Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN TELEHEALTH REMAJA DAN PRANIKAH

Pembimbing: Woro Setia Ningtyas, S.Keb.Bd., M.Kes.

Disusun Oleh:

Salsabila (012011223035)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2021
ASUHAN KEBIDANAN TELEHEALTH PADA REMAJA DENGAN
KEPUTIHAN FISIOLOGIS

PENGKAJIAN

Tanggal : 13 Juni 2021


Pukul : 19.00-selesai
Media : Via call dan chatting whatsapp
Oleh : Bidan Salsa

I. Data Subjektif
1. Biodata

Nama : Nn. T
Umur : 17 tahun
Alamat : Batununggal, Bandung, Jawa Barat
Agama : Islam
Pendidikan : Kelas XII SMA
Pekerjan : Pelajar
BB : 48 Kg
TB : 152 Cm
Menarche : 13 Tahun
Riwayat penyait klien :-

Riwayat penyakit keluarga :-

2. Pola Fungsional Kesehatan

a. Nutrisi : makan 2 kali sehari, kurang suka makan sayur Minum air putih:

4-5 gelas sehari dan suka minuman manis

b. Eliminasi : BAK: 6 kali, tidak ada keluhan , Setelah BAK jarang untuk

dikeringkan. BAB: 1 kali sehari konsistensi lembek sampai keras


c. Aktivitas : Mencuci piring 1x sehari, dan kegiatan sekolah (setiap hari

daring, jarang olahraga)

d. Hygiene : Mandi 2x sehari, ganti pakaian dalam 2x sehari, keramas 3x

seminggu,

e. Istirahat : 6-7 jam tidur malam sehari

f. Aktivitas seksual: belum pernah melakukan hubungan seksual

3. Keluhan : klien mengatakan sudah terjadi keputihan selama 2 tahun

terakhir, warnanya bening, cair atau encer tidak berbau dan tidak gatal.

Keputihannya terjadi hampir setiap hari, atau sesudah menstruasi, dan

terlebih pada saat kecapean dan banyak aktivitas. Merasa sangat khawatir

dengan keadaannya. Pada saat BAB/BAK tidak dikeringkan setelah

cebok langsung menggunakan celana dalam. Tidak pernah

mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan personal

hygiene.

II. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

KU : Baik

Kesadaran : composmentis

BB : 48 kg

TB : 152 cm

2. Pemeriksaan fisik Muka : Tidak pucat, bibir lembab. Mata : Konjungtiva

merah muda, sklera putih


3. Pemeriksaan Penunjang: Hb : Tidak dilakukan

III. Analisa

Nn.T dengan keputihan fisiologis. Dari data yang diperoleh,

dapat ditarik kesimpulan bahwa Nona S sedang mengalami keputihan

fisiologis yang disebabkan oleh faktor kebersihan.

IV. Penatalaksanaan

1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang keputihan, dimana pendidikan

kesehatan ini untuk meningkatkan pengetahuan sehingga mampu memelihara

serta meningkatkan kesehatannya sendiri, dalam mengubah, menumbuhkan

dan mengembangkan perilaku positif. Pendidikan kesehatan bermanfaat

untuk membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri

dengan cara memengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan atau

tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri (Maulana, 2009).

Hasil : klien mengerti dan paham

2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian

vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering

harus dilakukan untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.

Remaja juga sebaiknya menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk

mencegah timbulnya iritasi pada vagina. Menghindari penggunaan cairan

pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran dan bahan kimia

terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan

kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau bakteri.

Menjaga kuku tetap bersih dan pendek merupakan salah satu cara untuk
mencegah keputihan pada remaja. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat

garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah

kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

Hasil : klien mengerti dan paham

.
PEMBAHASAN

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah fluor albus, yaitu

keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2013). Leukorea berasal dari kata Leuco yang

berarti benda putih yang disertai dengan akhiran –rrhea yang berarti aliran atau cairan

yang mengalir. Leukorea atau flour albous atau keputihan atau vaginal discharge

merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan

merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain

itu, keputihan juga merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit. Keputihan ada

yang bersifat fisiologi dan patologis. Keputihan bersifat fisiologis yaitu keputihan

yang timbul akibat proses alami dalam tubuh. Keputihan bersifat patologis yaitu

keputihan yang timbul karena infeksi dari jamur, bakteri dan virus. Keputihan

patologis merupakan tanda dari adanya kelainan alat repoduksi sehingga jumlah,

warna, dan baunya perlu diperhatikan.

Proses fisiologis keputihan yaitu terjadi proses menstruasi pada wanita yang

terbagi dalam tiga tahapan, yaitu proliferasi, sekresi, dan menstruasi. Pada masing-

masing poses mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap endometrium. Keputihan

secara fisiologis terjadi sebelum menstruasi karena pengaruh dari proses menstruasi

yang melibatkan hormon estrogen dan progesteron. Pada proses proliferasi terjadi

pembentukan hormon estrogen oleh ovarium yang menyebabkan pengeluaran sekret

yang berbentuk seperti benang, tipis dan elastis. Hormon estrogen berperan dalam
produksi sekret pada fase sekretorik, merangsang pengeluaran sekret pada saat wanita

terangsang serta menentukan kadar zat gula dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen

digunakan untuk proses metabolisme pada bakteri Lacto bacillus doderlein. Sisa dari

proses metabolisme ini akan menghasilkan asam laktat yang menjaga keasaman

vagina yaitu 3,8-4,2. Pada saat ovulasi terjadi proses sekresi pada endometrium yang

dipengaruhi oleh hormon progesteron. Hormon progesteron menyebabkan

pengeluaran sekret yang lebih kental seperti jeli. Kemaluan wanita merupakan tempat

yang paling sensitif dan merupakan tempat yang terbuka sehingga kuman sangat

mudah masuk. Secara anatomi alat kelamin wanita berdekatan dengan anus dan uretra

sehingga kuman yang berasal dari anus dan uretra tersebut sangat mudah masuk.

Kuman yang masuk ke alat kelamin wanita akan menyebabkan infeksi sehingga dapat

menyebabkan keputihan patologis yang ditandai dengan gatal, berbau, dan berwarna

kuning kehijauan. Vagina wanita dilengkapi dengan barrier alami yaitu epitel yang

cukup tebal, glikogen, dan bakteri Lactobacillus doderlein yang menghasilkan asidum

laktidum sehingga vagina menjadi asam dan memperkuat daya tahan vagina. Vagina

normal mempunyai bakteri Lactobacillus doderlein lebih banyak yaitu 95% dan

bakteri lainnya yaitu 5%.3 Wanita yang memakai sabun vagina secara terus menerus

dapat membunuh barrier alami vagina karena cairan pencuci vagina besifat basa.

Berkurangnya bakteri Lacto bacillus doderlein dalam vagina menyebabkan bakteri

dan jamur lain mudah berkembang dalam vagina hingga dapat menyebabkan infeksi.

Glikogen banyak terdapat pada sel superfisial mukosa vagina sejak bayi hingga

wanita mencapai menopause. Vagina wanita yang tidak hamil dijaga kelembabannya

oleh sekret uterus, sedangkan pada saat hamil terdapat sekret vagina yang asam dalam
jumlah yang banyak. Bakteri Lactobacillus doderlein pada wanita yang hamil lebih

banyak daripada wanita yang tidak hamil sehingga menyebabkan banyak pengeluaran

sekret. Pening- katan ini yang menyebabkan pada wanita hamil sering mengalami

peningkatan keputihan.

Jenis keputihan Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis keputihan yaitu:

keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal. Keputihan normal Keputihan

normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara

hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh hormon

estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi,

terjadi peningkatan vaskularisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium

menjadi sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh

hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum sehingga mensekresikan cairan

jernih yang dikenal dengan keputihan. Hormon estrogen dan progesteron juga

menyebabkan lendir servik menjadi lebih encer sehingga timbul keputihan selama

proses ovulasi. Pada servik estrogen menyebabkan mukus menipis dan basa sehingga

dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan progesteron menyebabkan

mukus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi menjadi elastis. Keputihan

fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung

banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah

cairan berwarna bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai

dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan fisiologis adalah 1) Bayi yang baru
lahir kira- kira 10 hari, keputihan ini disebab- kan oleh pengaruh hormon estrogen

dari ibunya; 2) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, keadaan ini

ditunjang oleh hormon estrogen; 3) Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjar-

kelenjar rahim dan pengaruh dari hormon estrogen serta progesterone; 4) Seorang

wanita yang terangsang secara seksual. Ransangan seksual ini berkaitan dengan

kesiapan vagina untuk menerima penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan

yang digunakan sebagai pelumas dalam senggama; 5) Kehamilan yang

mengakibatkan meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim, serta

penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina; 6) Akseptor kontrasepsi pil yang

mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan lendir

servik menjadi lebih encer; 7) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang

sedang menderita penyakit kronik.


Daftar Pustaka

Johar, W. E., Rejeki, S., & Khayati, N. (2013). Persepsi dan Upaya Pencegahan
Keputihan pada Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. JKMat
(Jurnal Keperawatan Maternitas), 1, 37–45.
Manuaba, I. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan (3rd ed.; S. P. Barus, ed.). Jakarta:
EGC
Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan (1st ed.; E. K. Yudha, ed.). Jakarta: EGC
Saifuddin A. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC; 2005.
Benson RC. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2009.
Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro-
hardjo; 2007.
Mengetahui,

Dosen, Mahasiswa

Woro Setyaningtyas, S.keb., bd., M.Kes Salsabila

Anda mungkin juga menyukai