Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR

A. Definisi

Amenorea adalah masa tidak datangnya haid selama lebih dari 3 bulan. Di luar

amenore fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di

hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus

(endometrium) dan vagina. Kasus-kasus yang harus dikirim ke

dokter ahli adalah; adanya tanda-tanda kelaki-lakian

(maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen dan progesteron yang

negatif, adanya penyakit lain (tuberculosis,

penyakit hati, diabetes melitus, kanker), infertilitas, atau stres berat

(Mansjoer, 2000).

B. Etiologi

Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin adalah faktor

pembekuan darah dan gangguan psikis.

C. Patofisiologi

Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus

ovulatorik, anovulatorik maupun keadaan folikel persisten. Pada


siklus ovulatorik, perdarahan terjadi karena kadar estrogen rendah. Siklus anovulatorik
dipengaruhi keadaan defisiensi progesteron dan kelebihan estrogen. Folikel
persisten sering dijumpai pada perimenopause. Jenis
ini sering menjadi keganasan endometrium. Setelah folikel tidak mampu lagi
membentuk estrogen, akan terjadi perdarahan lucut estrogen.

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi

endomterium (pada wanita yang sudah menikah), laboratorium darah dam

hemostasis, USG, serta radio immuno assay.

E. Diagnosis

Langkah pertama adalah menyingkirkan kelainan organik. Pada anamnesis,

perlu diketahui usia menars, siklus haid setelah

menars, lama dari jumlah darah haid, serta latar belakang

kehidupan keluarga dan latar belakang emosionalnya.

F. Penatalaksanaan

Pada usia perimenars, pengobatan hormonal perlu bila:

1) tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah

2) gangguan terjadi selama 6 bulan atau 2 tahun setelah menars

belum dijumpai siklus haid yang berovulasi


3) Perdarahan yang terjadi sampai membuat keadaan umum

memburuk

Diberikan progesteron secara siklik dari hari ke-16 sampai 25 siklus haid selama 3

bulan. Setelah itu dilihat apakah perdarahan

berulang berulang lagi dan apakah telah terjadi ovulasi. Bila

setelah 6 bulan pengobatan tetap tidak terjadi ovulasi, maka dipikirkan

pemberian obat-obat pemicu ovulasi seperti klomifen sitrat, epimestrol atau hormon

gonadotropin.
II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Selain mengkaji riwayat penggunaan kontrasepsi, seksual, obstetri, menstruasi secara

terinci, perawat harus menggali persepsi wanita tentang kondisinya,

pengaruh etnik dan budaya, pengalaman dengan

tenaga kesehatan lain, gaya hidup, dan pola koping (lihat pertimbangan budaya),

Jumlah nyeri yang dialami dan efeknya pada aktivitas

sehari-hari, obat-obatan di rumah dan resep untuk meredakan rasa tidak nyaman,

dicatat. Suatu catatan gejala, yang memuat rincian catatan gejala emosi, perilaku,

fisik, diet, pola latigan dan pola istirahat, merupakan alat diagnostik yang

bermanfaat.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan amenorhea

2. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kondisi dan

terapi

3. Perubahan citra tubuh dan gangguan harga diri yang

berhubungan dengan gejala

4. Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Cemas yang dirasakan akan hilang atau mereda sampai minimal

2. Tujuan Khusus

a. Cemas yang dirasakan akan hilang atau mereda sampai

minimal

b. Mampu mendemonstrasikan pengetahuan tentang

amenorhea dan terapinya

c. Mampu mempertahankan harga dirinya

d. Akan melaporkan bahwa rasa cemasnya berkurang

D. Intervensi

Dx.1

- Kaji lokasi, tipe, dan durasi serta ketidaknyamanan.

Dx.2

- Ajarkan tentang amenorhea dan tindakan untuk

mengupayakan rasa nyaman juga tentang penggunaan dan efek samping obat-

obatan.

Dx.3

- Sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan klien

- Rujuk ke kelompok pendukung


Dx.4

- Diskusikan perasaan dan kekhawatiran klien

- Beri dukungan dan harapan yang realistis

- Ajarkan klien tentang amenorhea dan terapi

E. Implementasi

Dx.1

- Mengkaji lokasi, tipe, dan durasi serta ketidaknyamanan.

Dx.2

- Mengajarkan tentang amenorhea dan tindakan untuk

mengupayakan rasa nyaman juga tentang penggunaan dan efek samping obat-

obatan.

Dx.3

- Menyediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan klien

- Merujuk ke kelompok pendukung

Dx.4

- Mendiskusikan perasaan dan kekhawatiran klien

- Memberi dukungan dan harapan yang realistis

- Mengajarkan klien tentang amenorhea dan terapi


F. RASIONAL

1) Setelah dikaji dan diagnosis ditegakkan, intervensi

diimplementasikan untuk membantu klien

2) Pengetahuan membuat individu mengetahui hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya,

sehingga memungkinkan klien menjadi mitra kerja dalam perawatan dirinya

3) Intervensi meningkatkan citra tubuh dan harga diri yang positif

4) Ventilasi perasaan dan pengetahuan tentang sebab dan

penatalaksanaan dapat mengurangi rasa cemas

G. Evaluasi

1) Apa yang dirasakan terlokalisasi dan minimal

2) Klien dapat memahami dengan tepat kondisi dan penggunaan

obat dan tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman

3) Klien bergabung dengan sebuah kelompok pendukung

4) Klien melaporkan bahwa ia merasa positif tentang dirinya

5) Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang informasi

yang diberikan

6) Rasa cemas klien tentang diagnosisnya berkurang


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku


Kedokteran; EGC, Jakarta. 2004.

Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran; Jilid I, Media Aesculapius, Jakarta.


2000.

AMENOREA

IKLAN1
Definisi
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal
terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus
menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur
serta organ reproduksi yang sehat (lihat artikel menstruasi). Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
1. Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun.
Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi
2. Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus
oligomenorea ), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka
kejadian berkisar antara 1 – 5%

Penyebab
Amenorea bisa terjadi secara fisiologis dan patologis, ada beberapa penyebab amenorea
fisiologis, yaitu kehamilan, menopause, prepubertas. Dan laktasi. Sedangkan pada amenorea
patologis bisa disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya : ada kelainan pada otak,
gangguan pada kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, klenjar ovarium, kelianan
kejiwaan, gangguan pada hipothalamus.

Penyebab amenorea primer yaitu :


Tertundanya menarke, kelainan bawaan pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim
atau vagina, adanya sekat pada vagina , serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi
vagina ), penurunan berat badan yang drastis, kelainan kromosom, obesitas yang ekskrim,
hipoglikemia, disgenesis gonad, hipogonadisme hipogonadotropik,sindrom feminisasi testis,
hermafrodit sejati, penyakit menahun, kekurangan gizi, penyakit cushing, fibrosis kistik,
penyakit jantung bawaan, tumor ovarium, hipotiroidisme, sindroma adrenogenital, sindroma
prader – Willi, penyakit ovarium polikista, hiperplasia adrenal kongenital.
Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

 Pubertas terlambat
 Kegagalan dari fungsi indung telur
 Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
 Gangguan pada susunan saraf pusat
 Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat
dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

Penyebab Amenorea sekunder :


Kehamilan, kecemasan akan kehamilan, penurunan berat badan yang drastis, olah raga yang
berlebihan, lemak tubuh kurang dari 15 – 17 extreme, mengkomsumsi hormon tambahan,
obesitas, stress emotional, menopause, kelainan endokrin, obat – obatan, prosedur dilatasi dan
kuretase, kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa
Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan, menyusui,
dan penggunaan metode kontrasepsi disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:

• Stress dan depresi


• Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas
• Gangguan hipotalamus dan hipofisis
• Gangguan indung telur
• Obat-obatan
• Penyakit kronik dan Sindrom Asherman

Tanda dan gejala


Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau
kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah pernah
mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya
amenorea.

Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada, adalah kegagalan
mengalami pubertas , maka tidak akan ditemukan tanda - tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, serta perubahan bentuk tubuh. Jika
penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika
penyebabnya kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :

 Sakit kepala
 Galaktorea
 Gangguan penglihatan
 Penurunan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme

Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka
diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim)
melalui pemeriksaan USG, histerosalpingografi, histeroskopi, dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka
diperlukan pemeriksaan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorea sekunder, maka dapat dilakukan
pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar hormon tiroid dapat
mempengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh. Selain itu kadar hormon prolaktin dalam
tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progestogen Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan
endometrium dalam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :

 Biopsi endometrium
 Progestin withdrawal
 Kadar prolaktin
 Kadar hormon
 Tes fungsi tiroid
 Tes kehamilan
 Kadar FSH,LH,TSH
 Karotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
 CT scan kepala

Tinjauan umum tentang Penanggulangan Amenorea


 Tidak selalu memerlukan terapi, misalnya pada wanita berumur > 40 th dengan amenorea
tanpa sebab yang mengkhawatirkan tidak memerlukan pengobatan
 Dalam kategori ini, yang memerlukan terapi adalah wanita-wanita muda yang mengeluh
tentang infertilitas, atau sangat terganggu dengan tidak datangnya haid.
 Tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan
yang sehat dan tenang.
 Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
 Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
 Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenalis (Penyakit Addison laten)
 Pemberian estrogen dan progesteron dapat menimbulkan perdarahan siklik, dan
perdarahan ini bersifat withdrawal bleeding, bukan merupakan suatu haid yang didahului
oleh ovulasi.

Penyakit yang dapat disertai amenorea


Kelainan Kejiwaan

 Psikosis: sering dijumpai bersama amenorea ialah penyakit yang disertai depresi.
 Anoreksia nervosa:Terutama ditemukan pada wanita muda yang menderita gangguan
emosional yang cukup berat. Penanganan anoreksia nervosa harus dilakukan oleh ahli
psikiatri. Jika berat badan bertambah, biasanya haid dapat kembali dalam 3 bulan.
 Pseudosiesis:adalah suatu keadaan dimana terdapat kumpulan tanda-tanda kehamilan
pada seorang wanita yang tidak hamil. Diagnosis dibuat dengan menemukan uterus yang
sebesar biasa pada pemeriksaan ginekologik dan tes hamil yang negatif.

Gangguan Poros Hipotalamus-Hipofisis

 Sindrom amenorea galaktorea: ditemukan amenorea, dan pada mamma dapat dikeluarkan
air susu. Dasarnya ialah gangguan endokrin berupa gangguan produksi releasing factor
dengan akibat menurunnya kafar FSH dan LH dan gangguan produksi Prolacting
Inhibiting Factor dengan akibat peningkatan pengeluaran prolaktin. Dapat ditemukan
setelah kehamilan, disini masa laktasi menjadi jauh lebih panjang dari biasanya (sindrom
Chiari Frommel).Dapat juga ditemukan pada tumor hipofisis yang memproduksi
prolaktin (sindrom Forbes-Albright).
 Sindrom Stein-Leventhal : terdiri dari amenorea, hirsutisme dan pembesaran polikistik
ovarium.
 Amenorea hipotalamik

Gangguan Hipofisis

 Insufisiensi hipofisis (Sindrom Sheehan dan Penyakit Simmonds).Gejalanya adalah


amenorea, hilangnya laktasi, hipotiroidea, atrofi alat-alat genital dan sebagainya. Terapi
terdiri atas pemberian hormon sebagai subsitusi, antara lain kortison, bubuk tiroid, dan
sebagainya.
 Tumor Hipofisis
 Kelainan kongenital pada Hipofisis

Gangguan Gonad
Disgenesis/ Agenesis ovarii (Sindrom Turner): Trias klsiknya : infantilisme, webbed neck dan
kubitus vagus. Penderita ini memiliki genitalia eksterna wanita dengan klitoris agaj membesar
pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai wanita. Pola kromosom kebanyakan
45XO, pada sebagian dalam bentuk 45-XO/46-XX; pada sebagian dalam kelahiran bayi wanita.
Selain trias, biasanya dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150cm, dada berbentuk perisai
dengan puting susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit
atau tidak ada, amenorea, koarktasi atau stenosis aorta, batas rambut belakang yang rendah, ruas
tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,
anomali ginjal dan sebagainya.

 Sindrom feminisasi Testikuler


 Menopause prematur
 Sindrom ovarium yang Tidak Peka (The insensitive ovary syndrome)
 Tumor-tumor ovarium

Gangguan Glandula suprarenalis

 Sindrom Adrenogenital: bersifat kongenital, akan tetapi dapat tumbuh kemudian.


Penyebabnya ialah hiperplasia adrenal. Biasanya bayi dengan sindrom ini adalah bayi
wanita, dengan pembesaran klitoris dengan kadang-kadang hipospadia. Pada wanita yang
lebih dewasa terdapat amenorea, klitoris membesar, atrofi mamma dan membesarnya
suara.
 Sindrom Crushing: pembuatan hormon glandula suprarenalis yang berlebihan, terutama
komponen kortikosteroid yang ada sangkut pautnya dengan metabolisme karbohidrat,
protein dan elektrolit. Gejalanya ialah obesitas, moon face, amenorea, hirsutisme,
osteoporosis, hipertensi, striae terutama pada dinding perut.
 Penyakit Addison

Gangguan Uterus dan vagina

 Sindrom Asherman: terjadi karena destruksi endometrium serta tumbuhnya sinekia pada
dinding kavum uteri sebagai akibat kerokan yang berlebihan, biasanya pada abortus atau
postpartum.
 Endometritis tuberkulosa: umumnya skunder pada penderita salpingitis tuberkulosa.
Terapi yang kausal terhadap tuberkulosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya haid
lagi.

Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi
stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung
telur, dan penyebab susunan saraf pusat.

Saluran reproduksi

1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang),
septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil)
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang
memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki
keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi
(USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau
terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron.
Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita
(indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut
ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat
memiliki anak)
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine
(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim

Gangguan Indung Telur

1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung
telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur
sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau
proses autoimun
3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal

Gangguan Susunan Saraf Pusat

1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan


amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau
kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi
dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh.
Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa
penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor
2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom
Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan
sesuai dengan penyebabnya
3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan
fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional
membutuhkan bantuan psikiater

IKLAN3

Selanjutnya klik disini: makalah asuhan kebidanan: AMENOREA


dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI

AMENOREA
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.Hal tersebut
normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah
menopause.Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-
aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat (lihat artikel menstruasi). Amenorea sendiri
terbagi dua, yaitu:
1)       Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita berumur 18 tahun
ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-
sebab yang lebih berat dan lebih sulit diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik
16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi Amenore primer
biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan
oleh rendahnya hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan
berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.
2)       Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya haid setelah menarche atau pernah mengalami
haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan(pada kasus oligomenorea ), atau 6 siklus
setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa selama 6 bulan atau lebih pada wanita
yang sudah pernah mengalami haid dan bukan pada wanita yang tidak hamil, menyusui atau
menopause dengan angka kejadian berkisar antara 1 – 5%adanya amenorea sekunder lebih
menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan
gizi, gangguan metabolisme, tumor, dan penyakit infeksi.

PENYEBAB TERJADINYA AMENORE


      Penyebab amenore sekunder

 Kecemasan akan kehamilan


 Penurunan berat badan yang drastic
 Olah raga yang berlebihan
 Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme
 Mengkonsumsi hormon tambahan
 Menopause
 Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar
hormon kortisol oleh kelenjar adrenal)
 Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid)
 Prosedur dilatasi dan kuretase
 Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom Asherman
(pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan)
 Kehamilan. Selama kehamilan, kaum wanita tidak akan mendapat haid. Ini merupakan
penyebab terbanyak dari amenorea sekunder
 Penggunaan pil kontrasepsi. Beberapa jenis alat kontrasepsi seperti pil KB bisa membuat
siklus menstruasi terganggu. Menstruasi bisa kembali normal jika penggunaan pil KB
dihentikan.
 Masa menyusui. Ibu yang sedang dalam masa pemberian ASI eksklusif seringkali tidak
mendapat haid, meski sudah melahirkan. Kehamilan bisa berdampak panjang terhadap
siklus menstruasi.
 Beban pikiran atau stres. Beban pikiran yang terlampau berat bisa berpengaruh terhadap
kelenjar hipotalamus yang mengatur keseimbangan hormon tubuh.  Jika hormon tubuh
terganggu, siklus haid dan pembuahan bisa terhenti sementara. Menstruasi akan datang
kembali jika si perempuan sudah tidak stres.
 Pengaruh obat. Beberapa jenis obat bisa berpengaruh pada siklus menstruasi. Misalnya
obat jenis antidepresi, antipsikotik, dan obat kemoterapi.
 Gangguan keseimbangan hormon tubuh.
 Kelebihan atau kekurangan berat badan. Kelebihan ataupun kekurangan berat badan bisa
mengganggu fungsi hormonal tubuh. Perempuan yang memiliki kelainan pada makanan
seperti anoreksia atau bulimia seringkali mengalami amenorea.
 Olahraga yang terlalu berat. Wanita yang gemar berolahraga berat bisa mengalami
gangguan siklus haid.
 Gangguan pada kelenjar tiroid. Gangguan pada kelenjar ini bisa menyebabkan produksi
prolaktin, hormon yang bertanggungjawab pada kesuburan wanita, terganggu. Akibatnya
siklus menstruasi ikut terganggu.
 Konsumsi obat-obatan (bisulfan, klorambusil, siklofosfamid, fenotiazin, pil kontrasepsi,
hormon terapi).
 Kelainan pada rahim seperti mola hidatidosa dan sindrom Asherman (pembentukan
jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau pembedahan).
 Kelainanendokrin (peningkatan aktivitas kelenjar adrenal yang menyebabkan sindrom
cushing).

Gambar. Contoh penyebab amenore sekunder


      PenyebabAmenorea primer

 Kelainan kromosom. Beberapa jenis kelainan kromosom dapat menyebabkan sel telur
terganggu sehingga berpengaruh pada siklus menstruasi.
 Gangguan pada kelenjar hipotalamus.
 Organ vagina yang tidak sempurna. Pembentukan organ kelamin yang tidak sempurna
semasa janin bisa menyebabkan seorang perempuan tidak memiliki bagian vagina dengan
sempurna. Misalnya seorang perempuan tidak memiliki uterus, rahim, atau bahkan
vagina. Organ vagina yang tidak sempurna berpengaruh pada siklus menstruasi.
 Gangguan pada kelenjar pituari. Kelenjar pituari adalah kelenjar yang bertanggungjawab
pada siklus menstruasi perempuan. Jika kelenjar ini mengalami gangguan seperti tumor,
peradangan, ataupun infeksi maka siklus menstruasi ikut terganggu.
 Struktur vagina yang tidak normal. Bentuk dari vagina, baik bentuk luar ataupun dalam,
berpengaruh pada siklus menstruasi. Menstruasi bisa saja terjadi, tapi karena bentuk
vagina yang menghalangi darah haid keluar tubuh, maka menstruasi dianggap tidak
pernah terjadi.

 Pubertas terlambat
 Kegagalan dari fungsi indung telur
 Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina) 
 Gangguan pada susunan saraf pusat
 Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat
dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal
 

Gambar 1. Himen Imperforata


TANDA DAN GEJALA TERJADINYA AMENOREA
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau
tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis),
atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah
pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan
terjadinya amenorea.
Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada, adalah kegagalan
mengalami pubertas , maka tidak akan ditemukan tanda - tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, serta perubahan bentuk tubuh. Jika
penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika
penyebabnya kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
     Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :

1. Pernah mengalami haid.


2. Tidak mengalami haid selama 6 bulan atau lebih.
3. Sakitkepala.
4. Galaktore.
5. Peningkatan atau penurunan berat badan.
6. Vagina kering.
7. Hirsutisme.
8. Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan (disebabkan oleh tumor pituitari).

INSIDESI DAN PROGNOSIS


  insiden

 Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia 16 tahun.
Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksibiasanya disebabkan oleh
gangguan hormon atau masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas  gonadotropin (pengatur siklus haid), stres, anoreksia, penurunan berat badan
yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium

 Amenorea sekunder

Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada kasus
oligomenorea <jumlah darah menstruasi sedikit>), atau 6 siklus setelah sebelumnya
mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%

        Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebabnya.Kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan
akibat amenore sekunder tergantung dari penyebabnya.Misalnya: penyebab dari amenore
sekunder adalah kelainan pada rahim, maka kemungkinan dapat menyebabkan kanker rahim.

PEMERIKSAAN DAN TERAPI


  Pemeriksaan amenora
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus dilakukan untuk
menjauhkan dari diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar
hormon, antara lain:

1. Follicle stimulating hormone (FSH).


2. Luteinizing hormone (LH).
3. Prolactin hormone (hormon prolaktin).
4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
5. Thyroid stimulating hormone (TSH).

Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:

1. Biopsi endometrium.
2. Tes genetik.
3. MRI.
4. CT scan.

 Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi
stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.  Terapi amenorea
diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung
telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
A.      Saluran reproduksi

1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang),
septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil)
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini terjadi pada wanita yang
memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki
keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi
(USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat seharusnya vagina berada atau
terapi bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon
testosteron.  Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam
reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa
pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun
infertil (tidak dapat memiliki anak)
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine
(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto roentgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk  optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim

B. Gangguan Indung Telur

1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung
telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual
2. Kegagalan Ovari Prematur. Kelaianan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur
sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau
proses autoimun
3. Tumor ovarium. Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal

C. Gangguan Susunan Saraf Pusat

1. Gangguan hipofisis. Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan


amenorea. Hiperprolaktinemia (hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau
kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi
dengan menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh.
Sindrom Sheehan adalan tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa
penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor
2. Gangguan hipotalamus. Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan Sindrom
Cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan
sesuai dengan penyebabnya
3. Hipogonadotropik, hipogonadism. Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan
fungsional (anoreksia nervosa ataubulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional
membutuhkan bantuan psikiater

             PENANGANAN YANG DILAKUKAN


Penanganan pada kasus amenorea bergantung dari penyebabnya. Jika disebabkan oleh
kelebihan atau kekurangan berat badan, maka cara penangannaya dengan mengubah pola hidup
sehari-hari. Jika disebabkan oleh gangguan kelenjar tiroid atau pituari, maka cara penanganannya
dengan pemberian obat-obatan.
Penanganan amenore sekunder tergantung dari penyebabnya.Sebagai contoh: jika
penyebab amenore sekunder adalah hipotiroid (hypothyroidisme), maka pengobatannya adalah
suplemen tiroid.
Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar terhindar dari amenorea, diantaranya :

 Ubah pola hidup agar lebih sehat


 Seimbangkan antara kerja, rekreasi, dan istirahat.
 Kurangi beban pikiran atau stres.
 Waspadalah jika tidak mendapat haid selama tiga bulan. Segera periksakan ke dokter ahli
kandungan

DAFTAR PUSTAKA

Baziad A, Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas


kedokteran Universitas Indonesia; 2003

Arif Mansojo.Suprohaita,Wahyu ika Wardhini,Wiwiek S, Kapitalis selekta kedokteran . Edisi


kedua. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
ASKEB AMENORE

A. Pengkajian
1. Data subyektif
a. Biodata
Umur :
- Usia reproduktif 20-35 tahun, wanita yang pernah mendapat haid, tapi kemudian tidak dapat
haid selama 3 bulan (Manuaba, 1998 : 399).
- Pubertas, ibu hamil, ibu meneteki, menopause (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 31)
Pekerjaan :
- Beresiko terhadap wanita-wanita yang bekerja sering terpapar radiasi (radiologi) (Sulaiman
Sastrawinata, 1981 : 31)
Pergantian lingkungan dapat menimbulkan amnore karena stress (Sulaiman Sastrawinata, 1981 :
29)
b. Keluhan utama
Tidak adanya haid selama 3x siklus berturut-turut atau lebih (Pusdiknakes, 1992 : 2).
c. Riwayat kesehatan
- Adanya gangguan pankreas (DM), adanya tumor, radang, distruksi, hipotyroidea, kretinisme
(Sarwono, 2006 : 206-208).
- Adanya kelainan gizi, gangguan pada hepar dan ginjal (Sulaiman Sastrawinata, 1981 : 32)
d. Riwayat kebidanan
1) Haid
- Pola haid sebelumnya teratur, kemudian tidak datang haid selama 3 bulan/lebih (Sarwono, 2006
: 202).
2) Kehamilan dan persalinan
- Pernah mengalami histerektomi (sarwono, 2006 : 208)
- Pada wanita yang tidak hamil, tapi ingin sekali hamil (Sarwono, 2006 : 212).
- Dapat untuk membantu menentukan amenore primer atau sekunder (Sarwono, 1999 : 208)
e. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Kelainan organik pada serebrum berupa radang (encephalitis), tumor, trauma dan sebagainya
dapat disertai amenore, tetapi peranan gejala ini kecil. Penting untuk diagnosis ialah anamnesis
dan gambaran klinik yang bersangkutan dengan kelainan-kelainan itu (Sarwono, 2006 : 211).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : Amenore bisa terjadi pada anoreksia nervosa, tidak ada nafsu makan, gangguan gizi
berat, tetapi tanpa letargi dan rasa nyeri diepigastrium (Sarwono, 2006 : 211).
Aktifitas : Pada amenore yang disebabkan anoreksia nervosa penderita masih tetap aktif
(Sarwono, 2006 : 212).
Istirahat : Pada wanita dengan stressor yang tinggi dapat mengganggu pola istirahat/tidur
(Sarwono, 2006 : 213)
Seksual : Pada amenore karena insufisiensi hipotesis biasanya disertai adanya penurunan libido
(Sarwono, 2006 : 214)
g. Riwayat ketergantungan
Pada sindrom amenore galaktore ditemukan pada kasus-kasus wanita yang memakai alat
penenang (Phonothiazine) dalam jangka lama (Sarwono, 2006 : 213).
h. Riwayat psikososial
Keadaan kejiwaan dengan syock emosional karena trauma atau kejadian yang menyedihkan serta
pergantian lingkungan dapat menimbulkan amenore. Psikosis yang paling sering ditemukan
bersama amenore adalah penyakit yang disertai depresi (Sarwono, 2006 : 211).
i. Riwayat KB
Pada wanita dengan sindrom amenore galakfore dapat pola ditemukan pada wanita-wanita yang
telah menghentikan minum pil kontrasepsi (Sarwono, 2006 : 213).
2. Data obyektif
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital
Pada amenore karena anoreksia nervosa dapat terjadi bradikardi dan suhu yang lebih rendah dari
normal (Sarwono : 211).
c. Berat badan
Amenore sering memyertai pada wanita yang mengalami obesitas (kelebihan berat badan)
(Sarwono, 2006 : 208).
d. Tinggi badan
Pada sindrom turner dapat dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm (Sarwono, 2006 :
218).
e. Pemeriksaan fisik
Menurut Sarwono P, 2006 : 211-218
Mata : Mengetahui keadaan retina, luas lapang panjang, virus, jika ada kemungkinan tumor
hipofisis yang dapat menyebabkan amenore.
Thorax : - Amenore pada sindrom turner disertai adanya dada berbentuk perisai dengan puting
susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak sedikit/tidak ada.
- Terjadi pula pada sindrom feminisasi, yaitu hipoplasia puting susu, rambut ketiak sedikit/tidak
ada.
- Mammae mengeluarkan cairan seperti air susu pada kasus sindrom amenore galakkore
Abdomen : Pada amenore karena cushing sindrom didapatkan adanya striae terutama pada
dinding perut.
Genetalia : - Rambut pubis bisa normal/sedikit/tidak ada
- Alat-alat genetalia mengalami antrifi pada anoreksia nervosa, sindrom amenore galaktore dan
insufisiensi hipofisis.
- Amenore pada sindrom feminisasi testikuler vagina tidak ada dan pendek atau buntu, serviks
dan uterus tidak ada.
- Amenore pada tumor ovarium dan sindrom adreno genital didapatkan pembekuan klitoris
Ekstremitas : Pada amenore karena sindrom turner disertai tanda ruas tulang tangan dan kaki
pendek, osteoporosis.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Apabila pemeriksaan klinik tidak dapat memberi gambaran yang jelas mengenai sebab
amenore, maka dapat dilakukan pemeriksaan, sebagai berikut :
- Foto rontgen thorax : apakah ada TBC pulmonum, apakah ada perubahan pada sella tursika.
- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya estrogen yang dapat dibuktikan berkat
pengaruhnya.
- Pemeriksaan sitologi vagina : untuk mengetahui adanya DM.
- Kerokan uterus : untuk mengetahui keadaan endometrium adanya endometritis tuberkulosa.
- Pemeriksaan metabolik basal : jika perlu pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi
glandola tiroidea
- Pemeriksaan mata : keadaan retina dan lapang panjang, virus jika ada kemungkinan tumor
hipofisis (Hanifa W, 2006 : 209).
2) Uji laboratorium pertama adalah terhadap peta HCG
- Jika positif, maka wanita hamil
- Jika negatif, dapatkan nilainya
TSH, prolaktin dan uji tantangan progesteron (provera 5-10 mg per os tiap hari selama 5-10 hari)
- Kadar TSH dan prolaktin normal yang bergabung dengan darah yang diambil dari uji tantangan
progesteron anovulasi (Varney, 2002 : 55).
B. Diagnosa Kebidanan
Setelah dilakukan analisa dari data subyektif dan data obyektif dapat dsimpulkan suatu diagnosa
kebidanan, yaitu ibu dengan amenore sekunder. Keadaan umum ibu baik/buruk, masalah yang
mungkin timbul adalah ;
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore
2. Resiko nutrisi in adekuat sehubungan dengan adanya anoreksia nervosa karena gangguan
kejiwaan
3. Resiko tidak efektifnya pengetahuan diri sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan efek emosional dan fisik dari penyakit (Sarwono, 1999 : 211).

C. Perencanaan
1. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore
Tujuan : Ibu tidak cemas
Kriteria : - Ekspresi wajah ceria
- Ibu dapat mengungkapkan rasa cemasnya berkurang dan tenang
- Ibu merasa rileks dan pengetahuannya bertambah tentang kondisinya
- Menggunakan sistem pendukung dengan efektif dan beradaptasi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-140/90 mmHg
S : 37oC
N : 68-94 x/mnt
R : 16-24 x/mnt
Intervensi
a. Adakan pendekatan dengan klien dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
masalahnya.
R/ Untuk membantu klien mengenal masalahnya dan lingkungannya.

b. Ciptakan suasana yang menyenangkan.


R/ Suasana yang menyenangkan akan mengurangi rasa kecemasan.
c. Identifikasi dan benarkan bila ada mis konsepsi tentang amenore.
R/ Membantu klien mengklasifikasi masalah.
d. Beri umpan balik/informasi yang tepat dan aktual untuk memperbaiki mis konsepsi.
R/ Membantu klien untuk memecahkan masalah secara tepat.
e. Beri penyuluhan tentang sebab akibat masalah/penyakitnya, kemungkinan tindakan yang
dilakukan, serta tujuan dilakukan tindakan.
R/ Dengan penyuluhan pengetahuan ibu bertambah.
f. Validasi keluhan ibu.
R/ Untuk meningkatkan harga diri dan perawatan diri.
g. Diskusikan dengan ibu untuk mekanisme kopping.
R/ Membantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
h. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pengobatan.
R/ Untuk memilih kemungkinan tindakan.
2. Resiko nutrisi in adekuat sehubungan dengan anoreksia nervosa karena gangguan kejiwaan.
Tujuan : Ibu tidak jatuh dalam kondisi anoreksia berat, dan kekurangan gizi betul.
Kriteria : - Ibu makan teratur dan tidak menjadi kurus betul.
- Nafsu makan ibu meningkat dan BB meningkat (dalam batas normal)
- Tidak ada gangguan gizi yang berat dan nyeri epigastrium
- Ibu menberti tentang akibat resiko nutrisi in adekuat.
Intervensi
a. Kaji penyebab anoreksia.
R/ Mengetahui sebab anoreksia secara benar sehingga tindakan yang diberikan tepat.
b. Beri penyuluhan tentang pentingnya nutrisi, dan nutrisi yang baik dan benar.
R/ Ibu mengerti dan lebih kooperatif.
c. Beri penjelasan tentang alternatif untuk meningkatkan nafsu makan.
R/ Membantu meningkatkan nafsu makan.
d. Anjurkan untuk minum multi vitamin.
R/ Untuk menambah asupan gizi dan menambah nafsu makan.
3. Resiko tidak efektifnya pertahanan diri sehubungan dengan
- Kurang pengetahuan tentang penyakit
- Efek emosional dan fisik dari penyakit
- Kurang pengetahuan tentang perawatan dan pengobatan
Tujuan : Pertahanan diri ibu baik
Kriteria : - Pengetahuan ibu tentang penyakitnya serta emosional dan fisiknya baik.
- Pengetahuan ibu tentang perawatan dan pengobatan.
Intervensi
a. Adakan diskusi dan komunikasi dengan ibu tentang.
- Perasaan yang dirasakan sekarang
- Perubahan yang terjadi pada siklus haid/menstruasi
- Perawatan yang dilakukan
R/ Ibu mengerti dan koordinasi
b. Berikan dukungan kopping individu
R/ Meningkatkan kopping individu ibu

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan adalah merupakan realisasi dan rencana tindakan yang dilaksanakan oleh
bidan dalam membantu ibu dan keluarga untuk memenuhi dan mengatasi masalahnya meliputi
penjelasan, observasi tindakan, dan kolaborasi (Depkes RI, 1995 : 11).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari manajemen kebidanan untuk menilai hasil yang dicapai,
apakah sesuai dengan tujuan/tindakan. Dalam evaluasi dihasilkan dari dalam catatan
perkembangan sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan.
Catatan perkembangan ditulis dalam bentuk SOAP yaitu :
S : Subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan klien.
O : Obyektif
Yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.
A : Assesment
Adalah penilaian yang dapat disimpulkan dari data subyektif dan data obyektif.
P : Planning
Adalah rencana tindakan yang dibuat sesuai masalah yang ada
(Depkes RI, 1995 : 27-28)
1. Pengumpulan data
a. Data subyektif
1) Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. Y Tn.A
Umur : 29 th 32 th
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Pedagang
Penghasilan : - ±Rp. 850.000,-/bln
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Usia kawin : 23 th 26 th
Lama/brp kali : 6 th/1x 6 th/1x
Alamat : Teguhan Paron Teguhan Paron
2) Keluhan utama
Ibu mengatakan sudah 3 bulan tidak mentruasi.
3) Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan dulu
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita sakit dengan gejala tekanan darah tinggi,
sakit dengan gejala sesak nafas dan batuk yang tidak sembuh-sembuh, sakit dengan gejala nyeri
dada, dan bila dipergunakan beraktifitas sering berdebar-debar, sakit dengan gejala banyak
makan, banyak minum dan sering kencing.

• Riwayat kesehatan sekarang


Tanggal 8-1-2011, pukul 09.00 WIB ibu datang di Puskesmas Teguhan. Ibu mengatakan
sebelumnya haid teratur, tetapi sudah 3 bulan ini tidak menstruasi. Ibu juga mengatakan tidak
menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya belum pernah
berobat ke tempat pelayanan kesehatan, dan baru kali ini ibu memeriksakan diri.
Ibu mengatakan saat ini tak sedang menderita sakit dengan gejala batuk yang lama dan tidak
sembuh-sembuh, sakit dengan gejala susah buang air kecil, sakit dengan gejala banyak makan,
banyak minum dan sering kencing.
• Riwayat kesehatn keluarga
Anggota keluarga ibu tidak ada yang menderita sakit dengan gejala tekanan darah tinggi, sakit
dengan gejala banyak makan, banyak minum dan sering kencing, sakit dengan gejala nyeri dada
dan sering berdebar-debar bila aktifitas.
4) Riwayat kebidanan
• Haid
Ibu mengatakan menarche umur 14 tahun, siklus teratur 28-30 hari. Lama 5-6 hari, konsistensi
encer, kadang mengalami nyeri pada awal haid. Keputihan sedikit sesudah menstruasi tapi tidak
gatal sudah 3 bulan ini tidak haid.
HPHT : 6 Oktober 2010
• Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
- Saat hamil ibu mengeluh mual-muntah di pagi hari pada umur kehamilan 1-3 bulan. Selama
hamil ibu rutin periksa ke bidan, pada TM I 1x, TM II 3x, TM III tiap 2 minggu sekali. Ibu
mendapat imunisasi TT 2x umur kehamilan 4 dan 5 bulan, tablet Fe, kalk, dan vitamin. Ibu juga
mendapatkan penyulhan tentang perawatan payudara dan senam nifas.
- Ibu melahirkan anak pertama umur kehamilan 9 bulan lebih. Persalinan ditolong oleh bidan,
spontan langsung menangis. Jenis kelamin laki-laki, BB : 3100 gr, PB : 51 cm, setelah bayi lahir
plasenta lahir spontan, tidak mengalami perdarahan.
- Selama nifas ibu tidak mengalami masalah, anak sehat meneteki bayi pada hari kedua sampai
umur 2 tahun. Pada usia 6 bayi diberi MPASI sekarang anak berumur 6 tahun.
5) Riwayat KB
Ibu mengatakan sudah 1 tahun ini tidak memakai alat kontrasepsi apapun. Sebelumnya ibu
memakai kontrasepsi suntik selama 5 tahun.
6) Pola kebiasaan sehari-hari
• Nutrisi
Makan 3x sehari, porsi 1 piring dengan komposisi nasi, sayur (bayam, sup, kangkung), lauk pauk
(tahu, tempe, kadang daging, telur, ayam). Minum ± 6-7 gelas/hari, air putih kadang minum teh
pada pagi hari.
• Istirahat dan tidur
Biasanya ibu tidur siang ± 1-2 jam mulai pukul 13.00-15.00, tidur malam mulai pukul 21.00-
05.00 WIB, tidak ada keluhan.
• Eliminasi
BAK 3-4x sehari, warna kuning jernih, tak ada keluhan. BAB teratur 1x sehari tiap pagi hari,
konsistensi padat, warna kuning tengguli.
• Personal hygiene
Mandi 2x sehari, ganti pakaian setiap mandi, gosok gigi bersamaan dengan mandi, keramas 2x
seminggu, potong kuku bila panjang, ganti celana dalam 2-3x sehari atau bila terasa basah.
Selalu membersihkan genetalia setelah BAK dan BAB.
• Aktifitas
Ibu tetap melaksanakan tugasnya seperti biasa yaitu menyapu, serta memasak dan mengepel.
• Kehidupan seksual
Selama memakai KB suntik ibu melakukan hubungan sex dengan suami 2 minggu 1-2x tanpa
ada keluhan dari pihak istri dan suami.
7) Riwayat ketergantungan
Sejak dulu ibu tidak mempunyai kebiasaan/riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan dan
obat-obatan anti depresi. Ibu juga tidak pernah merokok dan minum-minuman keras.
8) Riwayat psikososial
Sejak dulu sampai sekarang hubungan ibu dengan suami dan keluarga baik-baik saja. Ibu
mengatakan takut dan cemas dengan keadaannya sekarang yang tidak mengalami haid selama 3
bulan, jangan-jangan hamil. Ibu datang ke BPS sendirian, tidak diantar siapapun.
9) Riwayat spiritual
Ibu adalah pemeluk agama Islam yang taat, selalu pergi ke Masjid yang ada di samping
rumahnya untuk sholat dan kadang-kadang mengaji.
b. Data obyektif
1) Kesadaran : komposmentis
2) Keadaan umum : baik
3) BB/TB : 50 kg/155 cm
4) Tanda-tanda vital
T : 100/70 mmHg
S : 37oC
N : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt

5) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, tidak ada lesi, hitam, tidak mudah rontok/berketombe.
Muka : Tidak sembab, ekspresi waja gelisah.
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak oedem.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Mulut : Bersih, tidak ada caries/gigi yang berlubang, tidak stomatitis, bibir lembab.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Dada : Bentuk simetris, pernafasan teratur, tidak ada stridor, ronchi, wheezing.
Mammae : Bersih, simetris, tidak ada hyperpigmentasi pada areola mammae, maupun benjolan
abnormal.
Ketiak : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
Abdomen : Tidak teraba/terlihat perut yang membesar, tidak terdapat hyperpigmentasi pada linea
nigra.
Genetalia : Bersih, tidak ada tanda chadwick pada vagina, tidak ada condiloma
matalata/condiloma akuminata, tidak ada fluor albus, tidak ada pengeluaran pervaginam.
Ekstremitas : Berfungsi normal, tidak terdapat oedem pada kedua tungkai, tidak ada varices.
2. Analisa data
Tanggal Diagnosa/masalah Data dasar
8-1-2011
Pukul 09.00 WIB P10001 dengan masalah amenore sekunder DS : - Ibu mengatakan sudah 3
bulan tidak haid.
- Ibu mengatakan sudah 1 tahun ini tidak memakai alat kontrasepsi apapun
- Ibu mengatakan punya 1 anak, lahir cukup bulan, hidup umur 6 tahun, HPHT : 6 Oktober 2010
DO : - Keadaan umum ibu baik
- Genetalia : v/v taa, bersih, tidak ada condiloma akuminata/condiloma akuminata, tidak ada
fluor albus, tidak ada pengeluaran pervaginam.
- Payudara : tidak ada hyperpigmentasi pada areola maupun benjolan abnormal
- Abdomen : tidak teraba/terlihat perut yang membesar, tidak terdapat hyperpigmentasi pada
linea nigra.
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore DS : - Ibu mengatakan
takut dengan keadaannya sekarang yang tidak haid selama 3 bulan, jangan-jangan hamil
- Ibu mengatakan sebelumnya haid teratur
- Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak 1 tahun yang lalu
DO : - Tanda-tanda vital
T : 100/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37oC
R : 20 x/mnt
- Ekspresi wajah ibu gelisah

B. Diagnosa Kebidanan
Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik, dengan masalah cemas
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang amenore.
Prognosa : baik

C. Perencanaan
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyebab dan cara mengatasi amenore
Kriteria : - Klien mampu beradaptasi dengan keadaannya.
- Klien mengerti penyebab amenore
- Klien mengerti dan memahami penanganan terhadap amenore
Intervensi
a. Jelaskan pada klien hasil pemeriksaan.
R/ Meningkatkan kognitif klien, sehingga lebih kooperatif.
b. Jelaskan pada klien penyebab dari amenore sekunder.
R/ Pengetahuan klien yang cukup meningkatkan perhatian terhadap tindakan selanjutnya.
c. Berikan penyuluhan tentang
- Kemungkinan tindakan yang dilakukan
- Tujuan dari tindakan yang dilakukan
R/ Klien mengerti dan kooperatif.
d. Anjurkan klien untuk melakukan Pap Smear.
R/ Deteksi adanya kanker serviks.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore
Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan dalam waktu 15 menit, cemas mulai
berkurang/hilang.
Kriteria : - Ekspresi wajah ibu ceria.
- Ibu tenang dan mengungkapkan rasa cemasnya berkurang.
- Pengetahuan ibu bertambah, dan ibu merasa rileks.
- Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya.
Intervensi
a. Adakan pendekatan dengan ibu dan beri kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan
perasaannya.
R/ Untuk membantu ibu mengenal masalah dan lingkungannya.
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan.
R/ Suasana yang menyenangkan akan mengurangi kecemasan.
c. Validasi keluhan ibu.
R/ Untuk meningkatkan harga diri dan perawatan diri.
d. Identifikasi dan berikan bila ada mis konsepsi tentang amonore.
R/ Membantu ibu untuk mengulasifikasi masalah.
e. Beri umpan balik/informasi yang tepat dan aktual untuk memperbaiki mis konsepsi.
R/ Membantu ibu untuk memecahkan masalah secara tepat.
f. Lakukan test kehamilan (plano test).
R/ Membantu memastikan adanya kehamilan.
g. Beri penyuluhan tentang : sebab akibat masalah/penyakitnya, kemungkinan tindakan yang
dilakukan, serta tujuan dilakukan tindakan.
R/ Dengan penyuluhan pengetahuan ibu bertambah dan kooperatif.
h. Diskusikan dengan ibu untuk mekanisme topping.
R/ Membantu ibu untuk mengungkapkan perasaannya.
i. Kolaborasi dengan team kesehatan untuk pengobatan.
R/ Untuk memilih kemungkinan tindakan.

D. Pelaksanaan
Tanggal 8-1-2011, pukul 09.00 WIb
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
Implementasi
a. Menjelaskan pada klien hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa klien tidak sedang
hamil dan tidak ditemukan adanya kelainan pada klien.
b. Menjelaskan pada klien penyebab dari amenore bisa dari berbagai hal sehingga tidak timbul
haid seperti kondisi emosional yang tidak stabil, keadaan nutrisi yang kurang.
c. Memberikan penyuluhan pada klien tentang :
1) Kemungkinan tindakan yang akan dilakukan, dimana tidak semua amenore memerlukan
tindakan/terapi, mungkin dengan menghilangkan stress atau pemenuhan nutrisi yang cukup saja
sudah dapat membantu. Bisa juga dengan memberikan obat-obat hormonal jika memang
diperlukan sesuai kondisi tiap-tiap individual.
2) Tuuan tindakan adalah untuk
- Memperbaiki keadaan umum klien terlebih dahulu
- Diharapkan bila faktor penyebab sudah teratasi maka menstruasi dapat lancar
d. Menganjurkan klien untuk melakukan Pap Smear untuk deteksi dalam terhadap kanker
serviks.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore.
Implementasi
a. Mengadakan pendekatan dengan ibu dan memberikan kesempatan ibu untuk mengungkapkan
masalahnya.
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan misalnya dengan
- Memberi suasana yang tenang saat komunikasi atau anamnesa
- Melakukan komunikasi terapeutik dengan cara menampung semua keluhan ibu, serta memberi
kesempatan ibu untuk bertanya.
c. Mengidentifikasi dan membenarkan salah persepsi ibu tentang
- Kaji sejauh mana pengetahuan ibu tentang amenore
- Tunjukan pada ibu bahwa pendapatnya tentang amenore itu tidak benar, karena wanita yang
mengalami amenore belum tentu dia hamil.
d. Memberikan informasi yang tepat tentang amenore bahwa :
- Amenore bisa disebabkan berbagai macam hal, termasuk gangguan jiwa/stress dan juga karena
kurang gizi.
- Amenore bukanlah suatu penyakit, tapi hanya suatu gejala
- Amenore tidak selalu memerlukan terapi/pengobatan, tapi mungkin hanya diperlukan perbaikan
gizi saja sudah cukup membantu
e. Memberikan penyuluhan tentang
Sebab akibat dari amenore, yaitu bisa disebabkan berbagai macam hal dan juga bisa berakibat
bermcam-macam dimana respon tiap individu tidak sama
- Kemungkinan tindakan yaitu bahwa tidak semua amenore memerlukan tindakan/terapi, tapi
mungkin dengan menghilangkan stress atau dengan pemberian nutrisi saja sudah cukup
membantu, seperti halnya yang dialami ibu sekarang, bahwa amenorenya masih dianggap
fisiologis, dan diduga karena nutrisi yang kurang, maka diharapkan ibu dapat meningkatkan
mutu dan jumlah nutrisinya.
- Tujuan tindakan yaitu untuk memperbaiki keadaan ibu sendiri, dan diharapkan bila faktor
penyebab sudah teratasi, maka menstruasi bisa lancar.
- Supaya ibu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.

E. Evaluasi
Tanggal 8-1-2011, pukul 09.30 WIb
1. Diagnosa : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder, keadaan umum baik.
S : - Ibu mengatakan telah mengerti tentang penyebab dari keadaannya.
- Ibu mengatakan telah paham mengenai penanganan terhadap amenore.
O : Ibu mampu mengulang penjelasan petugas tentang penyebab serta penanganan yang
dilakukan pada amenore.
A : Para, umur 29 tahun, dengan amenore sekunder.
P : - Anjurkan klien untuk melakukan Pap Smear
- Anjurkan klien untuk kontrol 1 minggu lagi (19 Juni 2008) atau jika ada keluhan
- Lakukan deteksi ulang tentang kemungkinan penyebab amenore pada pemeriksaan berikutnya.
2. Masalah : Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang amenore
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan sudah tidak terlalu cemas.
O : Ibu tenang, ekspresi wajah tenang
A : Cemas teratasi
P : Anjurkan ibu kontrol ulang bila keluhan masih berlanjut

Anda mungkin juga menyukai