A. Definisi
Amenorea adalah masa tidak datangnya haid selama lebih dari 3 bulan. Di luar
(maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen dan progesteron yang
(Mansjoer, 2000).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Diagnosis
F. Penatalaksanaan
memburuk
Diberikan progesteron secara siklik dari hari ke-16 sampai 25 siklus haid selama 3
pemberian obat-obat pemicu ovulasi seperti klomifen sitrat, epimestrol atau hormon
gonadotropin.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
tenaga kesehatan lain, gaya hidup, dan pola koping (lihat pertimbangan budaya),
sehari-hari, obat-obatan di rumah dan resep untuk meredakan rasa tidak nyaman,
dicatat. Suatu catatan gejala, yang memuat rincian catatan gejala emosi, perilaku,
fisik, diet, pola latigan dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang
bermanfaat.
B. Diagnosa Keperawatan
terapi
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
minimal
D. Intervensi
Dx.1
Dx.2
mengupayakan rasa nyaman juga tentang penggunaan dan efek samping obat-
obatan.
Dx.3
E. Implementasi
Dx.1
Dx.2
mengupayakan rasa nyaman juga tentang penggunaan dan efek samping obat-
obatan.
Dx.3
Dx.4
G. Evaluasi
yang diberikan
AMENOREA
IKLAN1
Definisi
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal
terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus
menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur
serta organ reproduksi yang sehat (lihat artikel menstruasi). Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
1. Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun.
Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi
2. Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus
oligomenorea ), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka
kejadian berkisar antara 1 – 5%
Penyebab
Amenorea bisa terjadi secara fisiologis dan patologis, ada beberapa penyebab amenorea
fisiologis, yaitu kehamilan, menopause, prepubertas. Dan laktasi. Sedangkan pada amenorea
patologis bisa disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya : ada kelainan pada otak,
gangguan pada kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, klenjar ovarium, kelianan
kejiwaan, gangguan pada hipothalamus.
Pubertas terlambat
Kegagalan dari fungsi indung telur
Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
Gangguan pada susunan saraf pusat
Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat
dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada, adalah kegagalan
mengalami pubertas , maka tidak akan ditemukan tanda - tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, serta perubahan bentuk tubuh. Jika
penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika
penyebabnya kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sakit kepala
Galaktorea
Gangguan penglihatan
Penurunan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme
Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka
diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim)
melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka
diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea sekunder, maka dapat dilakukan
pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat
mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar hormon prolaktin dalam
tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progestogen Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan
endometrium dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :
Biopsi endometrium
Progestin withdrawal
Kadar prolaktin
Kadar hormon
Tes fungsi tiroid
Tes kehamilan
Kadar FSH,LH,TSH
Karotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
CT scan kepala
Psikosis: sering dijumpai bersama amenorea ialah penyakit yang disertai depresi.
Anoreksia nervosa:Terutama ditemukan pada wanita muda yang menderita gangguan
emosional yang cukup berat. Penanganan anoreksia nervosa harus dilakukan oleh ahli
psikiatri. Jika berat badan bertambah, biasanya haid dapat kembali dalam 3 bulan.
Pseudosiesis:adalah suatu keadaan dimana terdapat kumpulan tanda-tanda kehamilan
pada seorang wanita yang tidak hamil. Diagnosis dibuat dengan menemukan uterus yang
sebesar biasa pada pemeriksaan ginekologik dan tes hamil yang negatif.
Sindrom amenorea galaktorea: ditemukan amenorea, dan pada mamma dapat dikeluarkan
air susu. Dasarnya ialah gangguan endokrin berupa gangguan produksi releasing factor
dengan akibat menurunnya kafar FSH dan LH dan gangguan produksi Prolacting
Inhibiting Factor dengan akibat peningkatan pengeluaran prolaktin. Dapat ditemukan
setelah kehamilan, disini masa laktasi menjadi jauh lebih panjang dari biasanya (sindrom
Chiari Frommel).Dapat juga ditemukan pada tumor hipofisis yang memproduksi
prolaktin (sindrom Forbes-Albright).
Sindrom Stein-Leventhal : terdiri dari amenorea, hirsutisme dan pembesaran polikistik
ovarium.
Amenorea hipotalamik
Gangguan Hipofisis
Gangguan Gonad
Disgenesis/ Agenesis ovarii (Sindrom Turner): Trias klsiknya : infantilisme, webbed neck dan
kubitus vagus. Penderita ini memiliki genitalia eksterna wanita dengan klitoris agaj membesar
pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai wanita. Pola kromosom kebanyakan
45XO, pada sebagian dalam bentuk 45-XO/46-XX; pada sebagian dalam kelahiran bayi wanita.
Selain trias, biasanya dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150cm, dada berbentuk perisai
dengan puting susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit
atau tidak ada, amenorea, koarktasi atau stenosis aorta, batas rambut belakang yang rendah, ruas
tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
anomali ginjal dan sebagainya.
Sindrom Asherman: terjadi karena destruksi endometrium serta tumbuhnya sinekia pada
dinding kavum uteri sebagai akibat kerokan yang berlebihan, biasanya pada abortus atau
postpartum.
Endometritis tuberkulosa: umumnya skunder pada penderita salpingitis tuberkulosa.
Terapi yang kausal terhadap tuberkulosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid
lagi.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi
stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung
telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
Saluran reproduksi
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang),
septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil)
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang
memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki
keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi
(USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau
terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron.
Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita
(indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut
ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat
memiliki anak)
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine
(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung
telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur
sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau
proses autoimun
3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal
IKLAN3
AMENOREA
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.Hal tersebut
normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah
menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-
aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat (lihat artikel menstruasi). Amenorea sendiri
terbagi dua, yaitu:
1) Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita berumur 18 tahun
ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-
sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik
16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi Amenore primer
biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan
oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan
berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.
2) Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya haid setelah menarche atau pernah mengalami
haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan(pada kasus oligomenorea ), atau 6 siklus
setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa selama 6 bulan atau lebih pada wanita
yang sudah pernah mengalami haid dan bukan pada wanita yang tidak hamil, menyusui atau
menopause dengan angka kejadian berkisar antara 1 – 5%adanya amenorea sekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan
gizi, gangguan metabolisme, tumor, dan penyakit infeksi.
Kelainan kromosom. Beberapa jenis kelainan kromosom dapat menyebabkan sel telur
terganggu sehingga berpengaruh pada siklus menstruasi.
Gangguan pada kelenjar hipotalamus.
Organ vagina yang tidak sempurna. Pembentukan organ kelamin yang tidak sempurna
semasa janin bisa menyebabkan seorang perempuan tidak memiliki bagian vagina dengan
sempurna. Misalnya seorang perempuan tidak memiliki uterus, rahim, atau bahkan
vagina. Organ vagina yang tidak sempurna berpengaruh pada siklus menstruasi.
Gangguan pada kelenjar pituari. Kelenjar pituari adalah kelenjar yang bertanggungjawab
pada siklus menstruasi perempuan. Jika kelenjar ini mengalami gangguan seperti tumor,
peradangan, ataupun infeksi maka siklus menstruasi ikut terganggu.
Struktur vagina yang tidak normal. Bentuk dari vagina, baik bentuk luar ataupun dalam,
berpengaruh pada siklus menstruasi. Menstruasi bisa saja terjadi, tapi karena bentuk
vagina yang menghalangi darah haid keluar tubuh, maka menstruasi dianggap tidak
pernah terjadi.
Pubertas terlambat
Kegagalan dari fungsi indung telur
Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
Gangguan pada susunan saraf pusat
Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat
dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun.
Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksibiasanya disebabkan oleh
gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan
yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium
Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus
oligomenorea <jumlah darah menstruasi sedikit>), atau 6 siklus setelah sebelumnya
mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%
Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebabnya.Kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan
akibat amenore sekunder tergantung dari penyebabnya.Misalnya: penyebab dari amenore
sekunder adalah kelainan pada rahim, maka kemungkinan dapat menyebabkan kanker rahim.
1. Biopsi endometrium.
2. Tes genetik.
3. MRI.
4. CT scan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi
stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung
telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
A. Saluran reproduksi
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang),
septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil)
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang
memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki
keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi
(USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau
terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon
testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam
reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa
pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun
infertil (tidak dapat memiliki anak)
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine
(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim
1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung
telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur
sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau
proses autoimun
3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengkajian
1. Data subyektif
a. Biodata
Umur :
- Usia reproduktif 20-35 tahun, wanita yang pernah mendapat haid, tapi kemudian tidak dapat
haid selama 3 bulan (Manuaba, 1998 : 399).
- Pubertas, ibu hamil, ibu meneteki, menopause (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 31)
Pekerjaan :
- Beresiko terhadap wanita-wanita yang bekerja sering terpapar radiasi (radiologi) (Sulaiman
Sastrawinata, 1981 : 31)
Pergantian lingkungan dapat menimbulkan amnore karena stress (Sulaiman Sastrawinata, 1981 :
29)
b. Keluhan utama
Tidak adanya haid selama 3x siklus berturut-turut atau lebih (Pusdiknakes, 1992 : 2).
c. Riwayat kesehatan
- Adanya gangguan pankreas (DM), adanya tumor, radang, distruksi, hipotyroidea, kretinisme
(Sarwono, 2006 : 206-208).
- Adanya kelainan gizi, gangguan pada hepar dan ginjal (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 32)
d. Riwayat kebidanan
1) Haid
- Pola haid sebelumnya teratur, kemudian tidak datang haid selama 3 bulan/lebih (Sarwono, 2006
: 202).
2) Kehamilan dan persalinan
- Pernah mengalami histerektomi (sarwono, 2006 : 208)
- Pada wanita yang tidak hamil, tapi ingin sekali hamil (Sarwono, 2006 : 212).
- Dapat untuk membantu menentukan amenore primer atau sekunder (Sarwono, 1999 : 208)
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Kelainan organik pada serebrum berupa radang (encephalitis), tumor, trauma dan sebagainya
dapat disertai amenore, tetapi peranan gejala ini kecil. Penting untuk diagnosis ialah anamnesis
dan gambaran klinik yang bersangkutan dengan kelainan-kelainan itu (Sarwono, 2006 : 211).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : Amenore bisa terjadi pada anoreksia nervosa, tidak ada nafsu makan, gangguan gizi
berat, tetapi tanpa letargi dan rasa nyeri diepigastrium (Sarwono, 2006 : 211).
Aktifitas : Pada amenore yang disebabkan anoreksia nervosa penderita masih tetap aktif
(Sarwono, 2006 : 212).
Istirahat : Pada wanita dengan stressor yang tinggi dapat mengganggu pola istirahat/tidur
(Sarwono, 2006 : 213)
Seksual : Pada amenore karena insufisiensi hipotesis biasanya disertai adanya penurunan libido
(Sarwono, 2006 : 214)
g. Riwayat ketergantungan
Pada sindrom amenore galaktore ditemukan pada kasus-kasus wanita yang memakai alat
penenang (Phonothiazine) dalam jangka lama (Sarwono, 2006 : 213).
h. Riwayat psikososial
Keadaan kejiwaan dengan syock emosional karena trauma atau kejadian yang menyedihkan serta
pergantian lingkungan dapat menimbulkan amenore. Psikosis yang paling sering ditemukan
bersama amenore adalah penyakit yang disertai depresi (Sarwono, 2006 : 211).
i. Riwayat KB
Pada wanita dengan sindrom amenore galakfore dapat pola ditemukan pada wanita-wanita yang
telah menghentikan minum pil kontrasepsi (Sarwono, 2006 : 213).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital
Pada amenore karena anoreksia nervosa dapat terjadi bradikardi dan suhu yang lebih rendah dari
normal (Sarwono : 211).
c. Berat badan
Amenore sering memyertai pada wanita yang mengalami obesitas (kelebihan berat badan)
(Sarwono, 2006 : 208).
d. Tinggi badan
Pada sindrom turner dapat dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm (Sarwono, 2006 :
218).
e. Pemeriksaan fisik
Menurut Sarwono P, 2006 : 211-218
Mata : Mengetahui keadaan retina, luas lapang panjang, virus, jika ada kemungkinan tumor
hipofisis yang dapat menyebabkan amenore.
Thorax : - Amenore pada sindrom turner disertai adanya dada berbentuk perisai dengan puting
susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak sedikit/tidak ada.
- Terjadi pula pada sindrom feminisasi, yaitu hipoplasia puting susu, rambut ketiak sedikit/tidak
ada.
- Mammae mengeluarkan cairan seperti air susu pada kasus sindrom amenore galakkore
Abdomen : Pada amenore karena cushing sindrom didapatkan adanya striae terutama pada
dinding perut.
Genetalia : - Rambut pubis bisa normal/sedikit/tidak ada
- Alat-alat genetalia mengalami antrifi pada anoreksia nervosa, sindrom amenore galaktore dan
insufisiensi hipofisis.
- Amenore pada sindrom feminisasi testikuler vagina tidak ada dan pendek atau buntu, serviks
dan uterus tidak ada.
- Amenore pada tumor ovarium dan sindrom adreno genital didapatkan pembekuan klitoris
Ekstremitas : Pada amenore karena sindrom turner disertai tanda ruas tulang tangan dan kaki
pendek, osteoporosis.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Apabila pemeriksaan klinik tidak dapat memberi gambaran yang jelas mengenai sebab
amenore, maka dapat dilakukan pemeriksaan, sebagai berikut :
- Foto rontgen thorax : apakah ada TBC pulmonum, apakah ada perubahan pada sella tursika.
- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya estrogen yang dapat dibuktikan berkat
pengaruhnya.
- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya DM.
- Kerokan uterus : untuk mengetahui keadaan endometrium adanya endometritis tuberkulosa.
- Pemeriksaan metabolik basal : jika perlu pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi
glandola tiroidea
- Pemeriksaan mata : keadaan retina dan lapang panjang, virus jika ada kemungkinan tumor
hipofisis (Hanifa W, 2006 : 209).
2) Uji laboratorium pertama adalah terhadap peta HCG
- Jika positif, maka wanita hamil
- Jika negatif, dapatkan nilainya
TSH, prolaktin dan uji tantangan progesteron (provera 5-10 mg per os tiap hari selama 5-10 hari)
- Kadar TSH dan prolaktin normal yang bergabung dengan darah yang diambil dari uji tantangan
progesteron anovulasi (Varney, 2002 : 55).
B. Diagnosa Kebidanan
Setelah dilakukan analisa dari data subyektif dan data obyektif dapat dsimpulkan suatu diagnosa
kebidanan, yaitu ibu dengan amenore sekunder. Keadaan umum ibu baik/buruk, masalah yang
mungkin timbul adalah ;
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore
2. Resiko nutrisi in adekuat sehubungan dengan adanya anoreksia nervosa karena gangguan
kejiwaan
3. Resiko tidak efektifnya pengetahuan diri sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan efek emosional dan fisik dari penyakit (Sarwono, 1999 : 211).
C. Perencanaan
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore
Tujuan : Ibu tidak cemas
Kriteria : - Ekspresi wajah ceria
- Ibu dapat mengungkapkan rasa cemasnya berkurang dan tenang
- Ibu merasa rileks dan pengetahuannya bertambah tentang kondisinya
- Menggunakan sistem pendukung dengan efektif dan beradaptasi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-140/90 mmHg
S : 37oC
N : 68-94 x/mnt
R : 16-24 x/mnt
Intervensi
a. Adakan pendekatan dengan klien dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
masalahnya.
R/ Untuk membantu klien mengenal masalahnya dan lingkungannya.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan adalah merupakan realisasi dan rencana tindakan yang dilaksanakan oleh
bidan dalam membantu ibu dan keluarga untuk memenuhi dan mengatasi masalahnya meliputi
penjelasan, observasi tindakan, dan kolaborasi (Depkes RI, 1995 : 11).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari manajemen kebidanan untuk menilai hasil yang dicapai,
apakah sesuai dengan tujuan/tindakan. Dalam evaluasi dihasilkan dari dalam catatan
perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan.
Catatan perkembangan ditulis dalam bentuk SOAP yaitu :
S : Subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan klien.
O : Obyektif
Yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.
A : Assesment
Adalah penilaian yang dapat disimpulkan dari data subyektif dan data obyektif.
P : Planning
Adalah rencana tindakan yang dibuat sesuai masalah yang ada
(Depkes RI, 1995 : 27-28)
1. Pengumpulan data
a. Data subyektif
1) Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. Y Tn.A
Umur : 29 th 32 th
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Pedagang
Penghasilan : - ±Rp. 850.000,-/bln
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Usia kawin : 23 th 26 th
Lama/brp kali : 6 th/1x 6 th/1x
Alamat : Teguhan Paron Teguhan Paron
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan sudah 3 bulan tidak mentruasi.
3) Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan dulu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita sakit dengan gejala tekanan darah tinggi,
sakit dengan gejala sesak nafas dan batuk yang tidak sembuh-sembuh, sakit dengan gejala nyeri
dada, dan bila dipergunakan beraktifitas sering berdebar-debar, sakit dengan gejala banyak
makan, banyak minum dan sering kencing.
5) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, tidak ada lesi, hitam, tidak mudah rontok/berketombe.
Muka : Tidak sembab, ekspresi waja gelisah.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak oedem.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Mulut : Bersih, tidak ada caries/gigi yang berlubang, tidak stomatitis, bibir lembab.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Dada : Bentuk simetris, pernafasan teratur, tidak ada stridor, ronchi, wheezing.
Mammae : Bersih, simetris, tidak ada hyperpigmentasi pada areola mammae, maupun benjolan
abnormal.
Ketiak : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
Abdomen : Tidak teraba/terlihat perut yang membesar, tidak terdapat hyperpigmentasi pada linea
nigra.
Genetalia : Bersih, tidak ada tanda chadwick pada vagina, tidak ada condiloma
matalata/condiloma akuminata, tidak ada fluor albus, tidak ada pengeluaran pervaginam.
Ekstremitas : Berfungsi normal, tidak terdapat oedem pada kedua tungkai, tidak ada varices.
2. Analisa data
Tanggal Diagnosa/masalah Data dasar
8-1-2011
Pukul 09.00 WIB P10001 dengan masalah amenore sekunder DS : - Ibu mengatakan sudah 3
bulan tidak haid.
- Ibu mengatakan sudah 1 tahun ini tidak memakai alat kontrasepsi apapun
- Ibu mengatakan punya 1 anak, lahir cukup bulan, hidup umur 6 tahun, HPHT : 6 Oktober 2010
DO : - Keadaan umum ibu baik
- Genetalia : v/v taa, bersih, tidak ada condiloma akuminata/condiloma akuminata, tidak ada
fluor albus, tidak ada pengeluaran pervaginam.
- Payudara : tidak ada hyperpigmentasi pada areola maupun benjolan abnormal
- Abdomen : tidak teraba/terlihat perut yang membesar, tidak terdapat hyperpigmentasi pada
linea nigra.
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore DS : - Ibu mengatakan
takut dengan keadaannya sekarang yang tidak haid selama 3 bulan, jangan-jangan hamil
- Ibu mengatakan sebelumnya haid teratur
- Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak 1 tahun yang lalu
DO : - Tanda-tanda vital
T : 100/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37oC
R : 20 x/mnt
- Ekspresi wajah ibu gelisah
B. Diagnosa Kebidanan
Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik, dengan masalah cemas
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore.
Prognosa : baik
C. Perencanaan
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyebab dan cara mengatasi amenore
Kriteria : - Klien mampu beradaptasi dengan keadaannya.
- Klien mengerti penyebab amenore
- Klien mengerti dan memahami penanganan terhadap amenore
Intervensi
a. Jelaskan pada klien hasil pemeriksaan.
R/ Meningkatkan kognitif klien, sehingga lebih kooperatif.
b. Jelaskan pada klien penyebab dari amenore sekunder.
R/ Pengetahuan klien yang cukup meningkatkan perhatian terhadap tindakan selanjutnya.
c. Berikan penyuluhan tentang
- Kemungkinan tindakan yang dilakukan
- Tujuan dari tindakan yang dilakukan
R/ Klien mengerti dan kooperatif.
d. Anjurkan klien untuk melakukan Pap Smear.
R/ Deteksi adanya kanker serviks.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan dalam waktu 15 menit, cemas mulai
berkurang/hilang.
Kriteria : - Ekspresi wajah ibu ceria.
- Ibu tenang dan mengungkapkan rasa cemasnya berkurang.
- Pengetahuan ibu bertambah, dan ibu merasa rileks.
- Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya.
Intervensi
a. Adakan pendekatan dengan ibu dan beri kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan
perasaannya.
R/ Untuk membantu ibu mengenal masalah dan lingkungannya.
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan.
R/ Suasana yang menyenangkan akan mengurangi kecemasan.
c. Validasi keluhan ibu.
R/ Untuk meningkatkan harga diri dan perawatan diri.
d. Identifikasi dan berikan bila ada mis konsepsi tentang amonore.
R/ Membantu ibu untuk mengulasifikasi masalah.
e. Beri umpan balik/informasi yang tepat dan aktual untuk memperbaiki mis konsepsi.
R/ Membantu ibu untuk memecahkan masalah secara tepat.
f. Lakukan test kehamilan (plano test).
R/ Membantu memastikan adanya kehamilan.
g. Beri penyuluhan tentang : sebab akibat masalah/penyakitnya, kemungkinan tindakan yang
dilakukan, serta tujuan dilakukan tindakan.
R/ Dengan penyuluhan pengetahuan ibu bertambah dan kooperatif.
h. Diskusikan dengan ibu untuk mekanisme topping.
R/ Membantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
i. Kolaborasi dengan team kesehatan untuk pengobatan.
R/ Untuk memilih kemungkinan tindakan.
D. Pelaksanaan
Tanggal 8-1-2011, pukul 09.00 WIb
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
Implementasi
a. Menjelaskan pada klien hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa klien tidak sedang
hamil dan tidak ditemukan adanya kelainan pada klien.
b. Menjelaskan pada klien penyebab dari amenore bisa dari berbagai hal sehingga tidak timbul
haid seperti kondisi emosional yang tidak stabil, keadaan nutrisi yang kurang.
c. Memberikan penyuluhan pada klien tentang :
1) Kemungkinan tindakan yang akan dilakukan, dimana tidak semua amenore memerlukan
tindakan/terapi, mungkin dengan menghilangkan stress atau pemenuhan nutrisi yang cukup saja
sudah dapat membantu. Bisa juga dengan memberikan obat-obat hormonal jika memang
diperlukan sesuai kondisi tiap-tiap individual.
2) Tuuan tindakan adalah untuk
- Memperbaiki keadaan umum klien terlebih dahulu
- Diharapkan bila faktor penyebab sudah teratasi maka menstruasi dapat lancar
d. Menganjurkan klien untuk melakukan Pap Smear untuk deteksi dalam terhadap kanker
serviks.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore.
Implementasi
a. Mengadakan pendekatan dengan ibu dan memberikan kesempatan ibu untuk mengungkapkan
masalahnya.
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan misalnya dengan
- Memberi suasana yang tenang saat komunikasi atau anamnesa
- Melakukan komunikasi terapeutik dengan cara menampung semua keluhan ibu, serta memberi
kesempatan ibu untuk bertanya.
c. Mengidentifikasi dan membenarkan salah persepsi ibu tentang
- Kaji sejauh mana pengetahuan ibu tentang amenore
- Tunjukan pada ibu bahwa pendapatnya tentang amenore itu tidak benar, karena wanita yang
mengalami amenore belum tentu dia hamil.
d. Memberikan informasi yang tepat tentang amenore bahwa :
- Amenore bisa disebabkan berbagai macam hal, termasuk gangguan jiwa/stress dan juga karena
kurang gizi.
- Amenore bukanlah suatu penyakit, tapi hanya suatu gejala
- Amenore tidak selalu memerlukan terapi/pengobatan, tapi mungkin hanya diperlukan perbaikan
gizi saja sudah cukup membantu
e. Memberikan penyuluhan tentang
Sebab akibat dari amenore, yaitu bisa disebabkan berbagai macam hal dan juga bisa berakibat
bermcam-macam dimana respon tiap individu tidak sama
- Kemungkinan tindakan yaitu bahwa tidak semua amenore memerlukan tindakan/terapi, tapi
mungkin dengan menghilangkan stress atau dengan pemberian nutrisi saja sudah cukup
membantu, seperti halnya yang dialami ibu sekarang, bahwa amenorenya masih dianggap
fisiologis, dan diduga karena nutrisi yang kurang, maka diharapkan ibu dapat meningkatkan
mutu dan jumlah nutrisinya.
- Tujuan tindakan yaitu untuk memperbaiki keadaan ibu sendiri, dan diharapkan bila faktor
penyebab sudah teratasi, maka menstruasi bisa lancar.
- Supaya ibu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
E. Evaluasi
Tanggal 8-1-2011, pukul 09.30 WIb
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
S : - Ibu mengatakan telah mengerti tentang penyebab dari keadaannya.
- Ibu mengatakan telah paham mengenai penanganan terhadap amenore.
O : Ibu mampu mengulang penjelasan petugas tentang penyebab serta penanganan yang
dilakukan pada amenore.
A : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder.
P : - Anjurkan klien untuk melakukan Pap Smear
- Anjurkan klien untuk kontrol 1 minggu lagi (19 Juni 2008) atau jika ada keluhan
- Lakukan deteksi ulang tentang kemungkinan penyebab amenore pada pemeriksaan berikutnya.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan sudah tidak terlalu cemas.
O : Ibu tenang, ekspresi wajah tenang
A : Cemas teratasi
P : Anjurkan ibu kontrol ulang bila keluhan masih berlanjut