Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KOMPREHENSIF

Asuhan Kebidanan Holistik Ibu Hamil


pada Ny. T Usia 22 Tahun G2P1A0 Umur Kahamilan 29 Minggu dengan Obesitas
di UPTD Puskesmas Bonorowo Tahun 2022

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Ibu hamil

DWI SUPARMIYATI
P07124521099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KOMPREHENSIF
“Asuhan kebidanan pada Ibu hamil Ny. T umur 22 tahun G2P1A0 Umur kehamilan
29minggu dengan Obesitas di Puskesmas Bonorowo”

Disusun oleh

Dwi Suparmiyati
NIM. P07124521199

SUSUNAN PEMBIMBING

Pembimbing Akademik

Dyah Noviawati Setya Arum,SSiT,M.Keb (…………………………….)


NIP 19801102200112002

Pembimbing Klinik
Heri Astutiningrum, Amd.Keb ( ……………………………)
NIP.198004182008012017

Mengetahui
Ketua program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Hesty Widyasih,S.ST,M.Keb
NIP 197910072005012004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Individu ini.
Laporan ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik Asuhan
Kebidanan Holistik pada Ibu Hamil (BD 7001) pada Program Studi Pendidikan bidan
profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada :
1. DR.Yuni Kusmiyati,SST,MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan poltekkes
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
praktek
2. Hesty Widyasih,SST.M.Keb selaku Ketua Prodi pendidikan profesi Bidan
yang telah mendukung dalam setiap proses praktek.
3. Dyah Noviawati Setya Arum,SSiT,M.Keb selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan selama praktek klinik
4. Dr. Kustiningsih selaku kepala puskesmas Bonorowo yang telah memberikan
ijin praktek Klinik di Puskesmas Bonorowo
5. Heri Astutiningrum,Amd.Keb selaku Pembimbing Klinik yang telah
memberikan bimbingan selama menjalankan praktek klinik di Puskesmas
Bonorowo
Akhir kata , semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan pihak yang telah membantu. Penulis menyadari banyak kekurangan
dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu sangat diharapkan masukan dari
pembaca baik berupa kritik maupun saran.
Kebumen , 21 Februari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1. Latar Belakang.................................................................................. 1
2. Tujuan............................................................................................... 2
3. Ruang lingkup................................................................................... 3
4. Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN KASUS DAN TEORI..................................................... 5
A. Pengkajian Kasus............................................................................. 5
B. Pengkajian Teori............................................................................. 6
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 27
A. Pengkajian....................................................................................... 27
B. Analisa............................................................................................. 29
C. Penatalaksanaa................................................................................. 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 32
Lampiran........................................................................................................... 34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dimana terdapat pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin sejak konsepsi sampai permulaan persalinan.
Dalam proses kehamilan ibu memerlukan pemeriksaaan kehamilan secara rutin
untuk mendeteksi adanya komplikasi dalam kehamilan. Pemeriksaan kehamilan
minimal empat kali selama hamil yaitu satu kali pada trimester I (usia kehamilan
0-13 minggu), satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu), dua kali
pada trimester III (usia kehamilan 28- 40 minggu ).Pada masa kehamilan volume
darah akan bersirkulasi secara bertahap dan progresif dari umur kehamilan 6
minggu akan terus meningkat pada umur kehamilan 14-27 minggu dan puncaknya
pada umur kehamilan 32-34 minggu. Peningkatan volume darah ini terjadi untuk
menyuplai darah ke uterus, payudara, ginjal, kulit dan ke sejumlah kecil organ
lainnya, serta memfasilitasi pertukaran gas dan gizi pada ibu dan janin.2
Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang
dan gizi lebih. Masalah gizi lebih pada umumnya disebabkan oleh kemajuan
ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan
tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Adanya perubahan pola makan yang
bergeser menjadi tinggi karbohidrat, tinggi lemak dan rendah serat
mengakibatkan pola makan menjadi tidak seimbang. Selain itu berkurangnya
aktifitas fisik masyarakat tertentu, rutinitas yang semakin meningkat
menyebabkan seseorang tidak mempunyai waktu untuk berolah raga. Ditambah
dengan penggunaan alat-alat yang dapat bekerja dengan cepat dan tidak
memerlukan tenaga yang banyak melakukan aktivitas seperti mobil, motor, mesin
cuci, eskalator dan lain-lain.
Perubahan pola makan dan berkurangnya aktivitas fisik ini berakibat semakin
banyaknya masyarakat yang mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan

1
dan obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam tubuh dalam
bentuk lemak. Kelebihan energi merupakan salah satu faktor risiko dalam
terjadinya 2 berbagai penyakit degenerative seperti hipertensi atau tekanan darah
tinggi, diabetes melitus, jantung koroner. Beberapa penelitian menunjukkan, erat
hubungan faktor perilaku dengan meningkatnya tekanan darah. Kisjanto dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku santai yang ditandai dengan lebih
tingginya asupan kalori dan kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit jantung yang biasanya di dahului dengan meningkatnya
tekanan darah.
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling tepat untuk
menentukkan obesitas pada orang dewasa. Sebagian besar masyarakat dengan
tekanan darah tinggi adalah overweight, dan hipertensi lebih sering terjadi pada
obesitas. Berdasarkan data The Third National Health Nutrition and Examination
Survey (NHANES III) memperlihatkan hubungan linier yang bermakna antara
peningkatan body mass index (BMI) dan tekanan darah sistolik, diastolik dan
tekanan nadi pada populasi Amerika. Terdapat kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan masyarakat di
pedesaan. Hal ini berhubungan dengan gaya hidup masyarakat kota yang selalu
menginginkan kehidupan yang serba instant. Berdasarkan jenis kelamin, ternyata
hipertensi yang disebabkan oleh pengaruh gaya hidup ini juga lebih banyak terjadi
pada wanita, khususnya wanita usia subur.Berdasarkan latar belakang diatas,
dalam makalah ini membahas tentang ibu hamil dengan obesitas.
2. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan holistik kehamilan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan
serta mendokumentasikan hasil asuhannya.
2. Tujuan khusus :

2
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan
obesitas
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa aktual pada ibu hamil dengan
obesitas3
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil
dengan obesitas
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada
ibu hamil dengan obesitas
e. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada ibu hamil dengan
obesitas
f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan pada ibu hamil dengan
obesitas
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada ibu hamil dengan obesitas
h. Mampu membuat dokumentasi asuhan kebidanan SOAP pada ibu hamil
dengan obesitas
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan ini adalah pelaksanaan pelayanan kebidanan berfokus
pada kesehatan ibu hamil dengan obesitas
4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sekaligus penanganan dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah
wawasan dalam menerapkan asuhan kebidanan kehamilan dengan obesitas
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu dan menerapkan asuhan yang
akan diberikan pada kasus kehamilan dengan obesitas
b. Bagi Bidan

3
Laporan komprehensif ini dapat memberikan informasi tambahan bagi
bidan pelaksana di puskesmas dalam upaya promotif dan preventif dalam
mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan
c. Bagi Pasien
Laporan komprehensif ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
hamil dengan obesitas.

4
BAB II

KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
Ibu Hamil Ny. T usia 22 tahun . Datang ke puskesmas tanggal 23 Januari
2022. Hasil anamnese didapatkan G2P1A0, UK 29 minggu, ibu mengatakan
bahwa hasil USG dari Jakarta didapati Placenta Previa . HPHT: 15 Agustus 2021,
HPL: 22 Mei 2022, Riwayat pernikahan ibu hamil ini belum menikah dengan
pasangan, tidak memiliki riwayat penyakit yang pernah diderita dan tidak
memiliki riwayat penyakit keluarga, serta tidak memiliki riwayat penyakit
ginekologi. Ibu mengatakan jika dirinya sangat suka ngemil makanan manis
seperti cokelat, ice cream, dan makanan lainnya seperti gorengan, Ny. T sebelum
hamil bekerja sebagai perawat lansia di jakarta, semenjak hamil ibu tidak bekerja
tidak ada aktivitas rutin yang dilakukan dan kurang berolahraga. Dalam hasil
pengkajian juga didapatkan bahwa ini adalah pemeriksaan pertama kali di
kehamilan kedua ini. Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang tidak
direncanakan , dan tidak ada adat istiadat yang dilakukan ibu dan keluarga yang
mempengaruhi kehamilannya saat ini. Dalam pemeriksaan didapatkan TB: 156
cm, LLA: 39 cm, BB sebelum hamil 95 Kg, BB sekarang 104 Kg, IMT: 41,15
Kg/m2, pemeriksaan tanda-tanda vital, TD 131/78 mmHg, N: 90x/m S: 36,50C,
R: 20x/m, pemeriksaan laboratorium HB: 11 g/dL, PITC (-), HBsAg (-), Protein
Urin (-), GDS 120 ,Reduksi Urin (-), PP test: (+).Hasil pemeriksaan fisik, palpasi
pada abdomen teraba bokong di fundus Djj + 140 x/M, reflex patella
+/+Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini ibu
mengalami obesitas menjelaskan kepada ibu tentang risiko obesitas terhadap
keadaan ibu dan janin, memberikan kie tentang gizi seimbang dengan

5
mengkonsumsi sayuran hijau, lauk pauk, buah-buahan dan minum susu,
menganjurkan ibu untuk aktif mengikuti kelas ibu hamil, memberikan therapy
oral haemafort 30 tablet dosis 1x1, menganjurkan ibu untuk meminum tablet Fe
dengan air putih atau air jeruk, dan menghindari meminum tablet Fe dengan kopi
atau teh karena akan menghambat proses absorpsi zat besi dalam tubuh.
Memberikan support ibu agar lebih memperhatikan kehamilannya, menghindari
pekerjaan berat yang dapat mempengaruhi kehamilannya,melakukan rujukan
kepada ibu agar USG lagi untuk memastikan kondisi kehamilan ibu Melakukan
ANC terpadu pada ibu hamil kunjungan awal. Melakukan kolaborasi dengan ahli
gizi untuk diet rendah garam yang dianjurkan pada ibu juga kenaikan berat badan
yang dianjurkan sebanyak 7 kilo selama kehamilan berdasarkan status gizi ibu
yang masuk dalam kategori obesitas kelas 3.
B. Kajian Teori
1. Teori Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah masa mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280
hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan
40 minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup bulan), dan bila lebih
dari 43 minggu disebut sebagai kehamilan post matur. Kehamilan antara
28 sampai 36 minggu disebut kehamilan premature. Ditinjau dari tuanya
kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian, masing-masing:
1) Kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu);
2) Kehamilan trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu);
3) Kehamilan trimester ketiga (antara 28 sampai 40 minggu).
Kehamilan normal adalah dimana ibu sehat tidak ada riwayat obstetrik
buruk dan ukuran uterus sama / sesuai usia kehamilan. Trimester I
(sebelum 14 minggu), trimester II (antara minggu 14- 28), dan trimester
ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36). Kehamilan

6
adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan4
b. Patofisiologi
Ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual dengan
seorang laki-laki maka bisa jadi perempuan tersebut akan hamil
(Terjadinya kehamilan). Kehamilan terjadi ketika sel sperma yang masuk
ke dalam rahim seorang perempuan membuahi sel telur yang telah
matang. Seorang laki-laki rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc,
dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta
hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini terpancar
(ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini
akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel
telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim.6
Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim)
menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim.
Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopi yang berbentuk
corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi tuba falopii
mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur
yang telah dibuahi). Jika perempuan tersebut berada dalam masa subur,
atau dengan kata lain terdapat sel telur yang matang, maka terjadilah
pembuahan. Pada proses pembuahan, hanya bagian kepala sperma
yang menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel telur. Bagian ekor
yang merupakan alatgerak sperma akan melepaskan diri. Sel telur yang
telah dibuahi akan mengalami pengerasan bagian luarnya. Ini
menyebabkan sel telur hanya dapat dibuahi oleh satu sperma.
c. Tanda dan Gejala Kehamilan
1) Tanda pasti kehamilan
Teraba bagian-bagian janin dan dapat di kenal bagian-bagian janin
Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin Dapat dirasakan

7
gerakan janin Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak
kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak
radiasi terhadap janin.Dengan alat USG dapat diketahui kantung
janin, panjang janin, dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan serta
dapat menilai pertumbuhan janin 7

2) Tanda tidak pasti kehamilan


Pigmentasi kulit, kira-kira 12 minggu atau lebih Leukore, sekret
serviks meningkat karena pegnaruh peningkatan hormon
progesterone Epulis (hypertrofi papila gingiva), sering terjadi pada
TM I kehamilan Perubahan payudara, payudara menjadi tegang dan
membesar karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
merangsang daktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi
lebih hitam kaerna deposit pigmen berlebihan. Terdapat colostrum
bila kehamilan lebih dari 12 minggu. Pembesaran abdoment, jelas
terlihat setelah kehamilan 14 minggu. Suhu basal meningkat terus
antara 37,2 – 37,8 0C. Perubahan organ-organ dalam pelvix :
a) Tanda chadwick : livid, terjadi kira-kira minggu ke-6
b) Tanda hegar : segmen bawah rahim lembek pada perabaan
c) Tanda piscasexk : uterus membesar kesalah satu jurusan
d) Tanda Braxton-Hiks : uterus berkontraksi bila dirangsang.
e) Tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan.
3) Tanda kemungkinan kehamilan
a) Amenore (tidak mendapat haid)
b) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering
terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan disebut
morning sickness
c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

8
d) Konstipasi / obstipasi, disebabkan penurunan peristaltik usus
oleh hormon steroid
e) Sering kencing
f) Pusing, pingsan dan mudah muntah Pingsan sering ditemukan
bila berada ditempat ramai pada bulan-bulan pertama
kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu8
g) Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
d. Klasifikasi Kehamilan
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau
280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu
mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid
terakhir (HPHT).
1) Menurut usia kehamilan, kehamilan digolongkan:
a) Kehamilan prematur : usia kehamilan antara 28
sampai 37 minggu
b) Kehamilan aterm : kehamilan antara 37 dan 42
minggu
c) Kehamilan posterm : kehamilan yang melewati
294 hari atau lebih 42 minggu.
2) Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3
bagian:
Kehamilan trimester I : antara 0 sampai 12 minggu.
Kehamilan trimester II : antara 12 sampai 28 minggu.
Kehamilan trimester III : antara 28 sampai 42 minggu.
2. Teori Antenatal Care
a. Definisi
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.9
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan

9
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan
b. Tujuan
1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,
persalinan, dan kala nifas.
3) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.9
c. Pelayanan ANC
1) Standart minimal asuhan antenatal care (10T)9
a) Timbang Berat Badan dan Ukur tinggi Badan
Tinggi badan yang baik untuk ibu hamil adalah >145
cm.Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 11,5
sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya,
anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat.7 Lemak jangan dikurangi, terlebih sayur mayur dan
buah-buahan. Ada pula cara untuk menentukan status gizi
dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dari berat badan
dan tinggi badan ibu sebelum hamil,Rumus IMT = BB /TBcm2
Status gizi ibu dikatakan normal bila nilai IMT nya antara 18,5-
25,0. 9
Kriteria IMT :
(1) Nilai IMT < 18,5 : Status gizi kurang
(2) Nilai IMT 18,5-25 : Status gizi normal
(3) Nilai IMT >25 : Status gizi lebih/ obesitas
b) Tetapkan Status Gizi (ukur lingkar lengan atas). Pada ibu hamil
(bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk

10
mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan
transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin
terhambat dan berpotensi melahikan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan
IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis atau KEK (ukuran LILA
< 23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan pangan dalam
jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
Cara melakukan pengukuran LILA :
(1) Ukur dengan menggunakan meteran dari akromnion sampai
olecranon
(2) Menentukan titik tengah antara akromnion dan olekranon
dengan meteran
(3) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada
pada pita LiLA. Baca menurut tanda panah.10
c) Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan
kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal
yaitu dibawah 140/90 mmHg.
d) Ukur Tinggi Fundus Uteri.
TFU (Tinggi Fundus Uteri) digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat
bila dilakukan pada kehamilan yang pertama.
e) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung janin. Tujuan
pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi secara dini ada
atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut
(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan

11
infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara
untuk memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus
dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat
didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran
DJJ:
(1) Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit
(2) Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
(3) Normal: antara 120-160x/menit
(4) Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
(5) Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
(6) Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT Pada
ibu hamil diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama
kehamilan dengan interval waktu 4 minggu. Imunisasi ini
dianjurkan pada setiap ibu hamil, karena diharapkan dapat
menurunkan angka kematian bayi akibat tetanus neonaturum.
Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5 cc/IM dalam satu kali
penyuntikan.11
g) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan.Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia
pada wanita hamil diberikan sebanyak 90 tablet selama
kehamilan. Tablet ini diberikan segera mungkin setelah rasa
mual hilang, setiap tablet Fe mengandung FeSO4 320 mg (zat
besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet Fe diminum 1 x 1
tablet perhari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak
bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyerapan.
h) Tes laboratorium (rutin dan khusus).

12
pemeriksaan laboratorium yang wajibkan menjelang persalinan.
yaitu tes darah, tes urin dan hbsag ( hepatitis), sipilis dan VCT.
Tes darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, sel
darah putih ( leukosit), trombosit. Dari kadar Hemoglobin untuk
mengetahui apakah seorang ibu anemia atau tidak. Hal ini
diperlukan untuk memperkirakan kecukupan suplai darah ke
janin dan risiko jika terjadi perdarahan saat persalinan. 12 Sel
darah putih menunjukkan apakah terjadi infeksi di tubuh ibu.
Trombosit untuk melihat apakah ada kelainan faktor pembekuan
darah, ini berhubungan dengan resiko perdarahan. Pemeriksaan
urin dimaksudkan untuk mengetahui adanya infeksi saluran
kencing, adanya darah, protein, dan gula pada urin yang
menunjukkan adanya penyakit tertentu yang bisa mempengaruhi
kehamilan. Pemeriksaan HBsAg untuk mengetahui adanya
infeksi hepatitis B,sipilis dan HIV pada ibu. Penyakit tersebut
bisa ditularkan lewat darah dan hubungan seksual. sebagai
skrining untuk mengetahui kondisi kehamilan dan resiko saat
persalinan terhadap ibu dan janin.
i) Tata laksana kasus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan
tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani di
rujuk sesuai dengan sistem rujukan.
j) Temu Wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.Temu
wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan.
Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan.
Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat

13
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas,
biopsikososial, dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi
atau melakukan 13kerjasama penanganan. Tindakan yang harus
dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu
menentukan pilihan yang tepat.
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan
membawa surat hasil rujukan
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama
kehamilan
2) Menghitung HTP ( Hari Taksira Partus)
Memperkirakan usia kehamilan dan tanggal perkiraan kelahiran
berdasarkan rumus Neagele rule, Cara menghitungnya: Tentukan
hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari
pertama menstruasi terakhir (LMP = Last Menstrual Periode).9
a) Jika HPHT Ibu ada pada bulan 1 Januari – 24 Maret Rumusnya:
(Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0).
b) Jika HPHT Ibu ada pada bulan 25 Maret – 31 Desember
Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1).
2. Teori Obesitas
a. Definisi
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau
abnormal yang dapat menggangu kesehatan.
Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan
keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi
positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk lemak di jaringan
tubuh. Sehingga obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak
dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan

14
dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya >2SD berdasarkan
IMT/U umur 5-18 tahun.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih
banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara
lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25 –30% pada
wanita dan 18 – 23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh
lebih dari 30% dan pria lebih dari 25% mengalami obesitas.14
National Institutes of Health (NIH) menjelaskan bahwa
obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan.
Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan
sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi
yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan
sedentary life style. Konsumsi makanan berlebih tersebut
kemudian akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk timbunan
lemak yang akan tersebar di bagian-bagian tertentu seperti
pinggang, perut, lengan bagian atas, dan bagian tubuh lainnya
yang dapat berdampak buruk.
a. Etiologi
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen
berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan
metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan dapat
berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Bahwa
sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya
hidup, sosial ekonomi dan nutrisional.10
1) Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran
genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih

15
sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang
sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa
20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik.
Gen dapat berperan dalam obesitas dengan
menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang
mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta
penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen
tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu
penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang
ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang
diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai
dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang
ditemui.Semua bentuk penyebab monogenik tersebut
hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari
seluruh kasus obesitas. Banyak variasi 15gen sepertinya
berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk
mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak10
2) Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai
penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas
fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,
sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas,
peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat
meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan
makanan, yang berimbas penurunan berat badan.

16
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap
pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi
tergantung dari dua faktor:
a) Tingkat aktivitas dan olahraga secara umum;
b) Angka metabolisme basal atau tingkat energi
yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut
metabolisme basal memiliki tanggung jawab
duapertiga dari pengeluaran energi orang
normal. Meski aktivitas fisik hanya
mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi
seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang
yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas
fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada
saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang
hilang. Kalori secara tidak langsung
mempengaruhi sistem metabolisme basal.
Orang yang duduk bekerja seharian akan
mengalami penurunan metabolisme basal
tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas
membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya
olahraga secara tidak langsung akan
mempengaruhi turunnya metabolisme basal
tubuh orang 16tersebut. Jadi olahraga sangat
penting dalam penurunan berat badan tidak saja
karena dapat membakar kalori, melainkan juga

17
karena dapat membantu mengatur berfungsinya
metabolisme normal
4) Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan
yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik
disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah
karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju.
Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak
baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya
dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku
makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak
sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki
kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena
kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru
terutama meningkat pada tahun-tahun pertama
kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan
lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena
itu, obesitas pada kanakkanak cenderung
mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti10
5) Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan
peptida usus. Leptin adalah sitokin yang menyerupai
polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja
melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin
akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin
diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan
dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol

18
adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi
asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis10
6) Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena
dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan obesitas adalah
hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism,
insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada
hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa
berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin
dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu
maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan
mempunyai efek pada berat badan10
e. Patofisiologi
Obesitas terjadi akibat gangguan dari mekanisme homeostasis
yang mengontrol keseimbangan energi dalam tubuh. Jaringan
lemak merupakan tempat penyimpanan energi yang paling
besar menyimpan energi dalam bentuk trigliserida melalui
proses lipogenesis yang terjadi sebagai respons terhadap
kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui proses
lipolisis sebagai respon terhadap kekurangan energi. Regulasi
keseimbangan energi memerlukan sensor dari penyimpanan
energi di jaringan adiposa, mekanisme kontrol dari sistem
pusat (hipotalamus) untuk integrasi berikutnya, yang mana
akan menentukan kebutuhan asupan makanan dan pengeluaran
energi. Hipotalamus berperan penting dalam proses inisiasi
makan. Adanya gangguan pada jalur sinyal “makan”

19
mempengaruhi nucleus hipotalamikus medial sehingga
meningkatkan rasa lapar, dengan cara
1) meningkatkan respon terhadap sinyal oreksigenik
seperti ghrelin dan menstimulasi Neuropeptida Y; dan
2) menghambat respon sinyal adiposit seperti leptin dan
menghambat POMC (Proopiomelanocortin) di
hipotalamus. Hal ini sering ditemukan pada pasien
dengan Craniopharyngioma dengan lesi di hipotalamus,
terutama yang berpengaruh terhadap ncl. Arcuata, ncl.
Ventromedial, dan ncl dorsomedial yang berperan
penting dalam persepsi lapar-kenyang seorang individu.
Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan
meliputi proses sintesis asam lemak dan kemudian
sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah
sitoplasma dan mitokondria dan jaringan adiposa.
Peristiwa ini terjadi akibat rangsangan dari diet tinggi
karbohidrat, namun juga dapat dihambat oleh adanya
asam lemak tak jenuh ganda dan dengan berpuasa.Efek
tersebut sebagian diperantarai oleh hormon yang dapat
menghambat (mis.Hormon pertumbuhan, Leptin) atau
merangsang (seperti insulin) lipogenesis. Insulin
menstimulasi liopogenesis dengan cara meningkatkan
pengambilan glukosa di jaringan adiposa melalui
transporter glukosa menuju membran plasma,
mengaktivasi enzim lipogenik dan glikolitik, serta
menyebabkan SREBP -1 (Sterol Regulatory Element
Binding Protein-1) meningkatkan ekspresi dan kerja
enzim glukokinase yang berakibat pada peningkatan
konsentrasi metabolit glukosa. Leptin dengan kerja

20
sebaliknya, membatasi penympanan lemak dengan
mengurangi masukan makanan (meningkatkan ekspresi
gen Corticotropin-Releasing Factor di hipotalamus
yang berakibat penurunan kebutuhan makanan) dan
mempengaruhi jalur metabolik spesifik di adiposa dan
jaringan lainnya.Leptin mengirimkan sinyal ke otak
tentang jumlah penyimpanan lemak. Hormon ini
merangsang pengeluaran gliserol dari adiposit dengan
menstimulasi oksidasi asam lemak dan menghambat
lipogenesis.Lipolisis merupakan proses dekomposisi
kimiawi dan penglepasan lemak dari jaringan lemak.
Enzim Hormone Sensitive Lipase (HSL) menyebabkan
terjadinya hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak kemudian mengalami
proses re-esterifikasi, kemudian di lepas ke dalam
sirkulasi darah, dibentuk menjadi ATP (Adenosin
Trifosfat) lalu dibawa kel sirkulasi darah yang
kemudian akan menjadi sumber energi bagi jaringan
yang membutuhkan. Mobilisasi asam lemak dari
jaringan lemak dihambat oleh hormon insulin. Asupan
makanan direguasi oleh 4 proses : faktor olfaktorik dan
gustatorik, distensi gastrointestinal, penglepasan
hormon gastrointestinalseperti insulin, kolesistokinin,
dan gastrin releasing petide, serta aktivasi termogenik
dari sistem saraf simpatis eferen. Serum insulin
menstimulasi penglepasan leptin dari jaringan adiposit
yang kemudian menurunkan kebutuhan asupan
makanan dengan mempengaruhi kolesistokinin (CCK)
dan Neuropeptide Y(NPY). Namun, insulin terutama

21
bekerja untuk meningkatkan penyerapan makanan
dengan menurunkan kadar glukosa darah. Pengeluaran
energi ditentukan oleh aktivitas fisik, metabolic rate,
dan termogenesis. Bagian metabolik dari pengeluaran
energi termasuk di dalamnya kerja dari kardio-
respiratorik individu. Aktivitas fisik meningkatkan
pengluaran energi dengan mengaktifkan kerja otot
skelet. Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi aktivitas
olahraga dan aktivitas non-olahraga (berhubungan
dengan aktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari).

f. Tanda dan gejala


Obesitas di ukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
seseorang. IMT merupakan indeks sederhana dari tinggi dan
berat badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. IMT
dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2 ). Seseorang
dikategorikan kegemukan jika IMT >25 kg/m2 dan obesitas
jika IMT>30 kg/m2 (WHO, 2015).𝐼𝑀𝑇 =𝐵𝐵 (𝑘𝑔)𝑇𝐵 (𝑚)2
Tabel 2.1. Klasifikasi Status gizi berdasarkan IMT

BMI Status Gizi

< 18,5 kurus


18,5 - 24,9 Normal

22
25,0 - 29,9 Pre Obesitas
30,0 – 34,9 Obesitas kelas 1
35,0 – 39,9 Obesitas kelas 2
>40,0 Obesitas kelas 3
Sumber : Kemenkes RI 2015

g. Penatalaksanaan
Pengaturan kuantitas dan kualitas makan serta meningkatkan
aktivitas fisik adalah cara efektif untuk mencegah penumpukan
energi yang dapat berakibat kelebihan berat badan. Namun
kesadaran individu dengan overweight untuk mencegah agar
tidak menjadi obesitas sangat kecil. Tatalaksana terhadap
individu dengan overweight dan obesitas, antara lain sebagai
berikut :
1) Diet Pendekatan terhadap pola makan bergantung pada
penurunan penyerapan energi total. Penentu utama
dalam terapi diet adalah komposisi total energi dari diet
tersebut. Diet rendah kalori sangat efektif dalam
penurunan berat badan. Rulian et al dalam Buku
Panduan Diet Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang (2014) yang menjelaskan tentang diet energy
rendah yaitu diet yang kandungan energinya dibawah
kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral. Serta
banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam
proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi
makanan padat energy, seperti kue-kue yang
mengandung karbohidrat sederhana dan lemak speerti
goringgorengan12

23
2) Aktivitas Fisik
Peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen
penting dalam program penurunan berat badan.
Aktivitas fisik yang sangat lama sangat membantu pada
pencegahan peningkatan berat badan dan mengurangi
sedentary time. Aktivitas fisik dimulai dengan berjalan
selama 30 menit dalam jangka waktu 3 kali seminggu
dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit
dengan jangka waktu 5 kali seminggu.
3) Terapi Perilaku
Diperlukan suatu strategi untuk menghadapi hambatan
yang muncul. Strategi spesifik tersebut meliputi
pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan
aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control,
pemecahan massalah, serta dukungan social
4) Farmakoterapi
Farmakoterapi terhadap obesitas masih menjadi
tantangan yang sulit karena beberapa diantaranya
memiliki efek yang tidak baik. Sibutaramine dan
orlistat merupakan contoh obat-obatan penurun berat
badan yang telah disetujui FDA (Food and Drug
Administration) di Amerika Serikat. Saat ini hanya
Orlistat yang masih diberikan pada manajemen klinis
obesitas. Orlistat menghambat aktivitas lipase gastric
dan lipase pankreas serta menutunkan digesnti dan
absorpsi lipid sebanyak 30%. Sedangkan sibutaramine
meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi. Terapi
Bedah Terapi ini hanya diberikan pada pasien obesitas
berat secara klinis dengan IMT≥ 40 atau ≥35 dengan

24
kondisi komorbid. Terapi Bedah merupakan alternatif
terakhir pada pasien yang gagal dengan farmakoterapi
dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem.
h. Pengaruh Obesitas dalam masa kehamilan.
Kegemukan berdampak negatif pada ibu dan janin yang
dikandungnya, baik saat hamil, persalinan, maupun pasca
persalinan. Salah satu dampak ibu berisiko mengalami
hipertensi kronis, karena kegemukan yang membuat beban
jantung terlalu berat dan tekanan pada pembuluh darah
meninggi akibat tebalnya lemak. Bukan hanya itu adanya
kemungkinan ibu untuk mengidap diabetes pun jadi tinggi,
karena beta Human chorionic gonadotropine (HCG) akan
mengubah sebagian besar lemak dalam tubuh menjadi glukosa.
Faktor predisposisi hipertensi kronis antara lain adalah obesitas
dan herediter. Wanita hipertensikronis cukup besar mengalami
preeklampsia, secara substansial meningkatkan risiko
persalinan premature dan komplikasi lain seperti solusia
plasenta dan hambatan pertumbuhan janin13Wanita hamil
yang obesitas akan menjalani kehamilan berisiko tinggi
mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, melahirkan
bayi meniggal (still birth), menderita diabetes gestasional,
melahirkan secara caesar, serta bayi pun akan mengalami
obesitas. Gejala obesitas pada bayi sudah terlihat sebelum ia
mencapai 4 tahun.14Keadaan berat badan lebih dan obesitas
merupakan salah satu kondisi obstetri berisiko tinggi. Berat
badan lebih dan obesitas terbukti berhubungan dengan
peningkatan komplikasi dalam kehamilan, seperti peningkatan
angka abortus spontan, kelainan kongenital janin, pertumbuhan
kanin terhambat, gangguan toleransi glukosa dan diabetes

25
gestasional, peningkatan risiko infeksi, tromboemboli, masalah
hipertensi dalam kehamilan dan bahkan kematian ibu dan
janin.
Tabel 2. Peningkatan Berat Badan selama Kehamilan
Berdasarkan IMT

Klasifikasi IMT Peningkatan Berat Badan


yang dianjurkan (Kg)
Berat badan kurang < 18,5 12,5 – 18
(underweight)
Normal 18,5 – 24,9 11,5 – 16
Berat badan lebih 25,0 – 29,9 7 – 11,5
(overweight)
Obesitas I 30,0 – 34,9 7

Obesitas II 35,0 – 39,9 7


Obesitas III 40,0 7
Sumber : Kemenkes 2015

26
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan bahwa ini adalah kehamilan kedua ibu,
berat badan ibu sebelum hamil adalah 95 Kg, dengan IMT 39,09 Kg/m2 Hal
ini tentunya akan memberikan pengaruh pada kesehatannya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kristina et al (2015) yang menyimpulkan
bahwa WUS yang memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 berpeluang sebesar 2,272 kali
menderita hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki IMT. 15
Kemudian saat ini ibu mengatakan bahwa hasil USG dari Jakarta dr
menyatakan bahwa kehamilan ini dengan placenta previa usia kehamilan
29+6 minggu, berat badan ibu naik 9 kilo hingga menjadi 104 Kg, IMT 41,15

27
Kg/m2 Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kenneth J. Levano et al.
dalam Obstetri Williams (2009) bahwa salah satu faktor predisposisi
hipertensi kronis adalah obesitas. Wanita hipertensi kronis cukup besar
mengalami preeklampsia, secara substansial meningkatkan risiko persalinan
premature dan komplikasi lain seperti solusia plasenta dan hambatan
pertumbuhan janin.12
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaniar et al (2019), orang
yang obesitas tubuhnya bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori
yang ada dalam tubuhnya, pembakaran kalori ini membutuhkan suplai
oksigen dalam darah yang cukup, semakin banyak kalori yang dibakar, maka
semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah, banyaknya pasokan darah
tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras, dan dampaknya tekanan darah
orang yang obesitas cenderung lebih tinggi.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajarsari D dan Fitria P (2016),
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh IMT ibu dengan kejadian
preeklampsia.
Obesitas dikaitkan dengan peningkatan kejadian preeklampsia,
hipertensi gestasional, makrosomia, lahir mati, induksi persalinan dan
pengiriman caesar; sementara wanita kurus tampaknya memiliki hasil
kehamilan yang lebih baik daripada wanita dengan BMI dalam kisaran
normal.Dalam pengkajian juga didapatkan bahwa klien bekerja sebagai ibu
rumah tangga, tidak ada aktivitas lebih yang dilakukan dan kurang
berolahraga, suka ngemil makanan yang manis, ice cream, dan goreng-
gorengan. Dilihat dari segi tersebut, faktor yang mempengaruhi Ny. T
mengalami obesitas bisa dari perilaku makannya. Perilaku makan yang tidak
baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan

28
dan sosial. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah
kurangnya aktivitas Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu
siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit
dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung
akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi
olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat
membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolisme normal.Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan leh Bhattacharya et al (2009) Perilaku makan yang tidak baik pada
masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi
dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel
lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan,
dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel
lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan
obesitas pada dewasanya nanti.

B. Analisis
Pada kasus ini Ny. T dilakukan pemeriksaan dengan hasil laboratorium PP
test (+) positif, BB : 100 Kg dengan IMT: 41,15 Kg/m2, HPHT 15 Agustus
2019. Oleh karena itu, Ny.. T didiagnosa ibu hamil 29+6 minggu dengan
obesitas.Sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan IMT oleh Kemenkes
(2015) bahwa Ny. T berada dalam kategori obesitas kelas 3. Obesitas adalah
keadaan akibat akumulasi lemak yang abnormal atau berlebih yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Salah satu cara yang mudah dan umum digunakan
dalam menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa adalah
dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT).14
C. Penatalaksanaan
Menganjurkan ibu untuk lebih memperhatikan kehamilannya, rajin control
kehamilan sehingga komplikasi yang terjadi selama hamil dapat dideteksi

29
sejak awal dan melakukan pemeriksaan dengan dokter ataupun DSOG .
Tentunya hali ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berjalannya
proses kehamilan dan persalinan yang normal. Sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Prawirohardjo (2014) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi proses persalian adalah faktor psikologis ibu, kesiapan ibu
dalam menghadapi persalinanya.7
Hal ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari P, et.al.
dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
risiko kehamilan 4 terlalu (4-T) pada wanita usia 10-59 tahun.(2014) yang
menyatakan bahwa faktor kesiapan seorang ibu hamil dalam mempersiapakan
mempengaruhi sehingga dalam pelayanan ANC saat hamil . Dalam kehamilan
ini Ny T tak merencanakannya sehingga Ny T terlambat dalam melakukan
pemeriksaan , dan perlu di perhatikan kondisi psykologis ibu
Klien dianjurkan untuk makan makanan Gizi seimbang dan
menganjurkan untuk mengurangi memakan-makanan yang berlemak seperti
gorengan dan lain lain. Dengan kolaburasi dengan Gizi untuk membuatkan
diit bagi ibu , Hal ini sejalan dengan teori Rulian et al dalam Buku Panduan
Diet Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (2014) yang menjelaskan
tentang diet energy rendah yaitu diet yang kandungan energinya dibawah
kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral. Serta banyak mengandung
serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini
membatasi makanan padat energy, seperti kue-kue yang mengandung
karbohidrat sederhana dan lemak seperti goreng gorengan11

30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kasus ibu hamil Ny. T umur 25 tahun G2P1A0 Usia kehamilan
29 minggu dengan obesitas telah mendapat penanganan yang tepat yaitu
mendapatkan asuhan kebidanan holistic dengan obesitas Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan obesitas
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen kebidanan
mulai dari pengkajian data, analisis, menetukan kebutuhan, melakukan
perencanaan dan tatalaksana tindakaan serta pendokumentasian

31
menggunakan SOAP. Dan melaksanakan kolaburasi dengan Tim Gizi,
Dokter, dan DSOG
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori tentang
kehamilan dengan anemia sehingga dapat mengambil tindakan yang
lebih tepat. Selain itu juga diharapkan dapat mengkaji setiap informasi
yang dapat menunjang obesitas dengan rinci.
2. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas
Diharapkan pada petugas kesehatan mempertahankan untuk menjaga
komunikasi sehingga didapatkan kerja sama yang baik dengan pasien
dalam memberikan asuhan kebidanan dan mempertahankan atau
meningkat kebersihan dan keamanan terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rukiyah, A. Y, Lia Y. Asuhan kebidanan IV: patologi kebidanan. Jakarta: Trans


Info Media. 2014
2. Wylie, L. Bryce, H. 2010. Manajemen Kebidanan: Gangguan Medis Kehamilan
& Persalinan. Jakarta : EGC
3. Saifuddin, A.B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4. Wiknjosastro, H. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2009
5. Mochtar, R. Obstertri fisiologi obstetric patologi. Jakarta: EGC. 2011

32
6. Kusmiyati, Y. et al. Perawatan ibu hamil. Yogyakarta: Fitramaya. 2009
7. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014
8. Hani U, et al. Asuhan kebidanan pada kehamilan fisiologis. Jakarta: Salemba
medika. 2010
9. Manuaba I. A. G. et al. Ilmu kebidanan: penyakit kandungan dan kb untuk
pendidikan bidan. Ed. 2 Jakarta: EGC. 2010
10. Nugraha, G. I. Etiologi dan patofisiologi obesitas. Jakarta: Sagung Seto. 2009
11. Rulian et al. Buku panduan diet. Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
hal 12-14. 2014.
12. Kenneth J. Levano et al. Obstetri Williams. Paduan Ringkas. 21 Ed. Alih
bahasam Brahm U. pendit; editor edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha,
Nike Budhi
13. Subekti. 2009. Jakarta : EGC
14. Rasjidi, I. Panduan kehamilan Muslimah. Jakarta: Noura Books. 2013.
15. Kemenkes RI. Permenkes RI No. 25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
Pasal 1 (9). 2014. Jakarta.
16. Kristina, et al. hubungan index masa tubuh dengan hipertensi pada wanita usia
subur (Analisis data riskesdas 2013). Pusat teknologi invervensi kesehatan
masyarakat. 2015
17. Isnaniar et al. Pengaruh obesitas terhadap kejadian hipertesi dalam masa
kehamilan di puskesmas harapan raya pekanbaru. Jurnal Photon. 2019 Juni:
Vol.9(2); 75-87
18. Fajarsari D, Fitria P. Pengaruh paritas dan indeks masa tubuh (imt) terhadap
kejadian preeklamsi di kabupaten banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan. 2016
Des: Vol. 7 (2); 104-11
19. Bhattacharya, et al. Effect of Body Mass Index on pregnancy outcomes in
nulliparous women delivering singleton babies. BMC Public Health. 2007 Juli:
Vol. 7(158); 1-8.

33
20. Sari P, et.al. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko kehamilan 4 terlalu
(4-T) pada wanita usia 10-59 tahun (Analisis Riskesdas 2010). Jakarta. Media
litbangkes. 2014. Sept; Vol. 24 (3): 143-152

LAMPIRAN

A. Pengkajian KlienHari/Tanggal : Sabtu, 28 Januari 2022 Jam : 09.30


Oleh : Dwi Suparmiyati
1. Data Subjektif
a. Identitas
Istri Suami
Nama klien Ny. T Tn. S

Umur 20 Tahun 25 Tahun

34
Suku Jawa Jawa

Agama Islam Islam

Pendidikan SMP SMA

Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta

Alamat : Bonorowo RT 02/RW 01

C. Keluhan utama : Sering kencing


D. Riwayat obstetric
HPHT tanggal 15 Agustus 2022, TP tanggal 22 Mei 2022, TP
USG tanggal 13 Mei 2022, umur Kehamilan 29 minggu, lama
haid 7 hari, 3 x sehari ganti pembalut, konsistensi cair, siklus
haid 30 hari dan teratur, usia menarche 10 tahun, keluhan saat
haid nyeri haid pada hari
E. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah mengalami flour albus abnormal dan penyakit
yang berkaitan dengan kandungannya.
F. Riwayat kehamilan saat ini Ibu rajin memeriksakan kehamilannya
± 5 kali selama hamil di puskesmas Bonorowo dan praktek dokter
kandungan di Jakarta 1 kali di kebumen 1 kali. Ibu sudah
mendapatkan konseling diantaranya mengenai kehamilan dan pola
istirahat. Ibu mendapatkan terapi diantaranya vitamin recovit , kalk
dan SF.
G. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Ibu sudah pernah hamil dan melahirkan
H. Riwayat penyakit ibu terdahulu dan saat ini
Ibu tidak pernah menderita penyakit seperti Hepatitis, HIV/AIDS,
diabetes militus dan hipertensi tetapi ibu pernah menderita asma
dan terakhir kambuh pada tahun 2014 karena alergi dingin

35
I. Riwayat penyakit keluarga Ibu dari Ny.T memiliki riwayat
penyakit asma
J. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ibu belum menikah dengan pasangannya.
K. Pola nutrisi
Pola nutrisi ibu meningkat dua kali lebih banyak dibandingkan
sebelum hamil. Jenis makanan yang sering dimakan ialah nasi,
telur, hati, ayam, ikan, sayur. Ibu minum air putih sebanyak ±3L
sehari. Ibu mengatakan makan dengan porsi yang sedikit tapi
sering dan ibu sering makan-makanan yang manis, ibu juga suka
sekali minum es, ibu tidak memiliki pantangan makanan, ibu tidak
memiliki alergi makanan.
L. Pola eliminasi
1. BAB
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, warna kuning kecoklatan,
konsistensi padat lembek, tidak ada keluhan.
2. BAK
Ibu mengatakan BAK ±15 kali sehari, warna kuning jernih,
tidak ada keluhan.
M. Pola istirahat dan tidur
Ibu mengatakan istirahat siang ±3 jam, malam ±6 jam. m.
N. Pola aktivitas
Selama ibu hamil, ibu masih dapat melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti biasa dan masih bisa berjualan. Memasuki
kehamilan trimester III ibu mulai mengurangi pekerjaan sehari-
harinya .
O. Pola psikologi ibu dan respon ibu serta keluarga terhadap
kehamilannya. Kehamilan ini adalah yang kedua dalam kondisi ibu
belum menikah dengan pasangannya, ibu mengharapkan

36
kehamilan dan persalinannya berjalan dengan normal serta anak
yang dilahirkan selamat dan sehat..Hubungan ibu dengan keluarga
dan lingkungan sekitar baik.
P. Pengetahuan ibu tentang kehamilannya
Ibu cukup mengetahui tentang kehamilannya. Ibu telah
memperoleh informasi mengenai kehamilannya saat pemeriksaan
kehamilan, ibu mendapat informasi mengenai kehamilannya dari
bidan dan dokter kandungan.
2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tinggi Badan 156
cm, berat badan sekarang 104 kg, berat badan sebelum hamil 95
kg, IMT 42 kg/m2
LILA 41 cm. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernapasan 21 x/menit, suhu 36,5°C 2. 2. Pemeriksaan khusus
b. Inspeksi
Rambut, muka, mata, leher tidak ada kelainan, payudara tampak
simetris, tampak hiperpigmentasi pada areola mammae, puting
susu kanan tampak tenggelam, puting susu kiri tampak menonjol.
Pada abdomen tampak striae gravidarum, tidak tampak luka bekas
operasi dan pembesaran perut sesuai umur kehamilannya.
Genetalia tidak ada oedema dan varises, tidak ada keputihan.
Tungkai tampak oedema dan tidak tampak varices,terdapat
stretchmark pada kedua Paha
c. Palpasi
Leher tidak ada kelainan, tidak teraba benjolan abnormal pada
payudara, ada pengeluaran colostrum.
1) Abdomen

37
a) Leopold I : TFU 26 cm Pertengahan pusat Px. Pada
fundus teraba lunak, agak bulat dan tidak melenting
(bokong). Tafsiran berat janin : 1.945 gram.
b) Leopold II : teraba bagian memanjang keras seperti papan
di sebelah kiri dan teraba bagian-bagian kecil janin di
sebelah kanan (punggung kiri).
c) Leopold III : teraba bulat, keras dan melenting (presentasi
kepala).
d) Leopold IV : divergen (bagian terendah janin sudah
masuk (bagian terendah janin sudah masuk PAP).
2) Tungkai ada oedema di kedua kaki, tidak ada varices
3) Auskultasi : denyut jantung janin 140 x/menit
4) Perkusi
Refleks Patella : Positif kanan dan kiri
d. Pemeriksaan penunjang
Hb : 12,8 gr% Protein urin : ±1.0 Glukosa urin : Negatif pH : 6.0
Glukosa darah : 126 mg/dl

3. Interpretasi Data Dasar


Diagnosis : G2P1A0 usia kehamilan 29 minggu janin tunggal hidup
intrauterine presentasi kepala dengan Obesitas
a. Masalah :
Ibu mengalami kenaikan berat badan yang berlebih(obesitas)
Puting susu kanan tenggelam
b. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
c. Diagnosis Potensial : Tidak ada
d. Masalah Potensial :

38
1) Diabetes Melitus Gestasional
Dasar : Ibu mengatakan makan dengan porsi sedikit tapi
sering, ibu suka makan-makanan yang manis, ibu suka minum
es. Lila 39 cm Antisipasi : Melakukan pemeriksaan kadar gula
darah, menganjurkan ibu mengurangi makan yang berlemak
dan manis serta memperbanyak makan buah dan sayur.
2) Bendungan ASI
Dasar : Puting susu sebelah kanan tampak tenggelam
Antisipasi : Mengajarkan ibu teknik Hoffman
e. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Tidak Ada
4. Perencanaan Asuhan
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
b. Lakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah
c. Anjurkan ibu untuk diet rendak lemak, karbohidrat dan gula serta
perbanyak makan buah dan sayur
d. Melakukan kolaburasi dengan tim gizi untuk membuatkan diet
bagi ibu
e. Anjurkan ibu untuk melakukan olahraga ringan/senam hamil
selama 15 menit 3 kali dalam seminggu kemudian dapat
ditingkatkan selama 30 menit setiap hari sesuai yang dapat
ditoleransi
f. Lakukan perawatan puting susu tenggelam dengan teknik hoffman
g. Berikan KIE mengenai tanda-tanda bahaya pada ibu hamil
h. Berikan KIE mengenai tanda-tanda persalinan
i. Anjurkan tidur dengan posisi semi fowler (setengah duduk) atau
miring kiri
j. Anjurkan ibu untuk mengganjal kakinya saat tidur/baring agar
k. bengkak pada kakinya hilan
l. anjurkan ibu untuk periksa di dsog

39
m. Lakukan kolaborasi dengan dokter kandungan jika terdapat
komplikasi medis
n. Buat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang
o. Lakukan dokumentasi
5. Implementasi
a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan pendamping
b. Lakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah
c. Anjurkan ibu untuk diet rendak lemak, karbohidrat dan gula serta
perbanyak makan buah dan sayur
d. Melakukan kolaburasi dengan tim gizi untuk membuatkan diet
bagi ibu
e. Anjurkan ibu untuk melakukan olahraga ringan/senam hamil
selama 15 menit 3 kali dalam seminggu kemudian dapat
ditingkatkan selama 30 menit setiap hari sesuai yang dapat
ditoleransi
f. Lakukan perawatan puting susu tenggelam dengan teknik hoffman
g. Berikan KIE mengenai tanda-tanda bahaya pada ibu hamil
h. Berikan KIE mengenai tanda-tanda persalinan
i. Anjurkan tidur dengan posisi semi fowler (setengah duduk) atau
miring kiri
j. Anjurkan ibu untuk mengganjal kakinya saat tidur/baring agar
bengkak pada kakinya hilan
k. Lakukan kolaborasi dengan dokter kandungan jika terdapat
komplikasi medis
l. Buat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang
m. Lakukan dokumentasi
6. Evaluasi
Tanggal : 28 Januari 2022 Jam : 10.30
a. Ibu mengerti mengenai kondisinya

40
b. Telah dilakukan kolaburasi dengan tim gizi
c. Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan
d. Ibu mau mengganjal kakinya saat baring/tidur agar bengkaknya
hilang
e. Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang
f. Telah dilakukan pendokumentasia

41

Anda mungkin juga menyukai