Anda di halaman 1dari 7

Pemeriksaan Rectal Swab pada Penjamah Makanan

A. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui status kesehatan penjamah makanan

Meningkatkan kesehatan penjamah

B. Waktu Pelaksanaan
Hari, Tanggal
Pukul

: Kamis, 15 September 2016


: 09.10 WIB - selesai

Tempat

: Laboratorium Penyehatan Makanan Minuman Kesling

Surabaya
C. Dasar Teori
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan sampai dengan

penyajian makanan. berhubungan dengan

makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,


pengangkutan sampai dengan penyajian makanan.
Untuk mengetahui penjamah makanan tersebut dalam kondisi baik atau tidak
maka dapat dilakukan dengan cara usap dubur. Pemeriksaan rectal swab (usap
dubur) adalah prosedur di mana kapas kecil (cotton swap) dimasukkan ke dalam
rektum 2,5-3cm(1 inchi) dengan cara dipilin untuk tujuan pengambilan sampel
yang akan diuji untuk penyakit dan infeksi tertentu.
Menurut

Permenkes

RI

Nomor

1096/Menkes/Per/VI/2011

tentang

Hygiene

Sanitasi Jasa Boga bahwa syarat layak Hygiene Sanitasi Makanan yaitu :

Cemaran kimia pada makanan negatif

Angka kuman Eschericia Coli pada makanan 0gr/sample

Angka kuman pada peralatan makanan 0

Tidak boleh adanya pembawa kuman pathogen pada penjamah makanan


yang diperiksa usab dubur

Dalam pemeriksaan rectal swab dapat dikehatui apakah ada bakteri Eschericia
Coli (E.Coli) didalam tubuh manusia (dubur). Escherichia coli merupakan bakteri
batang gram negatif, tidak berkapsul dan

merupakan flora normal di dalam

saluran pencernaan hewan dan manusia yang mudah mencemari air. Bakteri E.
Coli dapat berubah menjadi oportunis patogen bila hidup di luar usus, misalnya
pada infeksi saluran kemih, infeksi luka dan mastitis (Supardi, 1999).

E. coli adalah salah satu golongan dari bakteri koliform dan memiliki sifat dapat
tumbuh pada suhu antara 10 - 40C, dengan suhu optimum 37C. pH optimim
untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0 7,5 , pH minimum 4,0 dan maksimum
9,0.

Bakteri ini relatif sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan

pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan. Sehingga


untuk

mencegah pertumbuhan bakteri makanan,

sebaiknya disimpan pada

suhu rendah (Supardi,1999).


E. coli dipilih sebagai indikator karena
mana

(dalam

tinja

manusia,

hewan,

kuman jenis ini ditemukan di mana tanah

ataupun

air

yang

telah

terkontaminasi dengan debu, serangga, burung, binatang kecil lainnya), serta


secara relatif sukar
mengandung

E.

dibunuh dengan pemanasan. Karena itulah


coli,

hendaknya

harus

dipertimbangkan

jika air
penolakan

pemakaiannya untuk air minum, sebab besar sekali kemungkinan air tersebut
telah tercemar dengan bahan - bahan kotor (Azwar, 1990).
Eosin Methynil Blue Agar merupakan media selektif dan diferensial yang
digunakan untuk isolasi gram batang negatif dalam berbagai jenis spesimen.
EMB mengandung gula laktosa dan sukrosa, laktosa tersebut sebagai media
pertumbuhannya. Fermentasi laktosa bakteri (E. coli) menghasilkan asam dari
penggunaan laktosa, dan kombinasi pewarna (yang berfungsi sebagai indikator
pH dalam media ini) yang menghasilkan variasi warna dalam koloni karena
keasaman. keasaman yang kuat menghasilkan koloni ungu dengan kemilau hijau
metalik, sedangkan kurangnya keasaman dapat menghasilkan warna koloni
merah muda kecoklatan.
D. Alat dan Bahan
1. Alat :

Pipet steril 1ml dan 10ml

Cotton swab
Botol transport
Ose + Pipump
Tabung reaksi + Rak
Autoclave 121 C
Lampu bunsen

Gelas ukur
Erlenmeyer
Coolbox + Dry ice
Etiket + ATK
Kertas Coklat + Tali
Aluminium foil
Waterbath
Handscoon + Masket

2. Bahan :

Media Transport Nacl 0,9 % (10ml media transport)

Aquadest

Media Penyubur Eschericia Coli Broth (9ml untuk pengenceran)


Media Eosin Methynil Blue Agar
Alkohol 70%

1. Media :
Media Transport Nacl 0,9 % (10ml media transport)
Media Penyubur Eschericia Coli Broth (9ml untuk pengenceran)
Media Eosin Methynil Blue Agar
2.
3. E. Prosedur Kerja
4. 1. Tahap pengambilan sampel rectal swab:

Persiapkan alat untuk pengambilan sampel (botol media transport,

cotton swab dan bunsen)


Mempersiapkan formulir pemeriksaan yang berisi nama, umur, tanggal

pemeriksaan dan tempat kerja penjamah makanan.


Mempersiapkan handscoon dan dipakai rapi
Memperintahkan dengan sopan kepada penjamah untuk melakukan
posisi menungging dengan kedua tangan memegang masing-masing

pinggulnya atau dapat dilakukan dengan cara tengkurap


Pemeriksa berdiri disamping kiri (bagi yang kidal) sebaliknya dari

penderita
Tangan kiri pemeriksa memegang dan melebarkan lubang dubur
kearah samping kiri dan kanan dengan cara merenggangkan jari
tangan kiri kemudian memasukkan cotton swab dengan tangan kanan
didalam dubur sedalam 1 inchi (2,5-3cm) dan dipilin (Penjamah

makanan harus dalam keadaan rileks agar kondisi dubur tidak tegang)
Pada saat didalam dubur, cotton swabnya diputar (usahakan mengenai

dinding duburnya)
Masukkan ke dalam botol transport lalu patahkan sedikit cotton swab
tersebut dan beri etiket

5. 2. Pembuatan Medias

Membuat Eschericia Coli Broth


6. 74gr dibuat dalam 1 liter
7. Dibuat dalam 20 ml, jadi Eschericia Coli Broth yang dibutuhkan
adalah
8.

74 gr x gr
=
1l
20 ml
9. =

10.

740
1000

x=1, 48 gr

Membuat Eosin Methynil Blue Agar


11.
37,5gr dibuat dalam 1 liter
12.
Dibuat dalam 80 ml, jadi Eosin Methynil Blue
dibutuhkan adalah

yang

13.

37,5 gr x gr
=
1l
80 ml
14.

15.
16.

375
1000

x=3 gr

3. Laboratorium

Hari pertama
Menyiapkan botol transport yang berisi sampel rectal swab
Mengambil ose lalu diflambir lalu ambil 2 mata ose kedalam EC
Broth lalu dekatkan dengan bunsen
Inkubasikan dengan suhu 37 C selama 1x24 jam dalam

inkubator
Hari kedua
Setelah 1x24 jam penanaman, lakukan pembacaan pada media
penanaman
Bila pada media EC broth + yang ditandai dengan adanya
kekeruhan

maka dilanjutkan dengan penanaman media EMB

agar
Penanaman dilakukan dengan cara tuang dengan mengambil
9ml kuman dengan pipet steril dan masukan kedalam petridish
steril
Putar searah jarum jam dan biarkan hingga beku disamping
bunsen lalu Inkubasikan dengan suhu 37 C selama 1x24 jam
dalam inkubator
17.F. Hasil
18.Dari pemeriksaan Eschericia Coli (E. Coli) pada penjamah makanan yang
dapat diketahui sampel rectal swab penjamah makanan tersebut
mengandung e. Coli hal ini ditunjukan pada tahap menggunakan media
Eosin Methynil Blue yanng Inkubasikan dengan suhu 37 C selama 1x24
jam dalam inkubator yang tidak berwana kemilau hijau metalik
19.
20.G. Pembahasan
21.Dari hasil pengamatan pada pemeriksaan rectal swab yang telah
dilakukan pada media pemupuk (Escherecia Coli Broth) dapat diketahui
mengandung E. Coli karena tidak adanya perubahan warna yang terjadi
pada media ECB (tidak berwarna keruh) karena kekeruhan terjadi adanya
bakteri E. Coli yang memfermentasi laktosa pada ECB sehingga tidak
ditemukan pada media EMB. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kesalahan dari petugas pada saat pengambilan sampel rectal swab yang

tidak benar dan karena petugas yang diambil sampel nya sedalam dalam
keadaan yang bersih.
22.
23.
24.H. Kesimpulan dan Saran
25.Di dalam Permenkes RI Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Hygiene
Sanitasi Jasa Boga, disebutkan bahwa tidak boleh adanya pembawa
kuman pathogen pada penjamah makanan yang diperiksa secara usab
dubur. Dari praktikum yang kami lakukan, ini menandakan bahwa
penjamah makanan yang telah diperiksa usab dubur tersebut bukan
pembawa bibit penyakit sejenis bakteri pathogen yaitu Eschericia Coli
(E.Coli) yang dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui
makanan yang tercemar bibit penyakit yang dikonsumsi oleh seseorang
dan penjamah makanan tersebut hasilnya negatif .
26.Hal ini didukung pendapat Brown yang menyatakan jika penjamah
makanan tersebut positif dapat menularkan bibit penyakit pada diri
sendiri atau orang lain karena dipengaruhi oleh penularan dari tangan ke
mulut penderita sendiri karena menggaruk daerah perianal atau karena
memegang benda-benda lain yang terkontaminasi (Lilistiani, 2011).
27.Hal ini berarti setiap
tenaga penjamah makanan harus melakukan
pemeriksaan rectal swab secara rutin untuk mengetahui apakah tenaga
penjamah merupakan pembawa bibit penyakit sejenis bakteri pathogen
yaitu Eschericia Coli (E.Coli) dan menjaga hygiene perseorangnya.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
I.

Daftar Pustaka:

47. Saragih goklas barita, devi, nurmaini. 2013. Sanitasi Makanan Minuman dan

Pemeriksaan Rectal Swab Penjamah Makanan Pada Hotel Arya Duta Medan Dan

Hotel The Palace Inn Tahun 2013.

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/view/6898. 19 september 2016


48.
49.

50. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/menkes/per/vi/2011


tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. 2011.
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/permen-kesehatan-nomor-1096menkes-per-vi-2011-tentang-higiene-sanitasi-jasaboga.pdf.
51.
52. Ritonga Rimadani , Marsaulina Irnawati, Chahaya Indra. 2013. analisis Escherichia
Coli dan higiene sanitasi pada minuman es teh yang dijual di pajak karona jamin
ginting kecamatan medan baru tahun 2013.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/viewFile/6587/5698 . 19 september 2016
53.
54. Reynolds Jackie, College Richland. 2011. Eosin Methynil Blue Agar (EMB).
http://delrio.dcccd.edu/jreynolds/microbiology/2421/lab_manual/EMB.pdf. 23
September 2016
55.
56.
57.
58.
59.

Anda mungkin juga menyukai