Disusun Oleh
KELOMPOK 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam. Pola hidup
dari masyarakat Indonesia masih kurang baik, sehingga rentan terkena penyakit,
salah satunya penyakit diabetes millitus. Diabetes millitus merupakan penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang lebih tinggi dari
batas normal yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (WHO, 2010). Angka
kejadian diabetes millitus dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Perlu adanya tindakan untuk meminimalisir hal tersebut dengan memanfaatkan
sumber alam seperti hewan, tumbuhan, mikroba, organisme laut dan yang
lainnya. Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya memiliki potensi besar
untuk mengembangkan obat. Sumber alam dapat menjadi obat, karena salah
satunya mengandung senyawa bioaktif (Astiyandani, 2010).
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan makalah
ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui antioksidan senyawa bioaktif.
2. Untuk dapat mengerahui fungsi antioksidan.
3. Untuk dapat mengetahui klasifikasi antioksidan.
4. Untuk dapat mengetahui senyawa antioksidan alami.
5. Untuk dapat mengerahui mekanisme kerja antioksidan.
6. Untuk dapat mengerahui metode pengujian antioksidan.
7. Untuk dapat mengerahui pengertian antidiabetes.
8. Untuk dapat mengerahui pengujian aktivitas antidiabetes.
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Manfaat teoritis yang didapat yaitu hasil dari penulisan paper
ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan atau penerapan
media pembelajaran bakteriologi dan teknologi bahan alam secara
lebih lanjut. Selain itu juga dapat mengetahui tentang antioksidan
dan antidiabetes senyawa bioaktif, fungsi antioksidan, berbagai
macam antioksidan dan penggolongannya, mekanisme kerja zat
antioksidan, metode pengujian antioksidan dan pengujian aktivitas
antidiabetes.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat praktis yang didapat yaitu hasil dari penulisan paper
ini dapat memberikan informasi tentang antioksidan dan antidiabetes
senyawa bioaktif.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Fungsi Antioksidan
Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi
radikal bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan
dalam tubuh manusia. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak
memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila terjadi
paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen
(berasal dari luar).
Fungsi utama antioksidan adalah memperkecil terjadinya proses oksidasi
dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam
makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan,
meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah
hilangnya kualitas sensori dan nutrisi.
3. Klasifikasi Antioksidan
Dalam melawan bahaya radikal bebas baik radikal bebas eksogen maupun
endogen, tubuh manusia telah mempersiapkan penangkal berupa sistem
antioksidan yang terdiri dari 3 golongan yaitu : (I Made Oka, 2016)
1. Antioksidan Primer
Antioksidan primer merupakan zat atau senyawa yang dapat
menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan
hidrogen. Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau sintetis.
Antioksidan primer berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas. Contoh
antioksidan primer adalah Butylated hidroxytoluene (BHT), transferin, ferritin
dan albumin.
Reaksi antioksidan primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang
sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif.
Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor hidrogen atau CB-D (Chain
breaking donor) dan dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A
(Chain breaking acceptor).
2. Antioksidan Sekunder
Antioksiden sekunder disebut juga antioksidan eksogeneus atau non
enzimatis. Prinsip kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan menangkap
radikal tersebut, sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen
seluler. Antioksidan Sekunder yaitu antioksidan yang berfungsi menangkap
radikal bebas dan menghentikan pembentukan radikal bebas. Contoh
antioksidan sekunder adalah Superoxide Dismutase (SOD), Glutathion
Peroxidase (GPx) dan katalase, flavonoid, asam lipoat, asam urat, bilirubin,
melatonin dan sebagainya.
3. Antioksidan Tersier atau repair enzyme
Antioksidan Tersier yaitu antioksidan yang berfungsi memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas. Contoh antioksidan tersier
adalah Metionin sulfosida reduktase, Metionin sulfosida reduktase, DNA
repair enzymes, protease, transferase dan lipase. Enzim-enzim ini berperan
dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas.
Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh
rusaknya Single dan Double strand baik gugus non-basa maupun basa.
Berdasarkan sumbernya antioksidan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia, antioksidan dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (I Made Oka, 2016)
1. Antioksidan yang sudah diproduksi di dalam tubuh manusia yang dikenal
dengan antioksidan endogen atau enzim antioksidan (enzim Superoksida
Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase (GPx), dan Katalase (CAT).
2. Antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan seperti
Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat
dan Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ).
3. Antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman seperti
kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari seperti
vitamin A, vitamin C, vitamin E dan senyawa fenolik (flavonoid).
4. Senyawa Antioksidan Alami
Senyawa antioksidan alami pada umumnya berupa vitamin C, vitamin E,
karotenoid, senyawa fenolik, dan polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid, turunan asam sinamat, kuomarin, tokoferol dan asam-asam organik
polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi
flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavonol, dan kalkon. Turunan asam sinamat
meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan karena gugus -OH dan ikatan rangkap dua (>C=C C<) yang dimiliki
oleh senyawa – senyawa di atas (I Made Oka, 2016).
Gugus aktif yang umum berfungsi sebagai penangkap dan penghambat
reaksi radikal bebas selanjutnya adalah gugus-gugus –OH dan ikatan rangkap dua
>C=C< karena gugusgugus ini dapat memberikan 1 molekul hidrogennya
sehingga ROS menjadi stabil dan terbentuk radikal bebas baru yang kurang
reaktif. Adapun struktur dari senyawa antioksidan yang merupakan metabolit
sekunder dari tanaman (senyawa fitokimia) adalah
5. Mekanisme Kerja Antioksidan
Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya, radikal bebas sangat reaktif
dan tidak stabil, sebagai usaha untuk mencapai kestabilannya radikal bebas
akan bereaksi dengan atom atau molekul di sekitarnya untuk memperoleh
pasangan elektron. Reaksi ini dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi berantai
yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit
degeneratif lainnya.
Untuk meredam aktivitas radikal bebas diperlukan antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektronnya (pemberi
atom hidrogen) kepada radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi berantai,
dan mengubah radikal bebas menjadi bentuk yang stabil.
Antioksidan pada makanan digunakan untuk mencegah atau
menghambat proses oksidasi yang terjadi pada produk makanan misalnya
lemak, terutama yang mengandung asam lemak tidak jenuh, dapat teroksidasi
sehingga menjadi tengik, selain itu berguna untuk mencegah reaksi browning
pada buah dan sayuran (Hamid et all., 2010).
Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas (R*) yang sangat
reaktif, karena (RH) melepaskan satu atom hidrogen, hal ini dapat disebabkan
adanya cahaya, oksigen atau panas. Pada tahap propagasi, radikal (R*) akan
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi ( ROO*). Radikal peroksi
selanjutnya akan menyerang RH (misalnya pada asam lemak) menghasilkan
hidroperoksida dan radikal baru. Hidrogen peroksida yang terbentuk bersifat
tidak stabil dan akan terdegradasi menghasilkan senyawa-senyawa karbonil
rantai pendek seperti aldehida dan keton (Nugroho, 2007).
Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan berlanjut sampai
tahap terminasi, sehingga antar radikal bebas dapat saling bereaksi membentuk
senyawa yang kompleks. Dengan adanya antioksidan, antioksidan memberikan
atom hidrogen atau elektron pada radikal bebas (R*, ROO*), mengubahnya ke
bentuk yang lebih stabil RH. Sementara turunan radikal antioksidan (A*)
memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal semula R*. Reaksi
penghambatan antioksidan terhadap radikal lipid mengikuti persamaan reaksi
sebagai berikut (Yuswantina; Aulia, 2009) :
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah secara
signifikan dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi
rantai. Antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan enzim dan vitamin.
Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutathion peroxidases (GSH.Prx). Antioksidan vitamin meliputi alfa
tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C).
Antioksidan banyak digunakan dalam suplemen makanan dan telah
diteliti untuk pencegahan penyakit seperti kanker atau penyakit jantung
koroner. Meskipun studi awal menunjukkan bahwa suplemen antioksidan
dapat meningkatkan kesehatan, pengujian lanjutan yang lebih besar termasuk
beta-karoten, vitamin A, dan vitamin E secara tunggal atau dalam kombinasi
yang berbeda menunjukkan bahwa suplementasi tidak berpengaruh pada
tingkat kematian. Uji klinis acak konsumsi antioksidan termasuk beta
karoten, vitamin E, vitamin C dan selenium menunjukkan tidak ada
pengaruh pada risiko kanker atau mengalami peningkatan risiko kanker.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak
normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovakular dan
ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan
makrovaskular. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk
mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes. Pengujian
aktivitas antidiabetes dapat diuji dengan tiga acara yaitu secara in vivo, in
vitro dan in silico. Pengujian secara in vivo pada hewan dibagi menjadi tiga
metode yaitu metode streptozotocin, uji aloksan, uji toleransi glukosa, uji
resistensi insulin, dan aktivitas hipoglikemik. Pengujian secara in vitro
dibagi menjadi dua metode yaitu metode α glucosidase inhibitory assay, α-
amylase inhibition assay, dan RIN-5F cell lines method. Terakhir merupakan
uji in silico dengan menggunakan molecular docking.
DAFTAR PUSTAKA
Alan, Miller, N.D., 1996, Antioxidant flavonoid structural usage alternative medical
Review I (2), 103-111.
Azwin Apriandi, Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Keong Ipong-Ipong
(Fasciolaria salmo), skripsi, (Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2011) hlm.18
Bravo, L. 1998. Polyphenols : Chemistry, Dietary Sources, Metabolism, and Nutritional
Significance. Nutrition Reviews. 56 : 317-333.
Yanhouy Lee, dkk 2011. Antioxidant and Glycation Inhibitory Activities of Gold
Kiwifruit, Actinidia chinensis. J. Korean Soc. Appl. Biol. Chem. 54(3), 460-467