Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKOLOGI

NAMA : NADEA MAHESA FITRI

NIM : 20117051

TK/ SMT : 3/5

PRODI : D4 TLM 3B

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN
ANALISIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
ISOLASI JAMUR METODE PERANGKAP

NILAI KOREKTOR

Tanggal : 05 September 2019

Latar Belakang :

Mikroba terdapat dimana-mana di lingkungan sekitar kita seperti di tanah, air,


dan udara. Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan
kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara dapat
dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan dan udara dalam ruangan. Kualitas
udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir
90% hidup manusia berada dalam ruangan ( Syamsuri, 2004).

Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling kita
sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-
macam jenis mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Peran udara dapat
juga sebagai sarana infeksi nosokomial. Setiap kegiatan manusia menimbulkan
bakteri di udara. Batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi yaitu kumpulan
partikel udara. Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk
mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah
pernapasan atas. Pencemaran udara akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur,
protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran
udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya. Gangguan ventilasi udara
berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara
dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara (Sacher, 2002).
Tujuan :

a. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara


perangkap.
b. Untuk mengetahui morfologi dan spesies jamur di udara.
c. Untuk mengetahui koloni jamur dari udara pada media
SGA.

Rumusan Masalah :

a. Bagaimana cara mengisolasi jamur secara perangkap.


b. Bagaimana morfologi dan spesies jamur di udara.
c. Bagaimana koloni jamur dari udara pada media SGA.

Metode : Perangkap

Prinsip :

Dengan menggunakan perangkap jamur dari udara dapat diketahui bentuk


koloni dan morfologi dari jamur spesies.

Alat & Bahan :

a. Alat : plate, object glass, cover glass,


lampu spiritus, spatel, mikroskop.
b. Bahan : media SGA, cat LCB

Prosedur :

A. Cara isolasi
1. Plate yang berisi media SGA dibuka 10 menit, kemudian ditutup
kembali.
2. Diinkubasi dengan suhu kamar 5-7 hari.
3. Diamati secara mikoskopis.
B. Cara pengamatan
1. Object glass di tetesi cat LCB 2 tetes.
2. Diambil koloni jamur dengan spatel dan dicampur dengan cat LCB.
3. Ditutup dengan cover glas.
4. Diperiksa pada mikroskop dengan lensa obyektif 10X dan lensa okuler
10X (perbesaran 100X) dan hasilnya digambar.

Probandus :

Hembusan nafas dan udara di kamar mandi perempuan lantai 2

Hasil :

1. Hembusan nafas

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : filamen colony


 Warna : hitam
 Tekstur : bludru
 Konsistensi : kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora Jamur :+
 Bentuk spora : bulat
 Jenis spora : Mucor sp.

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan telah didapatkan hasil jamur Mucor
sp.
2. Kamar mandi perempuan

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : filamen


 Warna : hitam
 Tekstur : bludru
 Konsistensi : kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora Jamur :+
 Bentuk spora : bulat
 Jenis spora : Aspergillus niger.

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan telah didapatkan hasil jamur


Aspergillus niger.

Diskusi :

Mucor adalah kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar
sekitar 25-30 0C. Kapang ini juga bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen
untuk pertumbuhannya. Kebanyakan mucor dapat tumbuh pada kisaran pH yang
luas yaitu 2-8,5 tapi biasanya pertumbuhannya akan lebih pada kondisi pH
(asam rendah) (Tjitrosoepomo, 2009).

Klasifikasi ilmiah jamur Mucor sp menurut Tjitrosoepomo, (2009), yaitu:


Ingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Order : Mucorals
Familiy : Mucoraceae
Genus : Mucor
Species : Mucor sp

Kapang ini termasuk fungi multiselular yang mempunyai filament, yang


pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas.Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,
tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk warna hitam. Salah satu penyakit
yang disebabkan oleh jemur Mucor sp yaitu Mucormycosis.Mucormycosis
tergolong infeksi agresif (Riandari, 2009).

Orbitorhinocerebral mucormycosis adalah jenis yang paling umum, biasanya


terjadi dalam hubungannya dengan keterlibatan sinus atau hidung.
Mucormycosis juga dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh, termasuk paru-
paru, saluran pencernaan, atau kulit (Sudjadi, 2006).

Sebagian besar kasus bedah mucormycosis adalah keadaan darurat akut, namun,
beberapa kasus yang lebih kronis dengan tanda-tanda dan gejala berkembang
lebih dari 4 minggu (Riandari, 2009).

Aspergillus niger adalah anggota dari genus Aspergillus yang mencakup


seperangkat jamur yang umumnya dianggap aseksual, meskipun bentuk
sempurna (bentuk yang bereproduksi secara seksual) telah
ditemukan.Aspergilus berada di mana-mana di alam termasuk di udara. Mereka
secara geografis luas, dan telah diamati pada berbagai habitat karena mereka
dapat menjajah berbagai macam substrat. Aspergillus niger umumnya
ditemukan tumbuh sebagai saprofit pada daun mati, gandum yang disimpan,
tumpukan kompos, dan vegetasi yang membusuk lainnya. Spora tersebar luas,
dan sering dikaitkan dengan bahan organik dan tanah (Sacher, 2002).

Pertumbuhan jamur Aspergillus dalam jaringan manusia atau dalam ruang


aircontaining tubuh, seperti bronkus atau rongga paru, disebut aspergillosis.
Paparan Aspergillus pasti hampir universal, tetapi penyakit ini jarang terjadi.
Pasien menunjukkan aspergillosis umumnya immunocompromised, dan dengan
demikian rentan terhadap mikroorganisme lain umum dan biasanya tidak
berbahaya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan imunosupresi termasuk
penyakit yang melemahkan mendasari misalnya, penyakit granulomatosa kronis
masa kanak-kanak, kemoterapi, dan penggunaan dosis supraphysiological
kortikosteroid adrenal (Syamsuri, 2004).
Aspergillosis paru adalah manifestasi klinis yang paling umum dari
aspergillosis. Gejala yang paling umum dari aspergillosis paru adalah batuk
produktif kronis dan hemoptysis (batuk darah). Baik keparahan dari
aspergillosis dan prognosis pasien tergantung pada status fisiologis pasien.
Invasi jaringan paru-paru di aspergillosis hampir seluruhnya terbatas pada
pasien imunosupresif. Sekitar 90 persen pasien kasus paru invasif akan
memiliki dua dari tiga kondisi: imunosupresi berat (kurang dari 500 granulosit
per milimeter kubik darah perifer), dosis supraphysiological kortikosteroid
adrenal, dan riwayat minum obat sitotoksik seperti azathioprine. Selain itu,
jenis penyakit yang dihasilkan mempengaruhi kemungkinan pasien untuk
sembuh. Sebagai contoh, kolonisasi sederhana dapat diobati, tetapi jika
kolonisasi sederhana menjadi kronis atau menyerang jaringan tetangga, infeksi
menjadi lebih sulit untuk mengobati. Eksisi bedah telah berhasil digunakan
untuk mengobati aspergillosis invasif sinus paranasal maupun non-invasif
kolonisasi sinus ( Tjirosoepomo, 2009).

Saran Untuk Laboratorium :

a. Pada saat pemeriksaan diwajibkan menggunakan APD yang lengkap,


seperti jas lab, masker, dan handscoon.

b. Praktikan lebih teliti pada saat melakukan pengamatan

c. Praktikan lebih berhati-hati dan lebih teliti pada saat membuat sediaan

Saran Untuk Penderita :

Untuk orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah, maka disarankan
untuk menggunakan masker wajah jika di rasa udara ditempat tersebut
kualitasnya kurang baik untuk menghindari paparan jamur terutama penyebab
Aspergillosis dan juga Mucormycosis.
DAFTAR PUSTAKA

Riandari, Heny. 2009. Penelitian jamur mikroskopik. Jakarta: Tiga Serangkai.

Sacher, R.A., and R.A McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Subahar, T.S.S. 2008. Biologi. Surabaya: Penerbit Quadra.

Sudjadi, Bagod., dan S. Laila. 2006. Biologi : Sains Dalam Kehidupan.Jakarta:


Penerbit Yudhistira.

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong.2009. Taksonomi Tumbuhan . Yogyakarta: UGM


Press.

ISOLASI JAMUR METODE SEMAI

NILAI KOREKTOR
Tanggal : 05 September 2019

Latar Belakang :

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik
heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul
nutrisi ke dalam sel-selnya. Di alam ini fungi dapat bersifat sangat merugikan
manusia dengan menimbulkan infeksi (penyakit) dan toksin yang dihasilkan
ataupun bersifat menguntungkan dengan sebagai bahan pengawet, yakni salah
satu contohnya pada bumbu penyedap rasa (Nasir, 2011).

Penyedap rasa adalah bahan tambahan makanan yang memberikan rasa pada
bahan tertentu, sehingga suatu makanan dapat bertambah manis, asam, dan
sebagainya. Umumnya penyedap rasa diberikan kepada makanan yang tidak
atau kurang memiliki rasa (misal agar-agar, masakan berkuah, dan sebagainya)
sehingga disukai konsumen (Syamsuri, 2004).

Selain memiliki keuntungan jamur juga memiliki kerugian yakni dapat


menimbulkan suatu penyakit. Maka dari itu cara penyimpanan bahan makanan
perlu diperhatikan untuk menghindari kontaminasi jamur yang dapat
menyebabkan penyakit yang tidak di inginkan (Muzayyin, 2003).

Tujuan :

a. Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara semai/tabur.


b. Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel pada
media SGA.
Rumusan Masalah :

a. Bagiamana cara mengisolasi jamur secara semai/tabur.


b. Bagaimana bentuk koloni dan morfologi jamur dari sampel pada media
SGA.

Metode : Semai

Prinsip :

Dengan cara tabur dari sampel pada media SGA dapat ditemukan morfologi
dari spesies jamur pada sampel tersebut.

Alat & Bahan :

a. Alat : plate, object glass, cover glass,


lampu spiritus, spatel, mikroskop.
b. Bahan : media SGA, cat LCB, sampel
susu ensure dan masako.

Prosedur :

A. Cara isolasi
1. Susu dan masako ditaburkan pada masing-masing SGA secara merata.
2. Ditutup, lalu diinkubasi dengan suhu kamar 5-7 hari.
3. Diamati secara mikroskopis.

B. Cara pengamatan
1. Object glass di tetesi cat LCB 2 tetes
2. Diambil koloni jamur dengan spatel dan dicampur dengan cat LCB
3. Ditutup dengan cover glass
4. Diperiksa pada mikroskop dengan lensa obyektif 10X dan lensa okuler
10X (perbesaran 100X) dan hasilnya digambar.
Probandus : susu ensure dan masako

Hasil :

Sampel Masako

MAKROSKOPIS

 Bentuk koloni : filament colony


 Warna : hitam
 Tekstur : bludru
 Konsistensi : kering

MIKROSKOPIS

 Hifa :+
 Miselium :-
 Pseudohifa :-
 Spora Jamur :+
 Bentuk spora : bulat
 Jenis spora : Aspergillus niger

Kesimpulan :

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil jamur Aspergilus


niger.
Diskusi :

Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia


jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri
jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan dan reproduksinya (Nasir, 2011).

Fungi menempati lingkungan yang sangat beragam yang berasosiasi secara


simbiotik dengan banyak organisme baik di darat maupun di air. Sebagian besar
fungi adalah organisem multiseluler dengan hifa yang dibagi menjadi sel-sel
oleh dinding yang bersilangan atau septa. Dinding sel pada fungi dilindungi
oleh Selulosa dan Kitin (polisakarida yang mengandung unsur N). Fungi dapat
berkembang biak dengan dua cara yaitu cara seksual dan aseksual
(Syamsuri,2004).

Fungi selain memiliki kerugian juga memiliki keuntungan yakni salah satunya
dalam sektor pangan, yakni sebagai bahan pengawet pada makanan. Aspergillus
niger memiliki beberapa kegunaan sebagai organisme itu sendiri, selain produk
fermentasi. Misalnya, karena kemudahan visualisasi dan resistensi terhadap
agen antijamur beberapa, Aspergillus niger digunakan untuk menguji
kemanjuran pengobatan pengawet. Selain itu, Aspergillus niger telah terbukti
sangat peka terhadap defisiensi mikronutrien mendorong penggunaan strain
Aspergillus niger untuk pengujian tanah). Ada juga minat menggunakan jamur
ini untuk reaksi enzimatik performcertain yang sangat sulit untuk dicapai
dengan ketat cara kimia, seperti penambahan khusus untuk steroid dan cincin
kompleks lainnya (Riandari,2009).

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan
kelas Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat,
diantaranya digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam
glukonat dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase,
amiloglukosidase dan sellulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu
35ºC-37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan
memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna
coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna hitam, bulat, cenderung
memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan bertambahnya
umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna
coklat (Tjitrosoepomo, 2009).

Cara untuk menghindari kontaminasi pada makanan atau bahan makanan salah
satunya adalah cara penyimpanan yang baik dan benar, seperti menyimpan
makanan pada kulkas. Tidak semua makanan harus disimpan di lemari
pendingin. Namun, tidak semua makanan juga bisa disimpan di lemari atau rak
dapur. Makanan siap saji yang aman di simpan di lemari makanan atau rak
dapur adalah gula, sirup, minuman botol, dan biskuit. Sedangkan makanan
yang sebaiknya di simpan di dalam lemari pendingin adalah daging mentah,
sayur, dan buah-buahan (Muzayyin, 2003).

Saran Untuk Laboratorium :

d. Pada saat pemeriksaan diwajibkan menggunakan APD yang lengkap,


seperti jas lab, masker, dan handscoon.

e. Praktikan lebih teliti pada saat melakukan pengamatan

f. Praktikan lebih berhati-hati dan lebih teliti pada saat membuat sediaan

Saran Untuk Penderita :


Untuk orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah, maka disarankan
untuk menghindari makanan yang kurang meyakinkan kualitasnya untuk
menghindari paparan jamur terutama penyebab Aspergillosis.

DAFTAR PUSTAKA

Muzayyin, Y. 2003. Karakterisasi Kapang Aspergillus. Semarang: Universitas


Diponegoro Press.

Nasir, A. 2011. Buku Ajar : Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Riandari, Heny. 2009. Penelitian jamur mikroskopik. Jakarta: Tiga Serangkai

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Tjitrosoepomo, Gembong.2009. Taksonomi Tumbuhan . Yogyakarta: UGM
Press.

Anda mungkin juga menyukai