BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan adalah kebutuhan pokok bagi tubuh manusia. Agar dapat
bermanfaat bagi tubuh, penanganan dan pengelolaan makanan harus dijaga
dengan baik dan benar. Kebutuhan makanan yang sehat akan terpenuhi jika
makanan yang kita makan aman untuk dikonsumsi. Bahan makanan harus
bergizi seimbang, higenis dan bersih tidak mengandung kuman bibit penyakit
atau racun, penyimpanan dan pengolahan makanan harus tepat, mudah dicerna,
mengandung cukup air, serta bentuknya menarik dan rasanya enak (Amaliyah,
2015).
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak dimakan. Makanan yang layak dikonsumsi adalah makanan yang
berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki, bebas dari perubahan fisik,
bebas dari pencemaran setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya dan
bebas dari kontaminasi dan penyakit. Jajan atau jajan pasar atau juga makanan
jajanan adalah jenis masakan yang dimakan sepanjang hari sebagai selingan,
kenikmatan, dan hiburan, tidak terbatas pada suatu waktu, tempat, dan jumlah
yang dikonsumsi (Gardjito, 2013).
Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya
dalam suatu makanan secara tidak sengaja (Marsanti and Widiarini, 2018).
Kontaminasi dalam pengolahan makanan selain ditentukan oleh debu dan
udara, ruangan serta peralatan pengolahan makanan, juga ditentukan oleh
penjamah makanan (food handler), yaitu tenaga pekerja yang menjamah
makanan dari mulai mempersiapkan bahan makanan, menyimpan, mengangkut
sampai menyajikan makanan. Kualitas makanan dapat dilihat dari indikator
mikrobiologi, fisik, dan kimianya (Irianto, 2006).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal
yang penting dalam ekosistem pangan. Faktor yang mempengaruhi kemampuan
tersebut sangat penting untuk mengendalikan hubungan antara
mikroorganisme, makanan dan manusia. Faktor utama yang mempengaruhi
1
2
pertumbuhan bakteri antara lain suhu, air, pH, dan tersedianya oksigen (Suardan
and Swacita, 2009).
Terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan makanan jajanan,
yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan tambahan
makanan, penyajian dan sarana penjaja yang sangat mempengaruhi kualitas
makanan. Pelayanan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain:
tidak menderita penyakit menular, menutup luka, menjaga kebersihan diri,
memakai perlengkapan/alas tangan, tidak merokok atau menggaruk badan, dan
tidak batuk atau bersin dihadapan masakan yang akan disajikan atau tanpa
menutup mulut atau hidung (Permenkes, 2003).
Pada penelitian sebelumnya, hasil pengujian Angka Lempeng Total (ALT)
mikroba menunjukkan bahwa semua jajanan yang menggunakan sampel air tebu
dienam kecamatan di Kota Pontianak melebihi batas maksimum cemaran
mikroba menurut SNI-3719-2014 yaitu 1 x 104 koloni/ml dengan rata-rata
jumlah ALT 7,1 x 104 koloni/ml (Fauzi et al., 2017). Hasil penelitian lain
menunjukkan dengan sampel makanan nasi jingo yang dijual di Denpasar
Selatan, hanya 21,7% sampel yang memenuhi standar ALT dengan rata-rata 2,3
x 107 CFU/g dari 23 sampel (Yunita and Dwipayanti, 2010).
Dari survey awal peneliti, jumlah pedagang kaki lima yang menjual
makanan di Jalan Daya Nasional ada 16. Dari ke 16 penjual tersebut mereka
menjual berbagai jenis makanan jajanan seperti bakso bakar, batagor, sosis
bakar, tahu gejrot, siomay, dan aneka minuman. Penyajian makanan yang dijual
oleh pedagang kaki lima di Jalan Daya Nasional, rata-rata dilakukan ditempat
yang terbuka (sisi jalan raya), pengolahan dan penyajian makanan dilakukan
tanpa sarung tangan/alas tangan. Alat-alat pengolahan juga dibiarkan ditempat
terbuka dan hanya dibersihkan dengan serbet yang sama untuk membersihkan
tangan. Dilihat dari pengolahannya, salah satu pedagang tahu gejrot
menggunakan wadah yang sama untuk menghaluskan bawang dan cabai, cara
pembersihannya pun hanya dengan disiram dengan air hujan yang sudah
disediakannya dari rumah. Peneliti juga menemukan salah satu penjual minuman
memiliki kuku yang panjang dan merokok. Dari hasil observasi tersebut
menunjukkan bahwa higiene sanitasi dari para penjamah makanan jajanan masih
3
sangat rendah. Hal ini akan berdampak pada kontaminasi makanan tersebut.
Angka kuman yang melewati batas maksimum cemaran SNI 7388-2009 dapat
menimbulkan gangguan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa nilai angka kuman
pada Jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima sepanjang Jalan Daya
Nasional Pontianak?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran angka kuman pada
pedagang pedagang kaki lima disepanjang Jalan Daya Nasional, Pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah koloni yang tumbuh pada jajanan makanan yang
dijual oleh pedagang kaki lima sepanjang Jalan Daya Nasional, Pontianak.
b. Untuk mengetahui jumlah koloni yang tumbuh pada jajanan minuman
yang dijual oleh pedagang kaki lima sepanjang Jalan Daya Nasional,
Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan menambah wawasan serta pemahaman
tentang gambaran angka kuman pada jajanan yang dijual pedagang kaki lima
disepanjang Jalan Daya Nasional Pontianak.
4
2. Bagi Institusi
Untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa/i Politeknik Kesehatan
Pontianak Jurusan Analis Kesehatan, khususnya dalam bidang bakteriologi.
3. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan wawasan tentang angka kuman pada jajanan yang
dijual oleh pedagang kaki lima menggunakan metode TPC (Total Plate
Count).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan
1. Pengertian
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambah pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, atau pembuatan makanan minuman (Suhaimi, 2019).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikembangkan dalam beberapa hal,
yaitu:
a. Pangan berasal dari sumber daya hayati dan air, yang berarti pangan
merupakan semua sumber dari organisme, baik hewan dan tumbuhan
yang dapat diolah dan dikonsumsi. Selain itu, air merupakan komponen
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme yang
membutuhkannya.
b. Pangan yang diolah maupun tidak diolah, yang berarti pengolahan
pangan terdiri dari dua jenis, yaitu pangan yang harus diolah sebelum
dikonsumsi, seperti daging dan telur, serta pangan yang dapat langsung
dikonsumsi tanpa harus diolah, seperti sayur dan buah-buahan.
c. Diperuntukkan sebagai makanan dan minuman, merupakan dua jenis
komponen utama pangan yang sangat dibutuhkan makhluk hidup.
d. Bahan tambahan pangan, merupakan zat atau bahan tertentu yang
ditambahkan kedalam pangan, berfungsi untuk menambah cita rasa,
bentuk, aroma dan daya tarik pangan tersebut untuk dikonsumsi.
e. Bahan baku pangan, merupakan bahan-bahan utama yang digunakan
dalam membuat suatu makanan atau minuman.
Pangan merupakan bahan yang digunakan makhluk hidup untuk
mendapatkan tenaga dan nutrisi. Manusia membutuhkan makanan biasanya
diperoleh dari hasil bertani atau berkebun yang bersumber dari hewan
5
6
B. Jajanan
1. Pengertian
Jajan atau jajan pasar atau juga makanan jajanan adalah jenis masakan
yang dimakan sepanjang hari sebagai selingan, kenikmatan, dan hiburan,
tidak terbatas pada suatu waktu, tempat, dan jumlah yang dikonsumsi
(Gardjito, 2013). Definisi makanan jajanan menurut Food and Agriculture
Organization (FAO) (1991) adalah makanan dan minuman yang disajikan
dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan serta tempat umum yang
10
3. Sarana Penjaja
Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya
harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari
pencemaran. Konstruksi sarana penjaja harus memenuhi persyaratan yaitu
antara lain (Permenkes, 2003):
a. Mudah dibersihkan
b. Tersedia tempat untuk
1. Air bersih;
2. Penyimpanan bahan makanan;
3. Penyimpanan makanan jadi/siap disajikan
4. Penyimpanan peralatan
5. Tempat cuci (alat, tangan, bahan makanan)
6. Tempat sampah
4. Sentra Pedagang
Untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan, dapat
ditetapkan lokasi tertentu sebagai sentra pedagang makanan jajanan. Sentra
pedagang makanan jajanan sebagaimana dimaksud, lokasinya harus cukup
jauh dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan pencemaran makanan
jajanan seperti pembuangan sampah terbuka, tempat pengolahan limbah,
rumah potong hewan, jalan yang ramai dengan arus kecepatan tinggi. Sentra
pedagang makanan jajanan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi meliputi
(Permenkes, 2003):
a. Air bersih
b. Tempat penampungan sampah
c. Saluran pembuangan air limbah
d. Fasilitas pengendalian lalat dan tikus;
e. Jamban dan peturasan
12
C. Kontaminasi
1. Pengertian
Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme
berbahaya dalam suatu makanan secara tidak sengaja. Makanan yang
dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak
dimakan. Makanan yang layak dikonsumsi adalah makanan yang berada
dalam derajat kematangan yang dikehendaki, bebas dari perubahan fisik,
bebas dari pencemaran setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya dan
bebas dari mikroba dan penyakit (Marsanti and Widiarini, 2018).
Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme dapat mengakibatkan berbagai
perubahan fisik dan kimiawi dari suatu bahan pangan. Apabila perubahan
tersebut tidak diinginkan atau tidak dapat diterima oleh para konsumen, maka
bahan pangan tersebut dikatakan mengalami kerusakan. Ada kalanya mutu
bahan pangan yang dinyatakan tidak dapat diterima, namun oleh konsumen
lain dapat diterima, sehingga definisi dari kerusakan bahan pangan oleh
mikrorganisme menjadi sangat subyektif (Suardana and Swarcita, 2009).
2. Bentuk kerusakan
Beberapa bentuk kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme dapat
duraikan sebagai berikut ini (Suardan and Swacita, 2009):
a. Berjamur
Kapang bersifat aerobik dan paling banyak atau terutama tumbuh pada
bagian luar permukaan dari bahan pangan yang tercemar. Bahan pangan
mungkin menjadi lekat dan berbulu sebagai akibat dari produksi miselium
dan spora kapang.
b. Pembusukan
Pembusukan diartikan sebagai perubahan dari produk dengan tekstur yang
masih cukup baik seperti buah-buahan dan sayuran.
c. Berlendir
Pertumbuhan bakteri pada permukaan yang basah seperti sayuran, daging
dan ikan dapat menyebabkan flavor dan bau yang menyimpang, yang
ditandai dengan pembentukan lendir.
d. Perubahan Warna
13
pertumbuhan optimum terjadi dalam suatu jangka suhu, bukan pada suatu
suhu yang pasti. Batas tertingginya hanya beberapa derajad di bawah suhu
pertumbuhan maksimum. Suhu pertumbuhan maksimum adalah suhu
tertinggi yang masih memungkinkan ada pertumbuhan. Kenaikan sedikit
saja suhu diatas ini dapat mengakibatkan kematian mikroorganisme karena
enzim yang menjadi nonaktif ( Irianto, 2014).
Mikroorganisme juga dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
tergantung dari batas suhu yang mereka sukai, yaitu (Amaliyah, 2015):
1) Psikrofil, adalah kelompok bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu
antara -15 sampai 10oC dan suhu maksimum 20oC (Amaliyah, 2015).
2) Psikotrop adalah kelompok bakteri yang tumbuh baik pada suhu -5
sampai 25 oC dan suhu maksimum 35 oC (Amaliyah, 2015). Bakteri ini
mampu bertahan maupun berkembang biak pada suhu dingin. Bakteri
ini merupakan bakteri yang bertanggung jawab pada kerusakan
makanan yang disimpan didalam lemari es (Lestari et al., 2018).
3) Mesofil adalah kelompok bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu
-5 sampai 35 oC suhu maksimum 45 oC (Amaliyah, 2015). Kelompok
bakteri ini tumbuh baik pada suhu moderat (tidak terlalu panas, tidak
terlalu dingin) yang terdapat pada keju dan yoghurt, dan digunakan
dalam proses fermentasi biar dan anggur. Oleh karena suhu tubuh
manusia normal yaitu 36℃, maka sebagian besar bakteri patogen pada
manusia merupakan bakteri mesofil (Lestari et al., 2018)
4) Thermofil adalah kelompok bakteri yang dapat tumbuh pada suhu
tinggi antara 40-55 oC, suhu maksimumnya 80 oC (Amaliyah, 2015).
5) Thermotrof adalah kelompok bakteri yang tahan pada suhu
pemanasan diatas suhu optimal pertumbuhannya. Bakteri ini tahan
terhadap suhu pateurisasi sehingga berpotensi sebagai bakteri penyebab
kerusakan pada makanan atau minuman yang dipasteurisasi (Lestari et
al., 2018). Tahan suhu 15 sampai 46 oC, suhu maksimumnya 50 oC
(Amaliyah, 2015).
Spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia tumbuh
terbaik pada suhu tubuh manusia (37 oC), karena itu tergolong dalam
16
6,0–8,0 dan nilai pH diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya bersifat
merusak (Suardan and Swacita, 2009).
Suatu pH dibawah 7 disebut asam, sedangkan pH diatas 7 disebut
alkalis ringan. Kebanyakan bakteri menyenangi suasana alkalis ringan,
yakni antara 7,2–7,6, walaupun ada juga jenis bakteri yang tahan terhadap
kondisi ekstrem. Contoh bakteri tahan asam adalah bakteri asam laktat
dapat hidup pada pH sekitar 4 (Amaliyah, 2015).
e. Kelembaban
Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air
berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat
pengangkut zat gizi atau bahan limbah kedalam dan keluar sel. Apabila air
tersebut mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara
kimiawi dalam larutan gula atau garam, maka air tersebut tidak dapat
digunakan oleh mikroorganisme (Amaliyah, 2015).
5. Batas Cemaran Mikroba
Batas maksimum adalah konsentrasi maksimum cemaran yang diizinkan
terdapat dalam makanan (BPOM, 2009).
Tabel 2.1 Tabel batas maksimum cemaran mikroba makanan
dan minuman
NO JENIS MAKANAN JENIS CEMARAN BATAS
MIKROBA MAKSIMUM
34. Keripik berbasis sayur, ALT (30oC, 72 jam) 1x104 CFU/g
umbi-umbian dan kacang-
kacangan (gadung,
singkong, talas, kentang,
ubi jalar, jamur)
37. Produk kakao dan coklat ALT (30oC, 72 jam) 3x104 CFU/ml
o
52. Sari Kedelai ALT (30 C, 72 jam) 5x104 CFU/ml
o
58. Daging olahan dan daging ALT (30 C, 72 jam) 1x105 CFU/g
ayam olahan (bakso, sosis,
naget, burger)
103. Sari buah dan sayuran ALT (30oC, 72 jam) 1x104 CFU/ml
o
106. Sirup ALT (30 C, 72 jam) 5x102 CFU/ml
111. Teh celup ALT (30oC, 72 jam) 3x103 CFU/ml
o
115. Kopi campur ALT (30 C, 72 jam) 5x105 CFU/ml
121. Pangan olahan lainnya ALT (30oC, 72 jam) 1x104 CFU/g
Sumber : Jenis dan batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan
(BPOM, 2009).
18
1. Escherichia coli
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteriae
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan mikroflora alami yang terdapat pada saluran
pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli merupakan bakteri
fakultatif anaerob, mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi
tetapi pertumbuhannya paling sedikit pada keadaan anerob. Pertumbuhan
yang baik pada suhu optimum 37oC pada media yang mengandung 1% pepton
sebagai sumber karbon dan nitrogen. Escherichia coli memfermentasi laktosa
dan memproduks indol yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri pada
makanan dan air (Amaliyah, 2015).
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang tidak membentuk
spora, berbentuk batang, berukuran 2-3 mm, circular, koveks dan koloni tidak
berpigmen pada nutrient dan media darah. Escherichia coli tumbuh pada
kisaran pH 4,4-8,5. Escherichia coli dapat bertahan hingga suhu 60oC selama
15 menit atau pada 55oC selama 60 menit (Amaliyah, 2015).
2. Shigella sp
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Species : S. Dysentrie
S. flexneri
S. boydii
S. sonnei
Shigella merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk kokobasil dapat
ditemukan pada biakan yang masih muda. Shigella merupakan bakteri
anaerob fakultatif, tetapi tumbuh paling baik pada kondisi aerob. Koloni
Shigella sp berbentuk cembung, bundar, transparan, dan tepi berbatas tegas,
mencapai diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam. Morfologi lain dari bakteri
20
Shigella sp, yaitu tidak membentuk spora, tidak bergerak, tunggal, suhu
optimum 37oC dan dapat menyebabkan diare sehingga mudah ditularkan oleh
orang lain (Amaliyah, 2015).
Shigella sp merupakan bakteri patogen didalam usus manusia yang
dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler. Makanan yang
sering terkontaminasi bakteri Shigella sp adalah salad, sayuran segar
(mentah), susu, produk susu serta air yang terkontaminasi (Amaliyah, 2015).
3. Salmonella sp
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Species : S.enterica
S.bongori
Salmonella merupakan nama genus bakteri dengan ciri-ciri berbentuk
batang, motil (kecuali S.gallinarum dan S.pillorum yang non-motil), tidak
membentuk spora dan gram negatif. Habitat aslinya yang berada didalam usus
manusia maupun binatang, bakteri Salmonella dikelompokkan ke dalam
Enterobcteriaceae. Habitat asli bakteri Salmonella berada didalam usus
manusia maupun binatang. Lingkungan yang menjadi sumber organisme ini
antara lain, tanah, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran
hewan, daging mentah, daging unggas mentah, dan makanan laut mentah
(Amaliyah, 2015).
Bakteri satu ini paling banyak dijumpai pada berbagai jenis makanan,
baik yang telah diolah maupun masih mentah. Bakteri Salmonella ini menjadi
bakteri yang memicu sejumlah penyakit seperti foodborne, tifoid, paratifoid
dan masih banyak lagi lainnya (Amaliyah, 2015).
Penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella dikenal dengan istilah
Salmonellosis. Infeksi Salmonellosis menyerang saluran gastrointestin yang
mencakup perut, usus halus, dan usus besar (Koes Irianto, 2014).
Penyakit ini ditandai dengan berbagai gejala antara lain diare, demam
dalam jangka waktu 8 jam hingga 72 jam, kram pada perut, sakit kepala,
muntah-muntah dan merasa mual yang berkepanjangan. Salah satu yang
21
cukup berbahaya dan menjadi biang penyebab penyakit tipus adalah bakteri
Salmonella typhi (Amaliyah, 2015).
3) Satu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai satu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni.
4) Apabila jumlah koloni kuman pada kontrol lebih dari 10 koloni maka
pemeriksaan diulang.
Keuntungan dari metode TPC adalah pada metode ini hanya sel hidup
saja yang akan terhitung dan jika menggunkaan metode ini memungkinkan
kita untuk dapat mengisolasi koloni tertentu untuk dipelajari lebih lanjut.
Namun metode ini juga memiliki kelemahan diantaranya adalah
memerlukan inkubasi semalaman untuk perkembangan koloni di
permukaan agar dan membutuhkan peralatan gelas yang banyak (Lestari et
al., 2018).
24
G. Kerangka Teori
Makanan
Jajanan
Faktor-faktor Kontaminasi
penyebab
kontaminasi:
a. Kebiasaan
individu
b. Penutupan wadah
penyimpanan Bakteri
c. Pencucian alat Faktor-faktor
d. Kadaluarsa pertumbuhan
e. Cemaran air Bakteri:
1. Suhu
Hitung Angka Kuman 2. Waktu
3. Oksigen
Metode Total Plate Count
4. pH
(TPC) 5. Kelembapan
Gambar 2.1 Kerangka teori gambaran angka kuman pada jajanan yang
dijual oleh pedagang kaki lima sepanjang Jalan Daya Nasional
kota Pontianak
25
BAB III
ALUR KERJA DAN METODE PENELITIAN
A. Alur Kerja
Survey jumlah pedagang kaki lima
menjual jajanan di Jalan Daya Nasional,
Pontianak
Pengenceran sampel
Gambar 3.1 Alur Kerja Gambaran Angka Kuman Pada Jajanan yang Dijual
oleh Pedagang Kaki Lima Sepanjang Jalan Daya Nasional Kota
Pontianak.
26
26
Keterangan Gambar
1. Pendataan pedagang kaki lima yang menjual jajanan sepanjang Jalan Daya
Nasional Pontianak.
2. Pengambilan sampel jajanan dan segera dibawa ke laboratorium.
3. Pengenceran sampel jajanan makanan dan minuman.
4. Dilakukan inokulasi sampel jajanan ke dalam media Plate Count Agar
dengan metode Total Plate Count (TPC).
5. Lihat pertumbuhan koloni bakteri yang tumbuh pada media Plate Count Agar.
6. Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada media Plate Count Agar dengan
colony counter.
7. Perhitungan angka kuman dengan menggunakan rumus.
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Angka Kuman Pada Jajanan
yang Dijual oleh Pedagang Kaki Lima sepanjang Jalan Daya
Nasional Kota Pontianak
Definisi Hasil Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur
Operasional Ukur Ukur
Jajanan Jajanan berupa Manual Visual g atau ml Rasio
makanan dan minuman
yang dijual sepanjang
Jalan Daya Nasional,
Pontianak
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian bentuk deskriptif yaitu
penelitian yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum (Sugiyono, 2018).
c. Sampel
Jajanan makanan dan minuman yang dijual sepanjang Jalan Daya
Nasional Pontianak
5. Prosedur
a. Pembuatan media Plate Count Agar (PCA) (SNI, 2008)
1) Ditimbang PCA 74,025 gr masukan ke dalam Erlenmeyer.
2) Ditambahkan 3.150 ml aquadest steril pada Erlenmeyer tersebut.
3) Dipanaskan sambil digoyang-goyangkan di atas waterbath sampai
larut sempurna.
4) Disterilkan ke dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC.
5) Dibiarkan sebentar hingga agak dingin sekitar suhu 50oC, kemudian
tuang ke dalam cawan petridish.
b. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan Angka Kuman adalah sebagai berikut (SNI,
2008):
1) Pengenceran sampel minuman (cair).
a) Siapkan 7 tabung reaksi steril dan letakkan pada rak tabung
kemudian beri kode secara berurutan 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-
6
, kontrol.
b) Siapkan juga cawan petri steril yang juga telah diberi kode secara
berurutan seperti pada tabung reaksi.
c) Setiap tabung diisi 9 ml NaCl 0,9% steril.
d) Dengan mikropipet 1000 µl masukkan 1 ml sampel pada tabung
10-1 lalu dicampur, pipet 1 ml dari campuran itu dan masukkan ke
tabung 10-2, campur, lalu ambil 1 ml ke tabung 10-3, dan
seterusnya hingga tabung 10-6. Dari tabung 10-6 diambil 1 ml
kemudian dibuang.
e) Tabung kontrol tidak diisi dengan sampel.
f) Pipet 1 ml dari semua tabung ke dalam cawan petri yang kodenya
sama.
g) Tuangi dengan PCA hingga menutupi permukaan cawa petri.
30
KT-KK
Angka kuman= ×P
T
Keterangan :
KK = jumlah koloni kuman yang tumbuh pada cawan petri
kontrol
KT = jumlah koloni yang tumbuh pada tiap cawan petri
P = pengenceran
T = jumlah cawan petri yang dihitung
31