Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Lempeng Total ( ALT ) adalah angka yang menunjukkan jumlah
bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1gr sampel makananyang diperiksa.
Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob
mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai
dengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam dengan suhu 37o
C. ( Joko Wibowo Ristanto, 1989).
Pelalatan makanan ialah peralatan yang digunakan untuk menyediakan,
dan menyajikan makanan. Jenis peralatan makanan yang sering digunakan
atau sering dijumpai adalah piring, sendok, dan gelas. Alat makan kualitas
terbaik adalah terbuat dari perak, walaupun baja sering digunakan. Alat
makan praktek yang digunakan untuk makanan-makanan siap saji karena bisa
mental.

Semua alat makan yang mempunyai peluang bersentuhan dengan


makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa
makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan tersebut. Apabila hal
tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman yang tidak dikehendaki
untuk berkembang biak dan membusukkan makanan. Menurut ketentuan
Direktur Jenderal PPM & PLP, inspeksi atau uji sanitasi alat makan atau alat
masak perlu dilakukan pada tempat – tempat pengolahan makanan dan
sampel sebaiknya diambil dari lima jenis alat makan atau alat masak yang
ada, yaitu: sendok, gelas, piring, mangkok, panci, dan lain-lain.

Dalam pelaksanaan uji sanitasi alat makan atau alat masak hendaknya
memperhatikan hal – hal sebagai berikut: Pertama, untuk cangkir atau gelas
uji usap dilakukan pada permukaan luar dan dalam bagian bibir yang terkena
atau biasanya bersinggungan langsung dengan konsumen.Kedua, pada
permukaan bagian luar dan dalam cekungan sendok atau garpu.Ketiga untuk
piring, uji usap dilakukan pada permukaan dalam tempat makan. Biasanya
luas piring dibagi menjadi empat bagian dan pengusapan diakukan dengan
mengusap dua juring yang saling berhadapan.Keempat setiap satu alat makan
menggunakan satu swab.

Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari


peralatan makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan minuman.

Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan


merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas
makanan dan minuman. Alat makan yang tidak dicuci dengan bersih dapat
menyebabkan organisme atau bibit penyakit yang tertinggal akan
berkembang biak dan mencemari makanan yang akan diletakkan diatasnya.

Untuk itu, dari penjelasan diatas bahwa penting kita mengetahui cara
melakukan pencucian peralatan makanan. Dengan pencucian secara bak
akan menghasilkan peralatan yang baik dan sehat pula. Dengan menjaga
kebersihan peralatan makanan seperti piring, gelas, dan sendok berarti telah
membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang
dikonsumsi.

1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum

Untuk mengetahui cara pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)


alat makan.
1.2.2 TujuanKhusus

1. Untuk Mengetahui alat dan bahan pemeriksaan Angka Lempeng Total


(ALT) Alat Makan
2. Untuk Mengetahui Perhitungan Media Angka Lempeng Total
(ALT) Alat Makan
3. Untuk Mengetahui cara pembuatan media pemeriksaan Angka
Lempeng Total ( ALT ) Alat Makan
4. Untuk Mengetahui cara pengambilan sampel Angka Lempeng Total
(ALT) Alat makan
5. Untuk Mengetahui cara Penanaman sampel pada pemeriksaan Angka
Lempeng Total ( ALT ) Alat Makan
6. Untuk Menghitung Angka Lempeng Total ( ALT ) Alat Makan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Peralatan


Peralatan utuh, aman dan kuat, peralatan yang sudah retak atau pecah
selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan ) juga menjadi
sumber pengumpulan kotoran karena tidak dapat tercuci dengan
sempurna. Untuk itu peranan pencucian peril kita ketahui secara
mendasar seperti piring, gelas, dan sendok. ( Depkes RI 2004 )
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari
peralatan makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di
Indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk Permenkes RI No.
1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan
tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.Peranan peralatan makanan
dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food hygiene). Setiap peralatan
makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap
saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih
belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena
didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri
E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut
tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting
diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan
menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga
kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok,dll.), berarti telah
membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang
dikonsumsi.

2.2 Definisi Angka Lempeng Total


Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil
dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa. Prinsip dari
ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah
sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang
kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C (Joko Wibowo
Ristanto, 1989).Uji angka lempeng total merupakan metode yang umum
digunakan untuk menghitung adanya bakteri yang terhadap dalam sediaan yang
diperiksa.
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan
jumlah total mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan
termofilik) .
a. Psikofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu
kurang dari 20°C,
b. Mesofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20
°C-40°C
c. Termofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu
lebih besar dari 40°C.
Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisma hidup
yang membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji.
Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan
termofilik) setelah contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ±
1°C selama 24 jam 48 jam ± 1 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu
media agar, maka mikroorganisma tersebut akan tumbuh dan berkembang
biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.
Populasi bakteri dihitung dengan cara mengencerkan sampel atau
bahan uji, dilanjutkan dengan melakukan inokulasi semua hasil pengenceran
didalam media pelat. Jumlah koloni yang dapat tumbuh pada pelat dihitung
secara manual dengan bantuan “Colony Counter”. Jumlah koloni yang
memenuhi ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250-300 koloni pada
media pelat.
Artinya: Bila percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 koloni
pada pelat hasil pengenceran ke-4 dan 200 koloni pada pengenceran ke-3,
maka kesimpulannya adalah bahan uji mengandung = 200 x 10³ = 200.000
koloni bakter / mL atau perhitungan berdasarkan pada koloni yang tumbuh
pada hasil pengenceran ke-3.
Metode ini dapat dianggap yang paling sensitive kerena sel hidup
yang dapat terhitung, beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung
sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan identifikasi karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel induk.
Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu
teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada
prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa
kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu
dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah
koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai
jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran.
Jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni
yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata
tanpa mikroskop. Metoda hitungan cawan merupakan cara yang paling
sensitive untuk menentukan jumlah jaasad renik karena beberapa hal yaitu :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari jasad renik yang menetap
menampakkan pertumbuhan yang spesifik.

2.3 Persyaratan Perhitungan Angka Lempeng Total


Adanya jumlah angka lempeng total yang ditemukan pada suatu sampel
dapat dijadikan acuan bahwa sampel tersebut masih layak untuk dikonsumsi
atau tidak. Adapun untuk batas persyaratan perhitungan dari angka lempeng
total adalah :
a. Mikroba yang dapat dihitung 30-300 koloni
b. <30 koloni, dianggap cemaran
c. >300 koloni, spreader atau tak terhingga sehingga tak dapat dihitung
d. Jumlah bakteri adalah jumlah koloni x factor pengenceran
e. Perbandingan jumlah bakteri dari pengenceran berturut-turut antara
pengenceran yang akhir dengan pengenceran yang sebelumnya
f. Jika sama atau kurang dari 2 maka hasilnya dirata-rata
g. Jika lebih dari 2 digunakan pengenceran sebelumnya.

2.4 Metode Pour Late


Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang
mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel
yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke
mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam,
amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 30- 300 koloni.
Metode pour plate (cawan tuang) adalah suatu teknik untuk menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar
yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel - sel tersebut
tersebar merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah
diketahui beratnya ke dalam 9 mL garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan
buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak
rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa
kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan
(biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi
dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media
penyubur (nutrien agar) steril hangat (40 - 50⁰C) kemudian ditutup rapat dan
diinkubasi selama 1 - 2 hari pada suhu 37⁰C. Penuangan dilakukan secara aseptik
atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau tumbuh atau
masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang hendaknya tidak
terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan (media panas
sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang
akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan.
Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur
diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian
diletakkan dalam incubator. Pada metode pour plate volume kultur sebanyak 0,1 -
1,0 mL diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian
ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan media
dengan memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata. Karena
sampel dicampur dengan media agar cair, maka volume kultur yang digunakan
dapat lebih tinggi dibanding dengan metode spread plate. Pada pengujian dengan
metode pour plate, kultur/sampel mikroba yang digunakan harus dapat bertahan
hidup pada saat media agar dengan suhu sekitar 45ºC ditambahkan.
Menurut Asriyah (2010) ada keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan
metode pour plate.
- Keuntungan metode pour plate adalah sebagai berikut :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni
yang terbentuk
d. Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan spesifik.
- Kelemahan metode pour plate adalah sebagai berikut :
a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang
sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk
satu koloni.
b. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda.
c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat
dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.

2.5 Cara Perhitungan Angka Lempeng Total


Dari semua cawan petri yang telah diinkubasi, dipilih cawan petri dari satu
pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300. Apabila terdapat
lebih dari satu cawan petri yang menunjukkan pertumbuhan koloni antara 30-300
maka digunakan 2 pengenceran. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan tersebut
dihitung lalu dikalikan dengan factor pengencerannya.
Hasil menyatakan sebagai angka lempeng total dlam tiap gram contoh.
Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pertnyataan diatas, maka
petunjuk sebagai berikut :
a. Bila satu diantara petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah 30-
300 koloni, dihitung rata-rata kedua cawan dikalikan factor pengenceran.
b. Bila pada cawan petri pada kedua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah koloni dan
dikalikan factor pengenceran kemudian diambil rata-rata. Jika pengenceran
yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari 2kali jumlah koloni
pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah
(missal pada pengenceran 10-2 diperoleh 140 koloni dan pada pengenceran 10-
3 diperoleh 32 koloni, maka yang dipilih jumlah koloni pada tingkat
pengenceran 10-2 yaitu 140 koloni)
c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah
antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran
terendah dan dihitung sebagai angka lempeng total perkiraan.
d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena
factor inhibitor, maka angka lempeng total dilaporkan sebagai kurang dari satu
dikalikan factor pengenceran terendah
e. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 300, maka cawan dengan tingkat
pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sector (2,4, dan 8) jumlah koloni
dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil dilaporkan sebagai angka
lempeng total perkiraan.
BAB III

METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Selasa, 10 September 2019
Pukul : 13:30 – 16:30 WIB
Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Terpadu
Materi : Pemeriksaan ALT Alat Makanan Minuman

3.2 Alat dan Bahan dalam Pemeriksaan ALT Alat Makanan Minuman
3.2.1 Alat
No NamaAlat Jumlah

1. Petridish 15

2. Neraca Analitik 1

3. Testube 15

4. Botol Pijit 2

5. Batang Pengaduk 2

6. Karet Hisap 5

7. Pipet Ukur 5

8. Gelas Kimia 500 ml 1

9. Erlenmeyer 250 ml 2

10. Kompor Listrik 1

11. Rak Testube 3

12. Autoclaff 1
13. Spatula 1

14. Bunsen 3

15. pinset 1

3.2.2 Bahan
No NamaBahan Jumlah

1. Aquadest 250 ml

2. Larutan nutrient agar 4.5 gram

3. Buffer phosfat ph ,72 0,1 gram

4. Kapas Secukupnya

5. Lidi kapas 6 batang

6. Koran secukupnya

3.2.3 Tabel Perhitungan Alat dan Bahan


PengenceranSampel Buffer Phosfat (pH
Testube Petridish PCA
7,2)
Sampel 1 1 10 ml 15 ml

10‫־‬1 1 1 9 ml 15 m l

10‫־‬² 1 1 9 ml 15 ml

10‫־‬3 1 1 9 ml 15 ml

Kontrol 1 1 10ml 15 ml

Total 5 5 47 ml 75 ml

Catatan : jika alat makan yang akan diusap misalnya ada 2 maka testube dan
petridish yang digunakan dikali 2.
3.2.4 Sampel

No Sampel Jumlah

1. Sendok 1

2. Piring 1

3. gelas 1

3.3 Perhitungan dan Pembuatan Media


3.3.1 Perhitungan NA
Hitung NA yang akan ditimbang dengan cara :
𝑉
Rumus :1000 x gr NA / L =.................. gr

Ex:
1. Volume Air yang digunakan:
V = 75 × 3 = 225 ml
2. Gram PCA yang digunakan:
225
Gram PCA = 1000 x 20 =4.5 gr

3.3.2 Pembuatan NA
1. Timbang NA padat sebanyak 4.5 gr dengan timbangan kasar dan
masukkan kedalam gelas kimia.
2. Lalu tambahkan aquades sebanyak 225 ml kedalam gelas kimia.
3. Lalu aduk larutan tersebut menggunakan batang pengaduk.
4. Setelah itu masukkan larutan yang sudah larut kedalam erlemeyer
250 ml lalu panaskan di atas kompor listrik sampai mendidih (pada
suhu 85-100 ºC).
5. Setelah itu matikan kompor listrik lalu tutup mulut botol erlemenyer
menggunakan kapas dan bungkus dengan menggunakan koran.
6. Setelah itu lakukan sterilisasi.
3.3.3 Perhitungan BPW 0,1%
1. Volume = 3x9 ml + 2 x 10 ml = 47 ml
2. Untuk 3 alat jadi volume dikalikan 3
3. V = 47 ml x 3 = 94ml ̴ 100ml
4. Timbang BPW 0,1% sebanyak 0,1 gram menggunakan timbangan
kasar
3.3.4 Pembuatan BPW 0,1%
1. Lalu timbang Buffer Phosfat 0,1 % sebanyak 0,1 gram pada
timbangan kasar
2. Lalu masukkan kedalam gelas kimia 250 ml
3. Setelah itu tambahkan aquades sebanyak 100 ml
4. Setelah itu panaskan BPW diatas kompor listrik hingga larut.
5. Lalu angkat dari kompor listrik
6. Lalu pipet sebayak 10 ml BPW 0,1% lalu masukkan ke dalam
testube berlabel K( kontrol ).
7. Pipet sebayak 9ml BPW 0,1% lalu masukkan ke dalam testube
berlabel 10 -1, ,.
8. Pipet sebayak 9ml BPW 0,1% lalu masukkan ke dalam testube
berlabel 10-2.
9. Pipet sebayak 9ml BPW 0,1% lalu masukkan ke dalam testube
berlabel 10-3.
10. Setelah itu beri label
11. Tutup mulut testube menggunakan kapas
12. Dan masukkan testube tersebut kedalam erlemenyer 500 ml
13. Bungkus erlemenyer menggunakan koran
14. Siap untuk disterilkan

3.4 Prosedur Persiapan Sterilisasi Alat


1. Pipet ukur dibungkus dengan Koran
2. Testube yang berisi buffer dibungkus dengan Koran.
3. Petridish bungkus dengan Koran.
4. Erlemeyer berisi NA di bungkus dengan koran
5. Buat lidi kapas sepanjang 15 cm, 1 alat minimal 2 lidi dan dibungkus juga
dengan Koran. 1 lidi kapas 1 bungkus koran

3.5 Prosedur Sterilisasi Alat

a) Buka tutup autoclave lalu keluarkan ember sterilisasi dari autoclave.


b) Kemudian masukkan air bersih ±12 Liter ke dalam autoclave sampai
batas air yang ditetapkan.
c) Masukan alat, bahan dan media yang akan disterilkan yang sebelumnya
telah dibungkus, susun alat, bahan dan media tersebut di atas papan
saringan dan atur sedemikian rupa. (catatan: volume yang diizinkan ±
dibawah volume 20x20x10 cm.
d) Setelah alat, bahan dan media yang akan disterilkan dimasukkan ke
dalam autoclave, tutup autoclave dengan tutup penyegel sesuaikan
dengan autoclave.
e) Tutup rapat autoclave dengan rapat dengan memutar baut di penutup
autoclave tersebut. (catatan: jangan terlalu rapat)
f) Atur temperatur sterilisasi 121◦C dengan waktu sterilisasi selama 15
menit.
(catatan : selama proses sterilisasi berlangsung apabila tidak
diperbolehkan mengatur ulang waktu dan temperatur)
g) Setelah proses sterilisasi selesai, matikan autoclave kemudian buka katup
ventilasi untuk mengeluarkan uap di autoclave dan tunggu nilai tekanan
temperatur pada posisi “0”, setelah itu buka autoclave.

3.6 Prosedure Pengambilan Sampel ALT Alat Makan.

A. Penanaman Sampel
1. Hidupkan lampu Bunsen
2. Siapkan alat/bahan yang sudah disterilkan tadi kedalam rak testube.
3. Buka petridish dari Koran.
4. Ambil pipet dan karet hisap.
5. Ambil testube yang berlabel S dengan tangan kiri.
6. Buka kapas dengan jari manis dan kari kelingking.
7. Ambil 1 mL Buffer Phospat berlabel kontrol (K), flambir mulut
testube. Tutup testube.
8. Buka petridish yang berlabel kontrol K (membukanya sedikit saja
jangan di buka semua).
9. Tekan tombol E pada karet hisap dan masukkan secara perlahan
ke dalam petridish setelah selesai tutup petridis.
10. Setelah itu buka lidi kapas dari balutan koran.
11. Ambil alat seperti piring, sendok dan gelas.
a. Untuk piring kita ambil sampel pada bagian lingkaran dalam
piring karena area tersebut yang selalu terkontaminasi dengan
tangan.
b. Untuk sendok bagian yang akan diambil sampel yaitu bagian
cekungan dalam dan cekungan luar.
c. Untuk gelas pada bagian yang kita gunakan untuk minum. Kira-
kira 3 cm.
12. Lidi kapas basah :
a. Buka kapas pada testube yang berlabel S, masukkan lidi kapas
kedalam testube hingga kapas basah, tiriskan dipinggir testube
b. Usap lidi kapas pada alat yang diambil sampel sebanyak 3x
c. Lalu masukkan lidi kapas ke testube yang berlabel S lalu
patahkan lidi dan flambir ujung testube lalu tutup dengan kapas.

13. Lidi kapas kering


1. Ambil lidi kapas baru (kering)
2. Lalu usapkan pada alat tersebut sebanyak 3 kali
3. Setelah itu buka testube berlabel S dan masukkan lidi kapas
kedalamnya dan patahkan lidi yang berlebih lalu flambir testube
dan tutup kembali menggunakan kapas.
4. Lalu tunggu 2-3 menit
5. Setelah itu buka testube dan ambil lidi kapas lalu tiriskan
6. Lalu buang lidi kapas
7. Flambir testube dan tutup kembali dengan kapas.
B. Penanaman Sampel
1. Ambil cairan sampel sebanyak 2 ml dengan pipet ukur di testube
berlabel S lalu flambir testube dan ditutup kembali.
2. Masukkan 1 ml ke petridish berlabel S
3. Dan 1 ml sisanya ke dalam testube yang berlabel 10-1
4. Homogenkan dengan cara menghisap bagian pada testube kemudian
lepaskan diatasnya sebanyak 3x
5. Ambil 2 ml cairan dari dalam testube berlabel 10-1lalu flambir testube
berlabel 10-1 dan masukkan 1 mL kedalam petridish 10-1
6. Ambil testube yang berlabel 10-2 dan masukkan 1 ml sisanya.
7. Lalu homogenkan lagi sebanyak 3x
8. Ambil 2 ml cairan dari dalam testube berlabel 10-2lalu flambir testube
berlabel 10-2 dan masukkan 1 mL kedalam petridish 10-2
9. Ambil testube yang berlabel 10-3 dan masukkan 1 ml sisanya.
10. Lalu homogenkan lagi sebanyak 3x
11. Ambil 1 ml cairan dari dalam testube berlabel 10-3lalu flambir testube
berlabel 10-3 dan masukkan 1 ml kedalam petridish 10-3
12. Lalu homogenkan lagi sebanyak 3x
13. Lalu tuangkan NA sebanyak 15ml/3mm kedalam masing-masing
petridish secara merata.
14. Lalu homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam.
15. Setelah itu diflambir dan tunggu sampai cairannya beku.
16. setelah itu inkubasi di incubator dengan suhu 35-37C selama 2 ×24
jam dengan posisi petridish terbalik.
Prosedur Bagan:

1ml S

1ml 10-1

S 1ml 10-1 1ml 10-2

1ml 10-2

1ml 10-3 1ml

1ml
10-3

K K
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang kami lakukan pada :

Hari / tanggal : Kamis , 12 September 2019

Jam : 15:00-16:00WIB

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Terpadu

Praktikum : Menghitung Angka Lempeng Total( ALT )

1 .Hasil

Dari hasil pengamatan terhadap koloni yang telah kami lakukan pada alat
makan seperti piring, gelas dan sendok. Maka didapatkan koloni pada :

A. Piring
a. Jumlah koloni pada control yaitu 7 koloni/cm2
b.Jumlah koloni pada sampel piring yaitu 72 koloni/ cm2
c. Jumlah koloni pada petridish 10-1 yaitu 89 koloni/cm2
d.Jumlah koloni pada petridish 10-2 yaitu 70 koloni/cm2
e. Jumlah koloni pada petridish 10-3 yaitu 94 koloni/cm2.
B. Sendok
a. Jumlah koloni pada kontrol yaitu 8 koloni/cm2
b. Jumlah koloni pada sampel yaitu 97 koloni/ cm2
c. Jumlah koloni pada petridish 10-1 yaitu 80 koloni/cm2
d. Jumlah koloni pada petridish 10-2 yaitu 52koloni/cm2
e. Jumlah koloni pada petridish 10-3 yaitu 23 koloni/cm2.
C. Gelas
a. Jumlah koloni pada kontrol yaitu 8 koloni/cm2
b. Jumlah koloni pada sampel yaitu 97 koloni/ cm2
c. Jumlah koloni pada petridish 10-1 yaitu 80 koloni/cm2
d. Jumlah koloni pada petridish 10-2 yaitu 67 koloni/cm2
e. Jumlah koloni pada petridish 10-3 yaitu 12 koloni/cm2.
2. Hasil Pemeriksaan jumlah koloni
a. Piring

X koloni = ( jumlah koloni pada sampel – kontrol ) + (jumlah koloni


10 -1 – control ) 10 +( 10-2 – k)100 + 10-3 – k)1000
Jum;ah pengenceran

X koloni = ( 70-7) + (89-7) 10 + (70-7)100 + ( 94-7) 1000

X koloni = 70 + 820 + 6.300 + 87.000

X koloni = 94. 190 / 3

= 31.4 koloni/ cm2

= 3,14 x 10-1

ALT = jumlah koloni x volume pepton


Luas bidang usapan
= (3,14 x 10-1) x 10

100

= 0,0314 koloni/cm2

b. Sendok

X koloni = ( jumlah koloni pada sampel – kontrol ) + (jumlah koloni 10 -1


– control ) 10 +( 10-2 – k)100 + 10-3 – k)1000
Jum;ah pengenceran
X koloni = ( 97-8) + (80-8) 10 + (52-8)100 + ( 23-8) 1000
3
= 89+ 720 + 4.400 + 15.000
3
= 6.736 koloni/cm2
X = X koloni X volume pepton
Luas bidang usapan
= 6,736 koloni/cm2X 10
6,29

= 50,33 koloni/cm2

= 5,033 X 10-1

c. Gelas

X koloni = ( jumlah koloni pada sampel – kontrol ) + (jumlah koloni 10 -1 –


control ) 10 +( 10-2 – k)100 + 10-3 – k)1000
Jumlah pengenceran
= ( 97-8) + (80-8) 10 + (67-8)100 + ( 12-8) 1000
3
= 89 + 720 + 5.980 + 4.000
3
= 10.789 / 3
= 3.596 koloni/ cm2

ALT = jumlah koloni X volume pepton


Luas bidang usapan
= 3.596 koloni/cm2 X 10

3,8 x 10-1

= 13,66

= 1,366 x 10-1 koloni/cm2


Table hasil pengamatan dari uraian di atas

no Jenis Jumlah koloni Luas ALT Jumlah


sampel bidang koloni
usapan yang
sampel 10-1 10-2 10-3 seharus
nya

1. Piring 72 89 70 94 100 0,0314

2. Sendok 97 80 52 23 6,28 5,033x10-1 0

3. gelas 97 80 67 12 38,5 1,366x10-1

3. Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan yang telah kami lakukan dan sampel yang
digunakan yaitu piring, gelas, dan sendok dapat dihitung jumlah angka
lempeng total seperti berikut.
a. Piring
Hasil pemeriksaan angka lempeng total pada piring yang didapatkan
yaitu 0,0314 koloni/cm2. Seharusnya untuk peralatan makanan tidak
boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2. Pada piring yang harus diperhatikan
usapannya yaitu pada tengah yang terkena makanan tersebut.
Maka dari itu sebaiknya ketika kita melakukan pencucian alat makan
harus benar-benar memperhatikan dan melakukan pencucian dengan
prinsip yang telah ditentukan.6 prinsip itu yaitu scraping ( membuang sisa
kotoran ), flushing ( merendam dalam air ), washing ( pencucian dengan
laruran atau detergent ), rinsing ( membilas ), sanitizing ( mengangkat
atau mematikan mikroorganisme ), dan penirisan.
b. gelas
Hasil pemeriksaan angka lempeng total pada piring yang didapatkan yaitu
1,366x10-1 koloni/cm2. Seharusnya untuk peralatan makanan tidak boleh
bakteri lebih dari 0 koloni/cm2. Pada gelas yang harus diperhatikan
usapannya yaitu pada bibir dalam dan luar yang terkena langsung atau
bersinggungan langsung dengan konsumen
Maka dari itu sebaiknya ketika kita melakukan pencucian alat makan
harus benar-benar memperhatikan dan melakukan pencucian dengan
prinsip yang telah ditentukan.6 prinsip itu yaitu scraping ( membuang sisa
kotoran ), flushing ( merendam dalam air ), washing ( pencucian dengan
laruran atau detergent ), rinsing ( membilas ), sanitizing ( mengangkat
atau mematikan mikroorganisme ), dan penirisan.

c. Sendok
Hasil pemeriksaan angka lempeng total pada piring yang didapatkan
yaitu5,033x10-1 koloni/cm2. Seharusnya untuk peralatan makanan tidak
boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2. Pada sendok yang harus
diperhatikan usapannya yaitu pada bagian permukaan dalam dan luar
cekungan sendok.

Maka dari itu sebaiknya ketika kita melakukan pencucian alat makan
harus benar-benar memperhatikan dan melakukan pencucian dengan
prinsip yang telah ditentukan.6 prinsip itu yaitu scraping ( membuang sisa
kotoran ), flushing ( merendam dalam air ), washing ( pencucian dengan
laruran atau detergent ), rinsing ( membilas ), sanitizing ( mengangkat atau
mematikan mikroorganisme ), dan penirisan.
LAMPIRAN

a. piring

kontrol sampel 10-1 10-2 10-3

b.sendok

kontrol sampel 10-1 10-2 10-3

c.gelas

kontrol sampel 10-1 10-2 10-3


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
a. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan angka lempeng total
pada ALT alat makan dan minum yaitu Alat : testube, petridish,gelas kimia
100ml, erlenmeyer 250ml, gelas ukur 100 ml, pipet ukur, karet hisap,neraca
analitik, spatula, batang pengaduk, kompor listrik,autoclave, inkubator,
bunsen, labu ukur 100 ml. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
PCA(3,37gr), aquades, lidi, kapas, BPW 0,1%(0,1gr). Lalu sterilisasi dengan
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121°C yang sebelumnya semua alat
dan bahan yang disterilisasi di bungkus dengan koran.
b. Setelah disterilkan semua alat yang digunakan selanjutnya penanaman
sampel, setelah sampel ditanam selanjutnya di inkubasi selama 1 kali 24 jam
dengan suhu 35-37°C.
c. Hitung NA yang akan ditimbang dengan cara :
𝑉
Rumus :1000 x gr NA / L =.................. gr

Perhitungan BPW 0,1%


1. Volume = 3x9 ml + 2 x 10 ml = 47 ml
2. Untuk 3 alat jadi volume dikalikan 3
3. V = 47 ml x 3 = 94ml ̴ 100ml
4. Timbang BPW 0,1% sebanyak 0,1 gram menggunakan timbangan
kasar
d. Penanaman sampel yaitu Ambil cairan sampel sebanyak 2 ml dengan pipet
ukur di testube berlabel S lalu flambir testube dan ditutup kembali. Masukkan
1 ml ke petridish berlabel S Dan 1 ml sisanya ke dalam testube yang berlabel
10-1 Homogenkan dengan cara menghisap bagian pada testube kemudian
lepaskan diatasnya sebanyak 3x . Ambil 2 ml cairan dari dalam testube
berlabel 10-1lalu flambir testube berlabel 10-1 dan masukkan 1 mL kedalam
petridish 10-1. Ambil testube yang berlabel 10-2 dan masukkan 1 ml sisanya.
Lalu homogenkan lagi sebanyak 3x . Ambil 2 ml cairan dari dalam testube
berlabel 10-2lalu flambir testube berlabel 10-2 dan masukkan 1 mL kedalam
petridish 10-2 Ambil testube yang berlabel 10-3 dan masukkan 1 ml sisanya.
Lalu homogenkan lagi sebanyak 3x . Ambil 1 ml cairan dari dalam testube
berlabel 10-3lalu flambir testube berlabel 10-3 dan masukkan 1 ml kedalam
petridish 10-3 Lalu homogenkan lagi sebanyak 3x Lalu tuangkan NA sebanyak
15ml/3mm kedalam masing-masing petridish secara merata. Lalu homogenkan
dengan cara diputar searah jarum jam. Setelah itu diflambir dan tunggu sampai
cairannya beku. setelah itu inkubasi di incubator dengan suhu 35-37C selama
2 ×24 jam dengan posisi petridish terbalik.
e. Hasil
no Jenis Jumlah koloni Luas ALT Jumlah
sampel bidang koloni
usapan yang
sampel 10-1 10-2 10-3 seharus
nya

1. Piring 72 89 70 94 100 0,0314

2. Sendok 97 80 52 23 6,28 5,033x10-1 0

3. gelas 97 80 67 12 38,5 1,366x10-1

5.2 Saran
1. Untuk mahasiswa
Untuk mahasiswa yang akan memeriksa lempeng total kuman pada
ALT alat makan dan minum sebaiknya lebih memperhatikan kelengkapan
mahasiswa.
2. Untuk instansi
Sebaiknya instansi mencukupi kebutuhan alat dan bahan yang ada di
labor agar tidak menghambat proses kegiatan pratikum nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Joko Wibowo Ristanto, 1989. Pengertian Angka lempeng Total.

Surasri, Siti.1989. Prinsip Sanitasi Makanan. Pusdiknakes RI, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1096/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai