Nama Kelompok:
1. Ira Puspita
2. Emilsy Maya
3. Riri Andaluci
4. Risty Andaluci
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Alhamdulillah berkat kerja keras dengan petunjuk dan ridha-Nya kami
berhasil menyelesaikan Makalah Kelompok Evidence Based Pelayanan Kebidanan dengan
judul Pemantauan Penilaian Kemajuan Persalinan (partograph) dan Pemantauan Ibu dan
janin. Penulis sangat berterimakasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini terutama kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang ikut
serta dalam mendukung terselesaikannya makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan meskipun penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dalam penulisan makalah ini namun kesempurnaan hanya milik Allah SWT.Oleh
karena itu, untuk kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan segala kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun. Semoga ini dapat bermanfaat bagi pembaca dari semua
kalangan.dan juga semua pembaca dapat memahami isi dari makalah ini sehingga dapat
dimengerti.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), salah satu persyaratan penting untuk
mencegah kematian ini adalah penyediaan perawatan oleh penolong persalinan terampil
sebelum, selama, dan setelah melahirkan [4]. Perawatan penolong persalinan yang terampil
perlu tersedia di semua tingkat sistem kesehatan untuk mengurangi keterlambatan rujukan ke
tingkat perawatan yang lebih tinggi jika masalah diperkirakan akan muncul atau memang
muncul selama persalinan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Partograf
Friedman membagi tahap pertama persalinan menjadi fase laten dan fase aktif. Fase
aktif terdiri atas fase percepatan (akselerasi), fase dilatasi maksimal dan fase kurangnya
kecepatan (deselerasi).[1-4] Partograf yang paling sering digunakan di Indonesia adalah
partograf yang dimodifikasi oleh WHO pada tahun 2000.
C. Tehnik
Dokumentasi yang diselaraskan secara universal membantu setiap petugas kesehatan untuk
mengerti cara membaca partograf dan jika didokumentasikan dengan tepat serta konsisten
akan memberikan hasil yang efektif dalam membantu proses persalinan , berikut ini
merupakan poin-poin dalam pencatatan partograf.[1,9]
D. Poin-poin Partograf
1. Nama
3. Rekam medis
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin
3. Kontraksi uterus
WHO meluncurkan inisiatif safe motherhood, sejak saat itu WHO telah menerbitkan tiga
jenis partograf yang berbeda.
1. Partograf komposit
mencakup fase laten 8 jam dan fase aktif dimulai pada pembukaan serviks 3
cm. Memiliki garis waspada dengan kemiringan 1 cm/jam dan garis aksi 4 jam
ke kanan dan sejajar dengan garis waspada. Ini juga menyediakan ruang untuk
merekam penurunan kepala janin, kondisi ibu, kondisi janin dan obat-obatan
yang diberikan (Gbr. 1)
Drag image to reposition. Double click to magnify further.
2. Partograf Modifikasi
WHO memodifikasi partograf pada tahun 2000, fase laten dikeluarkan, dan
fase aktif dimulai pada pembukaan serviks 4 cm [4]. Fitur lainnya tetap sama.
Ada juga kesulitan yang dilaporkan dalam mentransfer dilatasi dari fase laten
disederhanakan ini diberi kode warna. Area di sebelah kiri garis peringatan berwarna
hijau mewakili kemajuan normal. Area di sebelah kanan garis aksi berwarna merah
menunjukkan kemajuan yang sangat lambat. Area antara garis waspada dan garis
tindakan berwarna kuning yang menunjukkan perlunya kewaspadaan yang lebih besar
[5] Dalam uji coba yang dilakukan di Vellore, partogram yang disederhanakan dinilai
Melengkapi informasi bagian atas pada partograf secara teliti. Perhatikan kemungkinan ibu
datang pada fase laten. Seluruh informasi tersebut berupa informasi ibu seperti nama dan
informasi kehamilan. Informasi rekam medis juga tersedia pada kolom atas partograf.
Tanggal dan waktu kedatangan serta pencatatan waktu jika selaput ketuban pecah.[1]
2. Kondisi Janin
Tepat dibawah informasi tentang ibu terdapat bagian untuk pencatatan denyut jantung janin
(DJJ), air ketuban dan penyusupan tulang kepala janin (Molase).[1]
Denyut Jantung Janin (DJJ)
Setiap satu kotak kecil menunjukan waktu 30 menit. Pencatatan DJJ ialah setiap 30 menit
pada persalinan yang dianggap normal, namun penambahan frekuensi pemeriksaan DJJ dapat
ditambah sesuai indikasi. Tandai DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka denyut jantung janin. Kemudian hubungkan titik tersebut pada titik berikutnya
dengan garis lurus. DDJ berkisar 100-180 kali/menit, ditandai dengan garis tebal pada
partograf. Waspadai kurang dari 120 (bradikardi) dan diatas 120 (takikardi).[1]
Air Ketuban
Pencatatan kondisi ketuban setiap melakukan pemeriksaan ditandai dengan lambang sebagai
berikut;
0: Sutura terpisah
Molase merupakan indikator yang memberikan gambaran kepada petugas medis dalam
mengetahui seberapa sanggup kepala bayi menyesuaikan diri dengan tulang panggul ibu.
Semakin besar nilai tumpang tindih antara tulang kepala menunjukan
risiko disproporsi kepala panggul (CPD). Apabila ada dugaan CPD maka penting untuk
memantau kondisi janin dalam kemajuan persalinan.[1]
3. Kemajuan Persalinan
Pada kolom berikutnya setelah pencatatan kondisi janin merupakan kolom kemajuan
persalinan yang terdiri dari pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah janin.
Pembukaan Serviks
Pada kolom besar kedua pada partograf adalah grafik dimana pencatatan kemajuan dilatasi
serviks ditandai dengan tanda ‘X’. Angka 0-10 dapat terlihat di sebelah kiri kolom. Angka
tersebut masing-masing mewakili dilatasi sebanyak 1 cm. Di sepanjang bawah grafik terdapat
angka 0-24 yang menyatakan jam. Pada ibu yang datang saat fase aktif, pencatatan dilatasi
serviks ditandai pada garis waspada. Jika persalinan berjalan dengan baik, maka pencatatan
titik “X” biasanya berada pada sebelah kiri garis waspada.[1,5]
Pada kolom yang mencatat penurunan bagian terbawah janin angka 1-5 disesuaikan dengan
metode perlimaan. Pencatatan ini didokumentasikan menggunakan lambang ‘O’. Lakukan
pemeriksaan leopold terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan VT (Vaginal Toucher)
atau pemeriksaan dalam karena kaput besar dapat memberikan penilaian yang salah.[1]
Hal yang perlu diperhatikan pada kolom ini saat memonitor dilatasi serviks adalah jika
penandaan X mulai bergerak kearah kanan kolom. Karena jika penandaan pembukaan serviks
mengarah kearah garis bertindak yang berjarak 4 jam dari garis waspada maka hal ini dapat
menunjukan adanya keadaan yang menyulitkan persalinan.[1,3]
Kontraksi Uterus
Kolom kontraksi uterus berada tepat di bawah kolom untuk pencatatan penurunan bagian
terbawah janin. Pencatatan kolom kontraksi uterus dilakukan setiap 30 menit sekali selama
10 menit. Selama 10 menit petugas medis akan mencatat berapa kali kontraksi yang terjadi
selama 10 menit serta berapa lama kontraksi dalam hitungan detik.[1] Pencatatan
menggunakan simbol sebagai berikut;
1. Tandai kotak dengan titik-titik untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama <20
detik.
2. Tandai kotak dengan garis-garis untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama 20-40
detik
3. Arsir penuh kotak untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama >40 detik[1]
4. Kondisi Ibu
Pada kolom pencatatan kondisi ibu, denyut nadi yang diperiksa selama 30 menit. Tekanan
darah dan suhu diperiksa setiap 4 jam. Hasil pemeriksaan laboratorium urin juga dicatat
dalam partograf, pemeriksaan meliputi produksi urin, adanya aseton atau protein. Berikut
merupakan simbol khusus pada kolom partogram untuk pemeriksaan kondisi ibu.[1]
5. Kolom Khusus Tersedia untuk Pencatatan Terapi Pemberian seperti Oksitosin dan
Pemberian Obat-obatan serta Cairan Infus.
Kriteria untuk arrest disorder juga dibagi menjadi tidak ada dilatasi dan tidak ada penurunan
Tidak Ada Dilatasi
Tidak adanya pembukaan selama lebih dari 2 jam pada nulipara dan multipara
F. Pedoman Klinis
Pedoman klinis yang perlu diketahui pada prosedur partograf adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui pentingnya pengamatan melalui partogram.
Indikasi partograf merupakan hal sederhana yang harus diketahui oleh tenaga medis yang
berhubungan langsung dengan ibu hamil untuk memonitor persalinan. Indikasi partograf
digunakan untuk mengetahui serta mencegah keterlambatan dan dapat secara dini mengambil
keputusan yang dapat menyelamatkan ibu dan janin.[2,3]
G. Indikasi partograf
2. Semua wanita hamil dalam proses persalinan fase aktif. Berdasarkan partograf yang
telah dimodifikasi oleh WHO pada tahun 2000, pencatatan dimulai saat fase aktif
yaitu pada saat serviks mengalami 4 cm dilatasi[1-5]
H. Kontra Indikasi
Beberapa keadaan yang memiliki kontraindikasi dengan prosedur partograf adalah:
Perdarahan antepartum: tidak memungkinkan untuk mendapatkan data seperti dilatasi
serviks, penurunan bagian terbawah janin dan pemeriksaan air ketuban
Kehamilan gemeli[7,8,9]
Edukasi pasien untuk prosedur partograf adalah kerjasama yang baik antara ibu dengan
petugas kesehatan yang menangani persalinan. Pasien akan diamati dengan pengamatan
secara rutin seperti denyut nadi, tekanan darah dan jantung janin. Pengamatan ini juga
dilakukan dilakukan secara interval. Agar berjalan dengan baik pemberitahuan jadwal
pengamatan dapat diberitahukan kepada pasien.[11]
Pemantauan Ibu Dan Janin
Beberapahal yang harus dipantau oleh tenaga kesehatan dalam menghadapi persalinan antara
lain yaitu:
Keadaan ibu meliputi nadi, TD, suhu dan urine (volume kadar protein dan aseton), serta obat-
obatan dan cairan IV yang diberikan. Sedangkan keadaan janin yang di pantau yakni
Frekuensi denyut jantung. Warna, jumlah dan lamanya ketuban pecah serta moulage kepala
janin.
PEMANTAUAN KONDISI IBU
1. NADI
Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk mengetahui jumlah detak jantung per menit. Selain
itu, pengukuran ini juga dapat mengetahui ritme detak jantung dan kekuatan detak jantung.
Nilai denyut nadi yang normal untuk orang dewasa adalah 60-100 kali per menit. Namun,
denyut dapat lebih rendah atau tinggi dari rentang normal sehabis berolahraga, sedang sakit,
cedera, atau ketika mengalami kondisi psikologis yang tidak stabil.
Dalam pemantau ibu bersalin, tekanan darah ini di periksa setiap 2 jam sekali.
3. SUHU
Jenis kelamin
Aktivitas yang dilakukan
Makanan dan minuman yang dikonsumsi
Cuaca
Siklus menstruasi pada wanita
Untuk orang dewasa yang sehat, temperatur tubuh yang normal dapat berkisar antara 36,5
derajat Celcius hingga 37,2 derajat Celcius. Pengukuran temperatur tubuh dapat dilakukan
dengan bermacam cara, seperti:
Seseorang dikatakan demam apabila suhu tubuhnya meningkat sekitar satu derajat dari
rentang suhu tubuh yang normal. Sementara itu, seseorang dikatakan hipotermia apabila suhu
tubuhnya kurang dari 35 derajat Celcius. Dalam pemantauan ibu bersali, suhu ini dipantau
setiap 2 jam sekali.
4. URIN
Pada saat pemantauan persalinan, sangat penting untuk memperhatikan jumlah urin yg
dikeluarkan oleh sang ibu. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi proses persalinan.
Adapun standard pengeluaran urin pada orang dewasa yaitu
Auskultasi
Cara pertama untuk memonitor detak jantung janin adalah dengan metode auskultasi,
yaitu menggunakan stetoskop khusus(funanduskop). Metode ini terbilang aman
karena minim risiko atau efek samping. Dengan mengandalkan stetoskop khusus,
dokter dapat mendengar masalah terkait detak jantung janin. Dengan metode ini pula,
beberapa hal terkait jantung yang bisa didengarkan seperti bagaimana suara jantung
janin, seberapa sering berdetak, dan seberapa keras berdetak.
BAB III
PENUTUP
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambar partograph
dinyatakan dengan garis tiap parameter ( vertical) terhadp garis perjalanan waktu
(horizontal).
Dengan menggunakan partograf pada setiap menolong persalinan, perawat dapat
mendeteksi masalah dan penyulit sesegera mungkin, menatalaksana masalah dan merujuk ibu
dalam kondisi gawat darurat, sehingga terjadinya kematian ibu dapat dicegah dan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalal AR, Purandare AC. The Partograf in Childbirth: An Absolute Essentiality or a Mere
Exercise? Journal Obstetrics and Gynecology of India. 2018; 68(1): 3–14. doi:
10.1007/s13224-017-1051y. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5783902