Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI SEHAT DENGAN IMUNISASI PADA BAYI NY “M”


USIA 1 JAM DENGAN IMUNISASI HB0
DI PUSKESMAS TENGGILIS SURABAYA
Tanggal: 21 Oktober - 16 November 2019

Disusun oleh :

Rafika Nur Intan Puteri P27824418017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D4 KEBIDANAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga laporan individu ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa
halangan.

Laporan ini merupakam tugas individu bagi mahasiswa program studi DIV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya semester III yang menjalankan
praktik klinik di Poli KIA Puskesmas Tenggilis Surabaya pada tanggal 21 Oktober -
16 November 2019.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembumbing dan seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penyususnan laporan ini.

1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes, selaku ketua jurusan kebidanan Politeknik


Kesehatan Kemenkes Surabaya.

2. Dwi Purwanti. S.Kp., SST., M.Kes. Selaku ketua prodi DIV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.

3. dr. Dessy J. S. selaku kepala Puskesmas Tenggilis Surabaya.

4. Ima Wahyuni, Amd.Keb selaku pembimbing klinik Puskesmas Tenggilis


Surabaya.

5. Evi Yunita N, SST, M.Keb selaku pembimbing akademik.

6. Titi Maharrani, SST, M.Keb selaku pembimbing akademik.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan laporan ini. Atas saran yang diberikan, penulis mengucapkan
terima kasih.

Surabaya, 23 Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program imunisasi merupakan cara yang penting untuk melindungi anak, namun
hal ini diperlukan perhatian. Anak-anak adalah usia yang paling rentan karena dengan
mudah dapat terjangkit suatu penyakit. Karena itu perlu diberikan perlindungan sejak
dini. Salah satunya adalah dengan diberikan imunisasi agar anak tersebut dapat
terhindar dari suatu penyakit seperti polio, hepatitis, campak, TBC, dan lain-lain.

Lebih dari 1,5 juta anak meninggal setiap tahun karena penyakit yang sebenarnya
sudah ada vaksinnya. Penyebabnya antara lain karena orang tua lalai terhadap
kewajibannya membawa anak ke dokter atau petugas kesehatan untuk memberi
imunisasi pada anaknya.

Dengan dibuatnya asuhan kebidanan pada bayi dengan pemberian imunisasi ini
merupakan salah satu upaya dalam pemberian imunisasi pada bayi, karena adanya
asuhan kebidanan ini diharapkan bayi mendapat imunisasi yang tepat dan sesuai
waktunya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada anak dengan imunisasi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajuan terhadap bayi sehat atau fisiologis.

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial pada bayi

4. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera pada bayi sehat

5. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi sehat

6. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada bayi sehat

7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada bayi sehat

8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan dalam bentuk SOAP

1.3 Penatalaksanaan

Asuhan kebidanan pada bayi sehat ini dilakukan


BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Imunisasi

2.1.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menguatkan / menimbulkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit
ringan.

Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada tubuh


dengan kuman, virus, bakteri yang sudah dimatikan sehingga tubuh bisa
membentuk antibodi.

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif


dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita dan mencegah penyakit
seperti hepatitis B, TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, dan campak (Lia
Dewi, 2010)

2.1.2 Pengertian Vaksin

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah menjadi toksoid protein rekombinan yang apabila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu.

2.1.3 Tujuan Pemberian Imunisasi

a. Tujuan Umun

Menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit


yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I).

b. Tujuan Khusus

1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan


imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa /
kelurahan pada tahun 2014

2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di


bawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013

3. Eradikasi polio pada 2015

4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.


5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practice and waste disposal management)

2.1.4 Sistem Kekebalan

Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang
tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus
atau bakteri yang hidup atau sudah diinaktifkan. Jenis kekebalan terbagi menjadi
kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Kekebalan aktif merupakan perlindungan yang dihasilkan oleh sistem


kekebalan seseorang sendiri dan menetap seumur hidup. Kekebalan aktif dibagi
menjadi dua, yaitu:

a. Aktif alamiah: didapatkan ketika seseorang menderita suatu penyakit.

b. Aktif buatan : didapatkan dari pemberian vaksinasi

Kekebalan pasif merupakan kekebalan atau perlindungan yang diperoleh dari


luar tubuh bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan pasif dibagi menjadi
dua, yaitu:

a. Pasif alamiah: -kekebalan yang didapat dari ibu melalui plasenta saat
masih berada dalam kandungan.

-kekebalan yang diperoleh dari kolostrum

b. Pasif buatan: -diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang


diekstrak darisatu individu ke tubuh orang lain sebagai
serum

2.1.5 Jenis Imunisasi

1. Imunisasi Wajib

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah


untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitar dari penyakit menular tertentu. Imunisasi
wajib terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, imunisasi khusus.

a. Imunisasi Rutin

Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus


menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan.

1) Imunisasi Dasar

a. Vaksin BCG
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung
mycrobacterium basis hidup.yang dilemahkan (Bacillus Calmette
Guerin), strain paris.

Indikasi: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.

Cara pemberia dan dosis:

- Dosis pemberian = 0,05 ml, sebanyak 1 kali

- Disuntikkan secara IC di darerah lengan kanan atas (Insertio Musculus


deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml

Efek samping = 2-6 minggu setelah oimunisasi BCG daerah bekas


suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat
terjadi ulserasi dalam waktu 2-6 bulan, kemudian menyembuh perlahan
dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.

Penanganan efek samping

- Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan


antiseptik

- Apabila cairan bertambah banyak dan membesar, segera bawa ke tenaga


kesehatan.

b. Vaksin DPT-HB-HIB

Vaksin DPT-HB-HIB digunakan untuk pencegahan terhadap difteri


pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, dan infeksi Haemophilus
Influenzae tipe B secara simultan,

Cara pemberian dan dosis:

- Vaksin harus disuntikkan secara IM pada anterolateral paha atas

- Satu dosis anak adalah 0,5 ml

Kontraindikasi = kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir
atau kelainan saraf serius.

Efek Samping = reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan


kemerah-merahan pada lokasi penyuntikan, disertai demam dapat timbul
dalamsejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam
tinggi, rewel, dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi 24 jam setelah
pemberian
Penanganan Efek Samping.

- Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau
Sari Buah)

- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

- Bekas suntikan yang nyeri dapat di kompres

- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg BB setiap 3-4 jam (max 6x


dalam 24 jam)

- Bayi boleh mandi atau cukup seka dengan air hangat

- Jika reaksi memberat dan menetap, bawa bayi ke dokter

c. Vaksin Hepatitis B

Vaksin virus recombinan yang telah diinaktifkan dan bersifat non-


infecious, berasal dari HBSAg.

Cara pemberian dan dosis:

- Dosis 0,5 ml atau satu buah HB PID secara intramuscular, sebaiknya


pada anterolateral paha.

- Pemberian sebanyak tiga dosis.

- Dosis pertama usia 0-7 hari, dosis berikutnya diberikan dengan


interval satu bulan.

Kontraindikasi = penderita infeksi berat disertai kejang.

Efek samping = reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan


pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang dalam dua hari.

Penanganan efek samping=

- Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak.

- Jika demam kenakan pakaian yang tipis.

- bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

- Jika demam berikan paracetamol 10 mg/kg bb sekarang 3-4 jam (max 6x


dalam 24 jam)

- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

d. Vaksin Polio Oral


Vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1, 2, dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan.

Indikasi = untuk memberi kekebalan aktif poluomyelitis

Cara pemberian dan dosis:

Secara oral (melalui mulut), satu dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian dengan interval pemberian minimal empat minggu

Kontraindikasi = pada induvidu yang menderita immune deficiency


tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedangs ehat.

Efek samping = sangat jarang terjadi reaksi, sesudah mendapatkan


vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa apabila muntah
dalam 30 menit segera beri dosis ulang.

Penanganan efek samping = orang tua tidak perlu melakukan


apapun.

e. Vaksin Inactive Polio Virus (IPV)

Bentuk suspensi injeksi.

Indikasi = untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak


immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada individu
di mana vaksin polio oral menjadi kontraindikasi.

Kontraindikasi =

- sedang menderita demam, penyakit akut, atau penyakit kronis progresif.

- hipersensitif pada pemberian vaksin ini sebelumnya

-penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh

- akergi terhadap streptomycin

Efek samping = reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri,


kemerahan, indurasi dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam
setelah penyuntikan dan bertahan selama satu atau dua hari.

Cara pemberian dan dosis =

- disuntikkan secara IM atau SC dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.

- dari usia 2 bulan, 3 suntikkan berturut-turut 0,5 ml harus diberikn pada


interval satu atau dua bulan.

- IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, 14, sesuai dengan rekomendasi
dari WHO.

- Bagi orang dewasa yang belum pernah diimunisasi diberikan 2 suntukan


berturut-turut dengan interval satu atau dua bulan.

Penanganan efek samping =

- Orang tua dianjurkan memberikan minum lebih banyak (ASI)

- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.

- Bekas suntikkan yang nyeri bisa dikompres air dingin.

- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg bb setiap 3-4 jam (max 6x dalam 24
jam)

- bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

f. Vaksin Campak

Vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Indikasi = pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Cara pemberian dan dosis

- 0,5 ml disuntikkan secara SC pada bagian kini atas atau anterolateral paha,
pada usia 9-11 bulan.

Kontraindikasi = individu yang mengidap penyakit immune


deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun.

Efek samping = hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan


dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi.

Penanganan efek samping =

- Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau
sari buah)

- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

- Bekas suntikan yang nyeri dapat di kompres dengan air dingin.

- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg bb setiap 3-4 jam (max 6x


dalam 24 jam)

- Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

- Jika reaksi bertambah berat dn menetap bawa bayi ke dokter.


2. Imunisasi Lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan


atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada
anak usia bawah tiga tahun, anak usia sekolah, dan wanita usia subur.

a. Vaksin DT

Suspensi kolodrat homoge berwana putih susu mengandung toksoid tetanus


dan toksoid difteri murni yang terabsorbsi kedalam alumunium fosfat.

Indikasi = pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada


anak anak.

Cara pemberian dan dosis = secara IM atau SC dalam dengan dosis 0,5 ml.
Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun.

Kontraindikasi = hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.

Efek samping = gejala gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping =

- orang tua dianjurkan memberikan minum anak lebih banyak.

- jika demam, kenakanan pakaian yang tipis

- Bekas suntikan yang nyeri dapat di kompres dengan air dingin.

- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kg bb setiap 3-4 jam (max 6x dalam 24
jam)

- Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

b. Vaksin TD

Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus


dan toksoid difteri murni yang terabsorbsi ke dalam alumunium fosfat.

Indikasi = perlindungan terhadap tetanus nenatorum pada wanita usia subur.

Cara pemberian dan dosis:

Secara IM atau SC dalam, dengan dosis 0,5 ml.

Kontraindikasi:

- Gejala- gejala berat karena dosis TT sebelumnya.


- Hipersensitif terhadap komponen vaksin.

- Demam atau infeksi akut.

3. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling


beresiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode tertentu. Yang
termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah back of fighting, crash program,
PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub PIN, Catch up Campaign campak dan imunisasi
dalam penanganan KLB (outbreak response immunization/ORI)

4. Imunisasi Khusus

5. Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan kepada seorang


sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, HIB, Tifoid, Hepatitis A, Influenza,
Pneumokokus, rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV.

2.1.3 Jadwal Imunisasi

1. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Jenis Imunisasi Usia Bayi

HB0 0-7 HARI

BCG, Polio 1 1 BULAN

DPT- HB-HIB, Polio 2 2 BULAN

DPT-HB-HIB, Polio 3 3 BULAN

DPT-HB-HIB, Polio 4 4 BULAN

MR 9 BULAN

2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Balita

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian

DPT-HB-HIB 18 Bulan 1

Campak 24 Bulan 1

3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Sekolah.

Dilakukan pada bulan Agustus dan November


Jenis Imunisasi Sasaran Waktu Pemberian Keterangan

DT dan Campak 1 SD Agustus dan


November
Bulan Imunisasi
TD 2 SD November Anak Sekolah
(BIAS)
TD 3 SD November

HPV 5 SD November

4. Jadwal Lanjutan Tetanus Toksoid (TT)

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Masa Perlindungan

TT 1 - -

TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun

TT 5 12 bulan setelah TT4 25 Tahun

Status TT1 dan TT5 dihitung sejak imunisasi dasar pada bayi

2.1.4 Manfaat Imunisasi

Berikut ini merupakan manfaat imunisasi menurut mavimbi (2010):

a. Bagi anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan kecacatan


atau kematian.

b. Bagi keluarga

Menghilangkan kecemasan dari psikologi kesehatan bila anak sakit. Mendorong


pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan mengalami masa
kanak-kanak yang nyaman.

c. Bagi negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan berharga.

2.1.5 Konsep Dasar Imunisasi HB0

a. Imunisasi HB0

Pemberian imunisasi HB0 adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan


kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin ini diberikan pada saat bayi
baru lahir, satu jam setelah pemberian vitamin K. Vaksin hepatitis B diberikan secara
IM paha kanan.

2.1.6 Vaksin Vial Monitor (VVM)

VVM adalah pemantauan vaksin berupa label bergambar yang dilekatkan pada
botol vaksin untuk mencatat paparan panas kumulatif yang berlebihan. Pengaruh
gabungan dari waktu dan suhu menyebabkan monitor berubah warna secara
berangsur-angsur dan tidak akan berubah lagi pada suhu tinggi. Cara kerja VVM
adalah sebagai berikut

Penggunaan VVM sangat bermaaf dalam menanggulani masalah cold chain/rantai


dingin vaksin di lapangan, lebih-lebih di daerah yang sulit dijangkau. Keuntungannya
yaitu membuat kebijakan lebih mudah dengan menghilangkan keraguan petugas
dalam membuang vaksin yang diduga panas karena paparan suhu dan secara umum
menurunkan jumlah vaksin terbuang.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Imunisasi.

2.2.1 Pengkajian Data

Tanggal pengkajian

Tempat pengkajian

Pengkaji

A. Data Subjektif

1. Identitas Bayi

Nama= nama bayi yang ditulis adalah nama bayi yang jelas dan terang
untuk menghindari kekeliruan.

Tanggal lahir= untuk mengetahui kapan bayi lahir dan usia bayi dan
mempermudah memberi asuhan.

Jenis kelamin= untuk mengetahui jenis kelaminyang dilahirkan.

No. Register= untuk mempermudah mengenali dan membedakan pasien


satu dengan yang lainnya.

2. Identitas Orang Tua

Nama= untuk mengetahui identitas orang tua bayi, harus ditulis agar tidak
keliru mengingat banyak nama yang sama.

Umur= untuk mengantisipasi pengetahuan dan mentalnya yang belum siap.

Suku/bangsa= untuk mengetahui adat istiadat sehari-hari.

Pendidikan= untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki


tentang kesehatan bayi

Pekerjaan= untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi.

Alamat= untuk mempermudah kunjungan rumah jika diperlukan.

3. Keluhan Utama

Tidak ada keluhan pada bayi yang akan diimunisasi.

4. Alasan datang

Apa tujuan datang ke tenaga kesehatan

5. Riwayat kesehatan bayi

Apakah bayi mengalami sakit atau alergi tertentu pada obat atau vaksin.
6. Riwayat kesehatan keluarga dan ibu

Apakah ibu dan keluarga memiliki riwayat penyakit menurun atau menular.

7. Riwayat kehamilan

Selama kehamilan ibu diharapkan tidak menderita gangguan/komplikasi

serta kebutuhan nutrisi terpenuhi.

8. Riwayat persalinan

Bayi lahir sevara spontan dengan usia kehamilan 37-40 minggu. Dengan BB
normal yaitu 2500-4000 gram dan panjang badan normal yaitu 48-52 cm.
Jenis kelamin bayi.

9. Riwayat imunisasi

Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang pernah di dapatkan oleh anak.

10. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola nutrisi: ASI/PASI

b. Pola istirahat: normalnya 11-23 jam

c. Pola aktivitas: gerak aktif dan simetris pada ekstremitas atas dan bawah.

d. Pola eliminasi: BAK 5-6 kali/hari, BAB 3-4 kali/hari

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum

Kesadaran

Tanda-tanda vital= nadi:denyut jantung bayi

Suhu= normalnya antara 36,5-37,5℃

Respirasi: normalnya 30-60x/menit tanpa retraksi dinding


dada dan tanpa suara merintih fase ekspirasi

Antropometri= BB:

TB:
2. Pemeriksaan fisik

Kepala: tidak ada caput succedaneum, tidak ada chepal hematoma, terlihat
permukaan kulit bersih.

Muka: tidak ada kelainan, tidak pucat, simetris, tidak ada benjolan.

Mata: konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda infeksi
(keluar cairan, bernanah, bengkak, kemerahan.)

Mulut: mukosa bibir lembab.

Telinga: simetris,bersih, tidak ada serumen.

Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar.

Dada: tidak ada retraksi dinding dada.

Abdomen: bentuk simetris, tidak kembung,tidak ada benjolan abnormal.

Ekstremitas: gerak aktif.

Anus: berlubang.

Refleks: moro: baik

Rooting: baik

Grasping: baik

Sucking: baik

2.2.2 Diagnosa / masalah

Diagnosa: bayi “…..” usia “….” bayi sehat dengan imunisasi “…”

Masalah: tidak ada.

2.2.3 Diagnosa potensial

Tidak ada

2.2.4 kebutuhan tindakan ringan

Tidak ada

2.2.5 Rencana tindakan

Tujuan: setelah dilakukan asuhan imunisasi diharapkan tidak terjadi komplikasi

A. Imunisasi DPT-HB-HIB

1. Menyiapkan alat secara ergonomics


-uninject - bengkok

-buku KIA - Safety box

-handscoon -kapas DTT

- tempat sampah -bak instrumen

- larutan klorin

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada ibu mengenai apa yang akan
dilakukan.

3. Mencuci tangan menggunakansabun dibawah air mengalir.

4. Menggunakan hanscoon.

5. Mengatur posisi bayi. Bsyi dapat dibaringkan di atas kasur.

6. Membuka wadah uninject dan periksa:

- label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uninject tersebut memang benar
vakain hepatitis B.

- tanggal kadaluwarsa

- warna pada VVM

7. Membuka kantong alumunium/plastik uninject dan bagian ujung atau sudut,


kemudian keluarkan uninject.

8. Bersihkan bagian yang akan disuntik menggunakan kapas basah, tunggu


hingga kering

9. Pegang uninject pada bagian leher dan bagian tutup jarum, bersamaan dengan
itu aktifkan uninject dengan cara mencorong tutup jarum ke arah leher dengan
tekanan dan gerakan cepat.

10. Menentukan lokasi penyuntikan yaitu di paha anterolateral, pegang paha bayi
dengan ibu jari dan jari telunjuk, suntikkan dengan metode IM, suntikkan pelan
pelan untuk mengurangi rasa sakit.

11. Cabut jarum dengan cepat dan tekan bekas suntukan dengan kapas kering.
Jangan melakukan pijatan pada daerah bekas suntikan.

12. Masukkan alat suntikan ke dalam safety box.

13. Bersihkan semua alat yang sudah digunakan.

2.2.6 Penatalaksanaan karena tindakan


Realisasi dari intervensi / rencana tindakan yang telah ada dan disusun, namun dalam
kondisi tertentu tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan kondisi klien.

2.2.7 Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, mengulangi kembali proses


menejemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilakukan tetapi
belum efektif.
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan

Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mencegah atau
memberantas beberapa penyakit. Sasaran imunisasi adalah bayi usia 0-11 bulan
dengan jangka waktu pemberian yang berbeda-beda. Dalam pemberian imunisasi
perlu banyak hal yang diperhatikan antara lain, jenis imunisasi, usia bayi, jadwal, efek
samping, dosis, dan cara.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bati sesuai dengan usia merupakan hal
yang perlu diperhatikan jua karena hal tersebut sangat berkaitan dengan keberhasilan
dalam asuhan pada bayi / anak sehat.

Pada kasus didapatkan bayi A yang baru saja lahir, maka dalam perawatan bai baru
lahirnya dia harus mendapatkan imunisasi HB0. Berdasarkan data-data yang ada tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester III prodi D IV Kebidanan
tahun akademik 2019/2020 ini sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Tempat praktik: Puskesmas Tenggilis Surabaya

Tanggal praktik: 21 Oktober - 16 November 2019

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Titi Maharrani, SST., M.Keb. Evi Yunita Nugrahini, SST., M.Keb. Ima Wahyuni. Amd.Keb

NIP.198503202006042003 NIP.198006212002122001

Mengetahui Mengetahui

Ketua Prodi DIV Kebidanan Kepala Ruangam

Dwi Purwanti. S.Kp., SST., M.Kes.

NIP. 196702061990032003

Anda mungkin juga menyukai