OLEH :
DIV ANALIS KESEHATAN
KELOMPOK B1
SEMESTER IV
1. Aeni Halawiya
2. Ahmad Busyairi Asgar
3. Buana Putri Ayu
4. Esti Amelia Utari
5. Ikrimatul Ismi
6. Intan Permata Sari
7. Isnani Astaning Haq
8. Kurratun Israni
9. Lalu Nugraha Saputra
10. Maulia Hardian Hayati
11. Ni Kadek Ayu Sawitri
12. Nurfemi Setiawati
ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan
lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan
lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol
warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan
mengambil warna biru dari methylen blue.
III.
LANDASAN TEORI
Mycobacterium adalah genus dari Actinobacteria. Genus ini mencakup bakteribakteri patogen yang diketahui menyebabkan penyakit serius pada mamalia, termasuk
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) dan kusta (Mycobacterium leprae).(Jawets,
Melnick, Adleberg : 2005)
Dalam jaringan, Mycobacterium berbentuk batang lurus, tipis dengan morfologi
yang beragam antara satu spesies dengan spesies yang lain. Mycobacterium tidak dapat
diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau negatif tetapi merupakan Bakteri
Tahan Asam karena warnanya tidak luntur oleh alkohol asam. (Jawets, Melnick,
Adleberg : 2005)
Mycobacterium adalah bakteri aerob obligat. Meningkatnya kadar CO2
meningkatkan pertumbuhannya. Meski demikian, tingkat pertumbuhannya lebih
lambat dibandingkan kebanyakan bakteri. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebuh
cepat dibandingkan bentuk patogen. (Jawets, Melnick, Adleberg : 2005). Pertumbuhan
dari Mycobacterium tuberculosis (patogen) relatif lambat, yaitu waktu generasi dan
waktu kemunculan koloninya sekitar 2 sampai 6 minggu. Sedangkan Mycobacterium
saprofit dapat tumbuh pada waktu 10 hari.
Mycobacteria kaya akan lipid, yaitu asam mycolat, lilin, dan fosfatida. Sebagian
besar lipid terikat dengan protein dan polisakarida. Sampai batas tertentu, lipid
melindungi dinding sel mycobacteria sehingga tahan terhadap asam. Protein dalam
dinding sel mycobacteria menimbulkan pembentukan berbagai antibodi sedangkan
polisakarida berfungsi sebagai antigen dalam reaksi dengan serum orang yang
terinfeksi. (Jawets, Melnick, Adleberg : 2005)
Mycobacterium cenderung lebih tahan terhadap bahan kimia dari bakteri lain
karena sifat hidrofobik permukaan sel. Asam dan basa memungkinkan kelangsungan
hidup beberapa basil tuberkulosis dan digunakan untuk membantu menghilangkan
kontaminan. Selain itu, basil tuberkulosis tahan terhadap pengeringan sehingga
bertahan untuk yang lama dalam dahak kering. (Jawets, Melnick, Adleberg : 2005)
IV.
Bahan:
1. Telur bebek
2. Sampel sputum
3. Aquadest
4. Pasir
5. Oil imersi
Reagen:
1. PZ
2. NaOH 4%
3. Gliserol
4. Alkohol 70%
5. Cat ZN A (Carbol Fuchsin)
6. Cat ZN B (asam alkohol)
7. Cat ZN C (methylen blue 0,3%)
Media:
Media Lowenstein Jensen
Asparagine
3,60 g
Monopotasium phosphate
2,50 g
Magnesium citrate
0,50 g
Magnesium sulfate
0,24 g
Potato flour
30,00 g
Malasit green
0,40 g
Egg (fresh,whole)
1000,00 ml
Glyserol
12,00 g
Aquadest
600,0 ml
V. SKEMA KERJA
SAMPEL
SPUTUM
CAT Ziehl
Neelson
KONSENTRASIK
AN
CAT Ziehl
Neelson
(+)
(-)
DITANAM DI
MEDIA L J
STOP
KOLONI
TUMBUH < 10
HARI
KOLONI
TUMBUH > 10
HARI
Mycobacterium
non patogen
Mycobacterium
patogen
CAT Ziehl
Neelson
KESIMPULAN
VI.
CARA KERJA
Pembuatan Media Lowenstein Jensen
Preparasi Telur:
1. Dicuci 2 buah telur bebek hingga bersih.
2. Direndam telur dalam alkohol 70 % selama 15 menit kemudian dikeringkan.
3. Dimasukkan pecahan kaca yang sudah disterilisasi ke dalam erlenmeyer.
4. Dimasukkan dengan hati-hati kuning telur dan putih telur ke dalam erlenmeyer
yang berisi pecahan kaca.
5. Digoyangkan atau homogenkan putih telur dan kuning telur secara perlahan.
Dijaga jangan sampai terjadi gelembung.
tekanan 1 atm.
8. Ditambahkan telur bebek yang telah dipreparasi sebanyak 50 ml ke dalam
media LJ (setelah media bersuhu 500C). Dilakukan secara aseptik.
9. Dikocok hingga homogen dengan hati-hati dan dijaga agar tidak terbentuk
gelembung.
10. Dipanaskan mulut erlenmeyer lalu dituangkan media tersebut ke dalam tabung
bertutup kapas sebanyak 5 ml. Dilakukan secara aseptik.
11. Dilakukan tindalisasi pada suhu 85C selama 60 menit dengan kemiringan
30. Tindalisasi dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada oven.
Hari Pertama
A. Pembuatan Sediaan Sputum
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimbil objek gelas yang bersih dan dibebaskan dari lemak dengan cara
memanaskan di atas nyala api.
3. Diambil sampel sputum dengan menggunakan lidi yang telah di pipihkan
bagian ujungnya, kemudian diletakkan pada kaca sediaan.
4. Diratakan sputum dengan cara membuat pola spiral yang kecil-kecil dengan
ukuran diameter 2-3 cm.
5. Dikeringkan sediaan pada suhu kamar (jangan dikeringkan di atas nyala
api).
6. Setelah benar-benar kering, sediaan difiksasi diatas nyala api sebanyak 3x
selama 3-5 detik.
7. Sediaan siap diwarnai.
B. Pewarnaan Sediaan Sputum Metode Ziehl Neelson
1. Dibuat sediaan sputum diatas objek glass dengan ukuran 3x2cm.
2. Diletakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap ke
atas.
3. Dituangkan cat ZN A (Carbol Fuchsin) sampai menutupi seluruh permukaan
sediaan
4. Dipanaskan sediaan secara hati-hati dengan melewatkan nyala api pada
bagian bawah kaca sediaan selama 3 menit (sampai keluar uap) dan jangan
sampai mendidih. Sediaan dibiarkan hingga dingin selama 5 menit.
5. Dicuci sediaan dengan air mengalir.
pewarnaan
Ziehl
Neelson
dari
sampel
yang
sudah
dikonsentrasikan:
1. Diambil sampel yang telah dikonsentrasikan dengan menggunakan lidi yang
telah dipipihkan bagian ujungnya kemudian diletakkan diatas objek glass
yang bersih dan bebas dari lemak.
2. Sediaan dibuat menyerupai bentuk spiral yang kecil-kecil dengan ukuran
diameter 2-3 cm, kemudian ditunggu kering dan difiksasi di atas nyala api.
3. Diletakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap ke atas
4. Dituangkan cat ZN A (Carbol Fuchsin) sampai menutupi seluruh permukaan
sediaan
5. Dipanaskan sediaan secara hati-hati dengan melewatkan nyala api pada
bagian bawah kaca sediaan selama 3 menit (sampai keluar uap) dan jangan
sampai mendidih. Sediaan dibiarkan hingga dingin selama 5 menit.
6. Dicuci sediaan dengan air mengalir.
7. Dituangkan ZN B (asam alkohol) di atas sediaan sampai warna merah dari
fuchsin hilang.
8. Dicuci sediaan dengan air mengalir.
9. Dituangkan larutan ZN C (methylen blue 0,3%) diatas sediaan dan dibiarkan
selama 10-20 detik.
10. Dicuci sediaan dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu kamar.
11. Diamati sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x
dengan oil imersi
VII.
INTERPRETASI HASIL
A. Pembacaan sediaan BTA
Berikut interpretasi hasil berdasarkan skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Diseases).
1. Negatif ()
: Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang.
2. Positif (+)
: Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang (ditulis
sesuai jumlah kuman yang ditemukan).
3. Positif (+1)
: Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang.
4. Positif (+2)
: Ditemukan 1-9 BTA pada 1 lapang pandang.
5. Positif (+3)
: Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang.
B. Media Lowenstein Jensen
Didapatkan pertumbuhan koloni dengan ciri-ciri koloni berwarna krem,
permukaannya tidak rata atau berdungkul-dungkul seperti bunga kol kering.
Berikut interpretasi hasil berdasarkan jumlah koloni :
1. Negatif (): Tidak ditemukan koloni pada media.
2. Positif (+) : Ditemukan 1-19 koloni pada media (ditulis sesuai jumlah
3.
4.
5.
6.
koloni).
Positif (+1): Ditemukan 20-100 koloni pada media.
Positif (+2): Ditemukan 100-200 koloni pada media.
Positif (+3): Ditemukan 200-500 koloni pada media.
Positif (+4): Ditemukan >500 koloni pada media.
Pertumbuhan koloni < 10 hari : Mycobacterium tuberculosis
nonpathogen.
Pertumbuhan koloni > 10 hari : Mycobacterium tuberculosis pathogen.
Koloni positif
: Menyerupai kembang kol berwarna krem.
Koloni negative : Tidak terdapat koloni menyerupai kembang kol
berwarna krem
VIII. HASIL
1. Pembuatan Preparat Mycobacterium tuberculosis
N
GAMBAR
O
1.
SYARAT
Preparat
dibuat
dengan
GAMBAR
KETERANGAN
Bernilai
positif
dengan ditemukannya
> 10 BTA dalam 100
LP.
banyak
Ditemukan
BTA
pada
masing-masing LP.
Tanda
panah
di
samping
menunjukkan
tuberculosis.
M.
GAMBAR
KETERANGAN
3 Hari Pertama
Terdapat
pertumbuhan
Berdasarkan hasil pewarnaan Ziehl Neelson pada koloni yang tumbuh lebih dari 10
hari pada media Lowenstein Jensen tidak ditemukan adanya BTA.
GAMBAR
KETERANGAN
Hasil negatif (-) tidak ditemukan adanya BTA
dalam 100 lapangan pandang.
IX.
PEMBAHASAN
Mycobacterium
tuberculosis
adalah
kelompok
bakteri
di
dalam
family
diinkubasi pada suhu 37o C, dan dilakukan pengamatan pada setiap tiga hari. Karena untuk
Mycobacterium Tuberculosis patogen akan tumbuh pada hari ke 12-28 . Sedangkan pada
strain non patogen akan tumbuh pada 3 hari pertama.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, bakteri tumbuh pada hari ketiga
pertama, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan Ziehl Neelson selanjutnya diamati di
bawah mikroskop perbesaran 100x lensa objektif dengan oil imersi. Setelah diamati di
bawah mikroskop didapatkan hasil negatif. Dari hasil pengamatan pada 100 lapangan tidak
ditemukan adanya BTA. Jadi dari hasil praktikum ini tidak ditemukan adanya
Mycobacterium tuberculosis (patogen) dari hasil penanaman pada media Loewenstein
Jensen. Hal ini terjadi diakibatkan kesalahan pada saat pembuatan media Loewenstein
Jensen, dimana penambahan glyserol tidak dilakukan sebelum sterilisasi yang
menyebabkan glyserol menjadi tidak steril. Akibatnya dihasilkan media yang kondisinya
kurang sesuai untuk pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (patogen). Tetapi dari ciriciri pertumbuhan bakteri yang didapatkan yaitu positif BTA pewarnaan di hari pertama dan
tumbuhnya koloni bakteri setelah 3 hari pertama menunjukkan bahwa bakteri yang tumbuh
pada media Loewenstein Jensen merupakan bakteri Mycobacterium non patogen.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis bakteri
yang dikultur pada media Loewenstein Jensen setelah dilakukan pemeriksaan kembali
setelah lebih dari 10 hari yaitu berupa bakteri Mycobacterium non patogen
DAFTAR PUSTAKA
Central TB Division. 2009. Revised National TB Control Programme Training Manual for
Mycobacterium tuberculosis Culture & Drug susceptibility testing. Directorate General of Health
Services. New Delhi. Hal.17. Available as PDF file.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, dan Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. ed.3. MedIa Aesculapius. Jakarta. Hal. 472-475. 5.Departemen Ksehatan RI. 2008.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. ed. 2. Jakarta. Hal 3-36.
Anonim. 2013. Preparat Pengecatan BTA. http://aallaammaatt.blogspot.co.id/2013/04/preparatpengecatan-bta.html. Diakses tanggal 17 mei 2016.
Anonim.
Pewarnaan
BTA
Zeihl
Neelsen.
http://analiskesehatanmakassar.blogspot.co.id/2010/04/pewarnaan-bta-zeihl-neelsen.html. Diakses
tanggal 17 mei 2016.
Octaviana,
Ageha
L.
Lowenstein
Jensen
atau
Kudoh.
http://kuuiposaranghada.blogspot.co.id/2011/04/lowenstein-jensen-atau-kudoh.html.
Diakses
Praktikan,
(kelompok B1)