titer yang signifikan Untuk dingnosis dan evaluasi RA sering digunakam tes CRP dan
ANA Uji RF untuk serum penderita diperiksa dengan menggunakan métode latex
aglutinasi atau nephelometry
Nilai Rujukan :
Dewasa : penyakit inflanusi kronis: 1/20-1/80 positif untuk keadaan
rheumatoid arthritis dan penyakit lain> 1/80 positif untuk theunutoid anhritis.
Anak : biasanya tidak dilakukan
Lansia : sedikit menungkat
CARA KERJA :
Interpretasi Hasil
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan dari vidio yang saya tonton pada Pemeriksaan
RE (RHEUMATOID FACTOR) dengan metode aglutinasi uji kualitatif digunakan
sampel serum diperoleh hasil positif ditandai dengan terjadinya aglutinasi pada sampel.
Untuk itu pemeriksaan dilanjutkan dengan uji kuantitatif RF setalah dilakukan, semua
tabung dinyatakan positif dengan hasil positif 64 UI/ml pada pengenceran 1:16.
Dokumentasi :
Kesimpulan :
Daftar Pustaka :