Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

dan wanita yang meninggal dalam persalinan adalah syahid (HR. Abu Daud)

Melahirkan merupakan suatu proses alami seorang perempuan dalam perjalanan


hidupnya. Proses ini bisa berakhir dengan kebahagiaan atau penderitaan bagi mereka yang
mengalaminya. Begitu beratnya proses tersebut sehingga kita petugas kesehatan harus
memberikan pelayanan yang terbaik, sehingga akhir dari proses ini adalah suatu kebahagiaan.
Proses persalinan ini memerlukan alat bantu yang dapat mempermudah kita memberikan
hasil yang baik.
Partograf WHO merupakan alat bantu untuk mengatur proses persalinan tersebut
berakhir dengan baik. Pertama kali diperkenalkan oleh WHO tahun 1988 kemudian dilakukan
revisi pada tahun 2000.
RSUD Sekayu juga menggunakan partograf WHO ini dalam membantu proses
persalinan. Tetapi dalam prakteknya, ternyata partograf tersebut sulit dipahami oleh para
pertugas kesehatan (dokter dan bidan). Mempertimbangkan masalah tersebut dirasa perlu
untuk melakukan perbaikan penggunaan partograf WHO tahun 2000 yang lebih mudah. Buku
ini merupakan perbaikan dari buku ajar partograf yang ditulis oleh dr. H. Komar A.
Syamsuddin. Mudah-mudahan dengan buku ini pemakaian partograf WHO Sekayu versi 1.0
ini akan memberikan manfaat dan keberhasilan petugas kesehatan dalam menangani proses
persalinan.

Salam

dr. Taufik Firdaus, SpOG

1
PEMBANTU EDITOR

Mohd. Quarratul Aiman, S.Ked

Muhammad Syahrin Faris, S.Ked

Siti Dwinindiya Putri, S.Ked

Fitri Hidayati, S.Ked

Laode Moh. Hidayatullah, S.Ked

Rachmat Taufan, S.Ked

Rizky Permata Sari, S.Ked

Melinda Rachmadianty, S.Ked

2
SEKILAS TENTANG PARTOGRAF

Kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
hipertensi dalam kehamilan, perdarahan dan sepsis sangat sering terjadi. Selain itu di negara
yang sedang berkembang, kematian dalam persalinan kecuali sebab diatas masih ada
penyebab lainnya yaitu partus lama atau partus tak maju atau ruptur uteri.
Partus lama biasanya disebabkan oleh disproporsi kepala panggul yang dapat
mengakibatkan partus kasep dengan segala komplikasinya. Deteksi dini pada setiap kemajuan
persalinan yang abnormal dan pencegahan partus lama, bermakna dapat menurunkan resiko
terjadinya partus kasep, perdarahan paska persalinan dengan segala komplikasinya. Untuk
menurunkan risiko terjadinya partus lama, diusahakan agar persalinan berjalan senormal
mungkin.
Partograf sebagai rekam grafik dan catatan medik kemajuan persalinan sudah lama
dikenal. Partograf sebagai rekam/catatan kemajuan persalinan, dapat berfungsi sebagai
pendeteksi kemajuan persalinan abnormal, sehingga penolong persalinan dapat dengan segera
menentukan sikap terhadap kelainan persalinan tersebut. Dengan demikian partograf dapat
mencegah terjadinya partus lama.
Beberapa ahli membuat partograf (servikograf) untuk menilai kemajuan persalinan
sehingga dengan segera dapat dinilai apabila terjadi penyimpangan kemajuan persalinan.
Friedman (1954), Hendrick (1969) dan Philpot (1972) telah meneliti dan membuat
normogram perbukaan serviks uteri.
Jadi partograf dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini untuk penolong
persalinan terhadap akan terjadinya kemajuan persalinan yang abnormal. Satu kelompok
kerja informal WHO, merancang satu macam partograf yang lebih sistematik dan sederhana
setelah mereka menelaah semua jenis dan bentuk partograf yang ada diseluruh dunia. Maka
pada tahun 1988 WHO menerbitkan satu buku petunjuk. The Partograf: A managerial tool
for prevention a prolonged labour atau suatu alat bantu pengatur untuk mencegah persalinan
yang memanjang.
Partograf ini dinamakan PARTOGRAF MODEL WHO atau Partograf WHO.
Partograf ini telah diuji-cobakan di beberapa negara dan hasilnya yang sangat memuaskan,
dengan kejadian partus lama, mortalitas perinatal dan seksio sesar turun secara bermakna
pada keadaan sebelum dan sesudah partograf digunakan. Penerapan partograf WHO dianggap
cukup rumit, sehingga WHO menyederhanakan partograf tersebut lebih sederhana yang kita
namakan Modifikasi Partograf WHO, yang digunakan dewasa ini.
Namun demikian, dalam praktek sehari-hari ternyata para petugas kesehatan pemula
(bidan, perawat, dokter umum, residen) mengalami kesulitan untuk memantau fase laten
dalam suatu persalinan. Hal ini disebabkan petugas kesehatan pemula tadi sulit
membayangkan situasi kemajuan persalinan apabila hanya dengan membaca hasil
pemantauan (dalam bentuk tulisan). Padahal dalam lembaran partograf tersedia tempat untuk
menggambar perjalanan fase laten, sehingga dirasa perlu membuat petunjuk teknis untuk
menggambarkan fase laten pada partograf dalam buku ini. Selain itu beberapa hal di dalam
buku partograf sebelum ini terdapat beberapa kesealahan sehinga dirasa perlu untuk
melakukan perbaikan.
3
PARTOGRAF WHO (1988)

4
PARTOGRAF MODIFIKASI WHO (2000)

5
PARTOGRAF WHO SEKAYU versi 1.0

6
Perbedaan partograf modifikasi WHO 2000 dengan partograf WHO Sekayu versi 1.0 adalah
pada fase laten dan fase aktif partograf WHO Sekayu pembukaan persalinan digambar,
sedangkan pada partograf WHO yang digambar hanya fase aktif saja sehingga ada
penambahan kolom jam untuk fase laten. Pada fase laten yang digambar hanyalah
pembukaan (simbol X) dan jam saat partograf dimulai. Jam pertama kali dimulai selalu
digambarkan pada kolom paling kiri. Selanjutnya evaluasi sesuai ketentuan partograf sesuai
modifikasi WHO.

POKOK POKOK KETENTUAN MENGGUNAKAN PARTOGRAF WHO SEKAYU


VERSI 1.0

1. Partograf mulai digunakan untuk memantau dan mengatur persalinan, yaitu:


1.1. Saat pasien dinyatakan inpartu dengan ketentuan:
- His minimal 2x/10/10-20
- Perubahan pada serviks yaitu pembukaan dan/atau pendataran
1.2 Saat Induksi dimulai.
2. Partograf tidak digunakan bila:
2.1 Janin mati
2.2 Pembukaan 9 cm atau lebih
2.3 Usia kehamilan kurang dari 34 minggu
2.4 Direncanakan operasi seksio sesar
3. Partograf berakhir:
3.1 Pada fase laten sudah mencapai 16 jam tidak masuk fase aktif bila pasien fisiologis
3.2 Pada fase laten sudah mencapai 8 jam tidak masuk fase aktif bila pasien patologis
3.3 Pada fase aktif sudah mencapai 9 jam pembukaan tidak lengkap bila pasien fisiologis
3.4 Pada fase aktif sudah mencapai 4 jam pembukaan tetap disebelah kanan garis waspada
pada pasien patologis
3.5 Menyentuh atau melewati garis bertindak pada fase aktif
4. Partograf dibatalkan/dihentikan:
4.1 Bila pada saat evaluasi terjadi perdarahan
4.2 Bila pada saat evaluasi terjadi gawat janin
4.3 Bila pada saat evaluasi terjadi maternal distress
4.4 Bila senior residen atau konsulen memutuskan partograf tidak bisa dilanjutkan dengan
pertimbangan tertentu, seperti DKP, alasan sosial, kecemasan/ psikologis pasien

7
POKOK POKOK OBSERVASI PADA PARTOGRAF WHO

Partograf Model WHO terdiri dari 3 komponen dan harus dilakukan obervasi (rekaman dan
catatan) pada komponen-komponen tersebut.

A. Rekaman dan catatan tentang kemajuan persalinan


1. Pembukaan serviks (dilatasi serviks)
2. Penurunan kepala
3. His : a. Frekuensi (berapa kali dalam 10 menit)
b. Lamanya (dalam detik)

B. Rekaman dan catatan tentang kondisi janin


1. Denyut jantung janin (DJJ)
2. Selaput ketuban dan air ketuban
3. Molase (penyusutan kepala)

C. Rekaman dan catatan tentang kondisi ibu


1. Nadi, tekanan darah, suhu
2. Urine : volume, protein dan aseton
3. Obat-obatan dan cairan infus
4. Pemberian oksitosin

A. Rekaman dan Catatan tentang Kemajuan Persalinan


Bagian ini merupakan bagian yang terpenting, yang memperlihatkan hubungan antara
pembukaan serviks dengan waktu. Dapat pula memperlihatkan hubungan penurunan
kepala dengan waktu. Bagian ini adalah kala I dan dibagi 2 fase yaitu fase laten dan fase
aktif.
1. Pembukaan serviks
Fase laten dimulai pada permulaan persalinan sampai dengan pembukaan
kurang dari 4 cm. Lamanya fase ini tidak boleh lebih dari 8 jam. Hanya dapat dinilai
dengan periksa dalam, berapa besarnya pembukaan (cm) pada periksa dalam.
a. Fase laten
Fase laten dimulai dari permulaan persalinan sampai pembukaan <4 cm.
Lama fase ini tidak boleh > 8 jam.
Pada fase ini, saat pasien in partu atau saat induksi dimulai digambar pada kolom
fase laten. Yang digambar hanya pembukaan dan jam evaluasi. Pembukaan
digambarkan dengan tanda (X) dan jam ditulis per 24 jam. Maksimal lamanya fase
laten ini 16 jam pada fisiologis dan 8 jam pada patologis.

8
Gb 1. Gambaran Fase Laten Persalinan Fisiologis

b. Fase akif
Mulai dari pembukaan 4 cm sampai pembukaan 10 cm (lengkap) dan biasanya
pembukaan serviks pada fase ini adalah 1 cm/jam.
Besarnya pembukaan pada periksa dalam dicatat (dibubuhkan) tanda silang (X)
pada partograf.

Pada fase ini terdapat 2 garis yaitu :


1) Garis waspada (garis alert)
Adalah garis yang dilukiskan lurus mulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan
pembukaan 10 cm, sesuai dengan kecepatan pembukaan pada fase ini 1cm/jam
sehingga ini ditempuh dalam 7 jam.
Apabila pembukaan serviks bergeser kearah kanan dari garis waspada, maka
keadaan ini berarti proses kemajuan persalinan melambat, harus difikirkan
kemungkinan untuk dilakukan tindakan-tindakan yang memadai.

2) Garis bertindak (garis action)


Digambarkan 4 jam dari garis waspada dan merupakan garis lurus dan seajajar
dengan garis waspada.
Bila persalinan berjalan lancar maka pembukaan senantiasa berada di garis
atau sebelah kiri garis bertindak.
Apabila pembukaan melewati garis ini, maka diperlukan penilaian yang lebih
saksama lagi.
Diperlukan keputusan yang tepat untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu
pada saat ini

2. Penurunan Kepala
Penurunan kepala ditentukan dengan periksa luar segera sebelum melakukan
periksa dalam. Bila persalinan berjakan lancar, maka pembukaan serviks biasanya
diikuti dengan penurunan kepala, tetapi kadang-kadang belum terjadi penurunan
sampai pembukaan kira-kira 7 cm.

9
Penurunan kepala diukur dengan periksa luar dengan perlimaan diatas simfisis
(dengan memakai 5 jari). Cara ini lebih dapat dipertanggung jawabkan dibanding
dengan periksa dalam oleh karena kalau terdapat kaput yang besar maka akan suli
untuk menentukan apakah penurunan kulit kepala atau tulang kepala.

Gb. 2. Penurunan kepala

Pemeriksaan penurunan kepala

Gb. 3. Penurunan Kepala

10
Kepala masih berada diatas PAP, kepala masih dapat diraba dengan 5 jari rapat (5/5).
Pada kepala yang sudah turun maka masih teraba sebagian kepala diatas simfisis
(PAP) oleh beberapa jari (4/5. 3/5. Dst). Pada kepala yang sudah masuk PAP
(engaged) maka bagian kepala yang masih dapat diraba di atas simfisis dengan 2 jari
atau kurang. Pencatatan penurunan kepala pada partograf dilakukan :
- Di partograf disebelah kiri terdapat tulisan Penurunan kepala yang dibuat garis 5-
0.
- Penurunan kepala ditandai dengan O pada partograf.

3. His
Pada persalinan normal maka his makin lama makin sering dan makin lama
kontraksinya.
Observasi his dilakukan tiap 1 jam di fase laten dan tiap jam di fase aktif

Dua hal diobservasi berapa kali his dalam 10 menit


a. Frekuensinya : jumlah his dalam waktu 10 mnt
b. Lamanya

Keterangan:

< 20 detik
.
. ..
.....
.
.....
20 40
. .
... detik
..... .....
.. ... ..... ...
. . . . ...
..... ..... ..... ..... > 40 detik
..
..... ..... ..... . . . . ..
. . . .
..... ..... ..... .....
..... ..... .... ....
Waktu 0 1/2 1 2 3
(Jam)

Interpretasinya:
- Setengah jam pertama : his 2x dalam 10 menit, lamanya < 20 detik
- Setengah jam ketiga : his 3x dalam 10 menit, lamanya < 20 detik
- Setengah jam keenam : his 4x dalam 10 menit, lamanya antara 20-40 detik
- Setengah jam ketujuh : his 5x dalam 10 menit, lamanya > 40 detik

Gb. 4. Menggambar penilaian his


11
B. Rekaman dan catatan mengenai kondisi janin
1. Denyut Jantung Janin (DJJ)
- Hitunglah tepat/segera setelah his
- Sedapat mungkin ibu dalam posisi miring
DJJ abnormal
a. DJJ > 180 x/menit (takikardi) dan < 100x/menit (bradikardi) = gawat janin
DJJ didengar setiap 15 menit paling tidak 1 menit segera setelah his. Kalau 3 kali
observasi masih abnormal maka segera diterminasi, lakukan :
- Kalau pakai oksitosin segera dihentikan
- Tidur miring ke kiri
- Berikan oksigen
- Lakukan periksa dalam untuk menyingkirkan tali pusat menumbung
- Hidrasi yang adekuat
b. DJJ < 100 x/menit merupakan gawat janin berat dan harus segera diterminasi.

2. Selaput Ketuban dan Air Ketuban


Keadaan air ketuban dapat membantu menentukan keadaan janin. Ada 4 macam
keadaan :
a. Selaput ketuban (+) Utuh / Intak : ditulis I (intak) atau U (utuh)
b. Selaput ketuban (-) pecah :
1. Air ketuban jernih : ditulis J (jernih)
2. Air ketuban dengan mekonium : ditulis M (mekonium)
3. Air ketuban tidak ada : ditulis K (kering)
4. Air ketuban berdarah : ditulis D (darah)

3. Molase (Penyusutan)
Bila ditemukan molase pada kepala yang masih tinggi maka keadaan ini merupakan
tanda kemungkinan adanya disporporsi kepala panggul. Ada 4 tingkatan molase:
0 = tulang-tulang kepala terpisah, sutura masih teraba (0)
+ = tulang-tulang kepala menempel satu sama lain
++ = tulang-tulang kepala tumpang tindih (overlapping)
+++ = tulang-tulang kepala tumpang tindih berat

C. REKAMAN DAN CATATAN MENGENAI KONDISI IBU


1. Nadi, tekanan darah dan suhu
2. Urine : volume, protein dan aseton
3. Obat-obatan dan cairan infus
4. Pemberian oksitosin

12
Frekuensi minimal penilaian (observasi)
Parameter Fase laten Fase aktif
Periksa luar (penurunan kepala) 4 jam 4 jam
Periksa dalam (pembukaan serviks) 4 jam 2 jam
His 1 jam jam
Denyut jantung janin 1 jam jam
Suhu 4 jam 2 jam
Tekanan darah 4 jam 4 jam
Nadi - 1 jam - 1 jam
Urine (sering disuruh kencing, ditampung) 4 jam 4 jam

Periksa dalam boleh dilakukan < 4 jam :


- Pembukaan 7 cm
- Ada indikasi lain :
o Ibu ingin mengejan
o Gawat janin
o Ketuban pecah
o Tali pusat menumbung

Persalinan lama
Masalah ini bisa terjadi pada fase laten atau fase aktif.
Masalah
- Fase laten lebih dari 8 jam (fase laten memanjang)
- Persalinan telah berlangsung 16 jam atau lebih ( pada fase laten)
- Dilatasi serviks di kanan garis waspada

Penanganan umum
- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
- Kaji kembali partograf, tentukan apakah ibu berada dalam persalinan
- Nilai frekuensi dan lamanya his
- Perbaiki keadaan umum ibu :
- Berikan terapi suportif, perubahan posisi
- Periksa keton dalam urine, berikan cairan baik oral maupun parenteral dan
upayakan buang air kecil (katerisasi hanya kalau perlu)
- Berikan analgesia : tramadol atau petidin 5 mg IM (maksimum 1 mg/kgBB) atau
morfin 10 mg IM jika ibu merasakan sangat nyeri.

Diagnosis
Faktor-faktor penyebab persalinan lama
- His yang tidak efisien / adekuat
- Faktor janin
- Faktor jalan lahir

13
Penanganan khusus
- Penilaian kemajuan kala I
- Tanda-tanda belum inpartu/persalinan palsu (false labor)
- His kontraksinya < 2 kali/10 menit, lamanya < 20 detik
- Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 2 jam
- His teratur, bertambah frekuensi dan lamanya
- Majunya pembukaan paling tidak 1 cm / jam di fase aktif (pembukaan berada di
kiri atau di garis waspada)
- Serviks ditekan kepala dengan baik

I. Fase laten memanjang (fase laten > 8 jam)


Lakukan evaluasi ulang medis dan pemeriksaan obstetri secara lengkap, yang akan
memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan.
- Kalau hisnya hilang, kemungkinan persalinan palsu/belum inpartu, ibu boleh pulang.
- Kalau kemajuan pendataran dan pembukaan tidak terjadi mungkin belum inpartu.
- Kalau kemajuan pendataran dan pembukaan lambat (pembukaan masih < 4 cm).
- Jika tidak ada gawat janin dan kontraindikasi untuk induksi lakukan
amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin, selanjutnya:
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
- Jika setelah 2 x penilaian (2 x 4 jam kedua) masih belum masuk ke fase aktif
lakukan seksio sesar.
- Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, air ketuban berbau)
- Berikan antibiotika sampai 2-3 hari paska persalinan.
- Kalau persalinan pervaginam, antibiotika dihentikan sampai paska persalinan.
- Kalau persalinan dengan seksio sesar, antibiotika dihentikan sampai bebas panas.

14
Diagnosis kemajuan persalinan yang tidak memuaskan
Tanda dan gejala yang didapatkan Diagnosis
Fase laten
- His hilang, serviks tidak membuka - Belum inpartu/persalinan palsu
- His lemah/tidak teratur (his <2x/10 menit - Mungkin belum inpartu
lamanya < 20 detik)
- Serviks tidak membuka setelah 8 jam - Fase laten lama/panjang,
pada pembukaan kurang <4 cm dengan kemungkinan rigid serviks
his yang baik (2x/10 menit, lamanya 20
detik)
Fase aktif
- Pembukaan disebelah/melewati kanan - Fase aktif lama
garis waspada
- His <3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 - Inersia uteri
detik
- Dilatasi/penurunan tidak maju dimana his - DKP
baik
- Dilatasi/penurunan tidak maju dengan - Obstruksi/ macet
kaput besar, molase 3+, serviks tidak
ditekan kepala dengan baik, edema
serviks, SBR balloning (mengembung),
cincin Bandl (+), ruptur uteri iminen,
gawat ibu dan janin
- Bukan presentasi kepala dengan UUK - Malpresentasi/malposisi
depan
Kala II
- Pembukaan lengkap, mengejan baik, - Kala II lama
tidak ada penurunan dalam waktu 1 jam
- Dipimpin 3x dengan pimpinan yang baik - Kala II tidak maju
dan kooperatif, tidak ada kemajuan
penurunan kepala
- Dalam 30 menit tidak ada kemajuan - Kala II tidak maju
persalinan

15
Waktu Pembukaan Tindakan
0 jam (MRS) Laten Tunggu 4 jam (gambar partograf fase laten)
Tetap F.Laten Tunggu 4 jam lagi
4 jam
Masuk F.Aktif Dibuat partograf fase aktif
Tetap F.Laten F. Laten lama, amniotomi atau induksi
8 jam
Masuk F.Aktif Dibuat partograf fase aktif
Tetap F. Laten Tunggu 4 jam lagi
12 jam
Masuk F.Aktif Dibuat partograf
Tetap F. Laten Seksio Cesar
16 jam
Masuk F.Aktif Dibuat partograf

Fase Laten Lama (panjang)


(Fase laten >8 jam)

Evaluasi medis dan obstetri lengkap

Nilai His

His Adekuat
His Hilang
His Lemah
His tak teratur Gawat Janin (-)
Kontraindikasi Induksi (-)

AMNIOTOMI DAN INDUKSI

Belum Inpartu
Persalinan palsu
Infeksi Intrapartum

Antibiotika

PULANG NILAI TIAP 4 JAM


2X penilaian (8 jam ke 2)
Tidak masuk ke fase aktif

SEKSIO SESAR
16
Antibiotika diteruskan sampai 48 jam bebas panas

Partus pervaginam antibiotik diberhentikan pascapersalinan


Fase aktif memanjang
(Kemajuan pembukaan < 1cm/jam)

- DKP
- Obstruksi
- Ketuban (+)

AMNIOTOMI

Nilai His

His tidak adekuat His adekuat


<3x/ 10 menit, lama40 detik >3x/10 menit, lama > 40 detik

Kontraindikasi akselerasi DKP (+) -Malpresentasi


Obstruksi (+) - Malposisi

(-) (+) Koreksi Gagal

Akselerasi SEKSIO SESAR

17

Gb. 5. Alur penanganan fase aktif lama (memanjang)


Fase Aktif Memanjang
Adalah pembukaan berada disebelah kanan garis waspada atau pembukaan <1 cm/jam.
- Kalau tidak ada DKP atau obstruksi dan ketuban masih utuh
- Lakukan amniotomi
- Nilai his
- His tidak adekuat (> 3x/10 menit, lamanya < 40 detik)
- Kemungkinan inersia uteri
- Kalau tidak ada kontraindikasi akselerasi, lakukan akselerasi
- Kalau ada kontraindikasi akselerasi, lakukan seksio sesar
- His adekuat (> 30x/10 menit, lamanya > 40 detik) pertimbangkan
kemungkinan adanya :
- DKP, lakukan seksio sesar
- Obstruksi, lakukan seksio sesar
- Malpresentasi / malposisi, kalau tidak dapat dikoreksi, lakukan seksio
sesar

Disproporsi Kepala Panggul


Lakukan penilaian panggul dan besarnya janin
Penilaian panggul yang baik adalah dengan Partus Percobaan
Biasanya mengakibatkan kemajuan persalinan terhenti atau partus macet
Kalau ada disproporsi kepala panggul
- Janin hidup, lakukan seksio sesar
- Janin mati, lakukan embriotomi

Partus Macet (obstruksi)


Janin hidup, pembukaan lengkap :
- Penurunan kepala 1/5 (stasiun 0 atau lebih rendah) lakukan ekstraksi vakum
- Penurunan kepala 2/5 (stasiun -2) lakukan simfisiotomi dan ekstraksi vakum kalau
operator tak berpengalaman untuk simfisiotomi lakukan seksio sesar.
Janin hidup, pembukaan belum lengkap :
- Lakukan seksio sesar
- Janin mati, lakukan embriotomi

Kala II Lama atau Kala II Tidak Maju


Kalau tidak ada malpresentasi atau partus macet dan tidak ada kontraindikasi untuk akselerasi
maka, lakukan akselerasi dengan oksitosin :
- Kalau penurunan 1/5 atau stasiun 0 lakukan ekstraksi vakum atau forsep
- Kalau penurunan antara 1/5 3/5 atau antara stasiun 0 dan -2 lakukan ekstraksi
vakum
- Kalau penurunan lebih dari 3/5 atau stasiun diatas -2 lakukan seksio sesar

18
Penatalaksanaan Persalinan Patologi:
1. Preeklampsi
2. KPSW/KPD
3. Gemeli
4. Bekas seksio
5. Presbo

Pemantauan persalinan patologis, sedikit berbeda dengan pasien fisiologis


- Dikenal dengan istilah partograf setengah waktu
- Penanganan fase laten 4 jam pertama evaluasi tanpa intervensi (kecuali induksi)
- Bila 1 x 4 jam pertama tetap di fase laten lakukan amniotomi atau akselerasi
- Bila 2 x 4 jam tetap di fase laten lakukan seksio sesar
- Fase laten memanjang ( >8 jam) indikasi untuk seksio sesar

Gb 6. Gambaran Fase Laten Persalinan Patologis

- Fase aktif memanjang (pembukaan < 1 cm/jam) lakukan amniotomi atau akselerasi
- Pada fase aktif bila 2 x 2 jam tetap di sebelah kanan garis waspada lakukan seksio
sesar

Gb 7. Gambaran Fase Aktif Persalinan Patologis Setengah Waktu

19
Primum Non Nocere
Non Vi Sed Arte
In Memoriis Sekayu 2015

20

Anda mungkin juga menyukai