Anda di halaman 1dari 24

ANGGOTA

1. ANGGUN C. M.
(16-110)
2. META N. A
(16-189)

TOKSIKODINAMIK
3. M. K. FADEL R.
(16-203)
4. AFIF LAILY S.
(16-206)
5. DWI MEIDA K.
(16-205)
6. ALFIN N. F.
(16-225)
TOKSIKODINAMIK

Dalam konsep toksikodinamik, seseorang bisa


menjadi sakit dimulai dari perubahan di dalam
molekulernya yang berlanjut hingga respons dari
organismenya. Perubahan ini dapat berubah kembali
ke kondisi awal baik dengan perbaikan ataupun
tidak. Namun, tidak semua perubahan organisme
dapat berubah kembali ke kondisi awal. Berikut ada
beberapa efek
MEKANISME KERJA

Protein = berbagai protein struktural, misalnya protein


membran plasma dan membran organel, lebih sering
dirusak oleh toksikan. Kerusakan semacam ini
menyebabkan terganggunya struktur maupun fungsi
membran tersebut. Di lain pihak, kolagen protein
struktural jarang terpengaruh.
Enzim sering menjadi sasaran toksikan. Efek enzim ini
mungkin spesifik, misalnya penghambatan kolinesterase.
Efek itu mungkin reversibel, misalnya efek beberapa
insektisida karbamat pada kolinesterase. Penghambatan
enzim yang ireversibel misalnya penghambat monoamin
oksidase yang mengikat enzim tersebut secara kovalen.
Efeknya mungkin tidak spesifik. Contohnya, timbal dan
merkuri adalah penghambat bermacam-macam enzim.
Lanjutan...

Carrier = zat pembawa (carrier), misalnya hemoglobin,


dapat dipengaruhi oleh toksikan melalui pengikatan
kompetitif. Contohnya, CO dapat mengikat Hb di tempat
oksigen biasanya terikat. Karena afinitasnya terhadap Hb
lebih besar, CO membuat Hb tidak aktif dan
menimbulkan gejala-gejala kekurangan oksigen di
jaringan.
Koenzim berperan penting dalam fungsi enzim yang
normal. Kadarnya dalam tubuh dapat berkurang karena
sintesisnya dihambat oleh toksikan. Berbagai enzim yang
fungsinya bergantung pada logam tertentu dapat
dihambat oleh zat pengkelat (chelating agent), misalnya
sianid dan ditiokarbamat, karena logam koenzimnya,
misalnya tembaga dan zink, diikatnya.
Lanjutan...

Lipid = peroksidasi asam lemak polienoat diperkirakan


melandasi timbulnya nekrosis akibat sejumlah toksikan
semacam karbon tetraklorida.
Asam Nukleat = ikatan kovalen antara toksikan
(misalnya zat penyebab alkilasi) dan DNA serta RNA
yang sedang bereplikasi dapat mengakibatkan kerusakan
yang parah seperti kanker, mutasi, dan teratogenesis.
Toksikan semacam ini dapat juga memperlihatkan
imunosupresif.
Reaksi hipersensitivitas terjadi karena pajanan berulang-
ulang terhadap zat tertentu atau terhadap zat yang
berhubungan secara kimia. Fenomena yang disebutkan
belakangan ini dinamakan sensitisasi silang.
Kerusakan membran sel dapat terjadi setelah
pajanan berbagai toksikan. Anestetik umum eter dan
halotan, seperti halnya berbagai zat lipofilik lainnya,
dapat menumpuk di membran sel dan mengganggu
transpor oksigen dan glukosa ke dalam sel. Sel-sel
SSP sangat rentan terhadap menurunnya tekanan
oksigen dan kadar glukosa sehingga segera
terganggu oleh toksikan tersebut. ion merkuri dan
kadmium membentuk kompleks dengan basa-basa
fosfolipid dan memperluas permukaan membran,
sehingga fungsinya berubah.
Interaksi Dengan Fungsi Sel Umum

Kerja narkose, zat yang mempunyai efek narkose


misalnya eter, siklopropana, dan halotan. Kerja
dimulai jika konsentrasi zat di dalam udara atau air
mencapai konsentrasi tertentu yang menghasilkan
konsentrasi tertentu pada suatu fase lipid.
Penimbunan zat ini dalam membran sel akan
menghambat transpor oksigen dan zat makanan.
Contoh: racun panah, toksin botulinum, keracunan
ikan dan kerang, opium.
Lanjutan...

Kerja sitostatika, yaitu penghambatan pembelahan


sel yang akan mempengaruhi pertumbuhan jaringan
pada perbanyakan sel. Contoh: obat tumor ganas.
Kerja imunosupresif, yaitu penghambatan
pembelahan sel dengan penekanan pertahanan
imunologi melalui penekanan proliferasi sel limfosit.
Contoh: obat yang digunakan pada transplantasi
organ dan penyakit autoimmun.
Kerja mutagenik, yaitu zat kimia yang bekerja
mengubah sifat genetika sel.
Lanjutan...

Kerja karsinogenik, yaitu zat kimia yang dapat


menyebabkan kanker pada waktu yang lama.
Kerja teratogenik, yaitu obat dan zat kimia yang
dapat menyebabkan kerusakan janin.
Reaksi hipersensitif, yaitu kepekaan suatu objek
biologi yang meningkat terhadap zat aktif, yang
terjadi akibat kontak ulang dengan zat tertentu.
Contoh: fotoalergi, sensibilisasi cahaya, dan
fototoksik
Efek Toksik

Efek Sistemik dan Lokal


Efek Berpulih dan Nirpulir
Efek Segera dan Tertunda
Efek Morfologis, Fungsional, dan Biokimia
Reaksi Alergi dan Idiosinkrasi
Sindrom Syok Toksik

Sindrom syok toksik (TSS) adalah racun yang


mengancam jiwa, biasanya dipicu oleh infeksi
dengan Staphylococcus aureus atau grup A
Streptococcus (GAS) yang ditandai dengan demam
tinggi, hipotensi, nyeri abdomen, diare, dan ruam
eritematosa.
Etiologi

Toxic shock syndrome disebabkan oleh toksin yang


diproduksi oleh beberapa tipe bakteri
Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A.
Faktor Resiko

Faktor risiko meliputi:


haid
operasi
penggunaan tampon (terutama jika digunakan
waktu yang lama)
Luka infeksi setelah operasi
Epidemiologi

62,7 kasus per 100.000 orang per tahun


Tingkat mortalitas untuk TSS streptokokus adalah 30-70%
TSS telah terjadi di semua ras, meskipun kebanyakan kasus
telah dilaporkan dari Amerika Utara dan Eropa.
STSS paling sering terjadi pada wanita, biasanya orang-
orang yang menggunakan tampon.
Beberapa penelitian telah menunjukkan tidak ada
kecenderungan untuk usia tertentu baik untuk streptokokus
TSS atau STSS. Namun, penelitian lain telah melaporkan
STSS menjadi lebih umum pada orang tua dengan masalah
medis yang mendasari. Dalam sebuah survei Kanada, STSS
menyumbang 6% dari kasus pada individu lebih muda
kurang dari 10 tahun dibandingkan dengan 21% pada orang
yang lebih tua lebih dari 60 tahun.
Patofisiologi

TSS berhubungan dengan kemampuan exotoxins


pyrogenic dari GAS dan enterotoksin Staphylococcus
aureus untuk bertindak sebagai antigen super.
superantigens tidak memerlukan pengolahan oleh
antigen-presenting sel melainkan berinteraksi
langsung dengan molekul MHC kelas II
Superantigen kemudian berinteraksi dengan
reseptor T-sel dan merangsang sejumlah besar sel T
menyebabkan respon terhadap sitokin yang cepat
pada konsentrasi tinggi.
Manifestasi Klinis
Mulai mendadak dengan demam tinggi, muntah
dan diare, nyeri tenggorok, dan nyeri kepala.
Ruam makuler eritematosa difus muncul dalam
24 jam. Petekie muncul pada hari ke 3-4.
Penyembuhan dapat terjadi dalam 7-10 hari dan
disertai dengan pelepasan kulit (deskuamasi)
pada telapak tangan dan telapak kaki.
Bula, ruam, petechiae atau makulopapular ruam,
dan deskuamasi
Deskuamasi
Kriteria klinis dan Laboratorium
Demam 38,9C
Ruam (eritroderma makuler difus) dengan pengelupasan
1-2 minggu sesudah mulainya sakit terutama telapak
tangan dan kaki.
Keterlibatan tiga sistem organ atau lebih
- gastrointestinal: muntah atau diare
- ginjal : kadar kreatinin serum meningkat 2x normal
- Hati : Bilirubin total, AST, ALT meningkat 2x normal
- Hematologis : angka trombosit 100.000, leukositosis
15.000
- Sistem saraf pusat : Disorientasi atau perubahan dalam
kesadaran tanpa tanda fokal
Laboratorium

Urinalisis : hemoglobinuria
Biokimia : Kreatinin serum sering tinggi,
hipoglikemia, protein serum dan konsentrasi
albumin rendah, bilirubin meningkat,
Terapi

Direkomendasikan antibiotik Terapi


-Untuk pasien dengan infeksi GAS, administrasi
klindamisin (600 mg -900 mg IV setiap 8 jam)
dianjurkan
- penisilin G (4 juta U IV setiap 4 jam)
antibiotik dilanjutkan selama 10 sampai 14 hari
Lanjutan..

cairan intravena
TSS menyebabkan hipotensi dan kebocoran kapiler,
sehingga cairan intravena dalam jumlah besar (10-15
L / d) seringkali diperlukan.
Tekanan darah pasien dapat meningkatkan dengan
pemberian cairan saja, jika tidak, vasopressors
(misalnya, dopamin) atau vasokonstriktor bahkan
lebih kuat (misalnya, norepinefrin) yang diperlukan.
Komplikasi

Komplikasi parah dari STTS adalah sebagai berikut:


Refraktori hipovolemik syok (95%)
Gagal ginjal (reversibel pada 70%, 10% irreversible)
Cardiac dysrhythmia
STSS membawa angka kematian sebesar 3%, dan
streptokokus TSS memiliki tingkat kematian 30%.
Pencegahan

Pasien yang sembuh dari TSS beresiko episode


berulang STSS. merekomendasikan terapi
pencegahan (misalnya, penghentian tampon,
penggunaan antibiotik antistaphylococcal) sebelum
dan selama periode menstruasi selama beberapa
bulan.

Anda mungkin juga menyukai