Anda di halaman 1dari 28

Au

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)


TRILESTARI/S.Kep.Ns
NIP. 19710217 199403 2 002

NIKNIK

KES
SURAKARTA
Disusun Oleh
Fakhar Zainul Luthfianto
P27220019022

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Oleh :

Fakhar Zainul Luthfianto


P27220019022

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. BBLR adalah bayi
baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni,
2016).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
kurang dari 2500 gram. Penyebab terbanyak yang mempengaruhi BBLR karena
kurangnya asupan gizi pada janin dan perlu penanganan serius karena organ
tubuh yang terbentuknya belum sempurna (Depkes, 2015).

B. KLASIFIKASI
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara
mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya
a. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir 1.500-2.500 gram.
b. Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.500 gram.
c. Berat Bayi Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.000 gram.
2. Menurut masa gestasi
a. Prematur murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b. Dismatur
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di
karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
Menurut Renfield dalam Maryunani (2013) IUGR dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang
lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang
dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres
sub akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sampai janin lahir.
Dismatur dapat terjadi dalam preterm, aterm dan post term yang terbagi
dalam
1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)
2) Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)
3) Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)

C. ETIOLOGI
Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia
kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR. Menuerut Proverawati,
Sulistyorini, 2010 berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
BBLR secara umum :
1. Faktor Ibu
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat,
pendarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia,
infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal) dan
menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, TORCH.
b. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
c. Kehamilan ganda (multi gravida)
d. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek yaitu kurang dari 1
tahun.
e. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
b. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
c. Keadaan gizi yang kurang baik
d. Pengawasan antenatal yang kurang
e. Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
3. Faktor Janin
a. Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)
b. Infeksi janin kronik
c. Radiasi
d. Kehamilan ganda/kembar (Gameli)
4. Faktor Plasenta
a. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
b. Luas permukaan berkurang
c. Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
d. Infark
e. Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
f. Plasenta yang lepas
g. Sindrom plasenta yang lepas
5. Faktor Lingkungan
a. Bertempat tinggal di daratan tinggi
b. Terkena radiasi
c. Terpapar zat beracun

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan
dismaturitas. Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
1. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm,
lingkaran dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
4. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
5. Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
6. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
7. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
8. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis
kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum
turunnya testis.
9. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
10. Menangis dan lemah.
11. Pernapasan kurang teratur.
12. Sering terjadi serangan apnea.
13. Refleks tonik leher masih lemah.
14. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra,
2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari
dismaturitas sebagai berikut :
1. Kulit pucat ada seperti noda
2. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
3. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
4. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
5. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).

E. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi berat badan lahir rendah berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan disebabkan karena
dismaturitas. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu
dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu berupa usia ibu dan asupan
gizi yang kurang, faktor janin yaitu kehamilan kembar dimana janin berkembang
dan tumbuh lebih dari satu, sehingga nutrisi atau gizi yang diperoleh tidak sama
dengan bayi tunggal, selain itu faktor plasenta yang menyebabkan suplai
makanan ibu ke bayi berkurang.
Bayi yang lahir premature memiliki fungsi organ yang belum baik seperti
pertumbuhan dada yang belum sempurna menyebabkan vaskuler paru imatur
sehingga terjadi ketidakefektifan pola napas. Imaturitas system imun berakibat
pada penurunan daya tahan tubuh yang mengakibatkan resiko infeksi pada bayi.
Selain itu, saluran cerna yang belum matang dan kemampuan menghisap bayi
premature yang cenderung lemah mengakibatkan ketidakefektifan pemberian
ASI.
Fungsi hepar yang masih imatur berakibat pada pemecahan bilirubin yang
berlebihan sehingga berpotensi terjadi ikterik pada neonates. Bayi yang lahir
premature memiliki luas permukaan tubuh relatif lebih luas sehingga
mengakibatkan kehilangan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi yang
mengakibatkan terjadinya hipotermia.
F. PATHWAY

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Faktor Faktor


Plasenta Lingkungan ekonomi

BBLR

Komplikasi : Manifestasi klinis :


sindrom aspirasi neonates, Berat badan kurang dari 2500 gram, masa gestasi
sindrom respirasi, resiko kurang dari 37 minggu, kulit tipis, transparan,
teredak, hiperbilirubin, lanugo banyak, lema subkutan sedikit, pergerakan
hipotermi kurang dan lemah, pernafasan belum teratur, dan
sering mendapatkan serangan apnea.

Imaturitas Imaturitas Pertumbuhan Permukaan tubuh Immaturitas


hepar saluran cerna dada belum relatif lebih luas dan sistem imun
sempurna lemak tubuh yang tipis

Pemecahan Prematuritas
bilirubin usus Vaskuler paru Kehilangan panas Pertahanan
berlebihan imatur (konduksi) terhadap
anti gen
Otot
menurun
Ikterik pencernaan Peningkatan Hipotermia
neonatus imatur kerja napas
Penurunan
Reflek hisap daya tahan
Pola napas
belum sempurna tubuh
tidak efektif

Ketidakefektifan Risiko
pola makan bayi infeksi
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2019):
1. Sindrom aspirasi meconium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah, terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
Selain itu komplikasi lain yang dapat timbul pada berat bayi lahir rendah
yaitu mudah hipotermi dikarenakan lemak yang terlalu tipis, mudah terjadi
infeksi karena belum ada kekebalan tubuh dan Saluran pencernaan belum
berfungsi sempurna sehingga terjadi gangguan penyerapan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada bayi BBLR antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium
Tindakan dan prosedur khusus dengan mengambil sample dari pasien dalam
bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing/air seni) yang bertujuan
untuk menentukan diagnose atau membantu menegakkan diagnose penyakit.
Dalam kasus BBLR, adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan ialah
pemeriksaan kimia klinik meliputi elektrolit, natrium, kalium, klorida,
calcium yang dilakukan dengan metode ISE, kemudian bilirubin direk-
indirek dan total yang dilakukan dengan metode D1A20.
2. Pemeriksaan skor ballard
Menilai maturitas fisik dan neurologis bayi melalui beberapa indikator, yaitu
maturitas fisik dan neuromuskularitas.
3. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Tes kocok atau gastric shake test bertujuan untuk menilai surfaktan yang ada
pada paru-paru bayi atau secara garis besar menilai tingkat kematangan paru
pada bayi. Tes ini memiliki sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas
sebesar 92%.
4. Foto dada ataupun babygram
Diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau terjadi sindrom gawat nafas.

I. PENATALAKSANAAN
Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut Hartini (2017):
1. Pernafasan
a. Continuos Positive Airway Pressure (CPAP)

CPAP merupakan suatu alat yang sederhana dan efektif untuk tatalaksana
respiratory distress pada neonatus. Ada beberapa kriteria terjadinya
respiratory distress pada neonatus yang merupakan indikasi penggunaan
CPAP. Kriteria tersebut meliputi :

1) Frekuansi nafas > 60 kali permenit


2) Merintih (Grunting) dalam derajat sedang sampai parah
3) Retraksi nafas - Saturasi oksigen < 93% (preduktal)
4) Kebutuhan oksigen > 60% - Sering mengalami apneu
b. Head Box
Headbox adalah kerudung plastik bening yang mengelilingi kepala bayi
dan menyediakan oksigen hangat dan dilembabkan. Bayi dalam headbox
harus terus dikaji dan dilakukan observasi pada setiap jam. pengawasan
tersebut silakukan terhadap kemungkinan komplikasi yang disebabkan
dari penggunaan headbox yaitu hipoksemia, hyperoxaemia, hipotermia,
hipertermia dan iritasi dan tekanan ke leher. Ketika memberikan oksigen
ke dalam head box akan tergantung pada:
1) Situasi klinis.
2) Konsentrasi oksigen yang dibutuhkan.
3) Karakteristik operasional inkubator yang digunakan.
Bayi yang membutuhkan oksigen 40% atau lebih akan diberikan melalui
head box karena hasilnya lebih optimal. Berikut ini tabel aturan pemberian
oksigen melalui head box

Presentase Aliran Oksigen Kecepatan


Oksigen (%) (L/min) (L/min)
30 1 9
40 2 8
50 4 6
60 5 5
70 6 5
80 7,5 2,5
90 9 1

c. Nasal kanul
Nasal kanul merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan sistem arus
rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul terdiri dari sepasang tube
dengan panjang + dua cm yang dipasangkan pada lubang hidung pasien
dan tube dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow meter. Aliran
rendah < 2L/menit (low flow) Untuk suplai O2 minimum. Metode yg
disukai untuk CLD dengan fraksi oksigen (O2) antara 24-44%. Aliran
yang lebih tinggi tidak meningkatkan fraksi oksigen (O2) (FiO2) secara
bermakna diatas 44% dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi
kering.
d. Ventilator
Ventilator atau alat bantu pernapasan digunakan untuk membantu
pernapasan bayi baru lahir yang mengalami gangguan pernapasan atau
masalah pada paru-parunya. Alat ini akan disambungkan ke selang tipis
yang dimasukkan ke saluran napas bayi melalui hidung atau mulutnya.
2. Pengaturan suhu
Bayi BBLR mudah mengalami hipotermi, maka itu suhu tubuhnya harus di
pertahankan dengan ketat. Cara mempertahankan suhu tubuh bayi BBLR dan
penangannya jika lahir di puskesmas atau petugas kesehatan yaitu :
a. Keringkan badan bayi BBLR dengan handuk hangat, Kering dan Bersih.
b. Kain yang basah secepatnya di ganti dengan yang kering dan hangat dan
pertahankan tubuhnya dengan tetap
c. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus
bayi BBLR dengan kain hangat
d. Beri lampu 60 watt denga jarak minimal 60 cm dari bayi
e. Tali pusat dalam keadaan bersih

Ada beberapa cara penanganan suhu bayi BBLR:


a. Inkubator
Bayi prematur maupun BBLR mempunyai keterbatasan dalam mengatur
suhu tubuhnya, sehingga mudah mengalami Hipotermi dan Hipertemi.
Hipotermi suhu bayi kurang dari 36,5℃, sementara Hipertemi suhu bayi
lebih dari 37,5℃. Inkubator sangat berperan baik dalam mengontrol
suhu untuk bayi prematur. Berikut ini suhu yang direkomendasikan
menurut (Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita, 2010

Berat bayi 35,℃. 34,℃. 33,℃. 32,℃.


<1500 gram 1-10 hari 11 hari-3minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 gram 1-10 hari 11 hari-4 minggu >4 minggu
2100-2500 gram 1-2 hari 3 hari- 3minggu >3 minggu
>2500 gram 1-2 hari >2 hari

b. Infarm warmer
Infanm warmer merupakan alat yang digunakan sebagai penghangat bayi
yang baru lahir atau bayi yang lahir secara premature. Fungsi adalah
untuk menjaga suhu bayi setelah bayi dilahirkan. Selain itu infant
warmer bayi dapat digunakan untuk menstabilkan suhu bayi yang
mengalami hipotermia. Hipotermia pada bayi terjadi karena suhu pada
tubuh bayi kurang dari 35°C. Hipotermia pada bayi sering terjadi pada
bayi yang baru lahir karena penurunan suhu panas tubuh yang sangat
cepat dan dapat mengancam nyawa bayi jika tidak ditangani dengan
segera. Infarm warmer dengan acuan suhu ruang+suhu yang ada pada set
sektor. Contohnya suhu ruang 26°C dan suhu yang diinginkan 37°C
maka suhu yang ada pada set sektor adalah 11℃ Sebelumnya cek
terlebih dahulu heater output dan increased temperaturenya. Sebelum
bayi dimasukkan ke dalam infant warmer usahakan bahwa alat ini sudah
dinyalakan terlebih dahulu selama 15-20 menit agar suhu menjadi stabil.
c. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Pada BBLR terdapat pula perawatan menggunakan perawatan bayi lekat
(Kangaroo Mother Care), perawatan bayi lekat ini merupakan cara yang
murah, aman dan mudah diterapkan yaitu dengan cara mempertahankan
suhu tubuh bayi dengan cara kontak ke kulit seawal mungkin,
mendukung ibu untuk memberikan Asi, Manfaat KMC ini yaitu dapat
menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih ibu cara menyusui
yang baik dan benar, melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara
teratur dan terkoordinasi. Ada beberapa langkah-langkah dalam
perawatan bayi lekat yaitu:
1) Letakkan Bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi di bawah
payudara ibu dan tangan bayi di atasnya.
2) Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit-kulit) dengan
kepala bayi menoleh pada satu sisi (kiri/kanan).
3)Gunakan baju kanguru/selendang/kain panjang untuk membungkus
bayi dan ibu dengan nyaman, caranya yaitu, letakkan bagian tengah
kain menutupi bayi di dada ibu, bungkus dengan kedua ujung kain
mengelilingi ibu di bawah lengannya ke punggung ibu, silangkan
ujung kain di belakang ibu,bawa kembali ujung kain ke depan, ikat
ujung kain untuk mengunci di bawah bayi, topang kepala bayi
dengan menarik pembungkus ke atas hanya sampai telinga bayi.

3. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi


Refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga
pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Pengaturan dan
pengawasan intake nutrisi yang dimaksud yaitu menentukan pilihan susu
yang sesuai, tata cara pemberian dan pemberan jadwal yang cocok dengan
kebutuhan bayi dengan BBLR ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan utama
apabila bayi masih mampu mengisap. Tetapi, jika bayi tidak mampu untuk
mengisap maka dapat dilakukan dengan cara ASI dapat diperas terlebih
dahulu lalu diberikan kepada bayi dengan menggunakan sendok atau dapat
dengan cara memasang sonde ke lambung secara langsung. Jika ASI tidak
dapat mencukupi atau bahkan tidak ada, khusus pada bayi dengan BBLR
dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau biasanya
dapat disebut susu formula khusus untuk bayi BBLR. Cara pemberian ASI:
a. Pemberian melalui cairan IV
Diberikan pada bayi apabila saluran cerna tidak dapat digunakan karena
malformasi intestinal, bedah saluran cerna, enterokoletis nektrotikan,
distress pernafasan atau keadaan dimana saluran cerna tidak mampu
melakukan fungsi digestif dan absorbsi.
b. Pemberian melalui sonde
Apabila bayi belum ada reflek mengisap, reflek menghisap masih lemah
dan belum ada reflek menelan harus dipasang sonde fooding sehingga
ASI diberikan melalui sonde.
c. Pemberian melalui botol susu
Apabila bayi belum bisa meneteki pada ibu namun reflek menelan dan
reflek menghisap kuat maka ASI dapat diberikan menggunakan botol
susu.
d. Menetek langsung pada ibu
Apabila bayi memiliki reflek hisap yang kuat maka bayi dilatih sedikit
demi sedikit untuk menetek langsung pada ibu
Umur BBLR Aterm
(Hari)
1 80 60
2 90 80
3 100 100
4 110 120
5 125 130
6 135 140
7 150 150
8 155 160
9 160 165
10 165 170
11 175 175
12 185 180
13 195 190
14 200 200

4. Pencegahan infeksi
Bayi BBLR memiliki imun dan daya tahan tubuh yang relatif kecil ataupun
sedikit. Maka, sangat berisiko bayi BBLR akan sering terkena infeksi. Pada
bayi yang terkena infeksi dapat dilihat dari tingkah laku, seperti memiliki rasa
malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh yang relatif meningkat, frekuensi
pernapasan cenderung akan meningkat, terdapat muntah, diare, dan berat
badan mendadak akan semakin turun. Cara pencegahan infeksi pada BBLR
adalah sebagai berikut :
a. Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2
menit sebelum masuk keruangan rawat bayi.
b. Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi
c. Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang
berhubungan dengan bayi
d. Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan
e. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang bayi.
5. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir adalah
120-150 ml/kg/hari atau 100-120cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi
kebutuhan cairan/kalori. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari
pertama (sampai 10 % untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15%
untuk bayi dengan berat lahir <1500 gram. Bila bayi sudah mendapatkan ASI
secara penuh (ada semua kategori berat lahir) dan berusia lebih dari 7 hari:
a. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari sampai tercapai jumlah
180ml/kgBB/hari
b. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kgBB/hari
c. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200ml/kgBB/hari
d. Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien : nama, tanggal lahir, jenis kelamin, suku/budaya,
agama, alamat, No. Registrasi, diagnose medis, tanggal masuk.
b. Identitas Penanggung Jawab : nama, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang terdapat pada pasien BBLR.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama, munculnya keluhan, tanggal
munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba),
perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
4. Riwayat Persalinan
a. Prenatal
Kehamilan ke berapa, mengobservasi pemeriksaan kehamilan, riwayat
imunisasi kehamilan, riwayat keluhan semasa hamil, kebutuhuan nutrisi
saat hamil
b. Natal
Jenis persalinan, pertolongan persalinan.
c. Post natal
Kondisi Kesehatan, APGAR score, observasi tangisan, gerakan bayi,
dan antopometri.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan
atau tidak.
6. Kebutuhan Dasar
a. Pola Nutrisi
Dilihat dari reflek hisap bayi, terpasang NGT/OGT, ASI diberikan
secara oral, sonde, atau secara langsung oleh ibu, ada residu atau tanpa
residu.
b. Pola Eliminasi
Umumnya pasien BBLR mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna.
c. Kebersihan diri
Upaya menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat
BAB dan BAK harus diganti popoknya serta memandikan bayi
d. Pola Aktivitas
Dilihat dari gerakan aktif dan keadaan bayi apakah menangis keras,
menangis lemah, atau dalam keadaan tenang
e. Pola tidur
Dilihat dari pola tidur bayi apakah bayi kadang terbangun
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum yang terdapat pada pasien BBLR
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vitalo pada bayi baru lahir
1) Nadi : 100-160 x/menit
2) Pernafasan : 30-60 x/menit
3) Suhu : 36,5-37,5oC
4) SpO2 : 95%-100%
c. Kepala
1) Inspeksi : Bentuk kepala , keadaan fontanela mayor dan minor,
sutura sudah menutup atau belum
2) Palpasi : Ada atau tidak benjolan
d. Mulut
Inspeksi : bersih atau kotor, kelembaban, bau mulut, warna bibir
e. Mata
Inspeksi : Bentuk mata, konjugtiva anemis atau tidak, kondisi pupil,
warna sklera
f. Hidung
1) Inspeksi : Bentuk hidung, kebersihan, ada tidaknya pernapasan
cuping hidung.
2) Palpasi : Ada tidaknya benjolan
g. Dada
1) Inspeksi : Bentuk dada, simetris atau tidak, ada tidaknya sesak
Napas
2) Perkusi : suara dada saat diperkusi terdengar suara sono ataukah
suara lainnya
3) Palpasi : keadaan taktil formitus
4) Auskultasi: pola pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung
h. Abdomen
1) Inspeksi : Permukaan dinding, kondisi umbilicus
2) Auskultasi : Menilai adanya bising usus,
3) Perkusi : Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyi gas
atau tidak
4) Palpasi : ada atau tidak pembesaran limfa dan hati
i. Kulit
Inspeksi : sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau
tidak
j. Genetalia
Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah testis sudah turun
kedalam skrotum pada laki-laki dan untuk mengetahui apakah labia
mayora sudah menutup labia minora pada perempuan.
k. Ekstremitas
Menghitung jumlah jari tangan dan kaki bayi, ada atau tidaknya
kecacatan, adanya luka atau bekas luka.
l. Neurology
1) Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan
2) Reflek Sucking : Reflek menghisab puting atau dot saat
mendapatkan ASI atau susu.
3) Reflek Graphing : Reflek menggenggam bayi ketika disentuh
telapak tangannya.
4) Reflek Rooting : Reflek mencari rangsangan setelah disentuh
5) Reflek Swallowing : Reflek menelan makanan yang diberikan
kepada bayi (ASI)
6) Reflek Babinski : Gerakan jari jari mencengkram ketika bagian
bawah kaki diusap
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tindakan dan prosedur khusus dengan mengambil sample dari pasien
dalam bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing/air seni) yang
bertujuan untuk menentukan diagnose atau membantu menegakkan
diagnose penyakit.
b. Pemeriksaan skor ballard
Menilai maturitas fisik dan neurologis bayi melalui beberapa
indikator, yaitu maturitas fisik dan neuromuskularitas.
c. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
Tes kocok atau gastric shake test bertujuan untuk menilai surfaktan
yang ada pada paru-paru bayi atau secara garis besar menilai tingkat
kematangan paru pada bayi. Tes ini memiliki sensitivitas sebesar
100% dan spesifisitas sebesar 92%.
d. Foto dada ataupun babygram
Diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau terjadi sindrom
gawat nafas.
9. Program Terapi
Terapi yang diberikan per harinya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI, 2017)


1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelemahan otot
pernafasan)
2. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d reflek menghisap lemah
3. Ikterik neonatus b.d kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin (imaturitas
hepar)
4. Hipotermia b.d kekurangan lemak subkutan
5. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh

C. INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI, 2018)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


NO Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil

1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi:


efektif b.d keperawatan 3x24 jam 1. Monitor pola nafas
Hambatan upaya diharapkan pola napas (frekuensi, kedalaman,
nafas (kelemahan tidak efektif teratasi dengan usaha nafas)
otot pernafasan) kriteria hasil : 2. Monitor bunyi nafas
1. Pola napas membaik tambahan (mis, mengi,
2. Penggunaan otot bantu wheezing, ronkhi kering)
napas menurun
3. Observasi adanya tanda
gawat nafas seperti
sianosis, SpO2 rendah
Terapeutik:
1. Berikan minum hangat
2. Posisikan terlentang
dengan leher sedikit
ekstensi
3. Berikan oksigen
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu, Terapi
oksigenasi.

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Observasi:


pola makan bayi keperawatan 3x24 jam 1. Pantau status nutrisi
b.d reflek diharapkan status nutrisi dengan memonitor berat
menghisap lemah membaik dengan kriteria badan
hasil : 2. Identifikasi perlunya
1. Kekuatan otot menelan penggunaan selang
meningkat nasogastrik
2. Berat badan meningkat Terapeutik:
1. Gunakan teknik bersih
dalam pemberian
makanan via selang
2. Monitor residu sebelum
pembeian ASI
3. Berikan ASI yang hangat
Edukasi :
Edukasi pada ibu pasien
untuk memerah ASI untuk
mencukupi nutrisi bayi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian ASI
hangat kepada bayi
dengan cara sonde sesuai
kebutuhan bayi

3 Ikterik neonatus Setelah dilakukan tindakan Observasi


b.d usia kurang keperawatan 3x24 jam 1. Monitor ikterik pada
dari 7 hari diharapkan ikterik neonatus sklera dan kulit bayi
(imaturitas hepar) teratasi dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan
hasil : cairan sesuai dengan usia
1. Prematuritas menurun gestasi dan berat badan
2. Aktivitas ekstermitas 3. Monitor suhu dan tanda
membaik Observasi vital setiap 4 jam sekali
3. Bilirubin indeks 4. Monitor efek samping
menurun fototerapi
Terapeutik
1. Siapkan lampu fototerapi
dan incubator
2. Berikan penutup mata
pada bayi
3. Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar fototerapi
secara berkelanjutan
Kolaborasi
Kolaborasi pemeriksaan
darah vena billirubin direk
dan indirek

4. Hipotermia b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi


kekurangan keperawatan 3x24 jam 1. Monitor suhu tubuh
lemak subkutan diharapkan hipotermia 2. Identifikasi penyebab
teratasi dengan kriteria hipotermia
hasil : (kekurangan lemak
1. Suhu tubuh membaik subkutan)
2. Kutis memorata 3. Monitor tanda dan
membaik gelaja akibat
hipotermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang hangat (atur suhu
ruangan, incubator)
2. Ganti pakaian atau
linen yang basah
3. Lakukan penghangatan
pasif (kompres hangat,
kering, botol hangat,
selimut hangat,
perawatan metode
kanguru)
5. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
penurunan daya keperawatan 3x24 jam Monitor tanda dan gejala
tahan tubuh diharapkan resiko infeksi infeksi local dan sistemik
teratasi dengan kriteria Terapeutik
hasil : 1. Batasi jumlah
1. Tidak terjadi tanda- pengunjung
tanda infeksi (kolor, 2. Cuci tangan sebelum dan
rubor, dolor, tumor, sesudah kontak dengan
function laesa) pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
1. Ajarkan ibu pasien
mencuci tangan dengan
benar
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi ASI
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan perwujudan dari rencana Tindakan yang
sudah disusun pada tahap intervensi keperawatan. Implementasi
keperawatan bisa diwujudkan dengan memberikan intervensi keperawatan
secara langsung dan tidak langsung. Dalam implementasi keperawatan
terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi dan rujukan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah
dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
a. S (Subjective) : Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.
b. O (Objective) : Informasi yang didapat berupa hasil pengamatan
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah Tindakan dilakukan.
c. A (Analisis) : Membandingkan antara informasi subjective dan
Objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi.
d. P (Planning) : Rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
Berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Offset.

Depertemen Kesehatan RI. (2015) Panduan Pelayanan Antenatal.

Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi
dengan ASUHAN PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Yogyakarta: Nuha Medika.

Putra, S R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Jilid 1

Anda mungkin juga menyukai