MIKOLOGI
NIM : 20117070
NILAI KOREKTOR
Latar Belakang :
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur
yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Isolasi dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu metode cawan tuang dan metode cawan gores. Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentudari lingkungannya,
sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel
mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Ada berbagai cara untuk
mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara
penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi
pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyo, 2007).
Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak mempunyai klorofil,
mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya
berupa filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara
seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya.
Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak mampu untuk
memproduksi makan sendiri karena jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai
sumber karbonnya. Karbon berasal dari sumber anorganik misalnya glukosa. Oleh karena itu
jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme
hidup sehingga jamur dikatakan heterotroph. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh
makanan dari organisme hidup da nada pula yang memperoleh makanan dari bahan organic
mati seperti sisa-sisa hewan atau tumbuhan. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari
bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan
dari organisme hidup dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen,
itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk jamur biasanya berupa pepton, suatu produk
protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Jamur atau fungi terdiri dari kapang dan khamir. Jamur memerlukan senyawa organic
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organic mati yang terlarut mereka disebut
saprofit. Jamur mempunyai dinding sel yang kaku dan berbentuk uniseluler atau multiseluler
sebagian mempunyai ukuran yang mikroskopis sedangkan yang lainnya mempunyai ukuran
yang cukup besar seperti jamur merang. Jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak
berfotosintesis. Fungi tidak menelan makanannya tetapi harus berupa nutrient yang larut agar
dapat diabsorpsi. Fungi yang multiseluler menghasilkan filament yaitu struktur mikroskopis
seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan hifa disebut miselium, fungi uniseluler yang
terkenal adalah ragi dengan berbagai bentuk seperti bulat hingga oval, elips hingga ke bentuk
filament. Jamur sudah tidak asing lagi bila kita lihat misalnya warna biru dan hijau pada buah
jeruk dan keju warna putih seperti bulu pada roti, jamur di lapangan (Kusnadi,2003)
Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup da nada
pula yang memperoleh makanan dari bahan organic mati seperti sisa-sisa hewan atau
tumbuhan. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan
saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan
parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium
biakan untuk jamur biasanya berupa pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis
(Kusnadi, 2003).
ALAT:
Alat dan bahan :
Plate
Object glass
Cover class
Spatel
Mikroskop
Lampu spirtus
Korek api
BAHAN:
B. Cara Pengamatan
A. SAMPEL 1 NAFAS
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Hifa :-
Miselium :-
Pseudohifa :-
Spora Jamur :-
Bentuk spora :-
B. SAMPEL 2 UDARA LAB. BAKTERI 1
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Hifa :-
Miselium :-
Pseudohifa :-
Spora Jamur :-
Bentuk spora :-
Kesimpulan :
Jadi dari pemeriksaan metode perangkap sampel udara nafas dan ruangan lab.bakteri
1 yang telah diamati tidak didapatkan jamur yang tumbuh pada media SGA.
Diskusi :
Selama ini penyakit infeksi jamur pada paru atau yang disebut dengan mikosis paru
masih merupakan penyakit yang relatif jarang dibicarakan, tetapi akhirakhir ini perhatian
terhadap penyakit ini semakin meningkat dan kejadian infeksi jamur paru semakin sering
dilaporkan. Hal ini dapat disebabkan karena meningkatnya kesadaran dan usaha penemuan
infeksi jamur dengan berbagai cara menggunakan teknik yang tepat dan bertambahnya
kecepatan tumbuh jamur.
Pada pengamatan kali ini menggunakan metode perangkap sampel nafas tidak
ditemukan jamur pada media SGA. Terdapat bentuk secara makroskopis seperti koloni jamur
namun lebih transparan. Namun setelah dibuat sediaan tidak ditemukan jamur pada sediaan
tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat menghembuskan nafas di media tidak semua
hembusan masuk kedalam media, juga karena mulut probandus yang terjaga kebersihannya
sehingga sedikit flora normal dimulut tidak sampai tumbuh pada media.
Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling kita sampai
beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam jenis
mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Peran udara dapat juga sebagai sarana infeksi
nosokomial (infeksi rumah sakit). Setiap kegiatan manusia menimbulkan bakteri di udara.
Batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel udara).Isolasi dan
Identifikasi Kapang Pengkontaminan Udara di Ruangan laboratorium bakteri 1. Kualitas
udara yang rendah dalam ruangan, umumnya disebabkan karena perawatan gedung kurang
balk, sirkulasi udara tidak teratur serta sekumpulan kondisi yang terdiri dari komponen
lingkungan seperti temperatur, kelembaban, mikrobia dan partikel-partikel debu. Perin untuk
mengetahui seberapa begat kontaminasi udara di ruangan tempat kita bekerja sehari-hari,
karena menghirup udara yang mengandung spora kapang patogen dapat mengganggu
kesehatan kita, antara lain menvebabkan batuk-batuk, bersin terus-menerus, reaksi alergi dan
inikosis. Mikroorganisme banyak terdapat di mana-mana baik di daJam air, di tanah, bahkan
di lapisan-lapisan atas udara. Udara mengandung campuran gas dan terdapat juga debu,
bakteri, kapang, khamir, virus dan lain-lain, sehingga dengan tidak sengaja maka manusia
telah menghirup udara yang terkontaminasi. Kontaminasi oleh jamur bisa berasal dari
manusia, kulit, baju dan lain-lain.
Pada sampel udara ruangan laboratorium bakteri 1 tidak ditemukan jamur pada media
SGA. Terdapat bentuk secara makroskopis seperti koloni jamur namun lebih transparan.
Namun setelah dibuat sediaan tidak ditemukan jamur pada sediaan tersebut. Hal ini
disebabkan karena pada saat menaruh media di ruangan lab.bakteri kurang memenuhi syarat
sehingga tidak ditumbuhi jamur.
Daftar Pustaka :
Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas University Press.
Hasanah, dkk. 2015. Jurnal Aspergillus Glaucus Group dan Penicillium sp. di Ruang
Operasi Bedah Saraf. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, Vol. 21, No.2:158–161.
Purves dan Sadava. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. Sinauer Associates Inc.
New York.
Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd
Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England
NILAI KOREKTOR
Latar Belakang :
Diantara tumbuh-tumbuhan rendah (bersahaja), maka golongan ganggang (alga) dan
golongan jamur merupakan kelanjutan dari pada golongan bakteri. Apakah golongan
ganggang itu langsung menjadi lanjutan golongan bakteri ataukah jamur yang menjadi
lanjutan langsung dari bakteri, hal ini sangat sukar ditentukan (Dwidjoseputro, 1978).
Pada umumnya jamur yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi kehidupan
manusia misalnya sebagai decomposer yang dapat menghancurkan sisa-sisa tumbuhan
ataupun hewan yang berupa senyawa yang kompleks menjadi senyawa sederhana, dan
kemudian dikembalikan ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Jamur saprofit juga penting dalam industry fermentasi misalnya dalam pembuatan bir, roti,
tempe, dan juga digunakan dalam memproduksi asam-asam organic, obat-obatan, vitamin
dan antibiotika seperti penisilin, amisilin. Selain itu jamur saprofit juga banyak yang
dikonsumsi oleh manusia misalnya jamur merang, jamur kuping, jamur tiram, sedangkan
jamur yang hidup sebagai parasite umumnya merugikan karena dapat menyebabkan berbagai
penyakit pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Tapi tidak semua jamur yang berasosiasi
dengan tumbuhan merugikan, tetapi ada yang menguntungkan bagi jamur dan tumbuhan.
Hifa jamur membentuk organ khusus dengan akar tanaman yang dikenal dengan mikoriza.
Belakangan ini jamur tidak hanya menjadi pemikiran para ahli sitology, ahli genetika dan
biokimia yang menemukan bahwa jamur dapat menjadi alat penelitian penting dalam
mempelajari biologi dasar. Hal ini disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang disbanding
dengan tumbuhan dan hewan. (Kusnadi,2003)
Tujuan : 1. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara semai/tabur.
2. Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur dari
Metode : Semai
Plate
Object glass
Cover class
Mikroskop
Lampu spiritus
Spatel
Kresek
Korek api
Bahan:
B. Cara Pengamatan
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Hifa :+
Miselium :+
Pseudohifa :-
Spora Jamur :+
Bentuk spora : Bulat
Jenis spora : kondiospora
Kesimpulan :
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan jamur Aspergillus niger sp
dengan mikroskop perbesaran 10x/40x.
Diskusi :
Dalam penaburan sampel royco pada media SGA setelah diinkubasi selam 7 hari dan
setelah diperiksa secara mikroskopis ditemukan jamur Aspergillus niger. Penyebab
tumbuhnya jamur tersebut pada makanan atau bahan masakakan yaitu bahan yang disimpan
terlalu lama di suhu hangat dan lembab.
Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo
Eutiales, sub-kelas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes, sub-divisi Ascomycotina dan divisi
Amastigmycota. Aspergillus sangat mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari
morfologi koloninya (Mishra, 2004).
Aspergillus niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar, padat, bulat dan
berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu
hifanya berseptat/bersekat, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas
stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen
yang cukup. Aspergillus niger termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum
pada suhu 35-37°C. Derajat keasaman untuk pertumbuhannya adalah 2,0-8,5 tetapi
pertumbuhan akan lebih baik pada kondisi keasaman atau pH yang rendah (Fardiaz, 1989).
Probandus : Bedak
MAKROSKOPIS
MIKROSKOPIS
Hifa :+
Miselium :+
Pseudohifa :-
Spora Jamur :+
Bentuk spora : Bulat
Jenis spora : kondiospora
Kesimpulan :
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan jamur Aspergillus niger sp
dengan mikroskop perbesaran 10x/40x.
Diskusi :
Tak hanya muncul pada makanan saja, tapi jamur juga bisa tumbuh
pada skincare yang anda gunakan. Jamur yang tumbuh pada skincare umumnya berkembang
pada produk perawatan alami yang memiliki rentan hidup singkat. Pada produk perawatan
yang mengandung bahan pengawet, umumnya memiliki resiko timbulnya jamur. Namun,
pada produk alami yang tidak menggunakan bahan pengawet pada formulanya, tentu akan
mempermudah bakteri tumbuh dan berkembang hingga menjadi jamur. Salah satu yang
tumbuh pada bedak yang sudah tidak layak pakai adalah jamur aspergillus niger.
Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo
Eutiales, sub-kelas Plectomycetetidae, kelas Ascomycetes, sub-divisi Ascomycotina dan divisi
Amastigmycota. Aspergillus sangat mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari
morfologi koloninya (Kusmadi, 2003).
Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, sehingga sering digunakan secara
komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan pembuatan berapa enzim seperti
amilase, pektinase, amiloglukosidase dan selulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu
35-37ºC (optimum), 6-8ºC (minimum), 45-47ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang
cukup (aerobik) (Suryahadi, 1989).
Pertumbuhan Aspergillus niger dimulai pada fase adaptasi pada jam ke-8, dilanjutkan
dengan fase pertumbuhan cepat (eksponensial) pada jam ke-16 sampai jam ke-24. Fase
pertumbuhan lambat terjadi setelah melewati jam ke-24. Kemudian diteruskan dengan fase
stasioner, dimana jumlah kapang yang tumbuh sama dengan kapang yang mati pada jam ke-
40 sampai jam ke-100. Pada jam >100 terjadi penurunan biomassa kapang yang dinamakan
fase kematian, dimana biomassa kapang yang mati lebih banyak dari pada yang tumbuh
(Mishra, 2004).
Mishra, BK. 2004. Optimization of a Biological Process for Treating Potato Chips Industry
Wastewater using a Mixed Culture of Aspergillus foetidus and Aspergillus niger.
Bioresource Technology. 94:9-12.
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Lboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :
NILAI KOREKTOR
Tanggal :
Latar Belakang :
Tujuan :
Rumusan Masalah :
Metode :
Prinsip :
Prosedur :
Probandus :
Hasil :
MAKROSKOPIS
Bentuk koloni :
Warna :
Tekstur :
Konsistensi :
MIKROSKOPIS
Hifa :
Miselium :
Pseudohifa :
Spora Jamur :
Bentuk spora :
Kesimpulan :
Diskusi :
Saran Untuk Laboratorium :