DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. DESI AMELIA 13. NUR AFNI ELSA MARINA
2. DEWI RABIATUL ADAWIYAH 14. NUR ALPANA
3. DIAN MUSTIKA 15. NURUL RAHMANASYUHADA
4. ELIA KONDESA 16. NURWAHYUNI
5. ELSA DHORA 17. PAINI
6. HALIMATUHTUSADD’DIYYAH 18. RAWIYAH
7. IRMASARI PURBA 19. RISTY ANDALUCI
8. JULIANTI 20. SARI DEVI YULIANTI
9. KHUSNUL KHOTIMAH 21. SYAMSIDAR
10. MARTINA AZRA 22. UMI SETIA NINGSIH
11. MORA MUTIA SIREGAR 23. ZULMAIDA INDARTA
12. NETTY FRISKA SIAGIAN
DOSEN PENGAMPUH :
ROSMARIA, M. KEB
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, hidayat-Nya ,suatu
kebahagian yang tiada terkira ,suatu keagungan dari sang pencipta allah SWT melalui
tangan dan pikiran penulis insyaallah dengan izinnya penulis dapat menyelesaikan serta
menyajikan makalah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang membahas
mengenai “Plasenta Previa” walaupun masih sangat sederhana.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan
kreatifitas penulis dan kesempurnaan makalah ini, penulis menunggu kritik dan saran
dari pembaca, baik dari segi isi serta pemaparannya. Harapan penulis semoga pada
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca,amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...2
C. Tujuan Masalah……....……………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi............………………………………………………………………………3
B. Klasifikasi ......................……....……………………………………….……………3
C. Tanda dan Gejala..…………………………………………………………………...6
D. Etiologi.............……....……………………………………………………………...7
E. Patofisiologi………………………………………………………………………....8
F. Diagnosis …………………………………………………………………...............8
G. Komplikasi……………………………………………………………………….....10
H. Penatalaksanaan ……....……………………………………………………………11
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................................26
B. Saran ……………..………………………………………………………………...26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh
masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan
reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang
bahwa wanita adalah makhluk yang unik. Wanita dalam siklus hidupnya mengalami
tahap- tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan.
Kehamilan merupakan hal yang fisiologi di alami oleh setiap wanita. Kehamilan
juga menjadi salah satu moment yang membahagiakan bagi pasangan suami istri,
apalagi yang baru saja menikah. Dikaruani anak tentunya seperti sebuah hadiah
sekaligus kwatir serta memberikan tantangan tersendiri. Adakalanya dalam masa
kehamilan terjadi masalah-masalah yang tidak diinginkan dan yang seharusnya tidak
terjadi, akan tetapi karena banyak faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu
masalah yang tidak dapat dicegah.
Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu
terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus
lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi.
Pada siklus hidupnya, wanita mengalami tahap-tahap kehidupan di antaranya
dapat hamil dan melahirkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran
tapi tidak jarang yang mengalami abortus. Abortus didefenisikan sebagai keluarnya
hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan
kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 terdapat 210 juta
wanita hamil dan 130 juta kelahiran diseluruh dunia dari jumlah tersebut
diperkirakan sebanyak 558.000 ibu meninggal setiap tahun akibat komplikasi
kehamilan persalinan, 35% diantaranya adalah meninggal akibat perdarahan.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, kasus obstetrik
pada tahun 2005 yang disebabkan oleh plasenta previa adalah 4.725 kasus
(2,77%) yang merupakan kasus obstetrik ketiga tersering dengan CFR (Case
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari plasenta previa ?
2. Apa saja klasifikasi dari plasenta previa ?
3. Bagaimanakah tanda dan gejala plasenta previa?
4. Bagaimanakah etiologi pada plasenta previa ?
5. Bagaimanakah patofisiologis pada plasenta previa ?
6. Bagaimanakah diagnosis pada plasenta previa ?
7. Bagaimanakah komplikasi pada plasenta previa ?
8. Bagaimanakah penatalaksanaan pada plasenta previa ?
9. Bagaimanakah contoh kasus pada plasenta previa ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dari plasenta previa
2. Untuk mengetaahui klasifikasi dari plasenta previa
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala plasenta previa
4. Untuk mengetahui etiologi pada plasenta previa
5. Untuk mengetahui patofisiologis pada plasenta previa
6. Untuk mengetahui diagnosis pada plasenta previa
7. Untuk mengetahui komplikasi pada plasenta previa
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada plasenta previa
9. Untuk mengetahui contoh kasus pada plasenta previa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Plasenta Previa adalah uri yang melekat pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi mulut rahim sebagian/ seluruhnya (Suseno, 2009).
2. Plasenta Previa adalah plasenta yang tempat implantasinya abnormal, yaitu di
daerah segmen bawah uterus pada kehamilan = 20 minggu (Endjun, 2007).
3. Plasenta Previa adalah lokasi abnormal plasenta di segmen bawah uterus, yang
sebagian atau keseluruhannya menutupi os serviks (Chapman, 2006).
4. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (Wiknjosastro, 2005).
5. Implantasi plasenta dibagian bawah sehingga dapat menutupi ostium uteri
internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan SBR (Manuaba,
2004).
6. Plasenta Previa adalah keadaan di mana implantasi plasenta terletak pada atau di
dekat serviks (Saifuddin, 2002).
7. Plasenta Previa adalah implantasi plasenta pada segmen bawah rahim, menutupi
atau mencapai serviks (Scott JR, 2002).
3
4
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, maka
klasifikasi plasenta previa adalah:
1. Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
3. Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggi
pembukaan.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah
uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir
plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak
akan teraba pada pembukaan jalan lahir (http://medlinux.blogspot.com).
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan mulai (Wiknjosostro, 2005).
3. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR (Manuaba, 2004).
4. Bentuk perdarahan
a. Sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis
b. Banyak disertai gejala klinik ibu dan janin
5. Gejala klinik ibu
a. Tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang.
b. Terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk:
c. Nadi meningkat dan tekanan darah menurun
d. Anemia
e. Perdarahan banyak menimbulkan syok sampai kematian
6. Gejala klinik janin
a. Bagian terendah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak
b. Perdarahan mengganggu sirkulasi retroplasenter, menimbulkan asfiksia intra
uterin sampai kematian janin
c. HB sekitar 5 gr/dl dapat menimbulkan kematian janin dan ibunya (Manuaba,
2001).
D. Etiologi
Mengapa plasenta yang tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat
diterangkan. Bahwasannya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada
desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah
selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati untuk
sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti
bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak
seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan
memperluas permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
(Silver, 2015; Jing, Wei, Mengfan, Yanyan, & Weintraub, 2018; Martinelli,
Garcia, Neto, & Gama, 2018) mengatakan Penyebab Plasenta Previa belum
diketahui secara pasti, namun beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu
terjadinya plasenta previa antara lain:
1. Umur dan paritas
8
a. Pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun.
b. Pada grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali
lebih sering dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang
dari 25 tahun (Wiknjosastro, 2005).
2. Muliparitas dengan jarak kehamilan yang pendek.
3. Bekas dilatasi dan kuretase
4. Ibu dengan gizi rendah (Manuaba, 2001).
5. Penggunaan kokain. Kemungkinan karena akibat hipertrofi plasenta (Sinclair,
2009).
6. Riwayat plasenta previa sebelumnya
7. Riwayat persalinan dengan bedah sesar sebelumnya
8. Merokok (Norwitz, 2008).
E. Patofisiologi
Plasenta previa adalah tertutup lengkap atau sebagian dari serviks. Plasenta letak
rendah adalah berada dalam jarak 2 hingga 3,5 cm dari ostium uteri internum.
Plasenta previa marginal adalah di mana tepi plasenta berada dalam jarak 2 cm dari
ostium uteri internum. Hampir 90% dari plasenta yang diidentifikasi sebagai "letak
rendah" pada akhirnya akan sembuh pada trimester ketiga karena migrasi plasenta.
Plasenta itu sendiri tidak bergerak tetapi tumbuh kearah peningkatan suplai darah di
fundus, meninggalkan bagian distal plasenta di segmen bawah Rahim dengan suplai
darah yang relative buruk untuk regresi dan atrofi. Migrasi juga dapat terjadi oleh
segmen bawah rahim yang tumbuh sehingga meningkatkan jarak dari margin bawah
plasenta keserviks (Feng et al., 2018).
F. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.
1. Anamnesis/ keluhan:
a. Gejala pertama yang membawa ibu hamil ke dokter atau rumah sakit ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu (Winkjosastro, 2005).
b. Sifat perdarahannya adalah:
9
G. Komplikasi
1. Prolaps tali pusat
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan dapat mengakibatkan anemia bahkan bisa menjadi syok
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi prematur atau lahir mati (http://medlinux.blogspot.com).
11
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa ditentukan berdasarkan tempat pelayanan,
padafasilitas bidan praktik mandiri (BPM), Polindes dan Puskesmas mencakup
pengkajian datasubjektif dan objektif yaitu dengan pemeriksaan fisik secara umum
dan obstetrik, sertapemeriksaan tambahan (laboratorium). Bidan tidak dianjurkan
untuk melakukanpemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum. Pemeriksaan
inspekulo secara benar danhati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan dari
kanalis servikalis atau sumber lain(servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma).
Setelah diagnosa ditegakkan makalakukan penanganan awal dengan stabilisasi klien
kemudian rujuk ke rumah sakit(Patimah et al., 2016).
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian Data
a. DATA SUBJEKTIF
1) Identitas
12
13
Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 23 tahun dengan suami
umur 31 tahun.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ini - - - - - - - - - -
1) Status Generalis
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 360 C
17
Tinggi badan : 158 cm
BB sebelum hamil : 47 kg
BB sekarang : 48 kg
LILA : 24 cm
2) Pemeriksaan sistematis/ fisik
a) Kepala dan muka
Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah
rontok, bersih tidak ada ketombe.
Muka : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak
pucat, tidak oedema, ekspresi wajah
tegang dan cemas.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda,
sclera putih, tidak ada oedem.
Hidung : Bersih tidak ada polip, bentuk normal,
tidak ada kelainan.
Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada
serumen, tidak ada kelainan.
Mulut/ gigi/ gusi : Bibir pucat, lidah pucat, caries dentis
tidak ada, stomatitis tidak ada, gusi tidak
berdarah dan tidak bengkak.
b) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan limfe serta tidak ada benjolan/ tumor
pada leher.
c) Dada dan Axilla
(1) Mammae
Membesar : Ada, normal
Tumor : Tidak teraba benjolan Simetris
Simetris kanan kiri
Areola : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kolostrum : Belum keluar
(2) Axilla
Tumor : Tidak teraba benjolan Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
18
d) Ekstremitas
Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek,
bersih, tidak ada kelainan
Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak
ada oedema, tidak ada varices, tidak ada
kelainan
3) Pemeriksaan Obstetri
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Normal, sesuai dengan umur
kehamilan
(b) Linea alba/ nigra : terdapat linea alba
(c) Striae albican/ livide : ada striae albican
(d) Kelainan : Tidak ada kelainan
(e) Pergerakan janin : terasa
(2) Palpasi
(a) Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, 28
cm teraba bokong pada
fundus
(b) Leopold II : Punggung kiri
(c) Leopold III : Kepala
(d) Leopold IV : BAP
(e) Auskultasi : DJJ terdengar jelas pada
kuadran kiri bawah dengan
frekuensi 142x/i
(f) Perkusi : terdengar suara timpani pada
perkusi abdomen
b) Anogenital
(1) Varises : Tidak ada
(2) Oedema : Tidak ada oedem
(3) Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
(5) VT : Tidak dilakukan VT
(6) PPV : Keluarnya darah segar dari vagina
19
c) Anus : Tidak ada haemoroid
4) Pemeriksaan penunjang
Hb : 10,4 gr% Leukosi : 9800/ mm3
Golongan darah :A Trombosit : 225000/
mm3
2. Interpretasi Data
Tanggal 17 Juni 2021 pukul 09.00 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. T G3 P2 A0 hamil 28 minggu JTH intrauterin preske dengan Plasenta
Previa.
b. Data Dasar
1) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan ini kehamian yang ketiga
b) Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c) Ibu mengatakan HPHT 25 Februari 2021
d) Ibu mengatakan mengeluarkan darah segar dari jalan lahir, ibu cemas
dan mengatakan perutnya tidak terasa mules.
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Vital Sign: Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Respirasi : 20 x/ menit
Nadi : 88 x/ menit
Suhu : 360 C
d) PPV : Ada pengeluaran darah segar dari jalan lahir di
pembalut ibu dan celana dalam ibu
e) Palpasi : Teraba janin
f) VT : tidak dilakukan VT
g) Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan USG, hasilnya
terdapat plasenta ada menutupi jalan lahir
c. Masalah
20
Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya dan anemia ringan
d. Kebutuhan
Beri ibu dorongan moril dan informasi tentang keadaan yang dialaminya,
bahwa plasenta previa adalah suatu kejadian dalam kehamilan dimana
kehamilan dapat dipertahankan.
3. Diagnosa Potensial
Potensial terjadinya perdarahan antepartum dan syok hipovolemik
4. Antisipasi
a. Berikan dorongan dan dukungan pada ibu untuk tidak cemas dan tetap rileks
b. Pasang Inrus RL 20 tpm
c. Anjurkan klien untuk bedrest total dan membatasi aktifitas termasuk aktifitas
ringan
d. Anjurkan untuk menjaga personal hygine
e. Anjurkan untuk tidak berhubungan seks
f. Segera rujuk ke rumah sakit
5. Perencanaan
Tanggal 17 Juni 2021 pukul 09.10 WIB
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
b. Memasang infus RL 20 tpm
c. Anjurkan ibu untuk bed rest total
d. Anjurkan untuk menjaga personal hygine
e. Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu
f. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
6. Pelaksanaan
Tanggal 17 Juni 2021
a. Pukul 09.30 WIB memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
dicurigai mengalami plasenta previa yaitu suatu kehamilan yang dapat
dipertahankan jika penanganannya cepat dan tepat.
b. Pukul 09.39 WIB Memasang infus RL 20 tpm
c. Pukul 09.40 WIB menganjurkan ibu untuk bed rest total, yaitu
menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas apapun serta menjaga
personal hygine.
21
d. Pukul 10.00 WIB menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu.
e. Pukul 10.30 merujuk pasien
7. Evaluasi
Tanggal 17 Juni 2021 pukul, 11.00 WIB
a. Hasil pemeriksaan sudah disampaikan dan ibu sudah paham tentang
Plasenta previa.
b. Infus RL terpasang
c. Ibu bersedia untuk bed rest total tanpa melakukan aktivitas apapun dan
keluarga bersedia membantu ibu dan tetap menjaga personal hygine
d. Ibu bersedia untuk tidak berhubungan seks dahulu.
e. Pasien dalam perjalanan rujuk
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara
praktik dan teori yang dilakukan di BPM S dengan teori yang adamaupun jurnal sebagai
data pendukung. Di sini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah.
Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu permasalahan dan pemecahan
masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai
tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal
dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data
subyektif dan data obyektif.
Menurut (Patimah et al., 2016) Gejala awal plasenta previa, pada
umumnya hanya berupa perdarahan bercak atauringan dan umumnya
berhenti secara spontan. Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi waktubangun
tidur. Tidak jarang, perdarahan per vaginam baru terjadi pada saat
persalinan.Jumlah perdarahan yang terjadi, sangat tergantung dari jenis
plasenta previa.
Perdarahan pada plasenta previa itu seseringkali akan terjadi secara
berulang .
Berdasarkan hasil pengkajian data yang penulis peroleh pada kasus
22
Ny. T terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
a. Keluar darah segar dari jalan lahir
b. Perut pada bagian bawah tidak terasa sakit
c. Ibu mengatakan pada usia kehalilan 23 minggu juga mengalami hal
tersebut.
d. Hasil pemeriksaan terdapat darah segar di daerah vagina dan tidak
dilakukan pemeriksaan servik.
Sehingga antara teori dan praktik di lapangan tidak terdapat
kesenjangan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan menentukan masalah
dan kebutuhan ibu hamil dengan plasenta previa.
Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. T G3 P2
A0 hamil 28 minggu JTH intrauterin preske dengan Plasenta Previa. .
Dalam menentukan diagnosa kebidanan tersebut didasari dengan adanya
data subyektif dan data obyektif. Sedangkan masalah dari kasus ini adalah
Ny. T merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya, mengeluarkan darah
segar yang berwarna merah hati dari jalan lahir dan tidak mules. Kebutuhan
yang diperlukan oleh Ny. T adalah memperoleh dukungan moral. Menurut
Taber, B (2002), masalah yang timbul pada ibu hamil dengan plasenta
previa yaitu kecemasan pasien terhadap perdarahan dan kehamilan.
Menurut Taber, B (2002), kebutuhan pada plasenta previa adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang masalah yang timbul. Pada kasus
Ny. T masalah dan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan teori menurut
Taber, B (2002), sehingga dalam langkah interpretasi data tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.
3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
masalah yang sudah identifikasi. Langkah ini dibutuhkan antisipasi dan bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada kasus ibu hamil dengan
plasenta previa ini, maka diagnosa potensialnya adalah bila perdarahan
terus menerus yaitu potensial akan terjadi infeksi dan syok (Sarwono, 2006).
23
Pada kasus Ny. T diagnosa potensial tidak terjadi karena mendapatkan
perawatan secara intensif, sehingga pada langkah ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Antisipasi
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu mengidentifikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa.
Pada kasus Ny. T dengan plasenta previa antisipasi yang diberikan
yaitu tirah baring, pemasangan infus, pemberian edukasi untuk tidak
berhubungan seksual selama kehamilan dan melakukan kolaborasi dengan
dokter obsgyn.
Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya
kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko
komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan pasien.
Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat
didentifikasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan
anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang tidak
melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko
kelahiran prematur (Prawirohardjo, 2014).
Sehingga pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik, hal ini dikarenakan pada kasus Ny. T dengan plasenta previa
dilakukan pemeriksaan secara rutin dan segera rujuk serta berkolaborasi
dengan dokter obsgyn serta anjuran untuk melakukan personal hygine.
5. Perencanaan
Menurut Prawiroharjo 2014, Penderita diminta untuk melakukan tirah
baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak
berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya
untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara
statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologisnya kepada
penderita sangat menguntungkn. Penederita boleh dipulangkan setelah tidak
terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual
24
dulu sampai lebih kurang 2 minggu.
Sedangkan pada kasus Ny. T hamil dengan plasenta previa
perencanaan yang diberikan yaitu bed rest total, tidak berhubungan seks
dahulu, dan segera rujuk dengan dokter SpOG dan infus RL 20 tpm serta
edukasi menjaga personal hygine.
Dalam langkah perencanaan terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktik, yaitu dalam praktik direncanakan untuk menganjurkan personal
hygiene dan segera merujuk.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Wiknjosastro, 2005). Pelaksanaan pada pasien dengan
Abortus Imminens antara lain bed rest total, tidak boleh melakukan
hubungan seksual, pemberian terapi dan pemeriksaan USG (Feriyanto,
2007).
Pada kasus Ny. T dengan plasenta previa pelaksanaannya meliputi bed
rest total, tidak boleh melakukan hubungan seksual, menganjurkan ibu untuk
makan makanan yang bergizi, personal hygiene, rujuk dengan dokter SpOG
dan infus RL 20 tpm.
Sehingga dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktik, yaitu dalam praktiknya dilakukan penganjuran personal hygiene.
7. Evaluasi
Plasenta previa merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan obstetri
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu dengan berat
badan janin 500 gram tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks dan
atau tanpa disertai rasa mules-mules dan hasil konsepsi masih di dalam
uterus. Evaluasi merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari
rencana asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan
diagnosa (Varney, 2004).
Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan pasien telah dalam perjalanan
rujuk ke rumah skit yang terdapat dokter Sp. Ogadar dapat segera
mendapatkan perawatan sesuai kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan.
Pengangan plasenta previa ini tidak jauh berbeda dengan teori- teori yang
telah dikemukakan di atas, sehingga pasien dapat tertangani dengan baik.
25
Hanya saja karena adanya undang-undang profesi yang sudah mengatur
batasan kemampuan seorang profesi sehingga ada bebrapa penangan yang
tidak bisa dilakuakan oleh seorang bidan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasenta Previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh atau sebagian
plasenta ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari jalan lahir.
Klasifikasi plasenta previa terbagi menjadi empat yaitu plasenta previa parsialis,
plasenta previa marginalis dan plasenta previa totalis serta ada pula plasenta letak
rendah.
Gejala awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak
atauringan dan umumnya berhenti secara spontan. Gejala tersebut, kadang-kadang
terjadi waktubangun tidur. Tidak jarang, perdarahan per vaginam baru terjadi pada
saat persalinan.Jumlah perdarahan yang terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta
previa. Plasenta previa juga tidak dapat di ketahu penyabab pasti terjdinya hanya saja
tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi dengan mengenali faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya plasenta previa.
Penatalaksanaan plasenta previa ditentukan berdasarkan tempat pelayanan,
padafasilitas bidan praktik mandiri (BPM), Polindes dan Puskesmas mencakup
pengkajian datasubjektif dan objektif yaitu dengan pemeriksaan fisik secara umum
dan obstetrik, sertapemeriksaan tambahan (laboratorium). Bidan tidak dianjurkan
untuk melakukanpemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum. Pemeriksaan
inspekulo secara benar danhati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan dari
kanalis servikalis atau sumber lain(servisitis, polip, keganasan, laserasi atau
trauma). Setelah diagnosa ditegakkan makalakukan penanganan awal dengan
stabilisasi klien kemudian rujuk ke rumah sakit
B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang menjelaskan tentang plasenta previa semoga
saja kita dapat memahami materi ini namun kami menyadari bahwa makalah yang
ditulis oleh penulis juga jauh dari kata sempurna. Maka demi kesempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya kami berharap saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Anita Veronica dkk. 2018. Kebidanan: Teori dan Asuhan. Volume 1.
Jakarta:EGC
Feng, Y., Li, X.-Y., Xiao, J., 1, W. L., Liu, J., Zeng, X., … Chen, S.-H. (2018).
Risk Factors and Pregnancy Outcomes: Complete versus Incomplete
Placenta Previa in Mid-pregnancy.
Jing, L., Wei, G., Mengfan, S., Yanyan, H., & Weintraub, A. (2018). Effect of site
of placentation on pregnancy outcomes in patients with placenta previa.
PLoS One, 13(7).
Manuaba, Ida Bagus Gde., Manuaba Ida Bagus Gde Fajar., Manuaba Ida Ayu
Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG
Medford, Janet dkk, 2015. Kebidanan Oxford: Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta:
EGC.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Jakarta: EGC
Muchtar, Asmujeni dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka..
Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono rawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo
Silver, R. M. (2015). Abnormal Placentation: Placenta Previa, Vasa Previa, and
Placenta Accreta. Obstet Gynecol, 126(3), 654–668.