Anda di halaman 1dari 30

GANGGUAN HAID

1.1 HIPERMENOREA
1.1.1 Definisi
Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan haid yang jumlah
total darahnya melebihi 80 ml dalam satu siklus, dan durasi lebih dari 7
hari, untuk frekuensi ganti pembalut dapat lebih dari 2-5 kali dalam sehari
(Prawirohardjo, 2011)
Hipermenorea atau biasa disebut dengan menoragia adalah
perdarahan yang terjadi pada masa menstruasi dengan jumlah yang
banyak dapat disertai gumpalan darah bahkan disertai dismenorhea
(Manuaba, 2008).
Hipermenorea atau menoragia adalah perdarahan haid lebih
banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang
disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi
1.1.2 Klasifikasi
Digolongkan dalam:
Kelainan panjang siklus (N=21-35 hari):
- Polimenorea (sering) jika haid terjadi kurang 21
- Oligomenorea (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari
- Amenore ( tidak haid )jika haid tidak terjadi selama 3 bulan berturut-
turut

Kelainan banyaknya haid (normalnya darah haid = ±80ml):


- Hipermenorea (banyak) jika darah lebih 80ml
- Hipomenorea (sedikit) jika darah haid kurang dari 80ml
1.1.3 Etiologi
Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi
dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan
endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang
terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada
waktu haid, dan sebagainya.
Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi organik
uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus.
Hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional, dengan kata lain
disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan endometrium lokal
pada menstruasi (Jones, 2002).
Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga
gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan
pelepasannya pada waktu haid (Simanjuntak, 2009).
Penyebab lain karena kelainan darah, maupun kelianan fungsional
(endokronologi). Dan masih banyak juga faktor penyebab yang masih
belum diketahui.
Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi organik
uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus.
Hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional, dengan kata lain
disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan endometrium lokal
pada menstruasi (Jones, 2002)
Adanya kelainan organik, seperti:
a. Infeksi saluran reproduksi
Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menorgia seperti gagal
hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan
gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan
menurunkan hormon estrogen.
b. Kelainan hormon endokrin missalnya akibat kelainan kelenjar tiroit
dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, kegemukan, dll
c. Kelainan anatomi Rahim seperti adanya mioma uteri, polip,
endometrium, kanker dinding Rahim dan lain sebagainya.
d. Iatrogenik: misal akibat pemakaian IUD,hormone steroid,obat-obatan
kemoterapi,obat-obatan anti -inflamasi dan obat-obatan antikoagulan
Patofisiologi

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin


releasing hormone (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteizing hormone (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
volikel menghasilkan estrogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berpoliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus
leteum, dan korpus leteum akan mensekresi progesterone. Progesterone
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan
stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadi menstruasi. Menstruasi berasal
dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar
esterogen dan progesterone akibat involusi korpus leteum.
Pada siklus anovulasi, perkembangan volikel terjadi dengan
adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi
tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus leteum yang terbentuk dan tidak
ada progesterone yang disekresi. Endometrium berpoliferasi dengan
cepat, ketika volikel tidak terbentuk produksi estrogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung
dengan perdarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan perdarahan hebat.

1.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Pernol (2009), gejala yang dapat diketahui yaitu :
1. Haid berlangsung lebih dari 7 hari
2. Perdarahan diantara dua siklus haid
3. Lesu
4. Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah
5. terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan
tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga memicu terjadinya
anemia. Anemia merupakan penemuan laboratorium yang paling
sering terjadi.
6. Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang
7. Perdarahan fase menstruasi yang berlebihan
Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek, mudah
lelah, pucat, kurang konsentrasi dan lainnya
Gejala lain yang dapat menyertai antara lain :
1. Kelemahan
2. Kelelahan
3. Sakit kepala
4. Kesemutan pada kaki dan tangan
1.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis hipermenorea atau menoragia dapat ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis, pada umumnya pasien datang dengan siklus haid yang lebih
lama dari biasanya, dan didapatkan banyak pendarahan. Dari umur
biasanya pada dewasa tua 30 sampai 50 tahun. Dicurigai mengalami
kelainan struktur atau organic. Adapun nyeri perlvis, riawayat abortus,
keluar darah setelah koitus, ataupun penggunaan kontraseptif dapat
dikeluhkan sebagai salah satu penyebab pasien datang ke dokter.
Pada pemeriksaan fisik umumnya pasien didapati gejala anemis,
obesitas, ekimosis purpura, evaluasi tiroid.
Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan jumah CBC,
TBC, faktor koagulasi dan HCG, dan pada pemeriksaan radiologi
endometrial biopsy, ultrasonic perlvis.
Untuk diagnosis banding pada hipermenorea atau menoragia dapat
dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :
a. Komplikasi kehamilan :
1) Aborsi inkomplit
2) Aborsi imens
3) Kehamilan ektopik
b. Pendarahan non-uterus :
4) Erosi servikal
5) Kondilomata
6) Vaginitis atropik
7) Polip servikal
c. Pelvic inflammatory disease (PID)
8) Endometris
9) Tuberculosis
d. Hipotiroidisme
1.1.6 Komplikasi
Pada penderita yang mengalami gangguan hipermenorea akan
mengalami komplikasi yaitu :
1. Anemia, Perdarahan yang terjadi dalam waktu yang relatif lama,
menyebabkan kondisi tubuh banyak kehilangan darah akibatnya
terjadi anemia sampai shock haemoragic.
2. Infeksi saluran reproduksi
3. Mioma uteri
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
dinding uterus. Mioma merupakan tumor uterus yang ditemukan pada
20-25% wanita diatas umur 35 tahun. (Wim dejong)
1.1.7 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada hipermenorea
adalah sebagai berikut :
1. Apabila tidak ditemukan adanya kelainan patologi, perdarahan
berkelanjutan dapat dilakukan terapi secara farmakologik. Bidan dapat
memberikan provera 10 mg per oral, 1x1 selama 10 hari, dimulai
pada hari ke- 15 atau hari ke- 16. Dan dapat juga diberikan
DepoProvera 150 mg secara IM (Varney, 2006)
2. Penanganan menoragia dilakukan dengan melihat penyebab
perdarahan, apakah disebabkan oleh infeksi, kelainan patologi,
kelainan organik, AKDR, kelainan koagulasi atau penyakit neoplasia,
apabila disebabkan oleh hal-hal tersbut, penatalaksanaan segera
dikolaborasikan dengan dokter Spesialis (Varney, 2006)
3. Apabila perdarahan menoragia terjadi karena kelainan organik dapat
dilakukan tata laksana bedah, yaitu dilatasi dan kuretase, serta
histeroskopi (Norwitz, 2008).
4. Terapi
Terapi spesifik untuk menorhagia diberikan berdasarkan :
a) Umur dan riwayat kesehatan
b) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik
c) Kondisi sebelumnya
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1) Progesteron (terapi hormon)
2) Suplemen zat besi (jika kondisi menorhagia disertai anemia,
kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah
atau hemoglobin).
3) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti
aspirin atau ibuprofen.
4) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
Adapun terapi yang dapat dilakukan pada hipermenorea pada
kelainan organic dan darah ditangani sesuai kausa. Kelainan endokrin
progesterone, ekstrogen, pil KB dan obat indukasi ovulasi untuk
wanita yang ingin anak. Sedangkan terapi hipermenorea pada mioma
uteri tergantung dari openanganan mioma uterinya, sedangkan
diagnosis dan terapi polip endometrium terdiri atas kerokan.
1.2 HIPOMENOREA
1.2.1 Definisi
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau
lebih kurang biasa, sebab kelainan ini terletak pada konstitusi penderita,
pada uterus (misal : sesudah operasi mioma). Hipomenorea tidak
mengganggu fertilitas. (Alfian, 2014)
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit,
melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan
berlangsung selama 1-2 hari saja. Perdarahan haid yg jumlahnya sedikit
kurang lebih 40 ml siklus regular. Hipomenorea adalah terjadinya
perdarahan menstruasi yang lebih sedikit dari biasanya dan lamanya
kurang dari 3 hari. (Manuaba, 2003)
1.2.2 Etiologi
Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium
kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan
hormonal. Sering disebabkan karena gangguan endokrin.
Kekurangan estrogen maupun progesterone, stenosis hymen,
stenosis serviks uteri, sinekia uteri (sindrom asherman). Sebab-sebabnya
dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah
meomektomi), pada gangguan endoktrin, dan lain-lain, kecuali bila
ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita.
Salah satu penyebab hypomenorrhea adalah sindrom Asherman (adhesi
intrauterine), yang hypomenorrhea (atau amenore) mungkin satu-satunya
tanda yang jelas. Tingkat kekurangan menstruasi berkorelasi erat dengan
sejauh mana adhesi.
1. Hormonal
Jarang menstruasi atau menstruasi dapat terjadi secara normal
pada ekstrem kehidupan reproduksi yakni, hanya setelah pubertas dan
sesaat sebelum menopause. Hal ini karena ovulasi tidak teratur saat
ini, dan lapisan endomaterial gagal untuk berkembang secara normal.
Namun masalah normal pada waktu yang lain juga dapat
menyebabkan aliran darah langka.. Anovulasi terjadi karena
rendahnya tingkat hormon tiroid, tingkat prolaktin tinggi, tingkat
insulin tinggi, tingkat androgen tinggi dan masalah dengan hormon
lain juga dapat menyebabkan periode langka. Jarang mens juga dapat
terjadi setelah penggunaan jangka panjang dari kontrasepsi oral
sebagai akibat dari endomaterial atrofi progresif.
2. Uterine
Jarang kerugian kadang-kadang berarti bahwa permukaan pendarahan
lebih kecil dari normal, dan kadang-kadang terlihat ketika rongga
endomaterial telah berkurang ukurannya selama myomectomy atau
operasi plastik lainnya di rahim. Namun, hal itu jarang menunjukkan
rahim hypoplasia karena adanya kondisi ini dalam sebuah rahim yang
responsif terhadap hormon ovarium betokens aktivitas di bawah, dan
ini memanifestasikan dirinya dengan jarang daripada langka
menstruasi.
3. Nervous dan emosional
Pyschogenic faktor seperti stres karena ujian, atau kegembiraan yang
berlebihan tentang peristiwa yang akan datang dapat menyebabkan
hypomenorrhoea. Faktor-faktor seperti menekan aktivitas organ-organ
pusat di otak yang merangsang indung telur selama siklus ovarium
(untuk mengeluarkan hormon seperti estrogen dan progesteron), dan
dapat berakibat pada produksi yang rendah hormon ini.
4. Penyebab lain
Latihan berlebihan dan dapat menyebabkan crash diet periode langka.
Salah satu penyebab hypomenorrhoea adalah sindrom Ashermn (intra
uterine adhesi), yang hypomenorrhoea mungkin satu-satunya tanda
yang jelas. Tingkat kekurangan menstruasi berkorelasi erat dengan
tingkat adhesi.
1.2.3 Manifestasi Klinis
1. Nyeri saat mestruasi.
2. Waktu haid yang singkat < 3 hari.
3. Perdarahan haid yang memendek atau singkat < 40ml.
1.2.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan tubuh penderita tidak jarang member petunjuk, penderita
pendek atau tinggi, cirri kelamin sekunder, hirsutisme
b. Pemeriksaan genekologi, biasanya didapatkan adanya aplasia
vagina, keadaan klitoris, aplasia uteri, tumor ovarium
2. Pemeriksaan psikologi (distress/tidak)
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila pemeriksaan klinis tidak member gambaran jelas maka dapat
dilakukan pemeriksaan :
a. Rontgen : thorax terhadap tuberculosis serta sella tursika
b. Sitologi vagina
c. Pemeriksaan kadar hormone
(Gunawan, 2002)
d. Kerokan uterus
e. Tes toleransi glukosa
f. Pemeriksaan metabolisme basal atau T3 dan T4 tiroid
g. Laparaskopi
h. Pemeriksaan kromatin seks
1.2.5 Komplikasi
Apabila gejala lain defisiensi estrogen tidak ditemukan,
hipomenorea dianggap sebagai efek samping yang jinak. Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan, kecuali wanita terganggu oleh masalah
hipomenorea.
Hipomenorea merupakan aliran menstruasi yang sedikit, dalam
waktu singkat, yang dapat disebabkan oleh disfungsi endokrin. Aliran
menstruasi mungkin sedikit dan hanya berupa bercak darah selama 1
sampai 2 hari. Siklus yang pendek (17-20 hari) mungkin
mengidentifikasikan anovulas. Wanita berusia kurang dari 30 tahun
dengan siklus anovulasi yang konsisten lebih rentan mengalami
infertilitas dan beresiko tingginterkena karisoma endometrium.
1.2.6 Penatalaksanaan
Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar subsitusi hormon Estrogen
dan Progesteron bila perlu induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin
anak
Hipomenorea penyababnya terletak pada konstitusi penderita,
pada gangguan hormonal endokrin atau penyakit menahun dan kelainan
uterus (misalnya sesudah miomektomi), kecuali jika ditemukan penyebab
yang nyata dan pasti, penanganannya adalah dengan pemberian konseling
psikoterapi dan penanganan diri. Adanya hipomenorea biasanya tidak
mengganggu fertilitas.
.
1.3 POLIMENOREA
1.3.1 Definisi
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari
panjang siklus haid klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya,
sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak
dari volume perdarahan haid biasanya. (Hendrik, 2006). Polimenorea
yang disertai dengan pengeluaran darah haid yang lebih banyak dari
biasanya dinamakan polimenoragia (epimenoragia).
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang
mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi atau memendeknya fase
luteal dari siklus haid. Penyebab terjadinya polimenorea lainnya adalah
adanya kongesti (bendungan) pada ovarium yang disebabkan oleh proses
peradangan (infeksi), endometriosis, dan sebagainya. (Wknjosastro,
2008)
1.3.2 Etiologi
Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan
gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya
waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid normal
sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan
hormon dapat terjadi pada:
a) 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
b) Stress dan depresi
c) Olahraga berlebihan, misal atlit
d) Obesitas
e) Beberapa tahun menjelang menopause
f) Gangguan indung telur
g) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
h) Penurunan berat badan berlebihan
i) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin,
NSAID, dll
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa
ke dokter jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang
berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu,
polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan
kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan
gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan
ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
(Hendrik, 2006)
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium
memendek. Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium
proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan
stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang
tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan
stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi
pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik
seperti TBC.
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan
hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh
kondisi medis lainnya. Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya
pembuluh darah, banyaknya pembuluh darah yang terbuka, dan tekanan
intravaskular. Lamanya pedarahan ditentukan oleh daya penyembuhan
luka atau daya regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi,
mioma, polip dan pada karsinoma.
1.3.3 Manifestasi Klinis
1. Siklus menstruasi yang kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari)
2. Anemia dan stress
3. Dalam satu bulan bisa mengalami 2 kali menstruasi
1.3.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
a) Tidak dalam keadaan hamil dan tidak ada kelainan organ serta
gangguan pembekuan darah.
b) Terjadi perdarahan pervagina yang tidak normal (lama, frekuensi,
dan jumlah)
2. Pemeriksaan fisik
a) Umum : vital sign
b) Genekologi : untuk mengetahui apakah ada kelainan organic yang
menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor,
kehamilan terganggu)
3. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan hematology :
- Kadar glukosa darah
- Ureum dan kreatinin
- Kadar hemoglobin
- Kadar trombosit
- Waktu pembekuan
- Faal hati
b) USG
c) Dilatasi dan kuretase
d) Pemeriksaan kadar hormone reproduksi, FSH, LH, E2,
Progesteron, Prolaktin.
Tidak semua perdarahan yang seperti haid normal merupakan
perdarahan uterus disfungsi, melainkan terdapat keadaan yang
menyebabkan keluarnya darah dari vagina, seperti :
1. Adanya gangguan pada faktor pembekuan darah
2. Lesi-lesi organic seperti : mioma uteri, endometriosis, polip,
endometrium, keganasan pada organ dalam
3. Kontrasepsi dalam rahim, terjadi pergeseran letak alat kontrasepsi
dalam rahim
1.3.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat polimenorea ini yaitu :
1. Gangguan kesuburan
Siklus haid yang tidak teratur akan menyababkan sulit terjadinya
pembuahan. Gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada
polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel
telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami
kesulitan mendapatkan keturunan
(Hendrik, 2006)
2. Anemia
Polimenorea merupakan gangguan yang kadang menjadi
penyabab paling umum seorang wanita mengalami anemia.
Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak dan sering. Anemia
paling ringan dapat menyebabkan penurunan asupan oksigen tubuh,
sehingga perempuan yang mengalaminya akan merasa kelelahan.
Gejala anemia lainnya yitu nafas tersengal-sengal, detak jantung
meningkat, pusing, sakit kepala, pucat, tungkai lemas.
1.3.6 Penatalaksanaan
1. Terapi pada penderita polimenorea yaitu untuk mengontrol
perdarahan, menghindari perdarahan berulang, menghindari
komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, serta
melindungi kesuburan. Untuk polimenorea yang berlangsung dalam
waktu yang lama, terapi yang diberikan bergantung dari status ovulasi
pasien, usia, risiko kesehatan, serta pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi
oral gabungan bisa diberikan pada pasien dengan polimenorea kronis.
Untuk pasien yang mendapat terapi hormonal sebaiknya dievaluasi
tiap tiga bulan. Sesudah terapi diberikan. Evaluasi selanjutnya
dilakukan setiap enam bulan untuk mengetahui dampak yang terjadi.
2. Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormone estrogen dan
stadium sekresi menggunakan hormone kombinasi estrogen dan
progesterone.
1.4 OLIGOMENOREA
1.4.1 Definisi
Oligomenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari
panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Wanita
dengan gangguan ini akan mengalami menstruasi lebih jarang daripada
biasanya (Wknjosastro, 2008). Namun, jika berhentinya siklus
menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan, maka kondisi
tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder. Biasanya, oligomenorea
sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun
beberapa tahun menjelang terjadinya menopause.
Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume
perdarahan haid biasanya. Pada kebanyakan kasus oligomenorea,
kesehatan tubuh wanita tidak mengalami gangguan dan tingkat
kesuburannya cukup baik.
1.4.2 Etiologi
Penyebab utama dari oligomenorea adalah gangguan
keseimbangan hormone pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Gangguan hormone tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi
normal menjadi lebih panjang. Akibatnya, menstruasi menjadi lebih
jarang terjadi.
Selain gangguan keseimbangan hormone, penyebab lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
2. Gangguan indung telur, seperti Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS).
3. Olahraga berlebihan
4. Stress dan depresi
5. Penurunan berat badan berlebihan
6. Pasien dengan gangguan makan (seperti anoreksia nervosa, bulimia)
7. Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat
pengeluaran darah menstruasi
8. Penggunaan obat-obatan tertentu
1.4.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari oligomenorea yaitu meliputi :
1. Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun.
2. Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenorea terkadang juga
mengalami kesulitan untuk hamil
3. Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu
1.4.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Biasanya pasien datang degan keluhan haidnya jarang. Disini seorang
dokter/perawat bisa menganamnesa pasien dengan menanyakan
frekuensi lama, kuantitas perdarahan, mengenai diet pasien, aktivitas
seksual, penggunaan kontrasepsi, obat-obatan.
2. Pemeriksaan labolatorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan
pelvis dan papsmear, tes kehamilan, serta tes darah untuk mengecek
kadar hormone tiroid, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya
yaitu ultrasound, sinar X, dan MRI.
3. Pada pemeriksaan fisik dengan mengevaluasi berat badan pasien
dengan tinggi badan, mengecek tanda perkembangan seksual normal,
dan melakukan palpasi untuk mengetahui adanya kelainan.
1.4.5 Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya
fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat
memperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk
bila oligomenorea mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.
1.4.6 Penatalaksanaan
a. Terapi dan Farmakologi
Sebenarnya, oligomenorea tidak menyebabkan masalah. Akan
tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Untuk itu, pengobatan oligomenorea sangat bergantung pada faktor
penyebabnya. Adapun pengobatan berdasarkan penyebabnya itu adalah
sebagai berikut :
1. Oligomenorea Akibat Gangguan Nutrisi
Bila penyebab oligomenorea adalah nutrisi, maka cara
pengobatannya adalah dengan memperbaiki status gizi.
2. Oligomenorea pada Remaja dan Wanita Dewasa
Biasanya, oligomenorea dengan anovulatoir yang terjadi
pada wanita remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak
memerlukan terapi.
3. Oligomenorea Akibat Tumor
Bila oligomenorea terjadi akibat adanya tumor, maka
tindakan yang tepat adalah dengan operasi.
4. Oligomenorea Akibat gangguan hormone
Bila penyebab oligomenorea adalah gangguan hormone,
maka gangguan ini dapat diatasi dengan pil KB. Sebab, pil KB
berfungsi untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal.
Namun, terapi dengan pil KB ini harus disesuaikan dengan
hormone apa yang lebih dibutuhkan oleh tubuh. Misalnya, bila
terlalu rendah, maka cara terapinya adalah dengan memberikan
KB hormonal yang mengandung estrogen, seperti lynoral,
premarin, progynova, dan lain-lain. Sebaliknya, bila
oligomenorea disebebkan oleh progesterone yang terlalu rendah,
maka cara terapinya adalah menggunakan KB hormonal yang
mengandung progesterone, seperti postinor. Dan, bila ternyata
penyebabnya adalah ketidakseimbangan kedua hormone tersebut,
maka dapat dilakukan terapi dnegan pil kombinasi yang
mengandung estrogen dan progesterone dengan jumlah seimbang,
seperti Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon,
Microgym 30, Mikrodiol, Nordette, dan lain-lain.
b. Non Farmakologi
Oligomenorea juga dapat diobati dengan pengobatan alternative
lain, seperti terapi akupuntur atau ramuan herbal. Untuk herbal,
pengobatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Minum jamu dari kunyit dan asam jawa yang dicampur sedikit
gula jawa
b) Air kelapa muda
c) Lalapan daun papaya yang sudah direbus.

1.5 AMENOREA
1.5.1 Definisi
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3
bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea
primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea
primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah
mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2008)
1.5.2 Etiologi
Penyebab Amenorhea secara umum adalah :
1. Hymen Imperforata
Hymen imperforate merupakan selaput darah tidak berlubang sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar
2. Menstruasi Anavulator
Menstruasi anavilator merupakan hormone-hormon yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak
terjadi haid atau hanya sedikit.
a. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organic, psikologis,
penambahan berat badan
b. Diafungsi ovarium : kelainan congenital, tumor
c. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
d. Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolic, penyakit kronik, kelainan gizi,
kelainan hepar, dan ginjal
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi amennorhea yaitu :
1. Faktor Internal
a. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang
dipengaruhi oleh sistem hormonal yang koplek. Ramgsangan yang
datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui
Striaterminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor”
dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan pada “Hipofise Pars
Posterior” sebagai “Morher of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar).
Rangsangan yang terus menerus datang ditangkap panca indra, dengan
makin selektif dapat lolos menuju hypothalamus dan selanjutnya terus
menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormone yang
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormone yang dapat
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormone spesifiknya yaitu
kelenjar tyroid memproduksi hormone tiroksin, kelnjar indung telur
memproduksi hormone estrogen dan progesterone, sedangkan kelenjar
adrenal menghasilkan hormone adrenalin. Pengeluaran hormone
spesifik sangat penting unutk tumbuh kembang mental dan fisik.
(Pardede, 2002)
b. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak
tumbuh dan bekembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh,
indung telur yang tumbuh. Tidak jarang ditemui kelainan lebih
kompleks pada rahim atau rahimtidak tumbuh dengan sempurna.
Kelianan ini disebut ogenesis genetalis bersifat permanen artinya
wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya.
(Pardede, 2002)
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya
siklus haid, kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan
berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan
terganggu. (Suahemi, 2006)
2. Faktor Eksternal
a. Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan
sesuai jadwal serta mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna)
dapat menyebabkan kondisi tubuh terasi fit dan terhindar dari
kekurangan gizi sehingga siklus menstruasi berjalan normal.
(Soetjiningsih, 2002)
b. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas
sangat penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus
hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan
makanan yang mengadung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai sangat
penting yaitu memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan
perkembangan. (Soetjiningsih, 2004)
1.5.3 Klasifikasi
Klasifikasi Amenorea adalah sebagai berikut :
1. Amenorea Primer
Amenorea primer mengacu pada masalah ketika muda yang
berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah
menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi
sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau
6 bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, baiasanya
disebabkan oleh gangguan emosional minor yang berhubungan dengan
berada jauh dari rumah, masuk perguruan tinggi, ketegangangan akibat
tugas-tugas. Penyebab kedua paling umum adalah kehamilan, sehingga
pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.
1.5.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1. Tidak terjadi haid
2. Nyeri kepala
3. Badan lemas
4. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun
Tanda dan gejala tergantung dan penyebabnya :
a) Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak
akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh.
b) Jika penyebabnya dalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut
c) Jika penyebabnya adalah kadar hormone tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung cepat, kecemasan, kulit yang hangat
dan lembab
d) Sindrom Cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit,
dan lengan serta tungkai lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada penderita amenore
yaitu :
a) Vagina yang kering
b) Sakit kepala
c) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
d) Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui)
e) Penurunan dan penambahan berat badan yang berarti
f) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti
pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
1.5.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pada amenorea primer, apabila ditemukan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
1. USG
2. Histerosalpingografi
3. Histeroskopi, dan
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH.
1. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea
sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) karena kadar hormone prolaktin dalam tubuh
2. Selain itu, kadar hormone prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormone TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja
hormone estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim.
Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI
1.5.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi
lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat
mengganggu kompartemen IV. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala
lain akibat hormone seperti osteoporosis.
1.5.7 Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea
yang dialami, apabila penyebabnya adalalah obesitas, maka diet dan
olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan
aktivitas fisik ysng berlebihan juga dapat membantu. Terapi amenorea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah,
penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
1. Saluran Reproduksi
a) Aglutinin labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi
dengan krim estrogen
b) Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforate (selaput dara
tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas
diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
c) Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal
namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya
namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau
ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi
yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina
baru menggunakan skin graft
d) Sindrom feminisasi testis
Terjadi pada pasein dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominasi X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari
hormone testosterone. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi
nomal tanpa organ dalam reproduksi wanita.
 Terapi
Untuk terapinya sendiri pada anamnesis yang perlu dicari
adalah usia menars, pertumbuhan badan, adanya stress berat,
penyakit berat, penggunaan obat penenang, peningkatan atau
penurunan berat badan yang mencolok.
Pemeriksaan ginokologi yang dilakukan adalah pemeriksaan
genetalia interna/eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa uji
kehamilan dan uji progesterone.
Tindakan pengobatan amenore bergantung kepada penyebab
dan kepada keinginan pasien. Terapi harus diarahkan kepada latar
belakang penyebab. Bila didapati ada latar belakang penyakit-
penyakit medic, penyakit tersebut harus ditangani. Bilamana tidak
ditemukan latar belakang penyabab yang bisa ditangani, maka
tindakan pengobatan bergantung pada keinginan pasien atau
kesuburannya.
1.6 METRORAGIA
1.6.1 Definisi
Metroragia adalah perdarahan uterus biasanya tidak banyak timbul
pada interfan partun menstruasi yang tidak biasanya. (Chandranita, 2004)
Metroragia adalah perdarahan uterus yang terjadi disaat-saat
menstruasi. (Rahayu Widiastuti, 2011)
Metroragia adalah perdarahan dengan jumlah yang bervariasi di
antara periode menstruasi, dengan interval yang tidak teratur tetapi sering
terjadi. (Errol R. Norwitz, 2006)
Metroragia adalah saat dimana menstruasi terjadi dengan interval
tidak teratur, atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan di
antara menstruasi. (Helen Varney, 2007)
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran
suhu basal tubuh.
1.6.2 Etiologi
1. Penyebab Medis
a. Perdarahan disfungsi rahim.
b. Servisitis.Servisitis dapat menyebabkan perdarahan spontan,
bercak darah, atau perdarahan pascatrauma.
Perdarahan rahim yang abnormal yang tidak disebabkan
oleh kehamilan atau kelainan ginekologi besar lainnya, biasanya
muncul sebagai metroragia, meskipun juga bisa menyebabkan
menoragia.
c. Endometritis.
Endometritis menyebabkan metroragia, rabas vagina
bernanah, dan pembesaran rahim. Juga menimbulkan demam,
sakit perut bagian bawah, dan kram otot perut. Adenosis vagina.
Adenosis vagina umumnya menimbulkan metroragia. Palpasi
menunjukkan adanya kekasaran atau nodula di daerah vagina
yang terkena.
d. Polip endometrial.
Pada sebagian besar pasien, polip endrometrial
menyebabkan perdarahan abnormal, biasanya diantara dua siklus
menstruasi atau pascamenstruasi; meskipun demikian, beberapa
pasien tidak mengalami gejala apapun.
e. Endometriosis.
Metroragia (biasanya pramenstruasi) dapat menjadi
indicator satu-satunya dari endrometriosis atau menyertai
ketidaknyamanan siklis pada panggul, ketidaksuburan, dan
dispareunia. Massa aksenal yang nyeri tekan dan cekat dapat
teraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Penyebab Lain
a. Operasi dan prosedur. Konisasi dan kauterisasi leher rahim dapat
menyebabkan metroragia.
(Gianti Wijianto, 2011)
a. Obat. Antikoagulan dan kontrasepsi baik pil, susuk, maupun
suntikan, dapat menyebabkan metroragia.
1.6.3 Manifestasi Klinis
1. Perdarahan terjadi di antara dua kejadian menstruasi
2. Siklus menstruasi normal adalah 24-35 hari
3. Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak-bercak
(Dutton, 2011)
Tanda dan gejala lainnya yaitu :
a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kuang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang
(oligomenore). Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatori
perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,
maka kadangkadang bentuk survey suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasa dari endometrium tipe
sekresi tanpa adanya sebab organic,maka harus dipikirkan sebagai
etiologinya.
b. Perdarahan Anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan timbulnya endometrium.
Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu timbul
perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklik, kadang-kadang tidak
teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpaut nya dengan jumlah
folikel yang pada statu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemuadian
diganti oleh folikel-folikel baru.
Endometrium dibawah pengaruh esdtrogen tumbuh terus dan dari
endometrium yang mula-mula ploriferasi dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan
maka dapat disimpulkan adanya perdarahan anovulatoir.
Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi
paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa
pramenopause. Pada masa pubertas perdarahan tidak normal
disebabkan oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi
pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor
tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi
ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan
ada harapan lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid
menjadi ovalatoir, pada seorang dewasa terutama dalam masa
pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan
kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita
dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah,
penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya.
Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan
disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu
faktor psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan,
kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoir. (Hanifa, 2002)
1.6.4 Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG,
FSH, LH, Proglatin dan androgen serum jika ada indikasi atau
skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah
kesana.
b) Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah.
(Hanifa, 2002)
c) Deteksi patologi endometrium melalui dilatasi dan kuretase dan
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda (<40 tahun) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia
mungkin terlewatkan bahkan saat kuratase. Maka penting untuk
melakukan kuratase ulang dan investigasi yang sesuai pada seluruh
kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita
yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
d) Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak
berhasil dalam uji coba terapeutik.
e) Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
1.6.5 Komplikasi
Komplikasi utama dari gangguan metroragia berhubungan dengan
kekurangan darah akibat banyaknya jumlah darah yang keluar.
Komplikasi lainnya yang timbul lebih merupakan akibat dari penyabab
sistemik maupun ginekologis lain yang mendasari timbulnya, metroragia.
Berikut adalah sejumlah komplikasi menorrhagia yaitu :
1. Gangguan kesuburan
Mentroragia yang terjadi karena kista, mioma, gangguan ovulasi, dan
endometriosis dapat berakhir pada keadaan gangguan kesuburan
(mandul). Siklus menstruasi yang tidak teratur karena menorrhagia ini
bisa membuat sel telur sulit untuk menjadi matang dan proses
pembuahan oleh sel sperma akan terhambat sehingga menjadi sulit
untuk dibuahi.
2. Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin pasien sangat
rendah. Hemoglobin adalah zat yang memungkinkan sel-sel darah
merah membawa cukup oksigen ke jaringan. Seorang yang
mengalami metroragia akan sangat beresiko besar anemia
3. Sakit di bagian perut
Komplikasi menorrhagia juga dapat diikuti dengan sakit yang parah
atau kram dibagian perut. Ketika perdarahan yang keluar dari vagina
sangat banyak maka biasanya akan disertai dengan rasa nyeri di
sekitar perut.
1.6.6 Penatalaksanaan
1. Bila perdarahan sangat banyak, istirahan baring dan transfusi darah
2. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukkan perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara
waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
a) Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan secara IM di propionasestradiol 2,5 mg,
atau benzoas estradi 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi
apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
b). Androgen
Propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki
umpan balik positif dari perdarahan uterus akibat hiperplasia
endometrium. Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan
terapi hormonal. Pemberian estrogen dan progesteron dalam
kombinasi dapat di anjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari
ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan
progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid. (Astarto,
2011) Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah
dilatasi dan kerokan. (wiknjosastro, 2010)
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih
belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah
histerektomi. (Manuaba, 2008)
c). Progesterone
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi
progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan pes os
seharinirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron
(provera) 10 m, yang dapat diulangi berguna dalam masa
pubertas.
Terapi hormonal :
Setelah perdarahan teratasi berikan :
- Conjugated oestrogen 2,5 mg per oral setiap hari selama 25
hari
- Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetat untuk 10 hari
terakhir
- Tunggu perdarahan lucut 5-7 hari pasca penghentian terapi

DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A. dan Lorraine. 2005. Patofisilogi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: ECG
Manuaba, chandradinata, dkk. 2011. Gawat-darurat Obstetri-ginekologi &
Obsetriginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC
AM Nasrudin. 2014. Gangguan Haid Sistem Reproduksi. (Online)
http://slideshare.net/mobile/fiftor/2-gangguan-haid-sistem-resroduksi.com
(Diakses pada tanggal 19 Januari 2018, pukul 20.30)
Anolis Caya Andhita. 2011. 17 Penyakit Wanita Yang Paling Mematikan.
Pengenalan, Pengendalian Dini, Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta :
Buana Pustaka
Gianti Wijianto, drg. Anastasia L. Juwono, Yasmin Scheiber. 2011. Nursing:
Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit: Jakarta
Amin Arif. 2016. Asuhan Keperawatan Dengan Amenore. (Online)
http://www.academia.edu/2030999/makalah_amenore&ved=2ahUKEwjp0
eWwmf.com
Khamzah, Siti Nur. 2015. Tanya Jawab Seputar Menstruasi. Jakarta :
FlashBooks
Martin Reeder. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &
Keluarga Edisi 18 Volume 1. Jakarta : EGC
Melda Ella. 2015. Amenorrhea (Patologi Umum). (Online)
http://academia.edu/9762320/Amenorrhea_patologi_umum_&ved=2ahUK
Ewjd27f2z-nYAhUMXbwKHSD.pdf (Diakses pada tanggal 19 Januari
2018, Pukul 19.05).
Irlyna Rokhmanair Adila. 2014. ABNORMALITAS PADA PUBERTAS. (Online)
https://academia.edu/9805493/ABNORMALITAS_PADA-
PUBERTAS&ved=2ahUKEwjZ3dT6sO7YAhWBT7wKHZCACeEQFja.c
om (Diakses pada tanggal 23 Januari 2018, pukul 23.21)

Anda mungkin juga menyukai