Anda di halaman 1dari 19

TEKNOLOGI BAHAN ALAM

“Mekanisme Kerja Antioksidan dan Antidiabetes Senyawa


Bioaktif”

Disusun Oleh
KELOMPOK 1

1. Ni Putu Ditya Anggreni (P07134018 001)


2. Ida Ayu Ketut Tri Buwani (P07134018 002)
3. Anak Agung Mas Agung Purnama Sari (P07134018 003)
4. Ni Wayan Eka Widianti (P07134018 004)
5. Kadek Profit Hartani (P07134018 005)
6. Dewa Ayu Diah Lestari (P07134018 006)
7. Kadek Ayu Diana Dwikayani (P07134018 007)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORAOTIUM MEDIS
2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam. Pola hidup
dari masyarakat Indonesia masih kurang baik, sehingga rentan terkena penyakit,
salah satunya penyakit diabetes millitus. Diabetes millitus merupakan penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang lebih tinggi dari
batas normal yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (WHO, 2010). Angka
kejadian diabetes millitus dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Perlu adanya tindakan untuk meminimalisir hal tersebut dengan memanfaatkan
sumber alam seperti hewan, tumbuhan, mikroba, organisme laut dan yang
lainnya. Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya memiliki potensi besar
untuk mengembangkan obat. Sumber alam dapat menjadi obat, karena salah
satunya mengandung senyawa bioaktif (Astiyandani, 2010).

Senyawa bioaktif memiliki banyak manfaat seperti sebagai antikanker,


antitumor, antiviral, antibiotik, antidiabetes, antioksidan, antimikroba dan
lainnya. Pengendalikan hiperglikemia pada penderita diabetes millitus antara
lain melalui tractus gastrointestinalis di perifer (Monica, et.al, 2012). Menekan
produksi glukosa hepar, meningkatkan ambilan glukosa di perifer serta
pendekatan terapi berupa penghambatan ensim penghidrolisis karbohidrat
seperti amilase dan glikosidase untuk memperlambat absorbsi glukosa serta
mengonsumsi obat antidiabetes. Antidiabetes dapat diuji dengan tiga cara yaitu
secara in vio, in vitro dan in silico. (Nickavar & Nasibeh, 2009)

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkap atau merendam


dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan bisa dihambat. (Nurina,2012) Senyawa antioksidan
merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya kerusakan sel pada
tubuh dapat dihambat. Penggunaan senyawa antioksidan semakin berkembang
baik untuk makanan maupun pengobatan seiring dengan bertambahnya
pengetahun tentang radikal bebas (Winarsi, 2007).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan pada makalah ini yaitu:
1. Apa itu antioksidan senyawa bioaktif ?
2. Bagaimana fungsi antioksidan ?
3. Bagaimana klasifikasi antioksidan?
4. Apa saja antioksidan alami?
5. Bagaimana mekanisme kerja zat antioksidan ?
6. Bagaimana metode pengujian antioksidan ?
7. Apa yang dimaksud dengan antidiabetes ?
8. Bagaimana pengujian aktivitas antidiabetes ?

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan makalah
ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui antioksidan senyawa bioaktif.
2. Untuk dapat mengerahui fungsi antioksidan.
3. Untuk dapat mengetahui klasifikasi antioksidan.
4. Untuk dapat mengetahui senyawa antioksidan alami.
5. Untuk dapat mengerahui mekanisme kerja antioksidan.
6. Untuk dapat mengerahui metode pengujian antioksidan.
7. Untuk dapat mengerahui pengertian antidiabetes.
8. Untuk dapat mengerahui pengujian aktivitas antidiabetes.

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Manfaat teoritis yang didapat yaitu hasil dari penulisan paper
ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan atau penerapan
media pembelajaran bakteriologi dan teknologi bahan alam secara
lebih lanjut. Selain itu juga dapat mengetahui tentang antioksidan
dan antidiabetes senyawa bioaktif, fungsi antioksidan, berbagai
macam antioksidan dan penggolongannya, mekanisme kerja zat
antioksidan, metode pengujian antioksidan dan pengujian aktivitas
antidiabetes.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat praktis yang didapat yaitu hasil dari penulisan paper
ini dapat memberikan informasi tentang antioksidan dan antidiabetes
senyawa bioaktif.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANTIOKSIDAN SENYAWA BIOAKTIF


1. Pengertian Antioksidan Senyawa Biaktif

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau


mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat
menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat
merusak sel. Antioksidan seperti tiol atau asam askorbat (vitamin C) mengakhiri
reaksi berantai ini. Untuk menjaga keseimbangan tingkat oksidasi, tumbuhan
dan hewan memiliki suatu sistem yang kompleks dari antioksidan, seperti
glutation dan enzim (misalnya: katalase dan superoksida dismutase) yang
diproduksi secara internal atau dapat diperoleh dari asupan vitamin C, vitamin A
dan vitamin E.
Antioksidan secara nyata mampu memperlambat atau menghambat
oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah.
Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang
melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan
dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun
faktor eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena
memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam
makromolekul biologi. Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat
merupakan sumber pasangan elektron yang baik.

Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA,


kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa
golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan,
dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang
banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan
karotenoid. (Schuler P. (1990).

Antioksidan banyak digunakan dalam suplemen makanan dan telah


diteliti untuk pencegahan penyakit seperti kanker atau penyakit jantung koroner.
Meskipun studi awal menunjukkan bahwa suplemen antioksidan dapat
meningkatkan kesehatan, pengujian lanjutan yang lebih besar termasuk beta-
karoten, vitamin A, dan vitamin E secara tunggal atau dalam kombinasi yang
berbeda menunjukkan bahwa suplementasi tidak berpengaruh pada tingkat
kematian. Uji klinis acak konsumsi antioksidan termasuk beta karoten, vitamin
E, vitamin C dan selenium menunjukkan tidak ada pengaruh pada risiko kanker
atau mengalami peningkatan risiko kanker. Suplementasi dengan selenium atau
vitamin E tidak mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Dengan contoh-
contoh ini, stres oksidatif dapat dianggap sebagai penyebab atau konsekuensi
dari beberapa penyakit, merangsang pengembangan obat senyawa antioksidan
potensial untuk mengobati penyakit. Antioksidan memiliki banyak kegunaan
industri, seperti pengawet dalam makanan dan kosmetik serta untuk mencegah
degradasi karet dan bensin (Harrison FE (2012).

Antioksidan diharapkan aman dalam penggunaan atau tidak toksik,


efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%), tersedia dengan harga cukup
terjangkau, dan tahan terhadap proses pengolahan produk Antioksidan penting
dalam melawan radikal bebas, tetapi dalam kapasitas berlebih menyebabkan
kerusakan sel (Subeki (1998)

2. Fungsi Antioksidan
Antioksidan berfungsi sebagai senyawa yang dapat menghambat reaksi
radikal bebas penyebab penyakit karsinogenis, kardiovaskuler dan penuaan
dalam tubuh manusia. Antioksidan diperlukan karena tubuh manusia tidak
memiliki sistem pertahanan antioksidan yang cukup, sehingga apabila terjadi
paparan radikal berlebihan, maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen
(berasal dari luar).
Fungsi utama antioksidan adalah memperkecil terjadinya proses oksidasi
dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam
makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan,
meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah
hilangnya kualitas sensori dan nutrisi.

3. Klasifikasi Antioksidan
Dalam melawan bahaya radikal bebas baik radikal bebas eksogen maupun
endogen, tubuh manusia telah mempersiapkan penangkal berupa sistem
antioksidan yang terdiri dari 3 golongan yaitu : (I Made Oka, 2016)
1. Antioksidan Primer
Antioksidan primer merupakan zat atau senyawa yang dapat
menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan
hidrogen. Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau sintetis.
Antioksidan primer berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas. Contoh
antioksidan primer adalah Butylated hidroxytoluene (BHT), transferin, ferritin
dan albumin.
Reaksi antioksidan primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang
sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif.
Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor hidrogen atau CB-D (Chain
breaking donor) dan dapat berperan sebagai akseptor elektron atau CB-A
(Chain breaking acceptor).
2. Antioksidan Sekunder
Antioksiden sekunder disebut juga antioksidan eksogeneus atau non
enzimatis. Prinsip kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan menangkap
radikal tersebut, sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen
seluler. Antioksidan Sekunder yaitu antioksidan yang berfungsi menangkap
radikal bebas dan menghentikan pembentukan radikal bebas. Contoh
antioksidan sekunder adalah Superoxide Dismutase (SOD), Glutathion
Peroxidase (GPx) dan katalase, flavonoid, asam lipoat, asam urat, bilirubin,
melatonin dan sebagainya.
3. Antioksidan Tersier atau repair enzyme
Antioksidan Tersier yaitu antioksidan yang berfungsi memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak oleh radikal bebas. Contoh antioksidan tersier
adalah Metionin sulfosida reduktase, Metionin sulfosida reduktase, DNA
repair enzymes, protease, transferase dan lipase. Enzim-enzim ini berperan
dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas.
Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh
rusaknya Single dan Double strand baik gugus non-basa maupun basa.
Berdasarkan sumbernya antioksidan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia, antioksidan dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (I Made Oka, 2016)
1. Antioksidan yang sudah diproduksi di dalam tubuh manusia yang dikenal
dengan antioksidan endogen atau enzim antioksidan (enzim Superoksida
Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase (GPx), dan Katalase (CAT).
2. Antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan seperti
Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propil galat
dan Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ).
3. Antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman seperti
kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari seperti
vitamin A, vitamin C, vitamin E dan senyawa fenolik (flavonoid).
4. Senyawa Antioksidan Alami
Senyawa antioksidan alami pada umumnya berupa vitamin C, vitamin E,
karotenoid, senyawa fenolik, dan polifenolik yang dapat berupa golongan
flavonoid, turunan asam sinamat, kuomarin, tokoferol dan asam-asam organik
polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi
flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavonol, dan kalkon. Turunan asam sinamat
meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan karena gugus -OH dan ikatan rangkap dua (>C=C C<) yang dimiliki
oleh senyawa – senyawa di atas (I Made Oka, 2016).
Gugus aktif yang umum berfungsi sebagai penangkap dan penghambat
reaksi radikal bebas selanjutnya adalah gugus-gugus –OH dan ikatan rangkap dua
>C=C< karena gugusgugus ini dapat memberikan 1 molekul hidrogennya
sehingga ROS menjadi stabil dan terbentuk radikal bebas baru yang kurang
reaktif. Adapun struktur dari senyawa antioksidan yang merupakan metabolit
sekunder dari tanaman (senyawa fitokimia) adalah
5. Mekanisme Kerja Antioksidan
Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya, radikal bebas sangat reaktif
dan tidak stabil, sebagai usaha untuk mencapai kestabilannya radikal bebas
akan bereaksi dengan atom atau molekul di sekitarnya untuk memperoleh
pasangan elektron. Reaksi ini dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi berantai
yang mampu merusak struktur sel, bila tidak dihentikan akan menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit
degeneratif lainnya.
Untuk meredam aktivitas radikal bebas diperlukan antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mendonorkan elektronnya (pemberi
atom hidrogen) kepada radikal bebas, sehingga menghentikan reaksi berantai,
dan mengubah radikal bebas menjadi bentuk yang stabil.
Antioksidan pada makanan digunakan untuk mencegah atau
menghambat proses oksidasi yang terjadi pada produk makanan misalnya
lemak, terutama yang mengandung asam lemak tidak jenuh, dapat teroksidasi
sehingga menjadi tengik, selain itu berguna untuk mencegah reaksi browning
pada buah dan sayuran (Hamid et all., 2010).

Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas (R*) yang sangat
reaktif, karena (RH) melepaskan satu atom hidrogen, hal ini dapat disebabkan
adanya cahaya, oksigen atau panas. Pada tahap propagasi, radikal (R*) akan
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi ( ROO*). Radikal peroksi
selanjutnya akan menyerang RH (misalnya pada asam lemak) menghasilkan
hidroperoksida dan radikal baru. Hidrogen peroksida yang terbentuk bersifat
tidak stabil dan akan terdegradasi menghasilkan senyawa-senyawa karbonil
rantai pendek seperti aldehida dan keton (Nugroho, 2007).
Tanpa adanya antioksidan, reaksi oksidasi lemak akan berlanjut sampai
tahap terminasi, sehingga antar radikal bebas dapat saling bereaksi membentuk
senyawa yang kompleks. Dengan adanya antioksidan, antioksidan memberikan
atom hidrogen atau elektron pada radikal bebas (R*, ROO*), mengubahnya ke
bentuk yang lebih stabil RH. Sementara turunan radikal antioksidan (A*)
memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal semula R*. Reaksi
penghambatan antioksidan terhadap radikal lipid mengikuti persamaan reaksi
sebagai berikut (Yuswantina; Aulia, 2009) :

6. Metode Pengujian Antioksidan


Terdapat beberapa metode pada uji antioksidan senyawa bioaktif, diantaranya :
a. Metode DPPH
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan
adalah metode DPPH Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan
untuk menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen.
Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk
mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol
positif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel.
Kontrol positif ini dapat berupa tokoferol, BHT, dan vitamin C. Uji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil
(DPPH) sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen
oleh DPPH dari senyawa antioksidan, misalnya troloks, yang mengubahnya
menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin.
b. Metode CR

Larutan Ce(IV) sulfat yang diberikan pada sampel akan menyerang


senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan dapat berperan sebagai
pemindah elektron, maka perusakan struktur oleh elektron reaktif yang berasal
dari oksidator kuat seperti Ce(IV) tidak terjadi. Metode ini
berdasarkan spektrofotometri yang pengukurannya dilakukan pada panjang
gelombang 320 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur Ce(IV)
yang tidak bereaksi dengan kuersetin dan senyawa flavonoid lain. Kapasitas
reduksi Ce(IV) pada sampel dapat diukur konsentrasi dan pH larutan yang
sesuai membuat Ce (IV) hanya mengoksidasi antioksidan, dan bukan senyawa
organik lain yang mungkin teroksidasi. Hal ini membuat penentuan panjang
gelombang maksimum dan nilai pH larutan penting untuk diketahui dan dijaga
selama pengukuran agar tidak terjadi pergeseran panjang gelombang
selama pengukuran.

B. ANTIDIABETES SENYAWA BIOAKTIF


1. Pengertian Diabetes
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak
normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovakular dan
ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan makrovaskular.
Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk mencoba menemukan
diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen,2007).
Antidiabetes merupakan suatu aktivitas yang diberikan oleh senyawa
tertentu yang dapat mengobati penyakit diabetes (Muhammad Rizki Nugraha,
dkk, 2018).

2. Pengujian Aktivitas Antidiabetes


Pengujian aktivitas antidiabetes dapat diuji dengan tiga acara yaitu secara
in vivo, in vitro dan in silico. Pengujian secara in vivo pada hewan dibagi
menjadi tiga metode yaitu metode streptozotocin, uji Aloksan, uji toleransi
glukosa, uji resistensi insulin, dan aktivitas hipoglikemik. Pengujian secarra in
vitro dibagi menjadi dua metode yaitu metode α-glucosidase inhibitory assay, α-
amylase inhibition assay, dan RIN-5F cell lines method. Terakhir merupakan uji
in silico dengan menggunakan molecular docking.
a. Pengujian In Vivo

1) Uji Streptozocin In vivo


Streptozotocin merupakan metode yang digunakan dengan cara
menginduksi tikus atau mencit hingga mencapai kadar gula darah > 200
mg/dL. Mekanisme kerja streptozotocin dalam meningkatkan gula darah
disebabkan oleh sifat toksik yang ditimbulkan akan merusak sel β pankreas
(Pathak, et al, 2008). Contoh penggunaan metode pada penelitian yang
dilakukan oleh Yanto, et al (2016) menggunakan streptozotocin untuk
mengetahui aktivitas antidiabetik dari seduhan jahe. Prosedur induksi
dilakukan dengan cara tikus dipuasakan selama 8 jam dan diberikan
streptozotocin single dose 40 mg/kg BB secara i.p dan ditunggu hingga
kadar gula darah lebih dari 200 mg/dL.
2) Uji Aloksan
Uji aloksan digunakan untuk menginduksi diabetes. Aloksan
tetrahidrat merupakan substansi diabetogenik yang secara selektif bekerja
pada sel β pankreas sebagai organ yang memproduksi insulin. Aloksan
dalam darah akan berikatan dengan GLUT-2 (pengangkut glukosa) yang
merupakan fasilitas untuk masuknya Farmaka Suplemen Volume 16
Nomor 3 30 aloksan ke dalam sitoplasmasel β pankreas. Di dalam sel β,
aloksan akan menimbulkan depolarisasi berlebih pada mitokondria sebagai
akibat pemasukan ion Ca2+ yang diikuti dengan penggunaan energi
berlebih sehingga terjadi kekurangan energi dalam sel. Dua mekanisme ini
mengakibatkan kerusakan baik dalam jumlah sel maupun massa sel
pankreas sehingga terjadi penurunan pelepasan insulin yang akan
menyebabkan hiperglikemia (Lenzen,2008).
3) Uji Toleransi dan Uji Resistensi
Uji toleransi dan uji resistensi insulin merupakan uji secara in vivo
yang digunakan kepada hewan uji. Uji toleransi merupakan uji untuk
melihat bagaimana toleransi dari penurunan kadar gula darah pada
pemberian obat uji tertentu (Susilawati, et al, 2016). Rohdiana et al (2012)
pada penelitiannya untuk menentukan toleransi dari ekstrak teh hijau
menggunakan cara dengan membagi 6 kelompok tikus kelompok normal,
kontrol negatif, kontrol positif dan tiga variasi dosis yang diberikan secara
oral dan diamati kadar gula darah. Tikus yang diberi makan selama 7 hari
dan dipuasakan 18 jam dilihat kadar gula darahnya pada interval waktu 0,
60, 120, 180, dan 240 menit. Hasil yang didapat berupa aktivitas
antidiabetes dan penurunan kadar gula darah. Uji resistensi merupakan
metode untuk melihat aktivitas antidiabetes dalam kerjanya meningkatkan
sensitivitas insulin. Uji dilakukan dengan membagi kelompok hewan uji
dan menginduksi hewan uji dengan menggunakan emulsi tinggi lemak
selama 14 hari, hal ini akan menginduksi terjadinya resistensi insulin.
Susilawati et al (2016) pada penelitiannya menunjukan bahwa daun
singalawang memiliki aktivitas antidiabetes dengan meningkatkan
sensitivitas insulin pada fraksi n-heksan. Hewan uji yang digunakan tikus
yang diinduksi emulsi tinggi lemak, dari ekstrak, fraksi etil asetat, fraksi n-
heksan, dan fraksi air terlihat peningkatan sensitivitas insulin sangat besar
pada fraksi n-heksan. Cara menentukan Sensitivitas insulin dinyatakan
dalam nilai KTTI (konstanta tes toleransi insulin) yang merupakan nilai
gradien atau kemiringan kurva dikalikan 100 dari kurva regresi linear
logaritma natural kadar glukosa darah terhadap waktu (Fitriani, 2014).
4) Aktivitas Antihipoglikemik
Aktivitas hipoglikemik merupakan uji secara in vivo yang digunakan
untuk menentukan penurunan kadar gula darah hingga menyebabkan
kondisi hipoglikemia (Uddin, et al, 2014). Pengujian ini dilakukan pada
hewan uji yang dipuasakan. Uddin et al (2014) pada penelitiannya
menggunakan tikus yang dipuasakan dan tikus diberikan glibenklamid dan
ekstrak buah Citrus macroptera Montr. menunjukan adanya efek
hipoglikemik. Pengujiannya dilakukan dengan cara tikus dimana hasilnya
memiliki aktivitas yang lebih tinggi dari acarbose yang merupakan obat
inhibitor α-glucosidase.
b. Pengujian In Vitro
1) Pengujian In Vitro α-glucosidase Inhibitory Assay
Metode pengujian dengan cara In vitro α-glucosidase inhibitory
assay merupakan pengujian yang digunakan untuk melihat aktivitas
penghambatan enzim α-glucosidase (Kim, et al, 2008). Berdasarkan
ulasan yang dilakukan oleh Bösenberg (2008) enzim α-glucosidase
berperan dalam mengkonversi karbohidrat menjadi glukosa, oleh karena
itu jika ada penghambatan aktivitas dari α-glucosidase akan menurunkan
gula darah. Pengujian dengan cara sampel ditambahkan dimetil
sulfoksidan dan ditambahkan p-nitrofenilα-D-glukopiranosida agar
terjadi reaksi enzimatis dan diinkubasi, reaksi dihentikan dengan
Na2CO3 dan dilihat absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm.
Aktivitas dihitung dengan rumus:/ Aktivitas inhibisi α-glucosidase
terdapat pada sebagian tanaman daun Premna serratifolia Linn (Hardiarti,
2017), daun pandan wangi (Sukandar, et al, 2012), dan buah kiwi (Meira,
dan Noraini, 2017).
2) α-amylase Uptake
α-amylase uptake merupakan metode secara in vitro, berbeda
dengan αglucosidase enzim ini mengkatalisis hidrolisis dari α-1,4-
glikosidik polisakarida menjadi dekstrin, oligosakarida, maltose, dan D-
glukosa (Wang, 2009). Pengujian αamilase berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Uddin et al (2014) dan Kumar et al (2013) ada tiga
metode yaitu dengan dinitrosalicylic acid method (DNSA) (Miller,
1959), starch iodine colour assay (Xiao, et al, 2006), dan modified starch
iodine protocol (Hossan, 2009). DNSA merupakan metode dengan
melakukan penambahan reagen DNSA ke dalam campuran sampel yang
ditambahkan buffer natrium fosfat, larutan α amylase, dan larutan pati
yang kemudian dilihat pada Panjang gelombang 540 nm dan untuk
mengetahui aktivitasnya digunakan rumus: Pengujian dengan starch
iodine colour assay merupakan metode yang dimodifikasi dari
pewarnaan pati-iodin. Pengujian ini sampel dimasukan ditambahkan
buffer sodium fosfat, αamilase dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu
37ºC, kemudian setelah ditambahkan pati dilakukan inkubasi selama 15
menit pada suhu 37ºC, ditambahkan iodine kemudian dilihat perubahan
warna dan dilihat pada Panjang gelombang 620 nm, aktivitas dari
inhibisi amylase.
3) Pengujian In Silico Molecular Docking
Uji in silico, merupakan uji dengan menggunakan komputasi
dalam mengetahui struktur 3D molekul dan mempelajari sisi aktif yang
berperan didalam molekul. Salah satu metode yang digunakan adalah
molecular docking. Uji ini dilakukan untu//k menentukan bagian yang
berperan dalam aktivitas antidiabetes. Vo et al (2016) pada penelitiannya
mengenai uji in silico tanaman Euphorbia thymifolia Linn. menggunakan
metode molecular docking. Metode molecular docking meliputi
penyiapan struktur reseptor, penyiapan senyawa bioaktif, simulasi
docking, dan analisis farmakofor. Dalam penelitiannya digunakan 4
reseptor yaitu 11-β HSD1, GFAT, PTP1B, SIRT6 dan 20 senyawa
bioaktif dari tanaman Euphorbia thymifolia. Dari ke-20 senyawa bioaktif
dianalisis secara farmakofor dan melihat kekuatan ikatan terhadap
reseptor. Dari ke-20 senyawa bioaktif terdapat 7 senyawa yang memliki
ikatan absolut yang tinggi terhadap keempat reseptor dengan tenaga lebih
dari >8 kcal/mol) yaitu senyawa β-amyrine, taraxerol, 1-O-galloylβ-d-
glucose, corilagin, cosmosiin, quercetin-3-galactoside and quercitrin.
Ke7 senyawa tersebut memiliki potensi dalam mengobati dan perawatan
DM tipe 2.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah secara
signifikan dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi
rantai. Antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan enzim dan vitamin.
Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutathion peroxidases (GSH.Prx). Antioksidan vitamin meliputi alfa
tokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C).
Antioksidan banyak digunakan dalam suplemen makanan dan telah
diteliti untuk pencegahan penyakit seperti kanker atau penyakit jantung
koroner. Meskipun studi awal menunjukkan bahwa suplemen antioksidan
dapat meningkatkan kesehatan, pengujian lanjutan yang lebih besar termasuk
beta-karoten, vitamin A, dan vitamin E secara tunggal atau dalam kombinasi
yang berbeda menunjukkan bahwa suplementasi tidak berpengaruh pada
tingkat kematian. Uji klinis acak konsumsi antioksidan termasuk beta
karoten, vitamin E, vitamin C dan selenium menunjukkan tidak ada
pengaruh pada risiko kanker atau mengalami peningkatan risiko kanker.
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak
normal, suatu resiko komplikasi spesifik perkembangan mikrovakular dan
ditandai dengan adanya peningkatan komplikasi perkembangan
makrovaskular. Secara umum, ketiga elemen diatas telah digunakan untuk
mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes. Pengujian
aktivitas antidiabetes dapat diuji dengan tiga acara yaitu secara in vivo, in
vitro dan in silico. Pengujian secara in vivo pada hewan dibagi menjadi tiga
metode yaitu metode streptozotocin, uji aloksan, uji toleransi glukosa, uji
resistensi insulin, dan aktivitas hipoglikemik. Pengujian secara in vitro
dibagi menjadi dua metode yaitu metode α glucosidase inhibitory assay, α-
amylase inhibition assay, dan RIN-5F cell lines method. Terakhir merupakan
uji in silico dengan menggunakan molecular docking.

DAFTAR PUSTAKA

Alan, Miller, N.D., 1996, Antioxidant flavonoid structural usage alternative medical
Review I (2), 103-111.
Azwin Apriandi, Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Keong Ipong-Ipong
(Fasciolaria salmo), skripsi, (Bogor : Institut Pertanian Bogor, 2011) hlm.18
Bravo, L. 1998. Polyphenols : Chemistry, Dietary Sources, Metabolism, and Nutritional
Significance. Nutrition Reviews. 56 : 317-333.

Bosenberg, L. H. 2008. The mechanism of action of oral antidiabetic drugs: a review of


recent literatur. The Journal of Endocrinolgy, Metabolism and Diabetes of South
Africa, 80-88.
Fitriani, N. 2014. Aktivitas Antidiabetes Melitus Fraksi dari Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Mencit Jantan Swiss Webster. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, ITB, Bandung.
Harrison FE (2012). "A critical review of vitamin C for the prevention of age-related
cognitive decline and Alzheimer's disease". Journal of Alzheimer's
Disease. 29 (4): 711–26. doi:10.3233/JAD-2012-111853. PMC 3727637 
. PMID 22366772
Hardiati, D. 2017. In Vitro α-Glucosidase Inhibitory Activity of Ethanol Extract of
Buasbuas (Premna serratifolia Linn). Traditional Medicine Journal, 80-83.
Hassan, Z., & al, e. 2010. Antidiabetic Properties and Mechanism of Action of Gynura
procumbens Water Extract in StreptozotocinInduced Diabetic Rats. Molecules,
9008-9023. Hossan, M., E.-S., & H., A. 2009. Antioxidative and anti α-amylase
activities of four wild plants consumed by nomads in Egypt. Oriental Pharmacy
and Experimental Medicine, 217-224.
Inggrid dan Herry. 2014. Ekstraksi Antioksidan Dan Senyawa Aktif Dari Buah Kiwi
(Actinidia deliciosa). Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan.

Oka, I Made. 2016. Antioksidan. Dikutip dari


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/75b8895f814f85fe9ae5
ce91dc5411b1.pdf. Diakses pada Kamis, 31 Oktober 2019 pukul 21.17 wita.
Muhammad Rizki Nugraha, dkk. 2018. METODE PENGUJIAN AKTIVITAS
ANTIDIABETES. 16 (3) : 28-34).
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa Kosasih
Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm. 117.
Nurjanah, Asadatun Abdullah, Sabri Sudirman Aktivitas Antioksidan dan Komponen
Bioaktif Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: 2014 hlm. 69

Schuler P. (1990), "Natural Antioxidant Exploited Comercially", dalam Husdont


BJF, Food Antioxidants, New York: Elsevier Applied Science

Subeki (1998), "Pengaruh Cara Pemasakan Terhadap Kandungan Antioksidan Beberapa


Macam Sayuran serta Daya Serap dan Retensinya Pada Tikus Percobaan", Tesis
Program Pascasarjana, Bogor: Institut Pertanian Bogor
Triyem, Aktivitas Antioksidan dari Kulit Batang Manggis Hutan (Garcinia cf. bancana
Miq), tesis, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), hlm.21

Yanhouy Lee, dkk 2011. Antioxidant and Glycation Inhibitory Activities of Gold
Kiwifruit, Actinidia chinensis. J. Korean Soc. Appl. Biol. Chem. 54(3), 460-467

Anda mungkin juga menyukai