Anda di halaman 1dari 44

1

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan
Tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian
dari skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terlibat dalam pembuatan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca
akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.


Tim Penyusun

















2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
Skenario D Blok 23 .................................................................................................................. 3
I. Klarifikasi Istilah ................................................................................................... 3
II. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 4
III. Analisis Masalah .................................................................................................... 5
IV. Hipotesis ................................................................................................................ 32
V. Sintesis ................................................................................................................... 22
VI. Kerangka konsep .................................................................................................... 43
VII.Kesimpulan ........................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ ........ 44
















3

SKENARIO PHE BLOK 25
Dr.Ani adalah dokter pelayanan primer yang baru saja 6 bulan ditempatkan di Puskesmas
Sako Palembang. 1. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang
didiagnosis demam berdarah di puskesmas sako Palembang dan dirujuk ke rumah sakit
terdekat
Dr. Ani memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor kecamatan sako yang diikuti
15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi
pengetahuan dasar tantang demam berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk aedes
aegypti. Dr Ani juga membagikan stiker bertuliskan 3M seperti yang terlihat di bawah ini .

Satu bulan kemudian warga yang didiagnosis dengan Demam berdarah bertambah menjadi
15 orang dan 1 orang anak meninggal.
Identifikasi pasien yang terdiagnosis Demam berdarah:


A. KLARIFIKASI ISTILAH
1.Demam berdarah: suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa
oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah
manusia
2.Aedes aegypti : vector dari yellow fever dan dengue
4

3.Dokter layanan primer : dokter praktek umum dengan kewenangannya yang
sebatas pelayanan kesehatan tingkat primer
4.Penyuluhan : ilmu soasial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada
individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih bak sesuai yang
diharapkan
5.3M : salah satu program promosi kesehatan untuk mencegah DBD yaitu menguras,
mengubur, menutup
6.Stiker : lembaran kecil kertas atau plastic yang ditempelkan sebagai salah satu
media promosi kesehatan
7.Promosi kesehaan : Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Pusat Promkes Depkes).
8.Komunikasi massa : proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan
pesan kepada khalayak banyak (public)
9. Media promosi kesehatan : menurut depkes 2006: semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator baik
melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
kearah positf terhadap kesehatannya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis demam
berdarah di puskesmas sako Palembang dan dirujuk ke rumah sakit terdekat
2. Dr. ani memutuskan untuk melakukan penyuluhan di kantor kecamatan sako
yang diikuti 15 orang ibu PKK dan 5 orang perangkat kecamatan. Penyuluhan
tersebut berisi pengetahuan dasar tantang demam berdarah, seperti daur hidup
dan bentuk nyamuk aedes aegypti
3. Dr ani membagikan stiker 3M dengan gambar sebagai berikut

5

4. Satu bulan kemudian warga yang didiagnosis dengan DBD menjadi 15 orang
dan 1 anak meninggal

C. ANALISIS MASALAH
1. Selama satu minggu terakhir didapatkan 5 orang anak yang didiagnosis demam
berdarah di puskesmas sako Palembang dan dirujuk ke rumah sakit terdekat
a. Bagaimana cara penularan DBD ?
Jawab:
Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk
subgenus Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopicus sebagai
vector primer, dan aedes polynesiensis . Aedes scutellaris serta aedes niveus
sebagai vector sekunder, selain itu juga terjadi penularan transsexual dari
nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinna serta penularan dari
induk nyamuk ke keturunannya (transovarian).
Ada juga penularan virus dengue melalui transfuse darah seperti
terjadi di singapura pada tahun 2007 yang berasal dari penderita
asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue yang paling tinggi
adalah penularan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Masa inkubasi
eksterinsik adalah 8-10 hari didalam tubuh nyamk, dan inkubasi interinsik
4-6 hari dalam tubuh manuisa yang diikuti respon imun. Cara
penyebarannya melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah
terinfeksi virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar
ludah si nyamuk. Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat. Bersamaan
dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga
berpindah ke orang tersebut karena nyamuk mengeluarkan air liurnya untuk
mencegah koagulasi darah dan bersama air liur tadi virus berpindah ke
tubuh manusia dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam
berdarah. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh
nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya
(infektif).
Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda dari
nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore untuk
menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam
6

berdarah. Sebaliknya Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Bisa juga terjadi penularan dari ibu ke anak. Anak yang dibawah usia
2 tahun yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus dengue dan terjadi infeksi
dari ibu ke anak , dalam tubuh anak tersebut terjadi non neutralizing
antibodies akibatnya adalah adanya infeksi yang persisten. Bila hal tersebut
terjadi maka akan langsung terjadi proses enhancing yang memacu
makrofag mudah terinfeksi dan teraktivasi dan mengeluarkan Il-1 , IL-6,
PAF, TNF alfa.

b. Bagaimana pola penyakit DBD 2
Jawab:
Demam pada DBD mempunyai siklus demam yang khas disebut siklus
demam pelana kuda. Ciri-ciri demam DBD atau demam pelana kuda :
Hari 1-3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang
mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, terkadang disertai bercak
merah di kulit (tidak selalu).
Hari 4-5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya Dengue Shock
Syndrome
Hari 6-7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
Jika tanda-tanda DBD di atas telah ditemukan, maka langkah terpenting dari
pengobatannya adalah terapi suportif. Pertolongan pertama yang dapat
diberikan untuk penderita adalah memberi minum sebanyak-banyaknya.
Dapat berupa air masak yang dibubuhi garam oralit atau gula, susu, air
kelapa, jus buah-buahan atau air teh.
7



Hal terpenting yang harus dilakukan adalah pada hari ketiga (Fase Demam
Tinggi) sebelum terjadinya pola pelana, penderita sudah diperiksakan ke
dokter untuk memastikan kemungkinan DBD. Bila menunggu terjadinya
pola pelana yang biasanya terjadi pada hari kelima, maka sudah terlambat
untuk ditangani.
Pada Fase Kritis, kejadian syok/dinding syok syndrome dipercepat oleh
dehidrasi (kekurangan cairan). Kondisi ini dapat terjadi karena trombosit
turun yang mengakibatkan kelainan pada pembuluh darah. Karena darah
bocor, maka kebanyakan kasus kematian penderita DBD akibat dari
pendarahan yang berlanjut kondisi syok tersebut. Namun bila
penanganannya cepat dan benar maka diharapkan masuk pada Fase Masa
Penyembuhan.

c. Bagaimana pencegahan DBD ? 3
Jawab:
Cara- cara mencegah dan memberantas nyamuk antara lain :
1. Abatisasi
Abatasasi yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada
tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Sebaiknya abatisasi
dilakukan setiap 3 bulan sekali. Ada dua macam kegiatan abatisasi yaitu
pertama abatisasi selectif yang dilakukan pada tempat-tempat
penampungan air yang ditemukan jentik. Kedua abatisasi masal yaitu
8

dilakukan pada smua tempat penampungan air di desa/ kelurahan apabila
terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).
2. 3 M (Menutup, Menguras, dan Mengubur)
Cara ini efektif dalam usaha pencegahan nyamuk untuk berkembang biak.
Jika nyamuk tidak bisa berkembang biak maka tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam kegiatan 3 M adalah
sebagai berikut :
1. Menutup dengan rapat tempat penampungan air seperti menutup tempayan
air. Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan
tanah.
2. Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
3. Mengubur barang-barang bekas ke dalam tanah, seperti kaleng-kaleng, botol
pecah dan lain-lain.
3. Perbaikan Drainase
Memperbaiki saluran-saluran air bawah tanah, baik itu alami maupun
buatan. Contohnya selokan-selokan yang ada di sekitar rumah penduduk
perlu pembersihan secara kontinue agar terbebas dari jentik-jentik nyamuk.
Bisa dilakukan dengan cara gotong-royong oleh masyarakat setempat.
Pembersihan sebaiknya dilakukan oleh bapak-bapak maupun pemuda dari
daerah setempat yang biasa di lakukan oleh bapak-bapak penduduk sekitar
dan di lakukan sebulan sekali.
4. Ovitrap
Pemasangan ovitrap merupakan salah satu upaya pemantauan (kegiatan
surveilans) untuk mendeteksi apakah di dalam dan sekitar rumah menjadi
tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai
vektor DBD (demam berdarah dengue) atau tidak. Ovitrap berarti perangkap
telur (ovum= telur, trap= perangkap) terbukti menekan pertumbuhan
nyamuk hingga 50%. Ovitrap mudah dibuat, murah, dan efektif.
Bahan-bahan yang diperlukan adalah :
o Kasa Nyamuk
o Ember Hitam
o Air Bersih
9

Cara membuat Ovitrap adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Pasang kasa nyamuk pada ember
Langkah 2 : Isi ember dengan air hingga 1/3 tinggi kasa nyamuk tergenang
air
Langkah 3 : Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap dan di sudut
ruangan
Langkah 4 : Setelah satu minggu anda bisa mempunyai segerombolan
nyamuk mati di dalam perangkap. Ganti air dan bersihkan kasa nyamuk
setiap seminggu sekali.
5. PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat mencegah peningkatan
kepadatan vektor yaitu sebagai berikut :
1. Menghindari perilaku menggantung baju
2. Rajin membersihkan tempat-tempat yang terdapat genangan air di sekitar
rumah.
3. Rajin membersihkan pekarangan dari sampah-sampah yang dapat
menampung air seperti kaleng dan botol.
4. Menghindari perilaku tidur siang
5. Menjaga kebersihan saluran air.
6. Memasang obat nyamuk (elektrik/bakar), dalam memasang obat nyamuk
kita harus memperhatikan keadaan nyamuknya.
7. Memakai lotion nyamuk pada pagi dan malam hari.
8. Memasang kelambu pada tempat tidur
9. Pelihara ikan, dengan memelihara ikan di dalam bak mandi atau kolam
dapat membantu mengendalikan nyamuk. Ini karena ikan memakan jenti-
jentik dan telur nyamuk.
10. Pelihara tanaman pengusir nyamuk. Sekarang sudah banyak dijual dipasaran
tanaman yang dapat mengusir nyamuk. Biasanya Zodia atau Lavender .
tanaman ini mengusir nyamuk melalui bau yang dikeluarkan oleh tanaman
tersebut.

d. Bagaimana peranan puskesmas dalam megendalikan penyakit
DBD(promotif, preventif, kuratif) ?
10

Jawab:
a. Aspek Promotif
Pada orang sehat seperti : 3M

b. Aspek Pencegahan/ Penyembuhan :





Menurut Leavell dan Clark, ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit:
a. Peningkatan kesehatan (health promotion)
b. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and spesific protection)
c. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
d. Pembatasan kecacatan (dissability limititation)
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Penanggulangan dan Promosi Kesehatan
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang
nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan
pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada:7
o Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain,
kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
o Penyuluhan perorangan:
1. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu
2. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas
3. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas
Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN
penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan
PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di
11

wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat
Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam
berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi
Lingkungan.

Pencegahan & Pemberantasan vektor
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992: upaya
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui
kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit
dan penyelidikan epidiomologi, penanggulangan seperlunya,
penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.
1. Cara memberantas nyamuk dewasa :Fogging (pengasapan)
2. Cara memberantas jentik Aedes aegypti
1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau
menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-lain.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah
3M plus), seperti:
4. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat
lainnya seminggu sekali
5. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
6. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain
misalnya dengan tanah
7. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat-
tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekaranga,
kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain.
8. Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh
jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di
tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air
12

9. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk
10. Pasang kawat kasa di rumah
11. Pencahayaan dan ventilasi memadai
12. Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah
13. Tidur menggunakan kelambu, dan
14. Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok) dan lain-lain untuk
mencegah gigitan nyamuk.
3. Perlindungan perseorangan:
Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu
dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan
melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di
toko-toko seperti baygon, raid dan lain lain.
4. Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)
Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha
peniadaan sarang nyamuk, vas bunga dikosongkan tiap minggu, menguras
bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam
dari bak mandi tersebut, tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan
lebih dahulu sebelum diisi kembali. Maksudnya agar larva-larva dapat
disingkirkan.

e. Bagaimana kriteria suatu penyakit dapat disebut sebagai wabah?
Jawab:
Suatu penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada/tidak dikenal.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).
13

d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari
tahun sebelumnya.
f. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya.
g. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama
dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
h. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis).
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4
minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit
yang bersangkutan.
i. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida

f. Apa interpretasi hasil dari identifikasi pasien yang terdiagnosis DBD?
Jawab:
1. Insiden kasus DBD di kecamatan Sako terjadi pada anak anak, usia 2-
15 tahun. Berdaarkan data epidemiologi
1
Jumlah kasus DBD tercatat
selama ini tertinggi pada kelompok umur < 15 tahun (95%) walaupun
paradigma baru sekarang sudah bergeser ke usia produktif.
2. Berdasarkan tingkat pendidikan, 4 dari 5 kasus terjadi pada anak
sekolah khususnya di SMP A. Hal ini meunjukkan bahwa ada
kemungkinan bahwa infeksi di sekolah kecamatan Sako cukup tinggi
dibandingkan infeksi rumah. Apabila hal ini tidak diatasi maka
kemungkinan insiden DBD d sekolah A akan semakin meningkat.
14

Sehingga harus dipertimbangkan sasaran promosi kesehatan seharusnya
adalah di SMP A.
3. Berdasarkan alamat tempat tinggal, 2 dari 5 anak yang terkena DBD
tinggal di Jalan A. ada banyak kemungkinan yang terjadi 1. Bisa saja
salah satu anak saling menularkan satu sama lain, 2. Lingkungan di
Jalan A memungkinkan untuk tumbuh kembang vector DBD. Maka
dalam hal ini perlu dilakukan tinjauan langsung mengenai perilaku
masyarakat tentang DBD, lingkungan tempat tinggal di Jalan A,
Pengamatan jentik dan juga penilaian ststus gizi anak di Jalan A.


2. Dr. ani , dokter layanan primer, langsung memutuskan untuk melakukan
penyuluhan di kantor kecamatan sako yang diikuti 15 orang ibu PKK dan 5
orang perangkat kecamatan. Penyuluhan tersebut berisi pengetahuan dasar
tantang demam berdarah, seperti daur hidup dan bentuk nyamuk aedes aegypti
a. Bagaimana langkah-langkah promosi kesehatan yang benar? 2
Jawab:
Langkah-langkah promosi kesehatan menurut www.promkes.depkes.go.id
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Langkah-Langkah promosi kesehatan di Puskesmas
Langkah-langkah promosi kesehatan di Puskesmas mencakup:
a. Pengenalan kondisi Puskesmas
b. Identifikasi masalah kesehatan dan PHBS di puskesmas
c. Musyawarah kerja
d. Perencanaan partisipatif
e. Pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan
Bina Suasana
Advokasi
f. Pembinaan kelestarian

2. Langkah-Langkah promosi kesehatan di Masyarakat
LLangkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat mencakup:
15

a. Pengenalan kondisi wilayah
Data geografi dan demografi
Data kesehatan
b. Identifikasi masalah kesehatan
c. Survai mawas diri
d. Musyawarah desa atau kelurahan
e. Perencanaan partisipatif
f. Pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan
Bina suasana
Advokasi
g. Pembinaan kelestarian

b. Apakah keputusan yang dilakukan dr.ani sudah benar? 3
Jawab:
Keputusan dr. Ani belum benar. Karena setelah mengetahui adanya
penyakit DBD, dr. Ani langsung memutuskan sendiri melakukan
penyuluhan, tidak ada perencanaan sebelumnya. Seharusnya sebelum
mengambil tindakan lebih lanjut, dr. Ani bersama kepala kecamatan Sako,
dan kader-kader kesehatan serta staf-staf puskesmas melakukan suatu rapat
koordinasi untuk membuat perencanaan dalam menangani masalah yang
terjadi di puskesmas Kecamatan Sako tersebut. Mereka mengidentifikasi
terlebih dahulu wilayah mana atau apa yang menjadi penyebabnya
penularan penyakit. Kemudian setelah diambill keputusan bersama dengan
tindakan yang telah ditentukan, pelaksanaan dimulai sesuai jadwal atau
rencana yang tellah dibuat. Jika pelaksanaan telah dilakukan dengan baik,
selanjutnya harus ada evaluasi hasil kerja dengan indikator-indikator
keberhasilan suatu promosi kesehhatan. Selain evauasi, pemantauan lebih
lanjut juga harus dilakukan agar rogram terus berlanjut secara
berkesinambungan.

c. Apa saja kewenangan dokter layanan primer?
Jawab:
16

1) Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar,
2) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
3) Melaksanakan tindak pencegahan penyakit,
4) Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer,
5) Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal,
6) Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit
pelayanan primer,
7) Melakukan perawatan sementara,
8) Menerbitkan surat keterangan medis,
9) Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap,
10) Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

d. Bagaimana aplikasi teori perubahan perilaku (green,bloom) terhadap
kasus ini?
Jawab:
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non
behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
i. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
ii. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan
sebagainya.
iii. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Pada kasus ini :
17

Faktor predisposisi seperti pengetahuan bahwa penyakit dbd adalah
penyakit berbahaya sepertinya sudah ada, namun pengetahuan seperti
bagaimana penyebaran dan bagaimana gejala dbd sepertinya belum
diketahui oleh masyarakat. Untuk itu diperlukan promosi kesehatan agar
pengetahuan masyarakat bertambah.
Enabling factors pada kasus ini tidak dicantumkan namun sepertinya sudah
ada karena untuk menguras bak air mudah dilakukan, mengubur atau
mengolah sampah biasanya sudah ada dari masyarakat, menutup
penampungan air juga biasanya mudah dilakukan. Namun bila belum ada
diperlukan pengadaan fasilitas seperti pengolahan sampah dsb.
Reinforcing factors pada kasus ini tidak dicantumkan, namun bila
diperlukan dapat meminta bantuan seperti dari pak lurah atau tetua di
masyarakat untuk mengubah perilaku kesehatan.

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing
faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Perilaku masyarakat
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetik

e. Bagaimana cara berkomunikasi dalam penyuluhan? (komunikasi
komunitas)
Jawab:
ejalan dengan pemahaman tentang komunikasi memusat Soemardjo
(1999) mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya terbukti memberikan
pengaruh signifikan terhadap mutu penyuluhan yang dilakukan oleh
penyuluh untuk memandirikan petani.
18

Dengan kata lain, proses penyuluhan partisipatip yang diba-rengi dengan
proses komunikasi memusat tersebut merupakan metoda yang layak
dikembangkan.

Terkait dengan proses komunikasi memusat dalam kegiatan penyuluhan
tersebut, dapat ditarik pokok-pokok pemahaman sebagai berikut:

1) Proses komunikasi di dalam penyuluhan, harus merupakan proses
komunikasi timbal-balik, dan bukannya komunikasi searah yang sering
dilakukan di dalam proses penerangan yang dilakukan melalui media-masa.

2) Kedudukan penyuluh adalah sejajar dengan kliennya dan stakeholder
yang lain. Artinya, setiap penyuluh harus menghargai dan mau
mendengarkan respon yang diberi-kan oleh masyarakat yang menjadi
kliennya, dalam proses belajar bersama.

3) Respon yang diberikan oleh klien, tidak harus sesuai dengan yang
diharapkan oleh penyuluhnya. Yang penting, selama komunikasi harus
terjadi interaksi yang saling menghargai pendapat pihak yang lainnya,
sebagai masuk-an yang perlu dipikirkan sebagai rangsangan terjadinya
proses belajar.
Dengan demikian, semua pihak benar-benar mengalami proses belajar
bersama.

KEJELASAN KOMUNIKASI

Agar penyuluhan dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan, perlu
perhatian terhadap: "kejelasan komu-nikasi" yang sangat tergantung kepada
keempat unsur komuni-kasinya, yaitu:

1) Unsur penyuluh dan sasarannya, yang merupakan unsur-unsur utama
yang menentukan keberhasilan komunikasi
19

Di dalam kegiatan penyuluhan, sering muncul gangguan komunikasi yang
disebabkan oleh:
a) kekurang trampilan penyuluh/sasaran untuk berkomu-nikasi,
b) kesenjangan tingkat pengetahuan penyuluh dan sasar-an,
c) sikap yang kurang saling menerima dengan baik, dan,
d) perbedaan latar belakang sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh
dengan sasarannya.

Karena itu, penyuluh sangat dituntut untuk selalu ber-usaha:
a) meningkatkan ketrampilannya berkomunikasi,
b) menyampaikan pesan dengan cara/bahasa yang mudah dipahami,
c) bersikap baik (meskipun sadar tidak disukai),
d) memahami, mengikuti, atau setidak-tidaknya tidak me-nyinggung nilai-
nilai sosial budaya sasaran (meskipun dia sendiri benar-benar tidak
menyukainya).

2) Unsur pesan

Persyaratan utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran,
haruslah:
a) mengacu kepada kebutuhan masyarakat, dan disam-paikan pada saat
sedang dan atau segera akan dibutuh-kan.
b) disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami
c) tidak memerlukan korbanan yang memberatkan
d) memberikan harapan peluang keberhasilan yang ting-gi, dengan tingkat
manfaat yang merangsang.
e) dapat diterapkan sesuai dengan kondisi (pengetahuan, ketrampilan,
sumberdaya yang dimiliki/dapat diusaha-kan) masyarakatnya.

3) Unsur media/saluran komunikasi

Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran yang digunakaan
harus terbebas dari gangguan. Baik gangguan teknis (jika menggunakaan
20

media masa), ataupun gangguan sosial budaya dan psikologis (jika
menggunakan media antar pribadi).

Di lain pihak, pilihan media yang akan digunakan, perlu disesuaikan dengan
selera masyarakat setempat, dengan senantiasa mempertimbangkan
kemampuan sumberdaya (dana, ketrampilan, dan peralatan yang tersedia).
Tentang hal ini, harus dipahami bahwa media-masa (elektonik) yang
modern, canggih dan mahal tidak selalu lebih efektif dibanding media inter-
personal dan media-tradisional.

PROSES PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI

Melalui komunikasi, proses perubahan perilaku yang menjadi tujuan
penyuluha sebenarnya dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu:
1) Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang
dilakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai
dia mau mengikuti apa yang dikehendaki oleh komunikator.

2) Secara pervasion, atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang
sama secara berulang-ulang, sampai sasarannya mau mengikuti kehendak
komunikator.

3) Secara compulsion, yaitu teknik pemaksaan tidak langsung dengan cara
menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus melakukan/menuruti
kehendak komunikator.

4) Secara coersion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung, dengan cara
memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang
menurut/melanggar anjuran yang diberikan.

f. Apa saja metode-metode yang dapat dilakukan dalam komunikasi
massa dan komunitas?
Jawab:
21

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau
individu
Faktor-faktor yg mempengaruhi proses pendidikan kesehatan
Input (masukan)
Metode materi atau pesannya
Pendidik atau petugas yg melakukannya
Alat bantu atau alat peraga

Metode-Metode pendidikan kesehatan :
individual (Perorangan)
Metode Pendidikan Kelompok
Metode Pendidikan massa (public)

Metode pendidikan individual (Perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Interview (wawancara)

Metode Pendidikan Kelompok
1. Kelompok besar
Ceramah
Seminar
2. Kelompok kecil
Diskusi kelompok
Curah pendapat (brain Storming)
Bola salju (Snow Balling)
Kelompok kecil-kecil (Bruzz Group)
Role Play (Memainkan peran)
Permainan simulasi (Simulation Game)

Metode Pendidikan massa (public)
Ceramah umun
22

Pidato-pidato, diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik (TV
atau Radio)
Simulasi, dialog antara pasien dgn dokter atau petugas kesehatan melalui
media elektronik

Metode Pendidikan massa (public)
Sinema elektronik dalam acara TV
Tulisan-tulisan di majalah koran, dalam bentuk artikel dan rubrik
konsultasi
Bill Board, dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, contoh : Ayo ke
Posyandu , Dua anak cukup

Alat bantu dan Media Pendidikan kesehatan
Alat bantu (Peraga) adl alat-alat yg digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran

Manfaat alat bantu pendidikan
Menimbulkan minat sasaran pendidikan
Mencapai sasaran lebih banyak
Membantu mengatasi hambatan bahasa
Merangsang sasaran pendidikan utk melaksanakan pesan-pesan kesehatan
Membantu sasaran pendidikan utk belajar lebih banyak dan cepat

Manfaat alat bantu pendidikan
Merangsang sasaran pendidikan utk meneruskan pesan-pesan yg diterima
kepada orang lain
Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para
pendidik/pelaku pendidikan
Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan
Mendorong keinginan org utk mengetahui, mendalami dan akhirnya
memberikan pengertian yg lebih baik
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

23

g. Bagaimana perencanaan promosi kesehatan yang seharusnya
dilakukan pada kasus ini? (advokasi : diagnosis, perencanaan : sasara,
media, target, tujuan, isi penyuluhan, ) 3
Jawab:
Diagnosis
a. Diagnosis Sosial
Anak-anak di kecamatan Sako demam menggigil
Anak-anak tersebut menderita penyakit demam berdarah dengue
b. Diagnoosis Epidemiolgi
Terdapat 5 anak yang menderita DBD yang terdiri dari: 1 anak SD, 4
anak SMP
Kelompok yang berisiko terkena DBD adalah anak-anak dan remaja
Akibat banyak genangan air bening di kecamatan Sako, timbulah
penyakit DBD
Prevalensi penyakit DBD cenderung meningkat karena sumber air bersih
yang tergenang dimana-mana
Penularan vektor DBD melalui gigitan nyamuk yang terdapat vektor
DBD
c. Diagnosis Prilaku dan Lingkungan
1) Prilaku Penduduk
Kebiasaan buuang sampah sembarangan
Air-air bening yyang dibiarkan tergenang dimana--mana
Penduduk jarang menguras bak-bak yang ada dirumahnya
Tidak ada pembersihan bak berkala di SMP A
Masyarakat kecamatan Sako tidak menerapkan PHBS
SMP A tidak menerapkan program PHBS untuk selluruh orang yang
berada di SMP A tersebut
Masyarakat tidak mengerti cara mencegah dan polla penyakit DBD
2) Lingkungan
Genangan-genangan air hujan yang dibiarkan saja
Barangbarang bekas yang tidak dikubur
Bak-bak enampungan air bersih yang tidak ditutup dengan baik
d. Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
24

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)
Tingkat pendidikan orang-orang tua di kecamatan Sako yyang rendah
Pengetahuan tentang pencegahan DBDD kurang
Pengetahuan tentang pola enyakit DBD kurang
Pengetahuan masyarakat tentang pembuangan barang-barang bekas
kurang
2) Faktor pemungkin (enabling factors)
Sering hujan, sehingga banyak genangangenangan air bersih di bakbak
kosong jalan, atau tempattempat berlubang
Puskesmas yang lebih jjauh dari pemukiman penduduk
Sarana kesehatan yang kurang
Tidak ada petugas pembasmi nyamuuk DBD dengan menyemprootkan
gas
3) Faktor penguat (reinfoorcing ffactors)
Tokoh masyarakat kurang peduli dengan penyakit DBD
Tokoh masyarakat belum menerapkan program pemberantasan jentik
nyamuk
Peran kader kesehatan dan tenaga medis yang belum optimal
e. Diagnosis Administrasi dan Kebijakan
1) Administrasi
Kurangnya tenaga kesehatan yang peduli tentang pencegahan DBDD
Penggunaan dana yang menyimpang
Petugas kesehatan PJB yang tidak melaksanakan tugasnya
Sistem administrasi di Puskesmas yang sulit dan kacau
2) Kebijakan
Kebijakan untuk pengadaan dan pelakssanaan PJB belum trealisisr
dengan baik
Belum ada kebijakan mengenai PHBS
Belum ada kebijakan mengenai pencegahan penyakit DBD

Perencanaan
1. Tujuan Promosi Kesehatan
a. Tujuan Umum
25

Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit DBD
b. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan DBD di kecamatan Sako
dan SMP A
Meningkatkan pengetahuan tentang pola penyakit DBD
Meningkatkan pengetahuan tentang cara penularan DBD
Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS
Meningkatkan kondisi hidup bersih dan sehat
2. Sasaran Promosi Kesehatan
a. Sasaran Primer
Anggota rumah tangga yang memiliki bakbak penampungan air bersih,
dan barang-barang bekas tidak pakai
SMP A
b. Sasaran Sekunder
KK
Orang tua
Tokooh masyarakat
Toga
LSM
Petugas Kesehatan
c. Sasaran Tersier
Ketua RT/RW
Keapala desa
Camat
Pembuat kebijakan (Pemda setempat)
3. Isi Promosi Kesehatan
Gejala DBD
Pencegahan DBD
Akibat yang ditimbulkan
Daur hidup nyamuk aedes aegepty
Bentuk nyamuk aedes aegepty
4. Metode yang akan digunakan
a. Penyuluhan
26

Penyuluhan mengenai DBD seperti isi promosi kesehatan diatas
Alat peraga
b. Pelatihan
Diadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan, kader kesehatan, tokoh
masyarakat, dan masyarakat mengenai cara mencegah DBD serta
membasmi Jentik Berkala
Pelatihan kepada masarakat tenteang cara mencegah DBD di rumahnya
masingmasing dan lingkungan mereka
c. Advokasi ke tokoh masyarakat dan pembuat kebijakan
d. Gotong royong membersihkan dan mencegah penyakit
5. Media yang akan digunakan
Stiker
Poster
Video
6. Rencana Evaluasi
a. Proses
Kelancaran rogram yang akan dilaksanakan (sesuai dengan yang
dijadwalkan)
b. Dampak
Evaluasi penerapan pencegahan DBD dengan 3 M
Evaluasi penerapan PJBS
Evaluasi pengurangan prevalensi, angka morbiditas dan mortallitas
akibat DBD
c. Hasil
Angka morbiditas penderita enyakit DBD menurun
Angka mortalitas DBD menurun
7. Rencana Kegiatan

3. Dr ani membagikan stiker 3M dengan gambar sebagai berikut:

27


a. Apa saja media promosi kesehatan?
Jawab:
Jenis / Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1. Benda asli
, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.Merupakan alat
peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak
selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botolpengawet, dl
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dll


.2. Benda tiruan
, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa
digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini
dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran
benda asli yangterlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari
bermacam-macam bahanseperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3. Gambar/Media grafis
, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Poster
28

Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk
mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat,padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-
lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di
photo copy.

4. Gambar alat optik
. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam
sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat
sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang
berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
29

menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari
Bupati.
b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau
titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide
ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif

b. Apakah stiker yang dibagikan dr.ani sudah benar?
Jawab:
Belum, karena stiker yang dibagikan dr. Ani tidak jelas maksudnya. Di
stiker hanya tertulis menguras, mengubur, menutup, tetapi tidak jelas apa
yang dikuras, dikubur dan ditutup. Juga pembagian stiker yang hanya
kepada 20 peserta penyuluhan yang tidak mewakili wilayah tersebut
padahal wilayah yang terkena serangan DBD adalah satu kecamatan. Dan
juga untuk stiker sebagai media promosi kesehatan haruslah ditempatkan di
tempat yang strategis agar mudah dilihat oleh orang.

c. Bagaimana kriteria stiker sebagai media promosi kesehatan?
Jawab:
a. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar
warna yang, mencolok
Warna sebagai symbol mempunyai arti tersendiri :
Merah : berani
Putih : suci
Kuning : kebesaran
Hitam : abadi
30

Hijau : harapan
Merah muda : cemburu
Mengenal rasa warna, dapat diartikan sebagai berikut:
Merah : warna panas
Biru : warna dingin
Hijau muda : warna sejuk
b. Dapat dibaca (eye catcher) orang yang lewat
c. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata
d. Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian
e. Dapat dibaca dari jarak enam meter
f. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor iri,
bangga, dan lain-lain
Tempat penempelan stiker
a. Stiker biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering
berkumpul, seperti pemberhentian bus, dekat pasar, dekat toko/warung
b. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-
lain

d. Bagaimana contoh stiker yang benar?
Jawab:
31



4. Satu bulan kemudian warga yang didiagnosis dengan DBD menjadi 15 orang
dan 1 anak meninggal
a. Apa saja indikator keberhasilan suatu promosi kesehatan?
Jawab:
Indikator keberhasilan

Indikator input :
Adanya organisasi/ lembaga khusus promosi kesehatan.
Pemenuhan standar tenaga profesional di kabupaten/ kota.
Pemenuhan standar sarana promosi kesehatan di kabupaten/ kota.

Indikator proses :
Adanya kebijakan sektor yang mendukung pengembangan perilaku dan
lingkungan sehat (minimal 3 per sektor).
32

Frekuensi informasi melalui media massa (TV: 5 kali/mgg; Radio: 1 kali/hr;
Koran : 2 kali/mgg).
Jumlah kelompok potensial yang bergerak bidang kesehatan di
kabupaten/kota (5 kelompok per kecamatan).

Indikator output :
Perorangan: perbaikan persentase faktor perilaku berisiko (aktivitas fisik,
diet/gizi baik dan tidak merokok) : 80%
Persentase tatanan keluarga sehat (PHBS) : 65 %
Ratio Desa/ Posyandu = 1 : 5

b. Apa saja kemungkinan penyebab peningkatan kasus DBD di
kecamatan sako?
Jawab:
Kemungkinan penyebab terjadinya peningkatan kasus DBD di kecamatan
sako yaitu:
Diagnosis sebelumnya yang salah
Prilaku masyarakat yang belum bisa berubah
Masyarakat tidak menerappkan 3M yang telah diberikan saat penyuluhan
Kurang pemantauan langsung dari petugas kesehatan


D. HIPOTESIS
promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dr. Ani, sebagai doter pelayanan primer di
puskesmas sako palembang gagal karena jumlah penderita Demam berdarah di
kecamatan sako bertambah dan ditemukan kasus kematian akibat DBD.

E. LEARNING ISSUE
1. Promosi kesehatan: teori dan penerapannya di masyarakat

Pengertian Promosi Kesehatan
1. Pengertian Promosi Kesehatan
Sehat :
33

Andrea Waas (1994), no examination of health promotion is possibly without
first considering what health is.
WHO, a complete state of physical, mental and social wellbeing, and not merely
the absence or infirmity
WHO (1986), a resource for everyday life, not the objective of living.
UU 23/1992, Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak hanya
bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial.
Promosi Kesehatan :
Soekidjo Notoatmojo (2005) :
Pertama :
promosi kesehatan dalam konsep Level and Clark (4 tingkat pencegahan
penyakit) berarti peningkatan kesehatan.
Kedua :
upaya memasarkan, menyebarluaskan, memperkenalkan pesan-pesan
kesehatan, atau upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima pesan-
pesan tersebut.
WHO (1984), merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi
kesehatan, kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan
perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga
perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
Ottawa Charter (1986), the process of enabling people to control over and
improve their health. (Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya).
Victorian Health Fundation Australia (1997),a program are design to bring
about change within people, organization, communities and their environment.
Bangkok Charter (2005), the process of enabling people to increase control
over their health and its determinants, and thereby improve their health
1. Tujuan Promosi Kesehatan
34

- Memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
- Menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
1. Sasaran Promosi Kesehatan
Secara prinsipil, sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat. Masyarakat
dapat dilihat dalam konteks komunitas, keluarga maupun individu. Sasaran
promosi kesehatan juga dapat dikelompokkan menurut ruang lingkupnya, yakni
tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-
tempat umum, dan institusi pelayanan kesehatan.
1. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan
- Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi : Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their
health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi
Kesehatan.
- Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain
yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan
- Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan
yang komprehensif.
- Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan
edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga
perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support).
- Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5
tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we
learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we
play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).
35

- Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang
dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling
memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara
pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor.
- Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau
upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi
sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau
peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur:
adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan
sehat masyarakat, dll.
1. Metode dan Media Promosi Kesehatan
Metode :
1. Metode Promosi Individual
- Bimbingan dan penyuluhan
- Interview (wawancara)
1. Metode Promosi Kelompok
- Kelompok Besar
a) Ceramah
b) Seminar
- Kelompok Kecil
a) Diskusi
b) Brain Storming
c) Snow Ball
d) Buzz Group
e) Role Play
f) Permainan Simulasi
1. Metode Promosi Kesehatan Massal
- Public Speaking
- Media Massa
Media :
Lihat Sukidjo (2005) halaman 290.
1. Sejarah Promosi Kesehatan
36

1. Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan
sampai 1960an)
- Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene.
Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten.
Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban
sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing
tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan Medisch Hygienische
Propaganda. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya,
bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan
kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan
brigade sekolah dimana-mana.
- Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar
1. Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)
- Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan
1960
- Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
1. Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-
1995)
- Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)
- Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
- Munculnya Posyandu
- Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron
dll)
1. Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)
- Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada,
munculnya istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986)
memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu : (1) Mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy); (2)
Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment); (3)
Memperkuat gerakan masyarakat (community action); (4) Mengembangkan
kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan (5) Menata kembali arah
pelayanan kesehatan (reorient health services).
37

- Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia
(1988)
Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu: (1) Mendukung kesehatan
wanita; (2) Makanan dan gizi; (3) Rokok dan alkohol; dan (4) Menciptakan
lingkungan sehat.
- Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia
(1991)
Konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni: (1) Memperkuat
advokasi diseluruh lapisan masyarakat; (2) Memberdayakan masyarakat dan
individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui
pendidikan dan pemberdayaan; (3) Membangun aliansi; dan (4) Menjadi
penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
- Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia
(Jakarta Declaration on Health Promotion, 1997)
Promosi Kesehatan abad 21 adalah :
Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;
Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;
Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat;
Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
PROMOSI KESEHATAN SAAT INI
Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang
jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan
dan bersama program kesehatan lainnya mengisi pembangunan kesehatan
dalam kerangka Paradigma Sehat menuju Visi Indonesia Sehat.
Visi Promosi Kesehatan adalah: PHBS 2010, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut
adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian,
tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan
dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana
baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang
garapan Promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan
38

perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya
dan karenanya bersifat lebih lestari.
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) Memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana atau
lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs di masyarakat; (3) Melakukan
advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi
tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh
Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan
fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa
berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.
Selanjutnya strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG,
yaitu: Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga
strategi tersebut dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi
dalam rangka mencapai visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata
masyarakat yang perlu digarap. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu
digerakkan peran aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan
masyarakat (community development, PKMD, Posyandu, Poskestren, Pos
UKS, dll). Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu
dibina atau diajak bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya
baru agar diteladani masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media
tradisonal, adat, atau media apa saja sesuai dengan keadaan, masalah dan
potensi setempat. Sedangkan strata tertier adalah para pembuat keputusan dan
penentu kebijakan, yang perlu dilakukan advokasi, melalui berbagai cara
pendekatan sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada. Ini dilakukan agar
kebijakan yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif
bagi kesehatan.
Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, Promosi Kesehatan juga jelas akan
melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun sebagaimana konsep
Promosi kesehatan yang disebutkan di muka, visi, misi dan strategi tersebut
juga harus dapat dioperasionalkan secara lebih membumi di lapangan, sesuai
keadaan, masalah dan potensi setempat.

2. Komunikasi massa dan komunitas
39


Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan
menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik).
[1]

Organisasi - organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan
memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi
ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini
membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di
masyarakat.
Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang
menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.

Ciri-ciri komunikasi massa
1. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
5. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
6. Ada pengaruh yang dikehendaki
7. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi
masyarakat serta sebaliknya.
8. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan
(pemirsanya) tidak bersifat pribadi.

Efek komunikasi masa
Berdasarkan teorinya, efek komunikasi masa dibedakan menjadi tiga macam
efek, yaitu efek terhadap individu, masyarakat, dan kebudayaan.
Efek komunikasi masa terhadap individu
Menurut Steven A. Chafee, komunikasi masa memiliki efek-efek berikut
terhadap individu:
1. Efek ekonomis: menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh:
dengan adanya industri media massa membuka lowongan pekerjaan)
40

2. Efek sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai
dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki
pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.
3. Efek penjadwalan kegiatan
4. Efek penyaluran/ penghilang perasaan
5. Efek perasaan terhadap jenis media
Menurut Kappler (1960) komunikasi masa juga memiliki efek:
1. conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan
yang tidak diinginkan.
2. memperlancar atau malah mencegah perubahan
3. memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.

Efek komunikasi masa terhadap masyarakat dan kebudayaan
1. Teori Penentuan Agenda oleh Combs dan Shaw
Achil
Teori-teori komunikasi massa
1. Hypodermic needle theory
2. Cultivation theory
3. Cultural imperalism theory
4. Media equation theory
5. Spiral silence theory
6. Technological determinism theory
7. Uses and gratification theory
8. Agenda setting theory
9. Media critical theory

3. Media promosi kesehatan
Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi
(www.pamsimas.org, 2009)
41

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu
melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar
ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya
(DEPKES RI, 2006)
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005):
Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
Dapat memperjelas informasi
Media dapat mempermudah pengertian.
Mengurangi komunikasi yang verbalistik
Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
Memperlancar komunikasi.
B. Jenis Media Promosi Kesehatan
1 Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dan
sebagainya.
Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film, dan
seterusnya.
2 Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan
menjadi:
Media cetak
Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau
foto dalam tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi
dan menghibur.
Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar,
lembar balik, sticker, dan pamflet.
Kelebihan media cetak diantaranya: Tahan lama, Mencakup banyak orang,
Biaya tidak tinggi, Tidak perlu listrik, Dapat dibawa ke mana-mana, Dapat
mengungkit rasa keindahan, Meningkatkan gairah belajar,
42

Kelemahan media cetak yaitu: Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan
efek gerak, dan Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005)
Media elektronika
Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video film,
cassete, CD, VCD.
Kelebihan media elektronika diantaranya: Sudah dikenal masyarakat,
Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih mudah dipahami, Lebih menarik
karena ada suara dan gambar bergerak, Bertatap muka, Penyajian dapat
dikendalikan, Jangkauan relatif lebih besar, Sebagai alat diskusi dan dapat
diulang-ulang.
Kelemahan media elektronika diantaranya: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit,
Perlu listrik, Perlu alat canggih untuk produksinya, Perlu persiapan matang,
Peralatan selalu berkembang dan berubah. Perlu keterampilan penyimpanan,
Perlu terampil dalam pengoperasian (Notoatmodjo, 2005).
Media luar ruang
Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya:
Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum
di perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai
gambar yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan
dan dipasang di suatu tempat yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang,
pameran, banner dan TV layar lebar (DEPKES RI, 2006).
Kelebihan media luar ruang diantaranya: Sebagai informasi umum dan hiburan,
Mengikutsertakan semua panca indra, Lebih mudah dipahami, Lebih menarik
karena ada suara dan gambar bergerak, Bertatap muka, Penyajian dapat
dikendalikan, Jangkauan relatif lebih besar, Dapat menjadi tempat bertanya
lebih detail, Dapat menggunakan semua panca indra secara langsung, dan lain-
lain.
Kelemahan media luar ruang diantaranya: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Ada
yang memerlukan listrik, Ada yang memerlukan alat canggih untuk
produksinya, Perlu persiapan matang, Peralatan selalu berkembang dan
43

berubah, Perlu keterampilan penyimpanan, Perlu keterampil dalam
pengoperasian (DEPKES RI, 2006).


F. KERANGKA KONSEP
G. KESIMPULAN
promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dr. Ani, sebagai doter pelayanan primer di
puskesmas sako palembang gagal karena jumlah penderita Demam berdarah di
kecamatan sako bertambah dan ditemukan kasus kematian akibat DBD
























44

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Aryu. 2010.Demam Berdarah Dengue : epidemiologi, Patofisiologi, Faktor
Risiko Penularan. Aspirator Vol 2 (2) : 110-119. Diakses Tanggal 26 Mei 2014
melaluihttps://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&cad=rja&uact=8&ved=0CEgQFjAC&url=http%3A%2F%2Fejournal.litbang.dep
kes.go.id%2Findex.php%2Faspirator%2Farticle%2Fdownload%2F2951%2F2136
&ei=XTaDU4yiAsTJuASso4LIAQ&usg=AFQjCNGIGpCwOFlgqG9_TFoKJUhT
0J8SEw&sig2=PwcB9wG7kqOVtoJZz7V2TA&bvm=bv.67720277,d.c2E
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta 2004
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf
http://dinkes.ntbprov.go.id/sistem/data-dinkes/uploads/2013/10/UU-No-4-tahun-1984-ttg-
Wabah-Penyakit-Menular.pdf
Kementerian kesehatan RI. 2010. Buletin : Demam berdarah Dengue. ISSN 2087-1546.
Diakses Tanggal 27 Mei 2014 melalui
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20DBD.pdf

Anda mungkin juga menyukai