Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung
penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-
20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi
tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi
remaja awal (early adolescence) 10-13 tahun, remaja menengah (middle
adolescence) 14-16 tahun dan remaja akhir (late adolescence) 17-20 tahun.(Tarwoto
2010:1)

Menurut WHO remaja (Adolescence) adalah priode usia antara 10 sampai 19


tahun, sedangkan perserikatan bangsa bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda
(Youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Menurut the healt resources and
services administrations guidelines Amerika Serikat, usia remaja adalah 11 sampai 21
tahun. Masa remaja akan di awali dengan  masa pubertas mulai dengan timbulnya ciri-
ciri kelamin sekunder, dan berakhir sudah ada kemampuan reproduksi, pada tahap ini
remaja mengalami suatu perubahan fisik, emosional, sosial sebagai ciri dalam masa
pubertas, dan kondisi lingkungan dan gizi juga mempengaruhi cepatnya pertumbuhan
remaja, masa pubertas ditandai dengan datangnya masa menstruasi

Wanita akan merasa terganggu bila hidupnya mengalami perubahan, terutama


bila haid menjadi lebih lama dan atau banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak
haid sama sekali (amenorea). Penyebab gangguan haid dapat karena kelainan biologik
(organik atau disfungsional) atau dapat pula karena psikologik seperti
keadaan  –  keadaan stress dan gangguan emosi atau gangguan biologik dan
psikologik. Siklus menstruasi mempunyai hubungan tertentu terhadap keadaan fisik
dan psikologik wanita.

Menurut laporan WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar


45%. Penelitian Bieniasz J et al, dalam Sianipar et al (2011) mendapatkan prevalensi
gangguan menstruasi di dunia ditaksirkan amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea

1
sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran
sebanyak 15,8%. Kelaianan siklus menstruasi Oligomenorea di Indonesia menyerang
16,7% remaja.

Siklus mentruasi yang tidak teratur seperti oligomenore dapat disebabkan


karena beberapa faktor seperti Stres, beban pikiran atau stress sangat berpengaruh
terhadap kondisi tubuh, termasuk periode menstruasi.Stress tahap I merupakan
tahapan stress yang paling ringan,stress tahap II timbul keluhan-keluhan,stress tahap
III keluhan semakin nyata,stress tahap IV untuk bertahan sepanjang hari saja sudah
terasa amat sulit,stress tahap V kelelahan fisik dan mental yang semakin
mendalam,stress tahapan VI tahapan klimaks seseorang mengalami serangan panik.
Kondisi pikiran yang tidak stabil dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan
kortisol. Hal ini berefek pada estrogen, progesteron dan menurunkan
produksi Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) sehingga menghambat terjadinya
ovulasi atau menstruasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari oligomenorea ?
2. Apa etiologi dari oligomenorea ?
3. Bagaimana patofisiologi oligomenorea ?
4. Bagaimana WOC oligomenorea ?
5. Apa manifestasi klinis oligomenorea ?
6. Apa pemeriksaan penunjang oligomenorea ?
7. Apa penatalaksanaan oligomenorea ?
8. Apa komplikasi oligomenorea ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan oligomenorea ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa definisi dari oligomenorea
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari oligomenorea
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi oligomenorea
4. Untuk mengetahui WOC oligomenorea
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis oligomenorea
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang oligomenorea
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan oligomenorea

2
8. Untuk mengetahui komplikasi oligomenorea
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan oligomenorea

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI OLIGOMENOREA

Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang


lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami
oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. Namun,
jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan, maka
kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon  tersebut menyebabkan
lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi
lebih jarang terjadi.
Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun
beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-
masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan
menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon
dalam tubuh. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu,
dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi
lebih panjang dari biasanya

2.2 ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya oligomenore di-

antaranya yaitu :

1. Gangguan hormonal
Terjadinya gangguan hormonal menyebabkan perubahan keseimbangan
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut
menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga
menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea yang terjadi menjelang
menopause yaitu karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis
dan ovarium pada awa erjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya

4
menopause, sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon dalam tubuh. Pada
remaja oligomenore dapat disebabkan karena kurangnya sinkronisasi antara
hipotalamus, kelenjar pituitary dan ovarium. Hipotalamus merupakan bagian
otak yang mengatur suhu tubuh, metabolisme sel dan fungsi dasar seperti
makan, tidur & reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang
mengatur kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang
produksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi. Pada awal &
akhir masa reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang Hal ini
mengakibatkan siklus haid memanjang.
2. Penyakit kronis
Akibat menderita penyakit kronis seperti tumor yang mensekresikan estrogen
dan nutrisi buruk sehingga tubuh kekurangan nutrisi, yang mengakibatkan
kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi
(Iskandar, 207). Misal : hypertiroid , karena tiroid juga mengatur pengeluaran hormon
apabila pengeluaran hormon yang diatur oleh tiroid itu hanya sedikit atau berlebih
akan mengakibatkan ketidakseimbangan hormon.
3. Psikologis
Wanita yang mengalami stres, biasanya juga akan mengalami gangguan
hormonal. Hipothalamus saat stres akan mensekresi CRF (corticotropin
releasing factor) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH
(adenocorticotrophic hormone). Pelepasan ACTH menyebabkan kelenjar adrenal
mensekresi hormon kortisol. Adanya sekresi hormon kortisol menimbulkan
respon kewaspadaan yang merupakan salah satu respon tubuh terhadap stres.
Akibatnya produksi seks hormon (estrogen dan progesteron) ditekan sedemikian rupa
sehingga tidak berkompetisi mendapatkan energi. Hal ini mengakibatkan tidak
terjadinya ovulasi (oligomenore) (Hager, 2002).
Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada :
a. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)
b. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
c. Penurunan berat badan berlebihan
d. Olahraga berlebihan, misal atlit
e. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
f. Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat pengeluaran
darah menstruasi

5
g. Penggunaan obat-obatan : antikoagualan, NSAID, aspirin dll
h. Penggunaan KB suntik

2.3 PATOFISIOLOGI

Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan


hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut
menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga
menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun
pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya
menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal
yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium
pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause,
sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon dalam tubuh. Oligomenorea dan
amenorea sering kali mempunyai dasar yang sama, perbedaannya terletak dalam
tingkat. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu,
dan fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa
proliferasi lebih panjang dari biasanya Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali
disebabkan karena kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari dan
indung telur.

Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur suhu tubuh, metabolisme sel
dan fungsi dasar seperti makan, tidur dan reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran
hormon yang mengatur kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang
produksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi. Pada awal dan akhir
masa reproduksi wanita, beberapa hormone tersebut dapat menjadi kurang
tersinkronisasi, sehingga akan menyebabkan terjadinya haid yang tidak teratur.
(Doengoes, Marlynn:2009)

6
2.4 WOC Kurangnya sinkronisasi
hipotalamus-hipofisis-ovarium

Gangguan keseimbangan
hormonal

Oligomenorea

Siklus menstruasi
memanjang

Kebingungan

Ansietas

Tidak tahu tentang


prognosis penyakit

Defisit pengetahuan

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya didapatkan
4-9 periode dalam 1 tahun. Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu.
Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang juga mengalami
kesulitan untuk hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut
mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga
memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan panggul dan pap tes. Untuk mengetahui penyebab tertentu dari
oligomenore, tes kehamilan dan tes darah untuk mengetahui kadar hormon tiroid.
2. Pemeriksaan tambahan :
a. B-USG : deteksi dini kondisi rahim, ovarium, dan panggul

7
b. Sitologi : untuk pemeriksaan fungsi ovarium serta menghilangkan lesi ganas
c. Biopsy : utuk menentukan jenis penyakit, lebih sering digunakan untuk
mendiagnosis tumor
d. Penentuan endokrin : dapat digunakan untuk mengukut gonadotropin, tiroid, dan
hormon adrenal. Secara klinis untuk memahami fungsi ovarium dapat
menggunakan cara pap smear vagina, mucus serviks, suhu tubuh basal dan biopsi
endometrium.
e. Laparoskopi dan histeroskopi : untuk mendeteksi lesi uterine serta panggul
f. MRI : melihat ada atau tidaknya tumor yang mempengaruhi hipotalamus atau
kelenjar pituari

2.7 PENATALAKSANAAN

Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebabnya. Pada oligomenore


dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak
memerlukan terapi.
Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki
keadaan oligomenore.
Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan
hormonal. Terapi ini disesuaikan dengan hormon apa yang lebih dibutuhkan. Contoh :
Pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka terapi yang dapat
diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : Lynoral, Premarin,
Progynova, dll.
Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah maka terapi
yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti :
postinor. Pada oligomenore yang disebabkan keduanya memiliki ketidakseimbangan
hormonal yang sama untuk jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat
dilakukakn terapi dengan pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron
dengan jumlah seimbang seperti : Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon,
Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette, dll.
Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Adanya
tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka tumor ini perlu di tindak
lanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi, dll

8
2.8 KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress


emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih
lanjut.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

CONTOH KASUS

Nn. “A” usia 19 tahun datang ke RS.PELITA pada tanggal 19 agustus 2007 . Pasien
mengeluh jarang mendapat haid, haid datang 2 bulan sekali. Lamanya haid kurang lebih 5
hari, tidak ada nyeri yang mengganggu saat haid. Nn. A mengatakan belum menikah dan
belum pernah melakukan hubungan seksual. Nn A mengatakan menstruasi pertama umur 14
tahun. Nn. A mengatakan siklus haid tidak teratur sejak 1 tahun terakhir. Nn. A terlihat cemas
dan kurang percaya diri dan ketika dilakukan TTV didapatkan hasil TD :110 / 70 mmHg,
nadi: 84 ´/menit, respirasi: 22 ´/menit, suhu : 36 ºC.

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama :Nn. A
Umur :19 th
Agama : Islam
Suku/bangsa :Jawa/indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
No. Telp. : 085643322xxx
Alamat : Jln. Gedongsongo, Ungaran
2. Keluhan utama
Nn. A  merasa siklus dan lama menstruasinya mulai tidak teratur, mengeluh jarang
haid. Haid selalu datang terlambat. Lama haid kurang lebih 5 hari,
3. Riwayat menstruasi
a. Sebelum ada keluhan
Menarche : 14 tahun 
Teratur/tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari 
Disminorhoe     :  iya

10
Banyaknya :  2 x ganti pembalut
Warna darah      :  Merah
b. Mulai menstruasi tidak teratur
Umur : 18 tahun
Teratur/tidak : Teratur
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Disminorhoe :  iya
Banyaknya :  2 x ganti pembalut
Warna darah :  Merah
4. Riwayat penyakit masa lalu
Pasien mengatakan bahwa dirimya tidak pernah menderita penyakit apapun yang
berhubungan dengan organ reproduksinya
5. Riwayat kekerasan / penganiayaan
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan maupun penganiayaan.
6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun mengenai organ reproduksi
di keluarganya
7. Pola aktifitas sehari – hari
1. Koping individu
a. Kesadaran diri dan harga diri : Pasien memiliki kesadaran diri yg tinggi
terhadap penyakitnya.
b. Penatalaksanaan stress : Pasien biasanya melakukan aktivitas
hobbinya untuk menanggulangi stress

2. Nutrisi
Pola makan :    3 kali sehari
Minum :    + 6 gelas perhari
Keluhan :    Tidak ada
Pantangan :    Tidak ada
3. Eliminasi
BAK                                                           BAB
Frekuensi    :  5 x sehari                              Frekuensi         : 1  x sehari
Warna         :  Kuning jernih                       Warna              : Kuning
Penyulit      : Tidak ada                              Penyulit           : Tidak ada

11
4. Istirahat dan tidur                         
Siang           : 2 jam/ hari                
Malam         : 8 jam/ hari
Aktivitas     : Kuliah
5. Personal Hygiene
Gosok gigi : 2 x sehari
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian dalam : 3 x sehari

8. Pemeriksaan Fisik

Had To Toe ( Dari kepala s/d kaki )


1. Kepala dan leher
Rambut : Hitam, lurus, bersih, kuat
Mata : Conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
Hidung : Simetris, tidak ada kotoran, tidak ada cairan yang keluar
(darah)
Muka : Tidak Pucat
Mulut : Simetris, merah, gigi tidak ada caries dan tidak ada lubang,
bibir tidak pecah2, tidak ada perbesaran tonsil
Telinga : Simetris, tidak ada kotoran dan cairan yang keluar
Leher : Tidak ada pelebaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
2. Payudara
Bentuk : Simetris.
Puting susu : Menonjol, cukup bersih.
Massa/tumor : Tidak teraba massa abnormal.
3. Abdomen
Bentuk : Rata
Bekas Luka : Tidak ada
Massa/tumor : Tidak teraba massa abnormal
4. Ekstermitas
Oedem : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek Patella : Kanan dan kiri (+)
Kuku : Pendek bersih

12
5. Genetalia Luar
Bekas Luka : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Kelenjar Bartholini : Tidak ada tanda-tanda peradangan
6. Anus
Hemoroid : Tidak ada
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk mengetahui penyebab tertentu dari oligomenore, tes kehamilan dan tes
darah untuk mengetahui kadar hormon tiroid.
2. B-USG : deteksi dini kondisi rahim, ovarium, dan panggul

3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


Ds :
1 Ansietas
Gangguan
- Nn. A  mengatakan jarang
keseimbangan
haid. hormonal, stress,
penyakit kronis
- Nn. A mengatakan khawatir
dengan kondisi yang di
Oligomenorea
hadapi.

Siklus menstruasi
Do :
memanjang
pasien gelisah
pasien tegang
Kebingungan
pasien banyak bertanya
mengenai kondisinya
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kulit : Kembali < 1 detik
BB : 47 kg
TB : 154 cm
TD :110 / 70 mmHg
Nadi : 84 ´/menit
Respirasi: 22 ´/menit

13
Suhu : 36 ºC

Gangguan
2 Ds: Defisit pengetahuan
keseimbangan
- Nn. A menganyakan tentang hormonal, stress,
masalah yang di hadapi penyakit kronis

- Nn A mengatakan bahwa
susah mencari informasi Oligomenorea
tentang penyakitnya
Do:
- Nn. A terlihat cemas dan
Siklus menstruasi
kurang percaya diri memanjang
- Nn. A banyak bertanya
mengenai kondisinya Kebingungan

Tidak tahu tentang


prognosis penyakit

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3.4 INTERVENSI
N
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
O
1 Ansietas 1. Mendengarkan 1. Klien dapat
berhubungan dengan penyebab kecemasan mengungkapkan
ancaman terhadap klien dengan penuh penyebab
konsep diri perhatian kecemasannya
2. Observasi tanda sehingga perawat
verbal dan non verbal dapat menentukan
setelah diberikan
dari kecemasan klien tingkat kecemasan
asuhan keperawatan
3. Menganjurkan klien dan menentukan
selama 1 x 24 jam
keluarga untuk tetap intervensi untuk klien

14
mendampingi klien selanjutnya.
diharapkan klien
4. Mengurangi atau 2. Mengobservasi
tidak mengalami
menghilangkan tanda verbal dan non
kecemasan, dengan
rangsangan yang verbal dari kecemasan
kriteria hasil :
menyebabkan klien dapat
kecemasan pada klien mengetahui tingkat
1. Kecemasan pada
5. Kaji tanda tanda kecemasan yang klien
klien berkurang
vital alami.
2. TTV dalam batas
3. Dukungan
normal
keluarga dapat
memperkuat
mekanisme koping
klien sehingga tingkat
ansietasnya berkurang
4. Pengurangan atau
penghilangan
rangsang penyebab
kecemasan dapat
meningkatkan
ketenangan pada klien
dan mengurangi
tingkat kecemasannya
5. Cemas yang
berlebih dapat
mengganggu TTV

2 Defisit pengetahuan 1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi


berhubungan dengan pengetahuan klien luasnya masalah
kurang terpapar mengenai menstruasi klien dan perlunya
informasi yang normal, jenis intervensi
gangguan, penyebab, 2. Dengan
Setelah dilakukan gejala dan meningkatkan
tindakan penanganannya pengetahuan klien,

15
keperawatan 1 x 24 2. Jelaskan mengenai klien mampu mecari
jam diharapkan klien siklus menstruasi yang jalan keluar untuk
dapat memahami normal, jenis gangguan masalah gangguan
tentang perubahan penyebab, gejala dan menstruasi
yang terjadi pada penanganannya
tubuhnya, dengan
kriteria hasil :
1. Klien dapat
menyebutkan
jenis gangguan
menstruasi,
penyebab, gejala
dan penangannya
2. klien tampak
tidak bingung
lagi

3.5 IMPLEMENTASI
N DIAGNOSA IMPLEMENTASI
O
1 Ansietas berhubungan 1. Mendengarkan penyebab kecemasan
dengan ancaman terhadap klien dengan penuh perhatian
konsep diri 2. mengbservasi tanda verbal dan non
verbal dari kecemasan klien
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap
mendampingi klien
4. Mengurangi atau menghilangkan
rangsangan yang menyebabkan kecemasan
pada klien
5. Mengkaji ttv pasien

2 Defisit pengetahuan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien


berhubungan dengan kurang mengenai menstruasi yang normal, jenis
terpapar informasi gangguan, penyebab, gejala dan
penanganannya

16
2. menjelaskan mengenai siklus
menstruasi yang normal, jenis gangguan
penyebab, gejala dan penanganannya

3.6 EVALUASI
N DIAGNOSA TANGGAL EVALUASI
O
1 Ansietas 20 agustus 2007 S : pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah tidak terlalu cemas
ancaman terhadap dengan keadannya sekarang
konsep diri O : pasien tampak tenang

Ttv :
TD:110 / 70 mmHg
Nadi : 84 ´/menit
Respirasi: 22 ´/menit
Suhu : 36,5 ºC
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2 Defisit pengetahuan 20 agustus 2007 S : pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah mengetahui tentang
kurang terpapar apa yang di alami oleh
informasi dirinya
O : pasien tampak rileks
Pasien terlihat faham
dengan prognosis
penyakitnya
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang lebih
dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami
oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. Namun,
jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan, maka
kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan terjadinya oligomenore di antaranya yaitu : gangguan hormonal,
penyakit kronis, psikologis, gangguan indung telur, sindrome, Polikistik Ovarium
(PCOS), dll. Beberapa wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar
estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan
penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami
kanker uterus.

4.2 SARAN
Petugas kesehatan harusnya lebih rajin untuk memberikan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi dan masalah masalah reproduksi pada remaja dan wanita usia
menjelang menepause, agar ketika wanita yang memasuki masa menarche dan
premenopause mereka tidak bingung atau khawatir terhadap kondisi mereka.

18

Anda mungkin juga menyukai