Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah Parasitologi

“Mikologi”

Disusun Oleh Kelompok 9:


 Nuzul Citra (P21345119057)
 Qorry Afifah (P21345119061)
 Sabrina Christianingrum (P21345119073)
 Salsabila Nurul Andiya (P21345119076)

JURUSAN D-III B KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

TAHUN 2019

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Mikologi....................................................................................................................4
2.2 Sifat Umum Mikologi..................................................................................................................4
2.3 Morfologi Mikologi.....................................................................................................................5
2.4 Siklus Mikologi...........................................................................................................................7
2.5 Cara Penularan Pada Mikologi....................................................................................................7
2.6 Cara Diagnosa Mikologi..............................................................................................................8
2.7 Cara Pemeriksaan Laboratorium Mikologi..................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja sifat umum dari mikologi?
2. Bagaimana morfologi dari mikologi?
3. Bagaimana siklus dalam mikologi?
4. Bagaimana cara penularan mikologi?
5. Bagaimana cara diagnosa dan pemeriksaan laboratorium dari mikologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sifat umum, morfologi dan siklus mikologi
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan mikologi
3. Untuk mengetahui bagaimana cara diagnosa dan pemeriksaan laboratorium pada
mikologi

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikologi


Mikologi Berasal dari bahasa Yunani "Mykes” yang berarti Jamur dan“Logos”
yang berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur serta
penyakit yang ditimbulkannya pada manusia. Penyakit yang disebakan oleh jamur
disebut mikosis. Mikosis mengenai permukaan badan yaitu, rambut, kulit, dan kuku,
disebut mmikosis superfialis. Mikosis yang mengenai alat dalam disebut mikosis
profunda atau mikosis sistemik. Dalam bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus.
Kajian dalam mikologi antara lain meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan
jamur dalam kehidupan manusia. Seiring perkembangan teknologi jamur banyak
digunakan dalam bioteknogi, misalnya pembuatan tempe, pembuatan pesellin. Kata
jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme
yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas
tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang umum kita sebut
sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup
di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.
Fungi atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak
berpindah tempat (nonmotile), bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel
dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l, memperoleh nutrien dengan
menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur
adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik, subtropik,
di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian tawar, di
laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut, dipengunungan,
maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan fungi,
antara lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan kehadiran nutrien-
nutrien yang diperlukan.
Pendapat lain mengatakan bahwa jamur adalah tumbuh-tumbuhan berbentuk sel atau
benang bercabang, mempunyai dinding dinding selulosa atau kitin atau keduanya,
mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai
klorofil dan berkembangbiak secra aseksual, seksual atau keduanya.

2.2 Sifat Umum Mikologi


Zat organik, seperti hewan dan sebagian besar kuman, untuk kehidupannya memerlukan
zat organik sebagai sumber energi, sehingga jamur disebut sebagai jasad yang bersifat
heterotrop.

1) Parasit obligat meruapkan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup misalnya: khamir yang menginfaksi paru-
paru para penderita AIDS.

4
2) Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang sesuai.

3) Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanan dari organisme yang talah mati seperti kayu tumbang
dan buah yang jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrosale pada
substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana
sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu hifa juga langsung menyerap bahan-bahan
organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik ditempat yang lembab. Tetapi jamur
juga dapat menyesuaikan diri dengan linkungannya, sehingga jamur dapat ditemukan di
semua tempat di seluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas.

Jamur yang biasanya menimbulkan penyakit pada manusia, hidup pada zat
oeganik atau di tanah yang mengandung zat organik yaitu humus, tinja, bintanag atau
burung. Dalam keadaan demikian, jamur tersebut dapat hidup terus-menerus sebagai
saprofit tanpa melalui daur sebagai parasit pada manusia. Sebaliknya jamur juga dapat
hidup dalam atau pada permukaan larutan zat anorganik di laboratorium.

2.3 Morfologi Mikologi


Jamur mencakup :

a). Khamir, sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong, atau memanjang. Yang berkembang
biak membentuk tunas dan membentuk koloni basah atau berlendir.

b). Kapang, sel-sel meanjang dan bercabang yang disebut dengan hifa. Hifa tersebut
bersekat menjadi banyak sel, atau tidak bersekat disebut denganhifa senositik. Anyaman
hifa baik multiseluler ataupun senositik disebut miselium. Hifa dapat bersifat sebagai :

1. hifa vegetatif, Berfungsi mengambil makanan untuk pertumbuhan.

2. hifa reproduktif, berfungsi membentuk spora.

3. hifa udara, berfungsi mengambil oksigen

Spora dapat dibentuk secara aseksusal ataupun seksual. Spora aseksusal disebut
talospora (Thallospora), yaitu spora yang langsung dibentuk dari hifa reprodukif. Spora
yang termasuk talospora ialah :

a). Blastospora, spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel, ujung hifa atau pada
sekat atau septum hifa semu.

5
b). Artrospora, spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan banyak sektum yang
kemudian mengadakan fragmetasi sehingga hifa terbagi menjadi banyak artrospora yang
berdinding tebal.

c). Klamidospora, spora yang dibentuk pada hifa diujung, ditengah, atau yang menonjol
ke lateral. Diameter klamidospora lebih lebar dari hifa yang membetuk, dan berdinding
tebal.

d). Aleuriospora, spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa khusus yang disebut
konidiofora. Aleuriospora bersifat uniseluler dan kecil yang disebut mikrokonidia, atau
bersifat multiseluler besar atau panjang yang disebut makrokonidia.

e). Sporaiospora, spora yang dibentuk dalam ujung hifa yang menggelembung yang
disebut sporangium.

Spora seksual dibentuk oleh dua sel atau hifa. Yang termasuk golongan spora
seksual ialah:

a). Zigospora, spora yang dibentuk oleh dua hifa sejenis.

b). Oospora, spora yang dibentuk oleh dua hifa yang tidak sejenis.

c). Askospora, spora yang terdapat didalam askus yang dibentuk oleh dua jenis sel atau
dua jenis hifa.

d). Basidiospora, spora yang dibetuk pada basidium sebagai hasil penggabungan dua
jenis hifa.

Berdasarkan sifat koloni, hifadan spora yang dibentuk oleh kapang atau khamir,
jamur dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

a). Actinomycetes, tegelong bakteri tetapi karena penyakityang ditimbulkannya mirip


dengan beberapa penyakit jamur, maka secara tradisional dimasukkan kedalam
mikologi.

b). Myxocmycetes, betuk vegetatif terdiri dari se-sel yang motil. Karena pada stadium
lanjut sel-sel tersebut bergabung dan membentuk bagian-bagian yang mirip sporulasi
jamur, maka kelas ini digolongkan dalam mikologi.

c). Chytridiomycetes, kapang dari kelas tersebut mempunyai hifa sinositik. Salah satu
spesiesnya adalah patogen pada manusia (Rhinosporidium seeberi).

d). Zygomycetes, kapang dari kelas yang mempunyai senositik, genus-genus dari ordo
mucorales yang termasuk kelas zygomycetes, yaitu Mucor, Rhizopus, Absidia,

6
Mortierella, dan Cunninghamella menyebabkan mikosis pada manusia dan beberapa
jeis binatang.

e). Ascomycetes, kapang dari kelas ini membentuk ascospora dalam askus. Penyebab
jamur sistemik pada manusia termasuk dalam kelas ini.

f). Basidiomycetes, kapang dari kelas ini membentuk basiospora. Sebagaian besar
kapang dari kelas ini patogen untuk pohon-pohon dan sejenis gandum, satu spesiesnya
yaitu Filobasidiella neoformans (stadium seksual dari Cryptococcus neuformans)
merupakan salah satu jenis patoge yang penting pada manusia.

g). Deuteomycetes, yang digolongkan dalam kelas ini adalah semua kapang yang belum
dikenal stadium seksualnya.

2.4 Siklus Mikologi


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan
ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang
cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi
secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak
gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu.
Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami
terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk
dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu
beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid
yang segera melakukan pembelahan meiosis.

2.5 Cara Penularan Pada Mikologi


Cara penularan penyakit yang disebabkan oleh jamurMasuknya jamur dalam tubuh
dapat melalui :

1. Melalui luka kecil atau aberasi pada kulit misalnya golongandermatofitosis,


kromoblastomikosis
2. Melalui saluran napas, dengan mengisap elemen-elemen jamur seperti pada
histoplastosis
3. Melalui kontak tetapi tidak perlu ada luka atau aberasi kulit sepertigolongan
dermatofitosis.

7
2.6 Cara Diagnosa Mikologi

2.7 Cara Pemeriksaan Laboratorium Mikologi

1. Jenis-jenisPemeriksaan

Cara Memastikan Penyakit Jamur Pemeriksaan tampilan secara klinis.

 Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV) yaitu menghasilkan sinar
ultraviolet 360 nm (atausinar “hitam” yang dapat digunakan untuk membantu
evaluasi penyakit-penyakit kulit tertentu
 Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH
 Pemeriksaan biaka nuntuk mengetahui jenis jamurnya yaitu dilakukan dengan
menanamkan sampel pada media buatanya itu menggunakan media agar dextrose
sabouraud.
 Tujuan dilakukan pemeriksaan ini yaitu sebagai penyokong pemeriksaan
langsung (KOH)

2. Diagnosis Lab

a. Tampilan secara teknis dapat dilihat langsung misalnya pada jamur penyebab panu
yang dapat dilihat secara langsung dengan ciri-ciri bersisik, gatal pada saat
berkeringat, putih dan kasar.
b. Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV) yaitu menghasilkan sinar
ultraviolet 360 nm atau sinar “hitam” yang dapat digunakan untuk membantu
evaluasi pengakit-penyakit kulit tertentu.
c. Pemeriksaan Jamur Secara Mikroskopi
d.   Prinsip Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut
sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypa dan atau
spora. Pemeriksaan KOH (kaliumhi droksida) merupakan pemeriksaan yang
dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus kelainan kulit pada
infeksi jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengerokkan kulit
pada bagian kulit yang mengalami infeksi jamur. Hasil yang diterapkan pada
pemeriksaan ini ditemukannya elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora
(hifa bercabang) yang berarti bahwa penyebab kelainan kulit pada pasien disebabkan
oleh jamur nakal (dermatofita) .
e. Tujuan Menemukan adanya hypa dan atau spora pada kulit, kuku dan rambut.
 Alat dan Bahan

8
Alat :

1. Mikroskop
2. Kapas
3. Pipet Tetes
4. Scapel                                     
5. Petridish                                 
6. Obyek Glass   
7. Cover Glass    

Bahan :

1. KOH 10 %
2. KOH 10 %
3. Alkohol

Langkah Kerja :

1.      Kulit
 Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.  
 Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan scalpel dengan arah
dari atas kebawah. 
 Objek glass yang telahditetesi KOH 10% 1-2 tetes diletakkan dibawah bagian
yang dikerok (untuk melisiskan keratin)
 Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir
terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga memperoleh skuama yang
cukup.
 Lalu tutup dengan cover glass.
 Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
 Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah
mikroskop perbesaran 10x – 40x

2.      Rambut

9
 Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang
warnanya tidak mengkilap lagi.
 Objek glass tetesi dengan KOH 20%
 Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
 Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass
 Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
 Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah
mikroskop perbesaran 10x – 40x

3.      Kuku 
 Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak
atau dari bahan kuku nya sendiri.
 Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
 Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh pada objek glass
kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2 tetes dan tutup dengan cover glass.
 Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol untuk diperiksa di lab
 Fiksasi  sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x –
40x dan dilihat dibawah mikroskop perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah hifa
dan sporanya.

10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

https://irham1977.wordpress.com/2010/02/17/mikologi/

Srisasi Gandahusada, D. Ilahude DAP&E and Wita Pribadi, 1998. Parasitologi Kedokteran.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI

12

Anda mungkin juga menyukai