1.1 HIPERMENOREA
1.1.1 Definisi
Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan haid yang jumlah
total darahnya melebihi 80 ml dalam satu siklus, dan durasi lebih dari 7
hari, untuk frekuensi ganti pembalut dapat lebih dari 2-5 kali dalam sehari
(Prawirohardjo, 2011)
Hipermenorea atau biasa disebut dengan menoragia adalah
perdarahan yang terjadi pada masa menstruasi dengan jumlah yang
banyak dapat disertai gumpalan darah bahkan disertai dismenorhea
(Manuaba, 2008).
Hipermenorea atau menoragia adalah perdarahan haid lebih
banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang
disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi
1.1.2 Klasifikasi
Digolongkan dalam:
Kelainan panjang siklus (N=21-35 hari):
- Polimenorea (sering) jika haid terjadi kurang 21
- Oligomenorea (jarang) jika haid terjadi lebih dari 35 hari
- Amenore ( tidak haid )jika haid tidak terjadi selama 3 bulan berturut-
turut
1.5 AMENOREA
1.5.1 Definisi
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3
bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea
primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea
primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah
mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah
mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro,2008)
1.5.2 Etiologi
Penyebab Amenorhea secara umum adalah :
1. Hymen Imperforata
Hymen imperforate merupakan selaput darah tidak berlubang sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar
2. Menstruasi Anavulator
Menstruasi anavilator merupakan hormone-hormon yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak
terjadi haid atau hanya sedikit.
a. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organic, psikologis,
penambahan berat badan
b. Diafungsi ovarium : kelainan congenital, tumor
c. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
d. Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolic, penyakit kronik, kelainan gizi,
kelainan hepar, dan ginjal
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi amennorhea yaitu :
1. Faktor Internal
a. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang
dipengaruhi oleh sistem hormonal yang koplek. Ramgsangan yang
datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui
Striaterminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor”
dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan pada “Hipofise Pars
Posterior” sebagai “Morher of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar).
Rangsangan yang terus menerus datang ditangkap panca indra, dengan
makin selektif dapat lolos menuju hypothalamus dan selanjutnya terus
menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormone yang
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormone yang dapat
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormone spesifiknya yaitu
kelenjar tyroid memproduksi hormone tiroksin, kelnjar indung telur
memproduksi hormone estrogen dan progesterone, sedangkan kelenjar
adrenal menghasilkan hormone adrenalin. Pengeluaran hormone
spesifik sangat penting unutk tumbuh kembang mental dan fisik.
(Pardede, 2002)
b. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak
tumbuh dan bekembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh,
indung telur yang tumbuh. Tidak jarang ditemui kelainan lebih
kompleks pada rahim atau rahimtidak tumbuh dengan sempurna.
Kelianan ini disebut ogenesis genetalis bersifat permanen artinya
wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya.
(Pardede, 2002)
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya
siklus haid, kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan
berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan
terganggu. (Suahemi, 2006)
2. Faktor Eksternal
a. Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan
sesuai jadwal serta mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna)
dapat menyebabkan kondisi tubuh terasi fit dan terhindar dari
kekurangan gizi sehingga siklus menstruasi berjalan normal.
(Soetjiningsih, 2002)
b. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas
sangat penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus
hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan
makanan yang mengadung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai sangat
penting yaitu memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan
perkembangan. (Soetjiningsih, 2004)
1.5.3 Klasifikasi
Klasifikasi Amenorea adalah sebagai berikut :
1. Amenorea Primer
Amenorea primer mengacu pada masalah ketika muda yang
berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah
menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi
sampai usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau
6 bulan setelah menstruasi normal pada masa remaja, baiasanya
disebabkan oleh gangguan emosional minor yang berhubungan dengan
berada jauh dari rumah, masuk perguruan tinggi, ketegangangan akibat
tugas-tugas. Penyebab kedua paling umum adalah kehamilan, sehingga
pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.
1.5.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1. Tidak terjadi haid
2. Nyeri kepala
3. Badan lemas
4. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun
Tanda dan gejala tergantung dan penyebabnya :
a) Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak
akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan
bentuk tubuh.
b) Jika penyebabnya dalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut
c) Jika penyebabnya adalah kadar hormone tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung cepat, kecemasan, kulit yang hangat
dan lembab
d) Sindrom Cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit,
dan lengan serta tungkai lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada penderita amenore
yaitu :
a) Vagina yang kering
b) Sakit kepala
c) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
d) Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui)
e) Penurunan dan penambahan berat badan yang berarti
f) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti
pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
1.5.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pada amenorea primer, apabila ditemukan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
1. USG
2. Histerosalpingografi
3. Histeroskopi, dan
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH.
1. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea
sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH) karena kadar hormone prolaktin dalam tubuh
2. Selain itu, kadar hormone prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormone TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja
hormone estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim.
Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI
1.5.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi
lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat
mengganggu kompartemen IV. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala
lain akibat hormone seperti osteoporosis.
1.5.7 Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea
yang dialami, apabila penyebabnya adalalah obesitas, maka diet dan
olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan
aktivitas fisik ysng berlebihan juga dapat membantu. Terapi amenorea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah,
penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
1. Saluran Reproduksi
a) Aglutinin labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi
dengan krim estrogen
b) Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforate (selaput dara
tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas
diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil)
c) Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal
namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya
namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau
ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi
yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina
baru menggunakan skin graft
d) Sindrom feminisasi testis
Terjadi pada pasein dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominasi X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari
hormone testosterone. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi
nomal tanpa organ dalam reproduksi wanita.
Terapi
Untuk terapinya sendiri pada anamnesis yang perlu dicari
adalah usia menars, pertumbuhan badan, adanya stress berat,
penyakit berat, penggunaan obat penenang, peningkatan atau
penurunan berat badan yang mencolok.
Pemeriksaan ginokologi yang dilakukan adalah pemeriksaan
genetalia interna/eksterna. Pemeriksaan penunjang berupa uji
kehamilan dan uji progesterone.
Tindakan pengobatan amenore bergantung kepada penyebab
dan kepada keinginan pasien. Terapi harus diarahkan kepada latar
belakang penyebab. Bila didapati ada latar belakang penyakit-
penyakit medic, penyakit tersebut harus ditangani. Bilamana tidak
ditemukan latar belakang penyabab yang bisa ditangani, maka
tindakan pengobatan bergantung pada keinginan pasien atau
kesuburannya.
1.6 METRORAGIA
1.6.1 Definisi
Metroragia adalah perdarahan uterus biasanya tidak banyak timbul
pada interfan partun menstruasi yang tidak biasanya. (Chandranita, 2004)
Metroragia adalah perdarahan uterus yang terjadi disaat-saat
menstruasi. (Rahayu Widiastuti, 2011)
Metroragia adalah perdarahan dengan jumlah yang bervariasi di
antara periode menstruasi, dengan interval yang tidak teratur tetapi sering
terjadi. (Errol R. Norwitz, 2006)
Metroragia adalah saat dimana menstruasi terjadi dengan interval
tidak teratur, atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan di
antara menstruasi. (Helen Varney, 2007)
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan
dengan siklus haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus
sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran
suhu basal tubuh.
1.6.2 Etiologi
1. Penyebab Medis
a. Perdarahan disfungsi rahim.
b. Servisitis.Servisitis dapat menyebabkan perdarahan spontan,
bercak darah, atau perdarahan pascatrauma.
Perdarahan rahim yang abnormal yang tidak disebabkan
oleh kehamilan atau kelainan ginekologi besar lainnya, biasanya
muncul sebagai metroragia, meskipun juga bisa menyebabkan
menoragia.
c. Endometritis.
Endometritis menyebabkan metroragia, rabas vagina
bernanah, dan pembesaran rahim. Juga menimbulkan demam,
sakit perut bagian bawah, dan kram otot perut. Adenosis vagina.
Adenosis vagina umumnya menimbulkan metroragia. Palpasi
menunjukkan adanya kekasaran atau nodula di daerah vagina
yang terkena.
d. Polip endometrial.
Pada sebagian besar pasien, polip endrometrial
menyebabkan perdarahan abnormal, biasanya diantara dua siklus
menstruasi atau pascamenstruasi; meskipun demikian, beberapa
pasien tidak mengalami gejala apapun.
e. Endometriosis.
Metroragia (biasanya pramenstruasi) dapat menjadi
indicator satu-satunya dari endrometriosis atau menyertai
ketidaknyamanan siklis pada panggul, ketidaksuburan, dan
dispareunia. Massa aksenal yang nyeri tekan dan cekat dapat
teraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Penyebab Lain
a. Operasi dan prosedur. Konisasi dan kauterisasi leher rahim dapat
menyebabkan metroragia.
(Gianti Wijianto, 2011)
a. Obat. Antikoagulan dan kontrasepsi baik pil, susuk, maupun
suntikan, dapat menyebabkan metroragia.
1.6.3 Manifestasi Klinis
1. Perdarahan terjadi di antara dua kejadian menstruasi
2. Siklus menstruasi normal adalah 24-35 hari
3. Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak-bercak
(Dutton, 2011)
Tanda dan gejala lainnya yaitu :
a. Perdarahan ovulatori
Perdarahan ini merupakan kuang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenore) atau panjang
(oligomenore). Untuk menegakkan diagnosis perdarahan ovulatori
perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,
maka kadangkadang bentuk survey suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasa dari endometrium tipe
sekresi tanpa adanya sebab organic,maka harus dipikirkan sebagai
etiologinya.
b. Perdarahan Anovulatoir
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan timbulnya endometrium.
Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu timbul
perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklik, kadang-kadang tidak
teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkutpaut nya dengan jumlah
folikel yang pada statu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemuadian
diganti oleh folikel-folikel baru.
Endometrium dibawah pengaruh esdtrogen tumbuh terus dan dari
endometrium yang mula-mula ploriferasi dapat terjadi endometrium
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran ini diperoleh pada kerokan
maka dapat disimpulkan adanya perdarahan anovulatoir.
Perdarahan fungsional dapat terjadi pada setiap waktu akan tetapi
paling sering pada masa permulaan yaitu pubertas dan masa
pramenopause. Pada masa pubertas perdarahan tidak normal
disebabkan oleh karena gangguan atau keterlambatan proses maturasi
pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realizing faktor
tidak sempurna. Pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi
ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan
ada harapan lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid
menjadi ovalatoir, pada seorang dewasa terutama dalam masa
pramenopause dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan
kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita
dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah,
penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya.
Akan tetapi disamping itu terdapat banyak wanita dengan perdarahan
disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut. Selain itu
faktor psikologik juga berpengaruh antara lain stress kecelakaan,
kematian, pemberian obat penenang terlalu lama dan lain-lain dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoir. (Hanifa, 2002)
1.6.4 Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG,
FSH, LH, Proglatin dan androgen serum jika ada indikasi atau
skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah
kesana.
b) Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah.
(Hanifa, 2002)
c) Deteksi patologi endometrium melalui dilatasi dan kuretase dan
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda (<40 tahun) yang
gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah
pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia
mungkin terlewatkan bahkan saat kuratase. Maka penting untuk
melakukan kuratase ulang dan investigasi yang sesuai pada seluruh
kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita
yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
d) Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak
berhasil dalam uji coba terapeutik.
e) Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
1.6.5 Komplikasi
Komplikasi utama dari gangguan metroragia berhubungan dengan
kekurangan darah akibat banyaknya jumlah darah yang keluar.
Komplikasi lainnya yang timbul lebih merupakan akibat dari penyabab
sistemik maupun ginekologis lain yang mendasari timbulnya, metroragia.
Berikut adalah sejumlah komplikasi menorrhagia yaitu :
1. Gangguan kesuburan
Mentroragia yang terjadi karena kista, mioma, gangguan ovulasi, dan
endometriosis dapat berakhir pada keadaan gangguan kesuburan
(mandul). Siklus menstruasi yang tidak teratur karena menorrhagia ini
bisa membuat sel telur sulit untuk menjadi matang dan proses
pembuahan oleh sel sperma akan terhambat sehingga menjadi sulit
untuk dibuahi.
2. Anemia
Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin pasien sangat
rendah. Hemoglobin adalah zat yang memungkinkan sel-sel darah
merah membawa cukup oksigen ke jaringan. Seorang yang
mengalami metroragia akan sangat beresiko besar anemia
3. Sakit di bagian perut
Komplikasi menorrhagia juga dapat diikuti dengan sakit yang parah
atau kram dibagian perut. Ketika perdarahan yang keluar dari vagina
sangat banyak maka biasanya akan disertai dengan rasa nyeri di
sekitar perut.
1.6.6 Penatalaksanaan
1. Bila perdarahan sangat banyak, istirahan baring dan transfusi darah
2. Bila pemeriksaan gynecologik menunjukkan perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara
waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
a) Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan secara IM di propionasestradiol 2,5 mg,
atau benzoas estradi 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Tetapi
apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
b). Androgen
Propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki
umpan balik positif dari perdarahan uterus akibat hiperplasia
endometrium. Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan
terapi hormonal. Pemberian estrogen dan progesteron dalam
kombinasi dapat di anjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari
ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan
progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid. (Astarto,
2011) Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah
dilatasi dan kerokan. (wiknjosastro, 2010)
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih
belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah
histerektomi. (Manuaba, 2008)
c). Progesterone
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium, dapat diberikan kaproas hidroksi
progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan pes os
seharinirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron
(provera) 10 m, yang dapat diulangi berguna dalam masa
pubertas.
Terapi hormonal :
Setelah perdarahan teratasi berikan :
- Conjugated oestrogen 2,5 mg per oral setiap hari selama 25
hari
- Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetat untuk 10 hari
terakhir
- Tunggu perdarahan lucut 5-7 hari pasca penghentian terapi
DAFTAR PUSTAKA