Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia

perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20

tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki laki. Batasan ini dianggap sudah

siap, baik dari sisi Kesehatan maupun perkembangan emosional untuk

menghadapi kehidupan berkeluarga. (BKKBN. 2020). Menurut Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2019 yang berisi tentang perkawinan hanya diizinkan apabila

laki-laki dan perempuan sudah mencapai umur 19 tahun. (BPS,2020).

Ulama Fiqih menjelaskan bahwa ukuran baliq seseorang bisa diketahui

dengan dua acara, pertama dengan melihat indikasi-indikasi yang menunjukkan

bahwa seseorang sudah baliq, yaitu mimpi basah bagi laki-laki dan haid bagi

perempuan. Kedua dengan melihat Batasan umur. Ulama berbeda pendapat

mengenai Batasan umur ini, menurut mayoritas ulama Batasan umur balig adalah

15 tahun (Muhammad Abu Zahra, Ushd Fiqh, Terj Oleh Saifullah Ma’sum,

2007).

Banyak dampak negative yang ditimbulkan dari pernikahan dini diantaranya,

bagi pasangan yang menikah pada usia muda akan kehilangan masa remajanya,

dari segi Kesehatan terutama pada perempuan sangat beresiko hamil pada usia

muda, berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu dan bayi serta akibat dari

pernikahan dini harus mengorbankan Pendidikan, segi mental dan jiwa pasangan

usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral. (Sekarayu, dkk 2021:42)

1
2

Bagi anak perempuan yang melakukan pernikahan dini akan beresiko pada

saat remaja tersebut mengandung anaknya karena dapat mengakibatkan

keguguran pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, Pre Eklampsia (tekanan

darah tidak teratur), eklamsia (kejang pada kehamilan), Infeksi, Anemia,

Premature (Kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu), terjadinya

kesulitan pada persalinan, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah/kurang dari 2500

gram), kematian bayi hingga kematian ibu. (Sekarayu, dkk,2021: 43)

Berdasarkan laporan United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia

merupakan negara dengan angka perkawinan anak tertinggi 7 di dunia yaitu

457.600 yang menikah sebelum berusia lima belas tahun dan tertinggi kedua di

Association Of Southeast Asian Nation’s (ASEAN) setelah Kamboja. Untuk

presentase perempuan di Pulau Sumatera yang menikah dengan usia kurang dari

18 tahun tertinggi ada di Provinsi Bengkulu yaitu (8,81%), ke 2 Provinsi Jambi

(8,59%) sedangkan terendah ada di Provinsi Kepualaun Riau (4,68%). (BPS,

2020).

Menurut Kantor Kementerian Agama Provinsi Jambi tahun 2021 tercatat

ada 948 orang anak perempuan yang menikah selama januari hingga oktober

2021. Sedangkan di Kabupaten Kerinci anak perempuan yang menikah di bawah

umur 18 tahun terdapat 19 orang dan di Kota Sungai Penuh terdapat 17 orang

anak perempuan yang menikah di bawah umur 18 tahun pada tahun 2021 yang

masih melakukan pernikahan dini. Rata-rata pasangan menikah tersebut adalah

dari kalangan pelajar yang memutuskan untuk berhenti sekolah karena beberapa

alasan seperti sengaja ingin menikah, Karena masalah ekonomi,atau karena kasus

kehamilan yang tidak diinginkan.


3

Berbagai upaya yang di tujukan terhadap remaja yang kegiatan Pendidikan

untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang arti dan peranan perkawinan

serta dampak negative yang ditimbulkan jika perkawinan berlangsung dalam usia

yang terlalu muda. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) membuat program Pusat Informasi & Konseling Remaja (PIK-R)

dengan materi penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) yang

berfokus pada Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) berisi tentang usia ideal

perkawinan, perencanaan keluarga dan aspek-aspek dalam kehidupan berkeluarga.

Beberapa factor yang mempengaruhi Pendidikan Kesehatan adalah materi

atau pesan yang disampaikan alat bantu atau alat peraga yang di gunakan, metode

penyampaian materi serta pendidik atau petugas yang melakukan Pendidikan

Kesehatan berbagai macam media seperti media elektronik atau media cetak.

Salah satu contoh media cetak yang di gunakan untuk memberikan Pendidikan

Kesehatan adalah Buku Saku.

Buku Saku adalah suatu media cetak yang berbentuk buku yang digunakan

untuk memberi pesan-pesan Kesehatan dalam bentuk buku yang, yang

didalamnya berisikan tulisan dan gambar. Media pembelajaran dapat menjadi

solusi dalam mengatasi keterbatasan dalam waktu belajar. media pembelajaran

yang baik untuk mengatasi permasalahan waktu pembelajaran adalah media yang

dibawa dan dapat digunakan dimanapun.

Berdasarkan penelitian Murtiyarini, I. 2017, menunjukkan hasil analisis

pengetahuan responden sebelum dan sesudah pemberian media buku saku terjadi

peningkatan. Hasil Uji Statistik di peroleh p-Value =0,000 (p < 0,05). Hasil uji ini

menunjukkan adanya pengaruh pemberian media buku saku terhadap pengetahuan

responden tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).


4

Masih adanya angka pernikahan dini di Kabupaten Kerinci dan Kota

Sungai Penuh sehingga diperlukan berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA N 5 Kota Sungai Penuh dari 10

remaja yang dimintai keterangan, didapatkan hasil bahwa 8 remaja tidak

mengetahui tentang Batasan pernikahan sehat serta tidak mengetahui dampak dari

pernikahan dini, bahkan 1 diantaranya sudah merencanakan pernikahan. Selain

itu, remaja tersebut juga memberikan keterangan bahwa dari lingkungan tempat

tinggalnya mengenai pernikahan dini adalah hal yang biasa dilakukan. Dari

keterangan yang disampaikan oleh kepala sekolah menyatakan bahwa belum

pernah dilakukan penyuluhan terkait pendewasaan usia perkawinan untuk

mencegah pernikahan usia dini.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikaji Pengaruh Penyuluhan

dengan Menggunakan Metode Buku Saku Terhadap Tingkat Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Pendewasaan Usia Perkawinan di SMA N 5 Kota Sungai

Penuh tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Masih adanya Kasus pernikahan dini pada penduduk usia remaja di Kota

Sungai Penuh, perlu medapatkan perhatian khusus mengingat mereka termasuk

dalam usia sekolah dan memasuki usia reproduksi. Masa pubertas dapat dilewati

dengan baik karena adanya dukungan orang tua dan adanya Pengetahuan yang

baik dari Tenaga Kesehatan. Promosi Kesehatan ini menggunakan metode

penyuluhan dengan menggunakan buku saku yang merupakan inovasi dalam

pemberian pesan-pesan Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan remaja

terkait pendewasaan usia perkawinan. Peneliti akan menganalisa pengaruh


5

penyuluhan dengan menggunakan buku saku terhadap pengetahuan remaja putri

tentang pendewasaan usia perkawinan di SMA N 5 Kota Sungai Penuh Tahun

2022.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh penyuluhan dengan menggunakan Buku Saku

terhadap tingkat pengetahuan remaja putri tentang Pendewasaan Usia

Perkawinan pada Siswa SMA N 5 Kota Sungai Penuh tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Karakteristik Remaja dalam Penyuluhan

b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang pendewasaan usia

perkawinan siswa sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

c. Diketahuinya perbedaan pengetahuan terhadap pendewasaan usia

perkawinan sebelum diberikan penyuluhan dan setelah diberikan

penyuluhan

d. Diketahuinya pengaruh Buku Saku dalam penyuluhan yang dilakukan

pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Mengetahui tentang pentingnya pendewasaan usia perkawinan agar

dalam merencanakan kelurga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai

aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, keseiapan fisik, mental,

emosional, Pendidikan, sosial, ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak

kelahiran.
6

2. Bagi Sekolah

Memberikan bahan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan peran

sekolah dalam menyediakan pelayanan informasi Kesehatan reproduksi di

sekolah misalnya peningkatan kegiatan pusat informasi konseling remaja.

3. Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan dan evaluasi bagi perkembangan ilmu kebidanan dalam kaitannya

dengan pemberian penyuluhan pendewasaan usia perkawinan pada remaja.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menunjang

penelitian berikutnya tentang hubungan atau manfaat penyuluhan dengan

variable yang lain.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan

media Buku Saku tentang pendewasaan usia perkawinan terhadap pengetahuan

remaja putri di SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh. Penelitian ini bersifat Pre-

eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest desain. One

group pretest-posttest desain adalah desain penelitian yang dilakukan observasi

melalui pretest terlebih dahulu, kemudian di berikan perlakuan atau intervensi,

selanjutnya diberikan posttest sehingga dapat menegtahui perubahan perubahan

yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan atau intervensi. Besar

sampel dalam penelitian ini adalah 42 siswi dan menggunakan Teknik

Propotional Random Sampling untuk mengambil setiap responden penelitian.

Teknik Propotional random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan


7

cara membagi sampel yang diambil berdasarkan proporsi jumlah siswi perkelas

yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan Kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang

memberikan Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Penyuluhan dapat

dilakukan dengan menyebarkan pesan-pesan Kesehatan sehingga masyarakat

dapat memiliki pengetahuan yang bagus. Dalam penyuluhan penting menaruh

keyakinan kepada masyarakat agar masyarakat percaya dan dapat mengerti

tentang apa yang telah di berikan. Penyuluhan Kesehatan merupakan suatu

kegiatan yang digabungkan dan diberikan suatu kesempatan untuk

memberikan pengetahuan. Penyuluhan Kesehatan memiliki prinsip belajar

agar suatu individu, kelaurga dan kelompok masyarakat yang akan memiliki

tujuan hidup sehat. Penyuluhan Kesehatan dapat dilakukan secara

perorangan, kekeluargaan bahkan kelompok. (Zulaikhah, 2017: 18).

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Berikut ini adalah tujuan dilakukan penyuluhan :

a. Agar suatu individu, keluarga dan masyarakat memiliki suatu

perubahan agar menjadi masyarakat yang peduli akan Kesehatan baik

dari lingkungan,perilaku dan lainnya.

b. Agar perilaku yang sehat memiliki kebiasaan hidup yang sehat mulai

dari fisik, mental dan sosial sehingga berpengaruh kepada presentase

atau jumlah angka kematian

8
9

c. Merubah perilaku seseorang mulai dari perorangan,kekeluargaan dan

atau masyarakat dalam keseharian tentang perilaku Kesehatan.

(Zulaikhah 2017:20)

3. Prinsip Penyuluhan Kesehatan

Berikut adalah Prinsip prinsip penyuluhan Kesehatan :

a. Pendidikan dan penyuluhan Kesehatan merupakan pemberian informasi

Kesehatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, sikap

seseorang dan kebiasaan hidup seseorang.

b. Penyuluhan Kesehatan dapat diberikan kepada diri sendiri yang bertujuan

untuk mengubah kebiasaan dan tingkah laku dirinya sendiri.

c. Menciptakan suatu sasaran agar individu, kelaurga dan kelompok

masyarakat dapat merubah kebiasaan mulai dari dirinya sendiri, keluarga

dan kelompok masyarakat.

d. Pemberian suatu penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan dikatakan berhasil

apabila suatu sasaran mulai dari diri sendiri, kelaurga dan kelompok

masyarakat dapat merubah sikap, tingkah laku dan kebiasaan sesuai

dengan tujuan yang telah diterapkan. (Zulaikhah 2017: 24)

4. Sasaran Penyuluhan

Berikut adalah sasaran penyuluhan menurut Zulaikhah (2017) :

a. Individu

Individu merupakan salah satu sasaran penyuluhan kesehatan yang

memiliki masalah pada Kesehatan dan penyuluhan ini dapat dilaksanakan

di klinik, klinik bersalin, puskesmas, rumah sakit, posyandu dan kelaurga

binaan.
10

b. Keluarga

Sasaran keluarga binaan adalah keluarga yang memiliki masalah

Kesehatan yang tergolong alam resiko tinggi seperti kelompok keluarga

yang memiliki penyakit menular, keluarga yang memiliki masalah

ekonomi, keluarga yang Pendidikan rendah, kelurga yang memiliki

lingkungan yang buruk, keluarga yang memiliki kekurangan gizi dan

keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak.

c. Kelompok

Sasaran kelompok yang diberikan penyuluhan adalah kelompok ibu

hamil, kelompok ibu yang memiliki balita, kelompok pasangan usia subur,

kelompo yang memiliki usia lanjut, kelompok Wanita yang memiliki tuna

Susila dan kelompok remaja yang menggunakan obat-obat terlarang.

d. Masyarakat

Sasaran untuk penyuluhan Kesehatan adalah masyarakat, masyarakat

yang memiliki ikatan binaan dari puskesmas, mayarakat yang memiliki

pekerjaan sebagai nelayan, masyarakat yang hidup di daerah perdesaan,

masyarakat yang melakukan pemeriksaan Kesehatan dan datang ke unit

pelayanan Kesehatan, dan masyarakat yang sedang sakit.

5. Tempat Penyuluhan

Tempat penyelenggaraan penyuluhan Kesehatan dapat diberikan di

berbagai tempat anatara lain :

a. Di Pelayanan Kesehatan atau di fasilitas Kesehatan

b. Di pelayanan masyarakat
11

6. Alat Peraga

Penggunaan alat peraga dalam penyuluhan sangatlah penting. Alat

peraga dalam penyuluhan bersifat menarik sasaran agar tidak bosan. Alat

peraga yang digunakan dapat berupa papan pengumuman, (OHP) Overhead

Projector, Kertas Flip chart, poster, flash card, Buku Saku, Leaflet, Film,

Slide Projector, video film, bahan-bahan asli (bahan makanan, sayuran, dll).

B. Media Buku Saku

Buku Saku adalah media cetak yang dibentuk seperti buku kecil atau

sedang yang dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai Kesehatan

dan didalamnya terdapat gambar serta tulisan yang menarik. Buku Saku bukan

hanya untuk memberikan informasi Kesehatan melainkan buku saku dapat di

gunakan sebagai media untuk mempromosikan barang atau produk-produk suatu

perusahaan.. Media Buku Saku adalah media cetak yang dibuat sebagai alat

peraga yang akan diberikan kepada orang banyak maupun pada saat

dilakukannya penyuluhan ataupun demo.

Menurut Jetmika et.al (2019) Kelebihan menggunakan Buku Saku adalah :

1. Memiliki biaya untuk pembuatan yang terjangkau

2. Buku Saku dapat memberikan informasi yang lengkap didalamnya dan

bahasa yang digunakan mudah dipahami dan dimengerti pembaca.

3. Buku Saku memiliki berbagai desain yang manarik perhatian pembaca.

4. Buku Saku dapat di bawa kemampuan sasaran akan pergi tanpa memerlukan

tempat yang besar.

Menurut Jetmika et.al (2019) Kekurangan dari menggunakan media

Buku Saku adalah :


12

1. Penyimpanan untuk Buku Saku memerlukan tempat penyimpanan yang

bertujuan untuk mencegah Buku Saku rusak dan basah

2. Pembuatan Buku Saku harus memerlukan kreatifitas dan keterampilan dalam

pembuatanya.

3. Pembuatan Buku Saku memerlukan keahlian dalam mendesain suatu gambar.

C. Pendewasaan Usia Perkawinan

1. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk

meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia

minimal pada saat perkawinann yaitu 20 tahun bagi Wanita dan 25 tahun bagi

pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi

mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup

dewasa. Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan

usia perkawinanya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan.

Dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah bulan madu

menjadi tahun madu. (BKKBN, 2020)

Pendewasaan Usia Perkawinan merupakan bagian dari program

Keluarga Berencana Nasional. Program PUP memberikan dampak pada

peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan

Total Fertility Rate (TFR). (BKKBN, 2020).

Program PUP pada setiap periode mengalami peningkatan batas usia

yang diperbolehkan untuk menikah, dalam peraturan Kepala BKKBN

Nomor : 55/HK-010/B5/2010. Dalam hal ini program PUP berupaya

meningkatkan usia perkawinan pertama, usia minimal bagi laki-laki dan

perempuan minimal 19 tahu. Batasan usia tersebut sudah dianggap siap, baik
13

dari sisi Kesehatan maupun perkembagan emosional untuk mengahadapi

kehidupan berkeluarga. (BPS, 2020).

2. Tujuan Pendewasaan Usia Perkawinan

Salah satu program pembangunan yang berkaitan dengan

kependudukan adalah program Keluarga Berencana yang betujuan

mengendalikan jumlah penduduk diantaranya melalui Program Pendewasaan

Usia Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan diperlukan karena

dilatarbelakangi beberapa hal sebagai berikut :

a. Semakin banyaknya kasus pernikahan usia dini

b. Banyaknya kasus kehamilan tidak diinginkan

c. Banyaknya kasus pernikahan usia dini dan kehamilan tidak di inginkan

menyebabkan pertambahan penduduk makin cepat (setiap tahun

bertambah sekitar 3,2 juta jiwa)

d. Karena pertumbuhan penduduk tinggi, kualitasnya rendah.

e. Menikah dalam usia muda menyebabkan keluarga sering tidak

harmonis, sering cekcok, terjadi perselingkuhan, terjadi KDRT, Rentan

terhadap perceraian. (BKKBN, 2020).

Beberapa persiapan yang dilakukan dalam rangka berkeluarga antara lain :

a. Persiapan Fisik, Biologis

b. Persiapan mental

c. Persiapan sosial ekonomi

d. Persiapan Pendidikan dan keterampilan

e. Persiapan keyakinan dan atau agama. (BKKBN, 2020).


14

3. Perencanaan Keluarga

Perencanaan Keluarga merupakan kerangka dari program

Pendewasaan Usia Perkawinan. Kerangka ini terdiri dari tiga masa

reproduksi, yaitu : Masa menunda perkawinan dan kehamilan, masa

menjarangkan kehamilan dan masa mencegah kehamilan. Dibawah ini akan

diuraikan ciri dan langkah-langka yang diperlukan bagi remaja apabila

memasuki ketika masa reproduksi tersebut. (Eli Hidayati. 2017: 104)

a. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan

Salah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan secara fisik,

yang sangat menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan.

Secara biologis, fisik manusia tumbuh berangsur-angsur sesuai dengan

pertambahan usia. Elizabeth mengungkapkan (Elizabeth B. Hurlock, 1993,

h 189) bahwa pada laki-laki, organ-organ reproduksinya di usia 14 tahun

baru sekitar 10 persen dari ukuran matang. Setelah dewasa, ukuran dan

proporsi tubuh berkembang juga organ-organ reproduksi. Bagi laki-laki,

kematangan organ reproduksi terjadi pada usia 20 atau 21 tahun. Pada

perempuan, organ reproduksi tumbuh pesat pada usia 16 tahun. Pada masa

tahun pertama menstruasi dikenal dengan tahap kemandulan remaja, yang

tidak menghasilkan ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang

matang dari folikel dalam indung telur. Organ reproduksi dianggap sudah

cukup matang di atas usia 18 tahun, pada usia ini Rahim (uterus)

bertambah Panjang dan indung telur bertambah berat.

Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang

dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Dalam usia ini

seorang remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik
15

maupun psikis. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun, dengan

alasan ini maka dianjurkan perempuan untuk menikah pada usia 20 tahun.

Seorang perempuan yang telah memasuki jenjang pernikahan maka

ia harus mempersiapkan diri untuk proses kehamilan dan melahirkan.

Sementara itu jika ia menikah pada usia di bawah 20 tahun, akan banyak

resiko yang terjadi karena kondisi Rahim dan panggul belum berkembang

optimal. Hal ini dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian yang

timbul selama proses kehamilan dan persalinan, yaitu :

1) Resiko pada Proses Kehamilan

Perempuan yang hamil pada usia dini atau remaja cenderung

memiliki berbagai resiko kehamilan dikarenakan kurangnya

pengetahuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi kehamilannya.

Akibatnya mereka kurang memperhatikan kehamilannya. Resiko yang

mungkin terjadi selama proses kehamilan adalah :

a) Keguguran (Aborsi), yaitu berakhirnya proses kehamilan pada usia

kurang dari 20 minggu.

b) Pre eklampsia, yaitu ketidakteraturan tekanan darah selama masa

kehamilan dan Eklampsia, yaitu kejang pada kehamilan.

c) Infeksi, yaitu peradangan yang terjadi pada kehamilan

d) Anemia, yaitu kurangnya kadae haemoglobin dalam darah.

e) Kanker Rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam Rahim. Hal ini

erat kaitannya dengan belum sempurnya perkembangan dinding

Rahim.

f) Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang dari 1

tahun.
16

2) Resiko pada Proses Persalinan

Melahirkan mempunyai resiko kematian bagi semua perempuan.

Bagi seorang perempuan yang melahirkan kurang dari usia 20 tahun

dimana secara fisik belum mencapai kematangan maka resikonya akan

semakin tinggi. Resiko yang mungkin terjadi adalah :

a) Prematur, yaitu kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu.

b) Timbulnya kesulitan persalinan, yang dapat disebabkan karena factor

dari ibu, bayi dan proses persalinan.

c) BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), yaitu bayi yang lahir dengan berat

dibawah 2.500 gram.

d) Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurnag dari 1

tahun.

e) Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yang terjadi sejak dalam

proses kehamilan.

Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun dianjurkan

untuk menunda kehamilannya sampai usianya minimal 20 tahun dengan

menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah

Kondom, Pil, IUD, Metode Sederhana, Implant dan Suntikan.

b. Masa Menjarangkan Kehamilan

Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode PUS berada pada

umur 20-35 tahun. Secara empiric diketahui bahwa PUS sebaiknya

melahirkan pada periode umur 20-35 tahun, sehingga resiko-resiko medis

yang diuraikan diatas tidak terjadi. Dalam periode 15 tahun (usia 20-35

tahun ) dianjurkan untuk memiliki 2 anak. Sehingga jarak ideal antara dua
17

kelahiran bagi PUS kelompok ini adalah sekitar 7-8 tahun. Patokannya

adalah jangan terjadi dua balita dalam periode 5 tahun. Untuk

menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi.

Pemakaian alat kontrasepsi pada tahap ini dilaksanakan untuk

menjarangkan kelahiran agar ibu dapat menyusui anaknya dengan cukup

banyak dan lama. Semua kontrasepsi, yang dikenal sampai sekarang dalam

program Keluarga Berencana Nasional, pada dasarnya cocok untuk

menjarangkan kelahiran. Akan tetapi di anjurkan setelah kelahiran anak

pertama langsung menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD). (Eli

Hidayati, 2017 : 105)

c. Masa Mencegah Kehamilan

Masa mencegah kehamilan berada pada periode PUS berumur 35 tahun

keatas. Sebab secara empiric diketahui melahirkan anak diatas usia 35

tahun banyak mengalami resiko medik. Pencegahan kehamilan adalah

proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi

yang akan dipakai diharapkan berlangsung sampai umur reproduksi dari

PUS yang bersangkutan yaitu sekitar 20 tahun dimana PUS sudah berumur

50 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan bagi PUS usia diatas 35 tahun

adalah sebagai berikut :

1. Pilihan utama penggunaan kontrasepsi pada masa ini adalah

kontrasepsi mantap (MOW, MOP).

2. Pilihan kedua kontrasepsi adalah IUD.

3. Pil kurang dianjurkan karena pada usia ibu yang relative tua

mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan. (Eli Hidayati,

2017 : 106)
18

d. Kesiapan Ekonomi Keluarga

Masalah perekonomin keluarga adalah salah satu sumber

disharmonis dalam keluarga. Umumnya masalah keluarga mulai dari hal-

hal kecil sampai pada perceraian disebabkan oleh masalah ekonomi

keluarga.

Menurut UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pasal 1 butir 11 tentang

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik dan materil guna hidup

mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis

dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. (Eli

Hidayati, 2017: 113)

e. Kematangan Psikologis Remaja

Berdasarkan beberapa periode perkembangan psikologis remaja di

atas, maka periode ambang masa dewasa merupakan periode dimana usia

remaja mendekati usia kematangan baik dari segi fisik maupun psikologis.

Pada periode tersebut, remaja berusaha untuk meninggalkan ciri masa

remaja dan berupaya memberikan kesan bahwa mereka sudah mendekati

dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku

yang dihubungkan dengan status dewasa, seperti keseriusan dalam

membina hubungan dengan lawan jenis.

Kesiapan psikologis menjadi alasan utama untuk menunda

perkawinan. Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan individu

dalam menjalankan peran sebagai suami atau istri, meliputi pengetahuan


19

akan tugasnya masing-masing dalam rumah tangga. Jika pasangan suami

istri tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan menimbulkan

kecemasan terhadap perkawinan. Akan tetapi sebaliknya bila pasangan

suami istri memiliki pengetahuan akan tugasnya masing-masing akan

menimbulkan kesiapan psikologis bagi kehidupan berumah tangga dan

akan melihat kehiduapan rumah tangga sebagai suatu yang indah.

Penundaan usia perkawinan sampai pada usia minimal 20 tahun bagi

perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki diyakini banyka memberikan

keuntungan bagi pasangan dalam keluarga. Perkawinan di usia dewasa

juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan psikologis. Semua

bentuk kesiapan ini mendukung pasangan untuk dapat menjalankan peran

baru dalam kelaurga yang akan di bentuknya agar perkawinan yang

dijalani selaras, stabil dan pasangan dapat merasakan kepuasan dalam

perkawinannya kelak. (Eli Hidayati, 2017: 118)

4. Pentingnya Pendewasaan Usia Perkawinan

Menurut Triningtyas (2017), memahami pentingnya Pendewasaan

Usia Perkawinan (PUP) dari berbagai aspek diuraikan sebagai berikut :

a. Aspek Kesehatan

Bagi remaja puteri yang menikah pada usia muda (< 20 tahun) dapat

berperangruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan,

kematian bayi serta rendahnya derajat Kesehatan ibu dan anak. Dalam

masa reproduksi perempuan, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang di

harapkan dapat menunda perkawinan dan kehamilan, karena merupakan

masa tumbuh kembang secara fisik dan psikis. Tubuh remaja puteri

kurang dari 20 tahun, secara anatomi juga belum siap untuk proses
20

mengandung maupun melahirkan (dapat terjadi komplikasi), karena itu

dianjurkan agar perempuan menikah pada usia minimal 20 tahun dan

laki-laki usia 25 tahun. Apabila terjadi pernikahan usia dini, maka

dianjurkan untuk menunda kehamilan sampai usia istri 20 tahun, yaitu

dengan menggunakan kontrasepsi KB (Triningtyas, 2017).

Apabila sudah terlanjur hamil pada usia pernikahan dini, maka upaya

ekstra segera dilakukan, yaitu menjaga kondisi Kesehatan ibu dan janin

yang dikandungannya dengan melakukan pemeriksaan rutin maupun

berkala kepada tenaga medis (Dokter/Bidan). Ibu hamil juga perlu

mendapatkan asupan makanan yang bergizi, menghindari stress, dan

sebagainya (Triningtyas, 2017)

b. Aspek Ekonomi

Perekonomian dalam keluarga sangat penting, karena ekonomi dapat

mempengaruhi keharmonisan dalam kelaurga secara umum, pada usia

remaja yang menikah dini mempunyai sebab akibat dengan kemiskinan,

keluarga dengan ekonomi rendah kecenderungan untuk menikahkan anak

diusia dini, disisi lain remaja yang menikah di usia dini seringkali

mengalami kesulitan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dalam keluarga biasanya masih bergantung pada orang tua dan orang lain

yang mau membantu, padahal orang tua menikahkan anak remajanya

akan berkurang beban ekonominya. (Triningtyas, 2017).

c. Aspek Psikologis

Merupakan kesiapan individu dalam menjalankan peran sebagai

suami/istri mengetahui akan tugas masing-masing, siap dalam memasuki

kehidupan perkawinan, mampu menghadapi berbagai masalah yang


21

timbul, saling menjaga keharmonisan rumah tangga keluarga, menjaga

kelangsungan pernikahan kemampuan dalam menyesuaikan diri sebagai

pasangan suami istri. (Triningtyas,2017).

d. Aspek Pendidikan

Menyangkut Pendidikan dan ketermapilan sebagai penopang dan

sumber dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup,

biasanya pernikahan dini seringkali menybabkan remaja tidak lagi

bersekolah, mempunyai tanggung jawab baru sebagai kepala keluarga

dan calon ayah atau istri sebagao calon ibu, kondisi lain biaya Pendidikan

yang tidak terjangkau menyebabkan remaja terutama perempuan berhenti

sekolah dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan beban dan

tanggung jawab orang tua (Triningtyas, 2017).

e. Aspek Kependudukan

Usia kawin pertama bagi perempuan sangat mempengaruhi situasi

kependudukan, terutama fertilitas (kemampuan seorang perempuan untuk

melahirkan bayi hidup), pernikahan dini pada perempuan akan mempunyai

rentang waktu lebih Panjang terhadap resiko untuk hamil, semakin muda

umur perkawinan seseorang, maka masa subur reproduksi akan lebih

Panjang dilewatkan dalam ikatan perkawinan (Triningtyas, 2017).

D. Pernikahan Dini

1. Definisi Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan pada usia kurang

dari 18 tahun yang terjadi pada usia remaja. Pernikahan dibawah usia 18

tahun bertentangan dengan hak anak untuk mendapat Pendidikan,

kesenangan, Kesehatan, kebebasan untuk berekspresi.


22

Untuk membina suatu keluarga yang berkualitas dibutuhkan

kematangan fisik dan mental. Bagi pria dianjurkan menikah setelah berumur

25 tahun karena pada umur tersebut pria dipandang cukup dewasa secara

jasmani dan rohani. Wanita di anjurkan menikah setelah berumur 20 tahun

karena pada umur tersebut Wanita telag menyelesaikan pertumbuhan dan

Rahim melakukan fungsinya secara maksimal.

2. Faktor Penyebab Pernikahan Dini

Berdasarkan penelitian Naibaho (2017), Faktor penyebab pernikahan

dini antara lain :

a. Faktor Peran Orang Tua

Orang tua memiliki peran penting serta kewajiban dan tanggung

jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.

Peran orang tua terhadap kelangsungan pernikahan dini pada dasarnya

tidak lepas dari tingkat pengetahuan orang tua yang di hubungkan pula

dengan tingkat Pendidikan orang tua, ketika hubungan orang tua dengan

anak remajanya baik maka semakin baik perilaku seksual pranikah remaja.

Orang tua yang sibuk, kualitas pengasuhan yang buruk, dan perceraian

orang tua, remaja dapat mengalami depresi, kebingungan dan

ketidakmantapan emosi sehingga remaja dapat terjerumus pada perilaku

yang menyimpang seperti halnya pernikahan dini.

Perjodohan menjadi salah satu factor pernikahan dibawah umur

seperti peran orang tua sangat dominan disini, di daerah perdesaan yang

mana beberapa melakukan perjodohan dari sejak kecil atau sudah di

anggap Akhil baliq. Perjodohan bisa dilakukan karena anggapan

masyarkat bahwa anak perempuan menikah sebelum umur 18 tahun di


23

sebut “perawan tua” dan pada akhirnya orang tua menikahkan anaknya di

bawah umur 18 tahun. (Fahrezi, 2020 :84)

b. Faktor Ekonomi

Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi

permasalahan yang sangat mendesak, perempuan muda sering dikatakan

sebagai beban ekonomi keluarga. Oleh karenanya perkawinan usia muda

di anggap sebagai suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin dari pihak

laki-laki untuk mengganti seluruh biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh

orang tuanya.

Pernikahan di bawah umur terjadi biasanya dengan orang tuanya di

daerah perdesaan dan karakteristik keluarganya seperti petani atau nelayan

yang mana pendapatan tidak tetap dan juga renda mengakibatkan harus

menikah di bawah umur, contoh di daerah semarang yang mana orang tua

anaknya cepat menikah agar mengurangi beban ekonomi, dan menurut

beberapa tokoh masyarakat disana laki-laki menikah di bawah umur

karena tuntutan orang tua agar mengurangi biaya yang karakteristik

keluarganya di menengah kebawah. (Fahrezi, 2020:83)

c. Faktor Pendidikan

Pernikahan di bawah umur bisa terjadi karena factor dari

pendidikannya, kurangnya pengetahuan mengenai Kesehatan reproduksi

atau sex education membuat masyarakat Indonesia melakukan pernikahan

di bawah umur daerah-daerah seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara

melakukan pernikahan di bawah umur karena kurangnya pengetahuan dan

dampak yang terjadi jika melakukan pernikahan dini.


24

Putus sekolah karena tidak mampu membiyi dan kurangnya

pengetahuan mengenai sex education yang pada akhirnya dipaksakan

untuk belajar dirumah dengan berkembangnya teknologi membuat anak

bisa melihat sesuatu dengan mudah di tambah dengan bekerja untuk

kehidupan sehari-hari akhirnya orientasi akan berubah menjadi ingin cepat

menikah, ketika sudah menikah anak lebih memilih untuk tidak

melanjutkan sekolahnya kembali. (Fahrezi, 2020:84)

d. Faktor Kemauan Sendiri

Adanya perasaan saling cinta dan sudah merasa cocok, dalam

kondisinya yang sudah memiliki pasangan dan pasangannya berkeinginan

yang sama, yaitu menikah di usia muda tanpa memikirkan apa masalah

yang dihadapi kedepan jikalau menikah di usia yang masih muda hanya

karena berlandaskan sudah saling menicintai, maka ia pun melakukan

pernikahannya pada usianya yang masih muda. (Fahrezi, 2020:84)

e. Faktor Media

Media sangat berperan besar dalam upaya memicu terjadinya

pernikahan dini, banyaknya remaja yang melakukan seks pranikah

dipengaruhi oelh meida massa dan elektronik. Banyaknya situs-situs yang

mengungkapkan secara fulgar (bebas) kehidupan seks atau gambar-gambar

yang belum sesuai untuk rema yang dapat memberikan dampak kurang

baik mereka karena pada saat usia remaja terjadi perubahan sikap dan

tingkah laku seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik

dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta

yang kemudian akan timbul dorongan seksual. (Fahrezi, 2020:85).


25

f. Faktor MBA (Marriaged By Accident)

Faktor Marriaged By Accident ini bisa dikatakan bahwa menjadi

salah satu factor lain pendorong masyarakat Indonesia. Pernikahan di

bawah umur menjadi solusi paling memungkinkan untuk kehamilan diluar

nikah menurut ahli psikologis, pernikahan di bawah umur menjadi banyak

terjadi dimasa pubertas atau remaja. Hal ini bisa terjadi karena usia

pubertas yaitu remaja rentan untuk melakukan aktivitas seksual sebelum

menikah. Remaja dengan pergaulan yang bebas bisa dengan mudahnya

terjadi.

Kurangnya pengawasan dari orang tua menjadi salah satu factor

sehingga pergaulan bebas dan berpacaran itu menjadi factor perkawinan di

bawah umur, selain itu dengan berkembangnya teknologi bisa berpengaruh

terjadinya MBA (Marriage By Accident), hal ini didukung pernyataan

bahwa media masa baik itu cetak seperti koran, majalah, dan juga

elektronik seperti tv, internet mempunyai pengaruh yang besar terhadap

anak remaja untuk melakukan hubungan seksual pra nikah. Informasi yang

disajikan dalam media massa yang mana cenderung pornografi dan

pornoaksi akan timbul rasa ingin tahu dan terus menerus mencari

informasi tersebut, pada akhirnya sampai titik dimana informasi tersebut

menjadi referensi bagi remaja yang membacanya. Lebih jauh lagi yang

mana remaja ketika ingin tahu berubah menjadi tindakan perilaku yang

coba ditiru karena melihat dan mendengar dari media massa tersebut.

(Fahrezi,2020:85)
26

E. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan

(mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. (Notoatmodjo, 2010).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Maryam (2014) pengetahuan dicakup dalam 6 tingkat, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.

Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan

menjelaskan, menyebutkan contoh dan lain-lain.

e. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi
27

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip atau situasi yang lain.

f. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan suatu materi atau objek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

g. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu komponen kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan

untuk Menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap

suatu teori atau rumusan yang telah ada.

h. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan meliputi :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk


28

mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah

dan berlangsung seumur hidup.

b. Media Pembelajaran

Selain informasi, media pembelajaran menjadi salah satu factor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media pembelajaran seperti Buku Saku dalam bentuk

penyuluhan dan sebagainya mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukkan pendapat dan kepercayaan orang.

c. Sosial Ekonomi

Sosial Ekonomi menjadi salah satu factor yang mempengaruhi

pengetahuan. Kebiasaan yang dilakukan oleh individua tau kelompok

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

5. Alat Ukur

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
29

atau responden. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan

untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay dan

pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, (Multiple Choice),

betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. (Notoatmodjo, 2010).

F. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa,

dimana terjadi pacu tumbuh (Growth spurt), timbul seks sekunder, tercapai

fasilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Remaja

masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi

fisik maupun psikisnya. Namun yang perlu ditekankan adalah bawa fase

remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat

potensial, baik dilihat dari aspke kognitif,emosi, maupun fisik (Setyaningrum

& Aziz, 2014).

2. Tahap-tahap Remaja

Masa remaja dibedakan menjadi 3 (Setyaningrum & Azis, 2014) Yaitu :

a. Masa Remaja awal (10-13 tahun)

1) Tampak dan memang lebih dekat dengan teman sebaya.

2) Tampak dan merasa ingin bebas.


30

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berfikir khayal (abstrak)

b. Remaja Masa Tengah (14-16 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas.

2) Ada keingingan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis.

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.

5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa Remaja Akhir (17-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran,keadaan,peranan) terhadap dirinya.

4) Dapat menunjukkan perasaan cinta.

5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.


31

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor yang Faktor Informasi :


Mempengaruhi
a. Penyuluhan
Pengetahuan
b. KIE
a. Pendidikan c. Pendidikan
b. Informasi Kesehatan
c. Lingkungan d. Promosi Kesehatan
d. Pengalaman e. Media Masa (TV,
e. Umur Radio Koran,
Majalah

Booklet/Buku Saku : Media Pendidikan


Pengetahuan
digunakan untuk Kesehatan
Remaja Putri
menyampaikkan pesan Tentang
Booklet/Buku
dalam bentuk buku, Pendewasaan Usia
Saku
baik tulisan maupun Perkawinan (PUP)
gambar

Sumber : (Notoatmodjo S. 2014) dan (Nursalam & Efendi, 2011)


32

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo 2016:65).

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat di jabarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Pre Test Proses Intervensi Post Test

Pengetahuan Remaja Pengetahuan Remaja


Putri tentang Penyuluhan dengan Putri tentang
Pendewasaan Usia menggunakan Buku Pendewasaan Usia
Perkawinan ( PUP) Saku Perkawinan ( PUP)

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan untuk

membuktikan apakah hipotesis diterima. Adapun hipotesis pada penelitian ini

adalah :

Ha : Ada pengaruh penyuluhan dengan menggunakan Buku Saku terhadap

tingkat pengetahuan remaja putri Sekolah Menengah Atas tentang

Pendewasaan Usia Perkawinan di SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh.


33

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Cara/
Variabel Definisi Operasional
Alat/Skala/Hasil Ukur
Penyuluhan Pemberian Informasi untuk
menggunakan media meningkatkan pengetahuan
Buku Saku tentang Pendewasaan Usia
-
Perkawinan dengan
penyuluhan menggunakan
media Buku Saku
Pengetahuan Remaja Semua hal yang diketahui Cara Ukur : Pengisian
Putri tentang responden berkaitan dengan Kuesioner
pendewasaan usia pendewasaan usia Alat ukur : Kuesioner
perkawinan sebelum perkawinan sebelum diberi Skala Ukur : Ordinal
di berikan Buku Saku Buku Saku Hasil Ukur :
2 : Baik (76-100%)
1 : Cukup (56-75%)
0 : Kurang (0-55%)
(Wawan dan Dewi,
2010:18)
Pengetahuan Remaja Semua hal yang diketahui Cara Ukur : Pengisian
Putri tentang responden berkaitan dengan Kuesioner
pendewasaan usia pendewasaan usia Alat ukur : Kuesioner
perkawinan setelah di perkawinan setelah diberi Skala Ukur : Ordinal
berikan Buku Saku Buku Saku Hasil Ukur :
2 : Baik (76-100%)
1 : Cukup (56-75%)
0 : Kurang (0-55%)
(Wawan dan Dewi,
2010:18
34

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy eksperiment.
eksperiment ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengaruh variable bebas
terhadap variable terkait. Peneliti akan menggunakan desain penelitian one grup
pretest-posttest. Desain ini pada awal sudah dilakukan observasi melalui prettest
terlebih dahulu kemudian diberikan perlakuan atau intervensi, selanjutnya
diberikan posttest sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah dberikan perlakuan atau intervensi.
Berikut adalah skema penelitian One group prettest-posttest

Tabel 4.1 Skema Penelitian

Pre Test Treatment Post Tes

O1 X1 O2

Keterangan :

O1 : Nilai Pretest (Sebelum Perlakuan)

X : Model Pembelajaran talking stick

O2 : Nilai Posttest (Setelah diberikan perlakuan)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang diteliti. Berdasarkan tujuan yang ingin

capai maka populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 5 Kota

Sungai Penuh yang berjumlah 70 orang.


35

2. Sampel

Sampel adalah Sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Creswll,

2019 : 211). Sampel dalam penelitian adalah siswi SMA Negeri 5 Kota

sungai Penuh yang berjumlah 70 orang. Unttuk mencari jumlah sampel

penelitian dengan menggunakan rumus Slovin :

n
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan/ Ketepatan yang diinginkan

Besarnya sampel yang diinginkan adalah :

n
n= 2
1+ N ( d )

70
n=
1+70(0,12)

70
n=
1+0,7

70
n= , n = 41, 1 =42 Siswi
1,7

Untuk menhdindari drop out maka penelitian menambahkan sampel

sebanyak 1 responden jadi, sehingga jumlah responden dalam penelitian

ini secara total sebanyak 42 orang.

C. Teknik Pengampilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode Proportional random sampling. Proportional random


36

sampling adalah cara pengambilan sampel dengan cara membagi sampel yang

diambil berdasarkan proporsi jumlah siswa perkelas yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

Jumlah Siswi Per Kelas


x Jumlah Sampel
Jumlah Populasi

Tabel 4.2 Jumlah Siswi SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh

No Kelas Jumlah Siswi Jumlah Sampel


Akhir
1 X1 17 5
2 X2 20 7
3 XI IPA 1 13 5
4 XI IPS 1 11 4
5 XII IPA 1 12 10
6 XII IPS 1 14 11
Total 42

1. Kriteria Inklusi dalam Penelitian ini :

a. Siswi SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh

b. Siswi yang hadir

c. Bersedia menjadi responden peneliti.

2. Kriteria Eksulsi dalam Penelitian ini adalah :

a. Tidak tergabung penguruk PIK-R

b. Responden yang tidak hadir

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-juni 2022


37

E. Instrument Penelitian

1. Kuesioner pengetahuan tentang Pendewasaan Usia Perkawinan dengan 18

pertanyaan berbentuk Multiple Choice yang diberikan secara langsung kepada

responden yang hadir.

2. Buku Saku

a. Buku Saku timbal balik yang berisi tulisan dan gambar dibuat sendiri oleh

peneliti.

b. Buku Saku diberikan ke setiap responden yang hadir.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti mengenai tingkat

pengetahuan remaja. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pengisian

kuesioner oleh siswi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari guru SMA Negreri 5 Kota Sungai Penuh

meliputi Jumlah siswi SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh,

G. Prosedur Penelitian/ Protokol Intervensi

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui prosedur sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan, membuat

penelitian, membuat instrument penelitian, membuat media penelitian, dan

mengurus surat izin untuk penelitian. Melakukan uji validitas dan uji
38

reabilitas kuesioner dan uji kalayakan media yang digunakan oleh peneliti

pada siswi yang memiliki karakteristik yang sama.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian terlebih dahulu kepada

pihak kampus Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan untuk

melakukan penelitian di SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh.

b. Peneliti melakukan Perizinan kepada kepala sekolah dan wali kelas, serta

memberikan penjelasan tujuan, manfaat dari penelitian yang akan

dilakukan.

c. Melakukan pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan akan

dijelaskan mengenai tujuan, manfaat dan lembar persetujuan menjadi

responden dari penelitian untuk menghindari adanya responden yang drop

out saat penelitian berlangsung.

d. Responden diminta melakukan pengisian pre test tentang pendewasaan usia

perkawinan melalui pembagian kuesioner.

e. Setelah melakukan pre-test responden diberikan intervensi berupa

penyuluhan menggunakan media buku saku tentang pendewasaan usia

perkawinan.

f. Setelah melakukan penyuluhan menggunakan media Buku Saku. Buku Saku

diberikan kepada remaja dan diberikan waktu untuk mempelajari isi buku

saku tersebut selama 3 hari. Isi materi pada buku Saku merupakan materi

yang sama saat melakukan penyuluhan.

g. Setelah 3 hari diberikan buku saku pada hari ke 4 responden akan diberikan

kuesioner untuk melakukan posttest mengenai pendewasaan usia

perkawinan.
39

H. Teknik Pengelohan Data

Data yang sudah dikumpulkan akan dilakukan proses pengelolaan. Adapun

langkah-langkah yang digunakan dalam pengelolaan data adalah sebagai berikut:

1. Tahap Editing

Pada tahapan ini untuk mengecek apakah data yang dikumpulkan

sudah dianggap lengkap (valid) atau belum. Semua data yang terkumpul akan

dilakukan pemeriksaan secara rinci pada tiap lembar kuesioner, ini bertujuan

untuk melihat kembali apakah semua kuesioner diisi sesuai dengan petunjuk

yang telah ditetapkan pada halaman awal lembaran kuesioner.

2. Tahap Coding (Memberikan Kode)

Memberikan kode pada setiap data yaitu efektifitas edukasi dengan

menggunakan video dan Leaflet terhadap pengetahuan remaja putri tentang

pendewasaan usia perkawinan di SMA Negeri 5 Kota Sungai Penuh tahun

2022. Jika jawaban benar di beri Kode 1 dan jika jawaban salah maka diberi

0.

3. Tahap Scoring (Memberikan Skore)

Menetapkan skor pada variable yang diambil dalam penelitian ini,

Adapun cara untuk menghitung nilai pengetahuan dilakukan dengan

menggunakan rumus :

Jumlah skor jawaban yang benar


Nilai= x 100%
total skor

Setelah diperoleh nilai kemudia dikategorikan yaitu kategori

pengetahuan baik apabila jawaban benar 76-100% (jawaban benar ≥16

pertanyaan), pengetahuan cukup jika jawaban benar 56-75% ( jawaban benar


40

≥ 12-15 pertanyaan) dan untuk skor pengetahuan kurang apabila jawaban

benar 0-55% (jawaban benar < 12 pertanyaan).

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang pendewasaan

usia perkawinan dengan media buku saku menggunakan uji berpasangan

dengan rumus .

XI −X 2
t=

√ SD2 SD 2
n1
+
n2

Untuk mengetahui perbedaan penagruh media dalam edukai

digunakan uji T-tes apabila data terdistribusi normal dan Wilcoson apabila

data tidak terdistribusi normal yang menguji pengaruh edukasi terhadap 1

kelompok.

4. Tahap Entry (Memasukan Data)

Data yang telah diperiksa dan diberi Kode kemudian dimasukkan

kedalam alat bantu computer dan diolah dengan menggunakan program

pengolahan data SPSS.

5. Cleaning Data

Pada tahapan ini dimana data-data yang sudah dimasukkan dalam

entry dan akan dibersihkan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan

kekeliruan sehingga siap untuk dianalisis

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa Univariat untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan

responden yang diteliti dan melihat tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan intervensi. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk tabel dan di

interpretasikan sesuai dengan hasil yang diperoleh.


41

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat untuk menguj pengaruh media Buku Saku terhadap

pengetahuan remaja putri tentang pendewasaan usia perkawinan di SMA

Negeri 5 Kota Sungai Penuh pada Tahun 2022. Dalam menganalisa data

secara bivariat, pengujian data akan menggunakan uji statistic T-tes apabila

data terdistribusi normal dan wilcoson apabila data tidak terdisrtibusi normal

(Dahlan, 2010:16).
42

Anda mungkin juga menyukai