Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN


HOLISTIK PADA REMAJA
Nn “V” USIA 18 TAHUN DENGAN FLUOR ALBUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIWALANKERTO
SURABAYA

Oleh:

NADA NAZILATUL ILMA


NIM P27824620029

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2020
LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN


HOLISTIK PADA REMAJA
Nn “V” USIA 18 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIWALANKERTO

Oleh:

NADA NAZILATUL ILMA


NIM P27824620029

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja ini dilaksanakan sebagai

dokumentasi/laporan praktik Blok 1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Siwalankerto

Surabaya periode praktik tanggal 28 September s.d 20 November 2020.

Surabaya, 03 September 2020

Nada Nazilatul Ilma

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Erma Tri Wahyuni, Amd.Keb. K. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb.,M.Kes. Ani Media H, SST.,M.Keb.


NIP. 198503102009032011 NIP. 196404301985032003 NIP. 197802142002122001

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Ketua Program Studi

dr. Dewi Ayuning Asih Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 19850310209032011 NIP. 197905242002122001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada

Remaja dengan Flour Albous di Wilayah Kerja Puskesmas Siwalankerto Surabaya”. Laporan ini

disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 1 (remaja) pada Pendidikan Profesi

Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan saran dari

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes

Kemenkes Surabaya.

2. Bapak dr. Dewi Ayuning Asih, selaku Kepala Puskesmas Siwlankerto Surabaya.

3. Bu Erma Tri Wahyuni , Amd.Keb, selaku Pembimbing di Lahan Praktik Puskesmas

Sialankerto Surabaya.

4. Bu K.Kasiati, S.Pd., S.Tr.Keb., M.Kes , selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah memberi

arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.

5. Ibu Ani Media H, SST., M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang telah memberi arahan,

masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik

yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 30 September 2020

Penyusun
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada umur
11- 20 tahun. Pada masa peralihan tersebut individu matang secara fisiologik,
psikologik, mental, emosional, dan sosial. Masa remaja ditandai dengan munculnya
karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar
reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke, dan perubahan psikis. Pada wanita,
pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau menstruasi (Saifuddin, 2014).
Manusia perlu menjaga kesehatan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitarnya. Kesehatan reproduksi merupakan
komponen kesehatan secara umum. Kesehatan reproduksi perlu mendapat perhatian
khusus apalagi di kalangan remaja terlebih seorang perempuan (Mumpuni dan Andang,
2013). Dalam kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada
perempuan, salah satu di antaranya adalah keputihan. Masalah keputihan adalah
masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum perempuan. Adapun pengertian
dari keputihan itu sendiri menurut Kusmiran (2012) adalah keluarnya cairan selain
darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai rasa gatal
setempat, dapat terjadi secara normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis)
(Kusmiran 2012)

1.2 Tujuan Praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada remaja.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Meningkatkan pendidikan ketrampilan hidup sehat.
3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja kesehatan reproduksi bagi
remaja tentang kesehatan.
4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA.
5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja.
6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik.
7. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular.
8. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

1.1 Waktu dan Tempat Kegiatan


Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Siwlankerto Surabaya, pada
tanggal 28 September sampai dengan 20 November 2020.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja
Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang
mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
pengenalan dan petualangan akan hal – hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi
dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha
&Windy, 2015). Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence
(10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescene (14-16 tahun) dan remaja akhir/late
adolescene (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson,2016)
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Istilah
ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari
usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun
s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO)..“Remaja”. Kata itu
menurut remaja sendiri adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang punya
“dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua. Kata remaja berasal dari bahasa latin
yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang cukup luas: mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. ( Piaget ). Dengan mengatakan poin- poin
sebagai berikut secara psikologis masa remaja :
a. Usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
b. Usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang –orang yang lebih tua melainkan
berada pada tingkatan yang sama, sekurang –kurangnya masalah hak.
c. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyalah aspek afektif.
d. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
e. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk
mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.
Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa kanak-kanak kepada masa
dewasa. Masa remaja juga sebagai usia bermasalah. Akhirnya para remaja mengalami
kesualitan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Kesulitan-keuslitan yang dihadapi remaja
menurut Rumke bersumber dari 3 masalah, yaitu :

a. Masalah individuasi : kesulitan daalam mewujudkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
b. Regulasi : ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dibidang fisik
dan seksualnya.
c. Masalah Integrasi : kesulitan menyesuaikan sikap dan perilakunya dilingkungannya /
mencari identitas dirinya.
2.1.2 Perkembangan remaja dan ciri-cirinya
Menurut Widyastuti (2011) berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat
perlu mengenal :
a. Masa Remaja awal (usia 10 – 12 tahun).
a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
b) Tampak dan merasa ingin bebas
c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir
yang khayal (Abstrak)
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
c) Timbul perasaan cinta yang mendalam
d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
c. Masa remaja Akhir (16-19 tahun)
a) Menampakkan pengukapan kebebasan diri.
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
2.1.3. Perubahan Fisik pada remaja
Datangnya masa remaja, ditandai oleh adanya perubahan – perubahan fisik menyatakan
bahwa perubahan fisik tersebut, terutama dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran
tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri –ciri seks primer dan perkembangan ciri
–ciri seks sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja dapat terjaddi melalui
perubahan – berubahan baik internal maupun eksternal.
a. Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari
luar.Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan
tersebut adalah :
a) Sistem pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus
bertambah panjang dan bertambah besar, otot – otot di perut dan dinding – dinding
usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah
panjang.
b) Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan
belas, beratnya dua belas kali lebih berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan encapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah
matang.
c) Sistem Pernafasan
Kapasitas paru –paru anak perempuan hamper matang padausia tujuh belas tahun,
anak laki – laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu
atau dua tahun setelah usia anak perempuan.
d) Sistem Endoktrin
Kegiatan kelenjar kelamin yang meningkat pada masa remaja menyebaabkan
ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem kelamin pada masa awal
remaja.Kelenjar – kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum
mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
e) Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata – rata pada usia delapan belas tahun.
Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai
tulang mencapai ukuran yang matang.
b. Perubahan Eksternal
Perubahan dalam tubuh seseorang remaja yang mengalami datangnya masa remaja ini
sangat pesat.Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut
ialah :
a) Tinggi Badan
Rata – rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas
dan delapan belas tahun, rata – rata anak laki – laki kira kira setahun setelahnya.
Perubahan tinggi badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan pada anak
yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari anak yang tidak
mendapatkan imunisasi.Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita
sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.
b) Berat Badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi
badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak bagian – bagian tubuh
yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan menimbulkan
ketidakidealan badan remaja, jika perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan,
makan bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan
berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi
gemuk/ gembrot (gemuk pendek).
c) Proporsi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan tubuh yang baik. Ciri
tubuh yang kurang proposional pada masa remaja tidak sama untuk seluruh tubuh, ada
pula bagian tubuh yang semakin proporsional. Ada tiga jenis bangun tubuh yang
menggambarkan keanekaragaman perubahan proporsi tubuh, yaitu endomorfik,
mesomorfik dan ektomorfik. Endo morfik banyak lemak sedikit otot (padded).
Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender).Mesomorfik sedikit lemak banyak otot
(muscular).
d) Organ seks/ Ciri seks primer
Baik laki – laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada
akhir masa remaja tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian
(dewasa).
e) Ciri –ciri seks sekunder
Ciri – ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang pada masa akhir
masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbuhnya kumis dan
jakun pada laki – laki sedangkan pada wanita ditandai dengan membesarnya payudara.
Adanya perbedaan perubahan fisik antara perempuan dan laki – laki, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
- Remaja Perempuan
Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara
merupakan tanda awal dari pubertas, dimana daerah putting susu dan sekitarnya
mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja,
pertumbuhan ramut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara rambut ketiak dan
badan mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun, tumbuhnya rambut bervariasi luas.
Pengeluaran secret vagina terjadi pada usia 10 -13 tahun. Keringat ketiak mulai
diproduksi pada 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga
menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau khas. Menstruasi terjadi pada usia
11 – 14 tahun. Pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16
tahun, sedang pada laki – laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17 -18
tahun.
Pertumbuhan Payudara
Stadium pubertas pertumbuhan payudara pada perempuan menurut Tanner :
Stadium I : Hanya berupa penonjolan puting dan sedikit pembengkakan
jejaring dibawahnya, stadium ini terjadi pada usia 10 -12 tahun.
Stadium II : Payudara mulai sedikit membesar disekitar puting dan areola
(daerah hitam disekitar puting), disertai dengan perluasan areola.
Stadium III : Areola, puting susu dan jejaring payudara nampak semakin
menonjol dan membesar, tetapi areola dan puting masih belum tampak
terpisah dari jejaring sekitarnya.
Stadium IV : Putting susu dan areola tampak menonjol dari jejaring
sekitarnya.
Stadium V : Stadium matang, papilla menojol, areola melebar, jejaring
payudara membesar dan menonjol membentuk payudara dewasa.
Salah satu buah dada dapat tumbuh lebih besar dari yang lain, namun
perbedaannya tidak terlalu mencolok. Harus diingat, besar kecilnya payudara
dipengaruhi faktor keturunan, dan dapat berbeda dari generasi ke generasi
dalam keluarga.
Daerah putting susu merupakan daerah seksual yang sensitive. Pada
perempuan yang sudah mempunyai anak, buah dada memproduksi dan
menyimpan air susu ibu (ASI), yaitu makanan bayi yang paling utama dan
seharusnya diberikan pertama kali ke bayi. Kemampuan memproduksi ASI
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya payudara.
Pertumbuhan Rambut
Problem lain yang mungkin terjadi pada pubertas adalah pertumbuhan
rambut.Beberapa anak perempuan dapat tumbuh rambut atau tumbuh kumis
yang tipis, hal ini merupakan variasi yang normal. Rambut yang lepas secara
berlebihan dapat terjadi, dan akan hilang dengan sendirinya. Pertumbuhan
rambut pubis menurut Tanner dapat dilihat dari stadium berikut ini :
Stadium I : Bulu halus pubis, tetapi tidak mencapai dinding
abdomen

Stadium II : Pertumbuhan rambut tipis panjang, halus agak


kehitaman atau sedikit keriting, tampak sepanjang labia
Stadium III : Rambut lebih gelap, lebih kasar, keriting dan meluas
sampai batas pubis
Stadium IV : Rambut sudah semakin dewasa, tetapi tidak ada
pertumbuhan ke permukaan medial paha
Stadium V : Rambut pubis dewasa, terdistribusi dalam bentuk
segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial
paha
2.1.4. Perkembangan remaja

Pertumbuhan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja menyebabkan
para remaja sadar dan lebih sensitive terhadap bentuk tubuhnya dan mencoba
membandingkan dengan teman – teman sebaya.Jika perubahan tidak berlangsung secara
lancer maka berpengaruh terhadap psikis dan emosi remaja, bahkan timbul anxietas, terutama
pada anak perempuan bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Sebaliknya pada
orangtua keadaan ini dapat menimbulkan konflik bila anak menjadi dewasa ini tidak dipahami
dengan baik.

Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early
adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).

a. Early adolescent

Peride pertama disebut remaja awal, terjadi pada usia 12 – 14 tahun. Pada masa
remaja awal anak anak terpapar pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akseleraasi
pertumbuhan dan perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks
sekunder. Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan –
perubahan psikologis seperti : Krisis identitas, Jiwa yang labil, meningkatnya
kemampuan verbal untuk ekspresi diri, pentingnya teman dekat atau sahabat,
berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, kadang – kadang berlaku kasar,
Menunjukkan kesalahan orang tua, Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,
Kecenderungan untuk berlaku kekanak – kanakan dan, Terdapatnya pengaruh teman
sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa
depan sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan
jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan

rokok,alcohol, atau narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka berusaha
membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai
bahasa atau kode atau isyarat yang sama.
b. Middle Adolescent

Remaja tengah terjadi antara usia 15 – 17 tahun, yang ditandai denga terjadinya
perubahan – perubahan sebagai berikut : Mengeluh orang tua terlalu ikut campur
dalam kehidupannya, Sangat memperhatikan penampilan, Berusaha untuk mendapat
eman baru, Tidak tau kurang menghargai pendapat orangtua, Sering sedih/ moody,
Mulai menulis buku harian, Sangat memperhatikan kelompok lain secara selektif dan
kompetitif, dan, Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orang tua.
Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir. Secara
seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti –
ganti pacar.Sangat perhatian terhadap lawan jenis.Sudah mulai mempunyai konsel role
model dan mulai konsisten terhadap cita – cita.
c. Late adolescent

Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya
maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemukan antara lain :
Identitas diri menjadi lebih kuat, Mampu memikirkan ide, Mampu mengerkspresikan
perasaan dengan kata – kata, Lebih menghargai orang lain, Lebih konsisten terhadap
minatnya, Bangga dengan hasil yang dicapai, Selera humor lebih berkembang, Emosi
lebih stabil.
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan. Termasuk peran yang
diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai
dpat menerima tradisi dan lingkungan.
2.1.5. Karakteristik Perkembangan Remaja.
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir
lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok
versus pengasingan diri.Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah
otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap
difusi peran.Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi.Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan
masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab
pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat.
a) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatukelompok semakin
kuat.Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting
karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat
memberi mereka status.Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat
berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja
terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang
dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari
generasi orang tuanya.Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak
diterima dan diasingkan dari kelompok.
b) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubunganyang mereka
kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti
halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan
datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan
waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan.
Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan
sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada
akhirnya akanmuncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak
mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan
identifikasi.
c) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas
peranseksual.Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya
mulaimengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang
baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda
pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosio
ekonomis.
b. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.Mereka
mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih
mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi
yang lebih matang pada masa remaja akhir.Sementara remaja awal bereaksi cepat dan
emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat
untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan
dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak
aman, ketegangan, dan kebimbangan.
d. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret;
mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini
mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka
dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin
dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari
tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu
memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya,
mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau
inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau
serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
e. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong(2009), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu.
Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami
konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan
perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun
demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan,

sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal
berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
f. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritasyang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam
hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini.
Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah
secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.Mereka mungkin
memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama
mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan
mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan
spiritualitas mereka.
g. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harusmembebaskan diri mereka dari
dominasi keluarga dan menetapkansebuah identitas yang mandiri dari wewenang
orang tua.Namun,proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun
orangtua.Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapimereka
takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggungjawab yang terkait dengan
kemandirian.
a) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan
dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan
peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat
bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang
menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja
menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering
kali menciptakan ketegangan di dalam rumah.Mereka menentang kendali orang
tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
b) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.Kelompok teman
sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
c) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok.Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan
perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha
untukmenyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal sepertimodel berpakaian,
gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa,sering kali mengorbankan
individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi
teman sebayanya.
d) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya
terbetuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil
daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan
penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik,
yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran
bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.
2.1.6. Masalah kesehatan reproduksi pada remaja
a. Aborsi, kehamilan dan kontrasepsi pada remaja
Aborsi diartikan sebagai tindakan menghentikan kehamilan dengan sengaja
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (sebelum kehamilan 20 minggu atau berat
janin masih kurang dari 500 gram) tanpa indikasi medis yang jelas. Pada remaja dikota
besar yang mempunyai tipe Early sexual experience, late marriage, maka hal inilah
yang menunjang terjadinya masalah aborsi biasanya terjadi di kota besar. Disinyalir
bahwa saat ini di Indonesia terjadi 2,6 juta aborsi setiap tahunnya. Sebanyak 700.000
diantaranya pelakunya adalah remaja.Data mengenai aborsi di Indonesia seringkali
tidak begitu pasti karena dalam pelaksanaan kasus aborsi baik si pelaku yang diaborsi
maupun yang melakukan indakan aborsi tidak pernah melaporkan kejadian tersebut,
bahkan seringkali dilakukan secara sembunyi sembunyi. Pada pertemuan Konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994, telah
dikemukakan mengenai hak hak wanita dalam mendapatkan pelayanan Kesehatan
Reproduksi yang baik, diantaranya bahwa mereka mempunyai hak mendapatkan
pelayanan Aborsi yang aman (safe abortion), hal ini dimaksudkan untuk menurunkan
angka kematian maternal yang hal inilah yang mungkin merupakan salah satu
hambatan dalam upaya menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman.
Pencegahan aborsi adalah usaha yang harus diutamakan terlebih dahulu dalam
upaya penurunan angka kematian maternal. Sebuah organisasi di Amerika
Serikat/Kanada Ontario Consultant on Religious Tolerance sebuah organisasi yang
mempunyai misi menurunkan angka aborsi di Amerika Serikat mengemukakan
mengenai mengapa terdapat perbedaan angka kehamilan tidak diinginkan dan angka
aborsi, dimana kejadian di Eropa ternyata jauh lebih rendah dibandingkan di Amerika
Serikat. Pada penelitian itu dikemukakan mengapa angka kehamilan yang tidak
diinginkan dan angka aborsi di Eropa lebih rendah dari pada Amerika Serikat karena
baik dari masyarakat maupun pemerintahnya mempunyai beberapa keadaan yang
secara umum digambarkan sebagai berikut bahwa di Eropa kaum muda memandang
kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi adalah malapetaka, sehingga mempunyai
prioritas yang tinggi dalam mencegah keadaan itu, remaja yang lebih bertanggung
jawab atas reproduksinya, dan juga dari pihak pemerintah yang mendorong penelitian
di bidang ini, mendorong advokasi dari organisasi religious, menyediakan alat
kontrasepsi untuk remaja seperti kondom yang dapat dibeli dengan harga murah
bahkan gratis, menyelenggarakan pendidikan reproduksi di sekolah dan memberikan
informasi melalui media yang seluas luasnya. Keadaan yang secara umum dapat
terjadi pada proses seksual yang tidak aman adalah: kehamilan yang tidak diinginkan
yang akan menjurus ke aborsi atau kehamilan remaja yang beresiko, terinfeksi
penyakit menular seksual,termasuk didalamnya HIV/AIDS. Upaya pencegahan yang
dianjurkan adalah: tidak melakukan hubungan seksual. Jika sudah berhubungan
dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi terutama kondom (pencegahan Infeksi
Menular Seksual) atau alat kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, dan dianjurkan untuk mempunyai pasangan yang sehat.
b. Infeksi Menular Seksual pada remaja
Perkembangan dan perjalanan yang sehat menuju usia remaja merupakan salah satu
tantangan cukup sulit yang harus dilalui oleh seorang anak dalam pertumbuhannya.
Kenyataannya menunjukkan bahwa diseluruh dunia remaja merupakan kelompok
umur yang jumlahnya terbanyak menderita IMS.Di Indonesia cenderung dari
kelompok umur antara 20 – 24 tahun. Dampak yang timbul dari IMS ini adalah
kemandulan, radang panggul dan mungkin juga kehamilan diluar kandungan. Faktor –
faktor yang berpengaruh meningkatkan risiko penularan remaja antara lain :
a) Faktor biologi : pengaruh hormonal, susunan sel dari organ reproduksi dll
b) Faktor psikologis dan perkembangan kognitif : pada golongan umur yang lebih
muda mempunyai kemampuan berpikir yang lebih sederhana sehingga kita bisa
maklumi remaja tidak terpikirkan untuk melakukan pencegahan pada IMS

c) Faktor perilaku seksual : dewasa ini banyak perubahan – perubahan nilai dari yang
tradisonal ke modern. Dalam perilaku seksual terutama para remaja perubahan –
perubahan ini sangat jelas pengaruh social budaya bersama – sama dengan
perubahan psikobiologis menyebabkan para remaja lebih berisiko terhadap IMS.
Makin banyak remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah ini
menyebabkan semakin banyak dan tinggi risiko tertular penyakit menular dan
penyebaran akan semakin cepat. Penyakit Infeksi Seksual Menular (IMS)
macamnya :
Penyakit kencing nanah/ GO
Penyebabnya Neiseria gonorrhea, pada laki – laki biasanya keluhan berupa
keluaran nanah terutama pada pagi hari dan terasa sakit pada saat kencing,
pada perempuan lebih sering berupa keluhan keputihan dan sakit pada daerah
punggung.Timbulnya gejala dan keluhan biasanya 3-7 hari setelah
berhubungan seksual dengan penderita.Komplikasi lebih lanjut yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi yaitu kemandulan. Pada ibu hamil
yang menderita GO saat melahirkan akan menularkan kepada bayinya berupa
infeksi pada mata yang akan menyebabkan kebutaan pada bayinya.
Hal yang sering ditemukan yaitu banyak remaja mengobati diri sendiri
dengan cara membeli obat di apotek tanpa konsultasi dengan dokter ini yang
menyebabkan timbulnya resistensi pada kuman penyebab GO.
Sifilis/ Raja Singa
Penyebabnya yaitu Triponema pallida, penyakit yang lama dan dapat
menyerang semua organ tubuuh, timbulnya gejala pada seorang penderita
relative lama sekitar 10 – 90 hari (rata – rata 21 hari) setelah berhubungan
dengan yang menderita raja singa.
Gejala awal biasanya timbul luka sekitar alat penis pada laki – laki dan di
labia mayora/minora yang biasanya tidak sakit gejala ini timbul pada stadium
I. Setelah kurang lebih 6-8 minggu sesudah infeksi timbul kelainan pada kulit
berupa bercak –bercak berwarna merah tembaga, lesi terutama di badan,
telapak tangan dan kaki serta tidak gatal gejala ini timbul pada stadium II.
Stadium akhir timbul gejala setelah 5-10 tahun akan menyerang saraf pusat/
otak, pembuluh darah dan jantung, pada wanita hamil dapat ditularkan pada
bayi yang dikandungnya
Kondiloma akuminata/jengger ayam
Kondiloma akuminata yaitu tumor jinak yang bersifat lunak seperti jenger
ayam dan tidak nyeri, etiologinya yaitu Human Papiloma Virus (HPV)
Trikomoniasis

Infeksi saluran urogenital karena tricomonas vaginalis, dapat bersifat


mendadak ataupun menahun, gejala timbul 2 – 28 hari setelah melakukan
hubungan, pada perempuan timbul nanah/duh/secret yang berwarna kekuning
– kuningan, berbuih dan bau yang tidak sedap, pada laki – laki menyerang
saluran kencing dengan keluhan adanya nanah yang kekuning – kuningan
Herpes genitalis

Infeksi pada daerah urogenital dikarenakan Virus Herpes Simpleks (VHS)


dengan gejala panas seperti rasa terbakar, sakit, perih karena adanya vesikel
yang berisi cairan seperti kena luka bakar.Pada laki – laki lokasinya sekitar
gland penis, saluran kencing dan sekitar anal, pada perempuan pada daerah
labia mayora/minora. Sampai saat ini belum ada terapi yang memuaskan dan
biasanya bersifat kronis akan timbul gejala lagi jika daya tahan tubuh
menurun.
Kandidiasis

Infeksi pada genitalia karena candida albican, penderita biasanya


mengeluh rasa gatal pada vagina, timbul secret yag berwarna keputih –
putihan dan bergumpal seperti susu basi. Pada sebagian besar masyarakat
biasanya disebut dengan keputihan, pada laki – laki tampak kemerahan pada
daerah gland penis.
c. Kehamilan Tidak Diinginkan

Kehamilan tidak diinginkan merupakan terminologi yang biasa dipakai untuk


memberi istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita yang
bersangkutan.Beberapa Faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan
tidak diinginkan pada remaja antara lain kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi Kemudian faktor yang berasal dari dalam diri remaja sendiri
yang kurang memahami kewajibannya sebagai pelajar. Faktor luar seperti yaitu
pergaulan bebas tanpakendali orangtua menyebabkan remaja merasa bebas untuk
melakukan apa saja yang diinginkan serta perkembangan teknologi media
komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja
mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif (Kusmiran, 2014)
Sebuah lembaga kesehatan di Amerika menemukan bahwa bayi yang lahir dari ibu
yang masih berusia remaja dapat mengalami keterlambatan perkembangan intelektual,
memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah, serta mengalami berbagai gangguan
kesehatan dan gangguan perilaku. Dampak kehamilan pada usia remaja dapat berupa :
a) Gangguan Kesehatan

Komplikasi atau gangguan kesehatan sering terjadi pada remaja yang hamil.Hal
ini dikarenakan para remaja seringkali tidak mencari pertolongan medis untuk
merawat kehamilannya.Beberapa komplikasi atau gangguan kesehatan yang dapat
ditemukan pada kehamilan remaja adalah anemia, toksemia, tekanan darah tinggi,
plasenta previa, dan kelahiran prematur.Berbagai gangguan kesehatan ini tidak
hanya membahayakan ibu tetapi juga bayi yang dikandungnya. Untuk mencegah
timbulnya berbagai gangguan kesehatan ini, para remaja yang hamil perlu
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan menjaga kesehatannya
dengan baik.
b) Gangguan Konsep Diri

Gangguan konsep Diri terdiri dari gangguan citra tubuh, gangguan ideal diri,
gangguan harga diri, gangguan peran dan gangguan identitas.
c) Gangguan Citra Tubuh

Perubahan persepsi tentang tubuh yang dilibatkan oleh perubahan ukuran


bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan
tubuh.
d) Gangguan Ideal Diri

Ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai, tidak realistis, ideal diri yang samar
dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
e) Gangguan Harga Diri

Perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan merasa
gagal mencapai keinginan
f) Gangguan Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses
menua, putus sekolah dan putus hubungan kerja.
g) Gangguan Identitas

Kekaburan dan ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh dengan keragu-


raguan, sukar mendapatkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
d. Perilaku Agresi dalam Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan


penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan-hewan atau benda-
benda. Agresi merupakan suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan
dendam atau ancaman memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu perilaku
kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau menghukum yang berupa tindakan
menyerang, merusak hingga membunuh.
Agresi tidak selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain
(assault), agresifitas terhadap diri sendiri, serta penyalahgunaan narkoba (drugs abuse)
untuk melupakan persoalan hingga bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku
agresi. Perilaku agresi adalah bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.
a) Krisis Emosional
Seorang remaja yang hamil mungkin dapat mengalami krisis emosional.Krisis
emosional ini dapat menyebabkan remaja tersebut melakukan tindakan yang
ceroboh dan berbahaya seperti berusaha untuk menggugurkan bayi di dalam
kandungannya atau bahkan mencoba bunuh diri.
b) Khawatir Akan Masa Depan
Rasa khawatir akan masa depan pastinya dialami oleh para remaja yang hamil.
Para remaja ini mungkin merasa bahwa dirinya belum siap menjadi seorang ibu dan
tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, ia
juga mungkin merasa bahwa memiliki anak dapat mempengaruhi kehidupannya
dan juga cita-citanya.
c) Terganggunya Pendidikan
Pendidikan seorang anak remaja mungkin akan terganggu bila ia hamil. Beberapa
anak remaja bahkan memutuskan untuk berhenti sekolah setelah mengetahui bahwa
dirinya hamil.Beberapa anak remaja lainnya harus menunda keinginannya untuk
kuliah karena kehamilannya tersebut.Beberapa lainnya mungkin memutuskan untuk
menikah dan tidak melanjutkan pendidikan.
d) Merokok dan Penyalahgunaan Obat-obatan
Remaja yang memiliki kebiasaan merokok atau menyalahgunakan obat-obatan
dapat membahayakan kesehatan bayi yang dikandungnya bila tidak segera
menghentikan kebiasaannya tersebut.
e) Merasa Depresi
Rasa depresi dapat terjadi bila seorang remaja menemukan bahwa dirinya
hamil.Hal ini terutama dikarenakan berbagai hal negatif yang dirasakan akibat
kehamilannya tersebut, baik dari dirinya sendiri maupun dari teman atau keluarga
atau orang-orang lain di sekitarnya. Selain itu, kadar hormon yang berubah-ubah
selama kehamilan berlangsung juga dapat memicu terjadinya depresi.
f) Penelantaran Bayi
Saat bayinya telah lahir, seorang remaja mungkin tidak dapat atau tidak
memiliki keinginan untuk merawat anaknya tersebut.Ia pun mungkin akan merasa
terganggu oleh kehadiran sang bayi yang membuatnya sulit atau tidak dapat
berpergian dengan bebas bersama dengan teman-teman seumurannya.
g) Pernikahan Dini

Pernikahan Usia Muda (Dini) adalah Pernikahan yang dilakukan oleh remaja di
bawah umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik
maupun psikologis, karena berbagai faktor antara lain faktor ekonomi, sosial,
budaya, penafsiran agama yang salah, pendidikan, dan akibat pergaulan bebas.
Individu yang menikah pada usia muda akan cenderung bergantung pada orangtua
secara finansial maupun emosional.
Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan
jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati, 2008). Pernikahan
dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk
melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pernikahan dini adalah sebuah bentuk
ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun
atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas.Jadi sebuah
pernikahan di sebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk
berusia di bawah 18 tahun (masih berusia remaja). Masa remaja, boleh di bilang
baru berhenti pada usia 18 tahun. Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi,
dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi
dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil.Maka, kalau pernikahan

dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang


menemukan jati dirinya. Resiko kesehatan terutama terjadi pada pasangan wanita
pada saat mengalami kehamilan dan persalinan.Kehamilan mempunyai dampak
negative terhadap kesejahteraan seorang remaja. Sebenarnya ia belum siap mental
untuk hamil, namun karena keadaan ia terpaksa, menerima kehamilan resiko tinggi.
Berikut ini beberepa resiko tinggi kehamilan dan persalinan yang dapat di alami
oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun):
Kurang darah (Anemia) pada masa kehamilan dangan akibat yang buruk bagi
janin yang di kandungnya seperti pertumbuhan janin yang terlambat, kelahiran
prematur (tidak cukup bulan).
Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan
biologois dan kecerdasan janin terhambat. Bayi lahir dengan berat badan rendah.
Penyulit pada saat melahirkan seperti perdarahan dan persalinan lama.
Keracunan kehamilan, yang di tandai bengkak teruta,ma di kaki dan tangan serta
tekanan darah tinggi. Bila ini tidak mendapat pengobatan yang baik dan benar,
maka keadaan ini dapat menimbulkan kejang-kejang yang pada gilirannya dapat
membawa maut baik pada bayi maupun ibunya.
Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul. Biasanya ini akan
menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi Caesar
maka keadaan ini akan menyebabkan kematian ibu maupun janinya.
Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan cenderung untuk
mencoba melakukan pengguguran kandungan (Aborsi) yang dapat berakibat
kematian bagi wanita.
Karena kurang pengetahuan dan perawatan kesehatan reproduksi, pernikahan
dini beresiko tinggi untuk tertular penyakit menular seksual, seperti keputihan
yang tidak normal, kencing sakit dll.
Kemungkinan terjadinya kanker serviks (kanker dari leher Rahim wanita) pada
perkawinan usia muda lebih besar dari pada mereka yang kawin pada usia kira-
kira dua kali lipat untuk mendapatkan kanker di bandingkan dengan wanita yang
menikah pada umur yang lebih tua.
Resiko kematian ibu dan janin pada saat persalinan 2-4 kali lebih tinggi dari
persalinan wanita usia 20 sampai 35 tahun. Anak-anak yang di lahirkan oleh ibu
remaja mengalami beberapa masalah antara lain: Perkembangan yang terhambat,
premature (berat badan lahir rendah). Hal ini selanjutnya akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental anak

2.1.7. Konseling Pada Remaja

1. PKHS (Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat)

Sumber daya manusia yang berkualitas diantaranya adalah individu yang cerdas.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan individu yang sehat secara fisik dan
psikis.Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS) adalah suatu cara belajar yang
berorientasi pada keterampilan selain materi pengetahuan, sehingga seseorang dapat
mengimplementasikan pengetahuannya menjadi suatu keterampilan untuk
berperilaku hidup sehat, baik sehat secar fisik maupun psikis. Keterampilan yang
dimaksud adalah kemapuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif.
Kompetensi psikososial adalah seluruh kemampuan yang berorientasi pada aspek
kejiwaan seseorang terhadap diri sendiri dan interaksinya dengan orang lain serta
lingkungan sekitarnya dalam konteks kesehatan. Kompetensi psikososial tersebut
antara lain :

1. Empati, yaitu kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri
sendiri.
2. Kesadaran diri, adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang
karakter, kekuatan, kelemahan, keinginan dan tidak keinginan
3. Pengambilan keputusan, adalah kemampuan yang dapat membantu kita untuk
mengambikl keputusan secara konstruktif dengan membandingkan pilihan
alternatif dan efek samping yang menyertainya.
4. Pemecahan masalah, adlah kemampuan untuk memungkinkan kita dapat
menyelesaikan masalah secara konstruktif.
5. Berpikir kreatif, yaitu kemampuan unuk menggali alternatif yang ada dan
berbagai konsekuensinya dari apa yang kita lakukan.
6. Berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisa informasi dan pengalaman-
pengalaman secara objektif.
7. Komunikasi efektif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri secara
verbal maupun non verbal yang mengikuti budaya dan situasi
8. Hubungan interpersonal, yaitu kemampuan yang dapat menolong kita
beroteraksi dengan sesama secara positif dan harmonis.
9. Mengatasi emosi, yaitu kemampuan keterlibatan pengenalan emosi dalam diri
sendiri dan orang lain.
10. Mengatasi Stress, yaitu kemampuan pengenalan sumber-sumber yang
menyebabkan stres dalm kehidupan, bagaimana efeknya dan cara mengontrol
terhadap derajat stres.
2. NAPZA ( narkotika, psikotropika, dan zat adiktif)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan
sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk
jenis narkotika adalah:
Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-


campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut,
tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka
psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan
demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya menyangkut
psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang
termasuk psikotropika antara lain:
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-
shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya. Bahan Adiktif
berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem
saraf pusat, seperti:Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan
pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang
dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap.
Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan sebagainya.
3. Fisiologis Menstruasi

Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-
Progesteron. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya
terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause.

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini
berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama,
kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-
rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai
7 hari paling lama 15 hari. Jika darah keluar lebih dari 15 hari maka itu termasuk
darah penyakit. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga
80mL per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.

a) Fase-fase Menstruasi

Gambar Siklus Menstruasi


a. Fase menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan
berkurangnya kadar hormon seks. Hal ini secara bertahap terjadi pada hari ke-1
sampai 7.
b. Fase pra-ovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu
oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada
hari ke-7 sampai 13.
c. Fase ovulasi
Masa subur atau Ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita
dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi. menurut beberapa literatur,
masa subur adalah 14 hari sebelum haid selanjutnya. Apabila wanita tersebut
melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka kemungkinan
terjadi kehamilan.
Menentukan masa subur. Beberapa metode dalam menentukan masa subur
dapat dilihat dengan beberapa cara:
a) Perubahan Periode Menstruasi
b) Perubahan Lendir Servik
c) Perubahan Suhu Basal Tubuh
d. Fase pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini,
terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi lebih tebal
dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka
hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase menstruasi kembali.
b) Gangguan-gangguan menstruasi

a. Amenorea

Amenorea dibagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder.


Amenorea primer adalah kondisi di mana seorang wanita sama sekali belum
mengalami haid hingga 16 tahun. Sedangkan amenorea sekunder adalah
kondisi di mana seorang wanita usia subur yang tidak sedang hamil dan
pernah menstruasi sebelumnya, berhenti mendapatkan menstruasi selama 3
bulan atau lebih. Selain itu, kekurangan gizi atau malnutrisi dan olahraga yang
berlebihan juga bisa menyebabkan wanita mengalami amenorea.
b. Disminorea

Dismenorea adalah kondisi di mana wanita mengalami nyeri saat


menstruasi, umumnya pada hari pertama dan kedua haid. Gejalanya berupa
nyeri atau kram di perut bagian bawah yang terus berlangsung, dan terkadang
menyebar hingga ke punggung bawah serta paha. Rasa nyeri tersebut juga bisa
disertai sakit kepala, mual, dan muntah. Dismenorea ini bisa terjadi karena
kadar hormon prostaglandin yang tinggi saat hari pertama haid. Setelah
beberapa hari, hormon ini akan berkurang kadarnya hingga dapat membuat
nyeri haid ikut mereda. Nyeri haid jenis ini biasanya akan mulai berkurang
seiring bertambahnya usia atau setelah melahirkan. Berbeda dengan
dismenorea yang normal terjadi karena peningkatan hormon prostaglandin,
dismenorea karena penyakit tertentu biasanya akan berlangsung lebih lama
dan semakin memburuk seiring bertambahnya usia.
c. Oligomenorea

Oligomenore adalah kondisi ketika seorang wanita jarang sekali mengalami


menstruasi, yakni jika siklus menstruasinya lebih dari 35-90 hari atau
mendapat haid kurang dari 8-9 kali dalam kurun waktu setahun. Oligomenorea
sering dialami remaja yang baru memasuki pubertas dan wanita yang
memasuki masa menopause. Gangguan menstruasi ini merupakan dampak dari
aktivitas hormon yang sedang tidak stabil di fase-fase tersebut.
Di samping itu, ada beberapa hal lain yang mungkin jadi penyebab
oligomenorrhea, yaitu: Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau
KB suntik; Sering melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat; Gangguan
ovulasi; Penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit tiroid, dan sindrom
polikistik ovarium (PCOS); Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan
bulimia; Masalah psikologis, seperti stres dan depresi; Efek samping obat-
obatan tertentu, seperti antipsikotik dan antiepilepsi.
d. Polimenorea

Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21
hari siklusnya atau masa bersih tanpa darah haid kurang dari 2 minggu).
Secara awam bisa terlihat sebagai haid yang terjadi dua kali atau lebih dalam
satu bulan. Banyaknya perdarahan bisa sama atau lebih banyak dari haid
normal. Penyebabnya antara lain gangguan hormonal sehingga siklus haid
menjadi lebih pendek. .

4. Pengisian Form Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan belajar dari pengalaman dan ilmu


untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tolak ukur kecerdasan
tidak hanya dinilai dari kecakapan logikanya, tetapi juga bisa dari delapan kemampuan
lainnya. Kesembilan kemampuan itu disebut sebagai kecerdasan majemuk.
Teori kecerdasan majemuk pertama kali dilontarkan oleh Howard Gardner, profesor
dan psikolog dari Universitas Harvard, dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind:
The Theory of Multiple Intelligences. Dalam buku tersebut, Gardner mengemukakan
bahwa setiap manusia memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan
berbagai cara berinteraksi dengan dunia. Satu jenis kecerdasan ditambahkan kemudian.
Macam kecerdasan majemuk :
a. Kecerdasan Verbal-Linguistik

Kecerdasan majemuk verbal-linguistik melibatkan kemampuan berbahasa


melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna dari kata-
kata, serta menggunakan bahasa dengan benar. Anak yang memiliki kecerdasan
ini kuat dalam bidang bahasa, mudah mengingat informasi verbal dan tertulis,
suka menulis dan membaca, jago debat dan pidato, suka melontarkan humor, dan
bisa menjelaskan sesuatu dengan baik.
b. Kecerdasan Logis-Matematis

Kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk


menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola
jumlah, atau pola warna. Untuk memicu kecerdasan logis-matematis pada buah
hati, latih Si Kecil dengan permainan analisis, berhitung, pergi ke museum ilmu
pengetahuan dan sains, misalnya planetarium.
c. Kecerdasan Spasial-Visual
Anak dengan tipe kecerdasan majemuk ini mengandalkan imajinasi dan senang
dengan bentuk, gambar, pola, desain, serta tekstur. Kemampuan spasial-visual Si
Kecil dapat diasah dengan menggambar, melukis, membangun sesuatu, bermain
warna, bermain puzzle, dan bermain lilin-lilinan. Kemampuan spasial- visual
dimiliki oleh arsitek, pelukis, seniman, dan desainer. Penelitian menunjukkan
bahwa, anak yang dilatih untuk mengembangkan spasial-visual memiliki
kemampuan mengingat (memori) dan penalaran logika yang baik.
d. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan
keseimbangan. Anak yang memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai
aktivitas fisik, seperti naik sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa
sulit duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan. Anda dapat membantu
mengajari kecakapan ini dengan memasukkannya ke dalam les tari, klub
olahraga, bermain lempar dan tangkap benda, menjaga keseimbangan saat
berjalan, atau bermain teater.
e. Kecerdasan Musikal
Tidak hanya dapat memainkan alat musik atau mendengarkan lagu. Mereka
yang memiliki kecerdasan ini juga mampu memahami dan membuat melodi,
irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah musik. Kecerdasan
musikal dapat diasah dengan memberi anak berbagai pilihan jenis musik,
menganalisis perbedaan suara orang dalam berbicara, mendengarkan suara alam,
atau bermain menciptakan lagu.
f. Kecerdasan Intrapersonal
Ini merupakan kecerdasan introspektif di mana Si Kecil mampu memahami diri
sendiri, mengetahui kekuatan, kelemahan, dan motivasi diri. Jika kecerdasan ini
menonjol pada diri anak, dia bijaksana dan bisa mengendalikan keinginan serta
perilakunya, juga mampu membuat rencana dan keputusan. Kecerdasan ini
dimiliki oleh penulis, ilmuwan, dan filsuf.
g. Kecerdasan Interpersonal
Selain intrapersonal, kecerdasan interpersonal atau keterampilan sosial juga
diperlukan. Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta
memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai
kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain,
suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman, menunjukkan empati kepada
orang lain, sensitif terhadap perasaan dan ide-ide orang lain, memediasi konflik,
dan mengemukakan kompromi
h. Kecerdasan interpersonal
Pada anak dapat diasah dengan mengajak anak bermain dengan teman sebaya,
mengunjungi acara komunitas, dan pertemuan sosial.

i. Kecerdasan Naturalis
Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan mengkategorikan tanaman,
hewan, dan benda-benda lain di alam, serta tertarik mempelajari spesies makhluk
hidup. Kecerdasan majemuk naturalis pada anak dapat dipupuk dengan
mengajarkannya nama-nama hewan, tanaman, alam semesta; mengoleksi
serangga, daun, batu, atau kerang; mengajak anak ke alam terbuka; mengamati
hewan-hewan; dan memelihara binatang peliharaan.
j. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial yang merupakan salah satu dari majemuk ini
memampukan anak mampu mengajukan dan mencari jawaban pertanyaan
mendalam tentang eksistensi manusia, seperti „Apa arti hidup?‟, „Mengapa kita
mati?”, atau „Apa peran kita di dunia?‟. Kecerdasan eksistensial lebih mengarah
ke bidang filsafat. Beberapa pakar juga mengaitkan antara kecerdasan eksistensial
ini dengan tipe kecerdasan spiritual.
5. Perubaban Psikososial Selama Pubertas
Perubahan fisik yang cepat dan teijadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak
berlangsung secara lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan emosi
anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan bila tidak
dipersiapkan untuk menghadapinya. Sebaliknya pada orangtua keadaan ini dapat
menimbulkan konflik bila proses anak menjadi dewasa ini tidak dipahami dengan baik.
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awa l {early
adolescent), pertengahan {middle adolescent), dan akhir {late adolescent)
Faktor faktor psikososial yang mempengaruhi perilaku seseorang Menurut Rutter
dkk . (1998) , mengatakan bahwa faktor psikosisoal adalah faktor yang berperan sebagai
faktor pelindung ataupun faktor resiko terhadap timbulnya suatu perilaku antisosil pada
tiap tiap individu . hal ini dikarenakan adanya perbedaan individu dalam memberikan
respon terhadap faktor faktor psikososial .

2.2. Konsep Dasar Fluor Albus (Keputihan)


2.2.1 Pengertian Fluor Albus (Keputihan)
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai rasa gatal setempat, dapat terjadi
secara normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis) (Kusmiran, 2012).
Leukorea (keputihan) merupakan pengeluaran cairan per vagina yang
bukan darah. Leukorea merupakan manifestasi klinis berbagai infeksi,
keganasan atau tumor jinak reproduksi. Gangguan ini tidak menimbulkan
mortalitas tetapi morbiditas karena selalu membasahi bagian dalam dan
menimbulkan iritasi, terasa gatal sehingga mengganggu dan mengurangi
kenyamanan (Manuaba, 2008).
Keputihan adalah keluarnya cairan keputihan, kekuningan, atau
kehijauan dari vagina yang mungkin normal atau yang mungkin merupakan tanda
infeksi. Ini adalah pelepasan lendir yang mewakili deskuamasi sel epitel vagina
karena efek dari hormon estrogen pada mukosa vagina (Somia Gul et. Al, 2013).
Ada 2 macam keputihan, yaitu keputihan normal dan keputihan tidak normal.
Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih
kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar,
dsb.), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stress
dan kelelahan. Sedangkan keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan
ciri-ciri: jumlahnya banyak, timbul terus-menerus, warnanya berubah (misalnya
kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan
(seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb.) (Wijayanti, 2009).
Keluarnya cairan dianggap tidak normal kalau cairan yang keluar tidak berwarna
jernih, tetapi berwarna putih kekuning-kuningan atau hijau, bahkan sering
disertai dengan darah. Keluarnya pun tidak pada saat sebelum atau sesudah
menstruasi, tetapi sepanjang waktu. Kadang-kadang cairan yang keluar
memberikan bau yang khas, bahkan bau sangat amis atau menyengat. Kalau
kondisinya sudah demikian, pada perempuan yang menderita keputihan akan
merasakan gatal dan agak panas atau perih di daerah vagina (Aris, 2008).
Keluarnya cairan dianggap tidak normal kalau cairan yang keluar tidak berwarna
jernih, tetapi berwarna putih kekuning-kuningan atau hijau, bahkan sering
disertai dengan darah. Keluarnya pun tidak pada saat sebelum atau sesudah
menstruasi, tetapi sepanjang waktu. Kadang-kadang cairan yang keluar
memberikan bau yang khas, bahkan bau sangat amis atau menyengat. Kalau
kondisinya sudah demikian, pada perempuan yang menderita keputihan akan
merasakan gatal dan agak panas atau perih di daerah vagina (Aris, 2008).
2.2.2 Etiologi Fluor Albus (Keputihan)
a. Keputihan fisiologis
Menurut Kusmiran (2012), keputihan fisiologis disebabkan oleh :
1) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari mengeluarkan keputihan.
2) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
3) Rangsangan saat koitus.
4) Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat
masa ovulasi.
5) Mukus servik yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk
mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
b. Keputihan patologis
Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur, kuman, parasit,
dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga
disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat genitalia
seperti mencuci vagina
2.2.3 Etiologi Fluor Albus (Keputihan)
a. Keputihan fisiologis
Menurut Kusmiran (2012), keputihan fisiologis disebabkan oleh :
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari mengeluarkan
keputihan.

2. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.

3. Rangsangan saat koitus.

4. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat


masa ovulasi.

5. Mukus servik yang padat pada masa kehamilan fungsinya untuk


mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
b. Keputihan patologis
Penyebab utama keputihan patologis ialah infeksi (jamur, kuman, parasit,
dan virus). Selain penyebab utama, keputihan patologis dapat juga disebabkan
karena kurangnya perawatan remaja putri terhadap alat genitalia seperti mencuci
vagina dengan air yang tergenang di ember, memakai pembilas secara
berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang
mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut (Aulia, 2012). Menurut
Prayitno (2014), bahwa salah satu penyebab keputihan abnormal adalah
membasuh organ kewanitaan yang salah, yaitu arah basuhan dari belakang ke
depan. Salah satu gaya hidup bersih dan sehat sebagai pencegahan infeksi alat
kelamin adalah biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan
gerakan membasuh dari depan ke belakang (Purwoastuti, 2015). Menurut
Kusmiran (2012), keputihan patologis disebabkan oleh :

1) Infeksi
a) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah Kandida albican. Biasanya
disebut juga dengan Kandidiasis genetalia. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS
dan dapat terjadi pada perempuan yang belum menikah. Beberapa faktor
pencetusnya antara lain pemakaian obat antibiotika dan kortikostiroid yang
lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal, kelainan endokrin seperti diabetes
melitus. Selain itu bisa disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh seperti
penyakit-penyakit kronis, serta selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan
terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat (Kusmiran, 2012). Keluhan
yang biasa ditimbulkan adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, lendir
kental dan berwarna putih, bergumpal seperti butiran tepung. Kadang disertai
rasa nyeri waktu senggama dan keluarnya cairan pada masa sebelum menstruasi.
Vulva terlihat merah pada saat pemeriksaan klinis, kadang-kadang disertai erosi
karena garukan (Kusmiran, 2012).
b) Bakteri
1. Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe, sering terjadi akibat hubungan
seksual (PMS). Gonokokus yang purulen mempunyai silia yang dapat
menempel pada sel epitel urethra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga bakteri
tersebut sudah mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan terjadi reaksi radang.
2. Klamidia trakomatis
Sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan penyakit menular seksual.

3. Grandnerella
Menimbulkan peradangan pada vagina, menghasilkan asam amino yang akan
diubah menjadi senyawa amin, berbau amis, berwarna keabu-abuan.
Biasanya gejala fluor albus yang berlebihan, berbau dan disertai rasa tidak
Nyaman dibagian bawah perut.
c) Parasit
Jenis Trikomonas vaginalis adalah parasit yang paling sering menyebabkan
keputihan. Penularan yang paling sering adalah lewat koitus, biasanya parasit ini
kalau pada pria terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang ditimbulkan adalah
Fluor albus encer sampai kental, kekuningan dan agak berbau disertai rasa gatal
dan panas.
d) Virus
organ dalam rongga panggul biasanya gejala keputihan disertai rasa nyeri perut
di bagian bawah dan atau nyeri panggul bagian belakang. Sedangkan infeksi
yang disebabkan Gonorrhoe, sekret sedikit atau banyak berupa nanah dan rasa
sakit dan panas pada saat kencing atau berhubungan seksual. Keputihan yang
disebabkan erosi pada mulut rahim, sekret berwarna kecokelatan (darah) dan
terjadi pada saat senggama. Pada kejadian kanker serviks, sekret bercampur
darah dan berbau khas akibat sel-sel yang mati (Kusmiran, 2012).
2.3.4 Gejala Fluor Albus (Keputihan)
Tanda dan gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan keputihan adalah sebagai
berikut :
1. Gejala pada keputihan fisiologis :
Menurut Stiaputri (2009), gejala keputihan fisiologis yaitu :
a. Cairan tidak berwarna (bening)
b. Tidak berbau
c. Tidak berlebihan
d. Tidak menimbulkan keluhan
2. Gejala pada keputihan patologis :
Menurut Abidin (2009), gejala keputihan patalogis yaitu :
a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
b. Sekret vagina yang bertambah banyak
c. Rasa panas saat kencing
d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
e. Sekret berwarna putih keabu-abuan atau kuning
f. Sekret berba

2.2.4 Pencegahan Fluor Albus (Keputihan)


Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah keputihan menurut (Verawati,
2011) yaitu:
a. Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan
keasaman di sekitar vagina. Vagina memiliki pH yang asam yaitu 4,5 hal ini
menjaga kesehatan vagina dengan menghambat pertumbuhan bakteri. Gunakan
produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu, karena produk seperti ini
mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora
normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tak bersahabat. Sabun antiseptik
biasa umumnya bersifat keras dan dapat membunuh flora normal di vagina. Ini tidak
menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka panjang.
b. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina
harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang
mudah terselip di sana-sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang
di tempat itu.
c. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
d. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan
cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai.
e. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana
dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di sekitar organ intim
panas dan lembab.
f. Tidak dianjurkan memakai celana jeans karena pori-porinya sangat rapat.
Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ
intim bergerak leluasa.
g. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut. Gunakan panty liner disaat perlu
saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan
sekembalinya di rumah.
Menurut Arthanasia (2011) Berikut ini beberapa saran yang dapat dilakukan untuk
mencegah keputihan:
a. Makan menggunakan metode gizi seimbang, rendah gula.
b. Menjaga kesehatan secara umum dengan cukup tidur, berolahraga, melepaskan
tekanan emosi.
c. Menjaga kebersihan secara teratur dengan: bersihkan vagina dari arah depan ke
belakang (dari arah vulva ke anus); memakai pakaian dalam yang bersih dari bahan
katun (bahan nilon terlalu menyimpan panas menimbulkan kelembaban berlebihan
yang mendorong tumbuhnya bakteri); menghindari penggunaan cairan atau
semprotan pembersih vagina, kertas toilet berwarna, handuk milik orang lain; sering
mengganti pembalut saat haid.
d. Yang utama dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan pribadi (personal
hygiene).
e. Melakukan pemeriksaan sendiri daerah sekitar vagina sangat disarankan, agar
bisa segera diketahui jika ada infeksi atau tidak. Biasanya terjadi perubahan pada
warna daerah sekitar vagina menjadi lebih merah, kadang disertai bau yang kurang
sedap maupun rasa gatal.
2.2.5 Pengobatan Fluor Albus (Keputihan)
Pengobatan atau penatalaksanaan leukorea atau keputihan tergantung dari
penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-

obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya
berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit (Misni, 2011). Tindakan
tanpa obat yang mendukung penyembuhan dapat dilakukan dengan mengindari
penggunaan sabun atau parfum vagina untuk mencegah iritasi, menjaga agar area
bagian kewanitaan tetap bersih dan kering dan menghindari penggunaan pakaian
dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat. Meminum minuman yogurt yang
mengandung Lactobacillus acidophilus setiap hari akan mengurangi kekambuhan
(Widyastuty, 2011)
2.3 Asuhan Kebidanan Pada Remaja Dengan Fluor Albus
2.3.1. Pengkajian
1. Data
Subjektif
Biodata
1) Umur

Anak remaja usia 10-19 tahun berpotensi mengalami keputihan (flour albu) karena
kurang nya menjaga kebersihan area kemaluan . Serta anak remaja yaitu masa
peralihan individu matang secara fisiologik, psikologik, mental, emosional, dan
sosial
Keluhan utama
Pada remaja dengan kasus flour albus mengeluh sering keputihan berlebih hingga
becek

c. Riwayat Menstruasi
Lama menstruasi, siklus menstruasi, konsistensi, nyeri haid.

d. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Nutrisi
Pemenuhan nutrisi yang tidak seimbang, frekuensi makan yang sedikit dan pola
makan yang tidak teratur.
2) Aktifitas
Penderita flour albus tampak beraktifitas seperti biasanya, namun beberapa
berpotensi merasa tidak nyaman.
2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Keadaan umumnya baik, kesadaran kompos mentis (Romauli, 2011).
2) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital pada anemia cenderung rendah yaitu tekanan darah dibawah
normal
TD kurang dari 120/80 mmHg, S: 36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16 –
24x/menit.
b. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Muka tidak pucat.
2) Mata
Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva pucat (Romauli, 2011).
3) Mulut/bibir
Pada mulut dilihat warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-
pecah.(Sulistyawati, 2013).
Pada penderita fluar albus, biasanya dijumpai bibir lembsb, mukosa bibir lembab.
4) Dada
Bentuk dada simetris, pernafasan teratur, tidak ada retraksi intercostae, tidak ada
wheezing dan ronchi (Marmi, 2011).
5) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe dan
tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011).
6) Punggung
Tidak skoliosis, lordosis, kifosis.
7) Ekstremitas
Tidak odema, tidak ada kelainan dan tidak varises.
2.1.2 Diagnosa
Nn. “V” usia 10-20 tahun dengan Flour albus
2.1.3 Perencanaan
Diagnosa : Nn. “V” usia 10-20 tahun dengan Fluor albus

Tujuan : masalah dapat teratasi dan tidak terjadi komplikasi.

1. KU baik, kesadaran kompos mentis.


2. TTV dalam batas normal menurut Romauli (2011) yaitu TD: 110/70 – 130/80 mmHg, S:
36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16 – 24x/menit. Pada penderita polimenorea yang
mengalami anemia, tekanan darah cenderung rendah (kurang dari batas normal).
3. IMT normal yaitu 18,5-23.
4. Tidak terdapat masalah pada aktifitas, tidak sesak nafas, tidak cepat lelah.

Intervensi adalah :

1. Pertemuan 1
a. Menjalin komunikasi interpersonal.
b. Mengukur kecerdasan majemuk
c. Memberikan ketermpilan hidup sehat (PKBS)
d. Jelaskan kepada pada remaja mengenai dan penyebabnya.
Rasional: dengan diberikan informasi tentang Flour albus, remaja akan lebih mengerti
dan kooperatif.
c. Anjurkan anak untuk selalu menjaga kebersihan area kewanitaan
Rasional: Seseorang yang hidupnya kurang aktif (sedentary life) menjaga kebersihan ke
lembaban area kewanitaan akan cenderung mengalami keputihan
d. penyepakati pertemuan selanjutnya.
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya
2. Pertemuan 2
a. Berikan pendidikan kesehatan Reproduksi remaja dan gizi.
Rasional: untuk menambah pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja
b. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya.
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
3. Pertemuan 3
a. Berikan pelayanan terkait kesehatan jiwa dan NAPZA (menggunakan pediatric symtom
checklist).
Rasional: untuk mengetahui apakah ada gangguan psikososial pada anak.
c. Menyepakati pertemuan selanjutnya.
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya
4. Pertemuan 4
a. Berikan pelayanan kesehatan lain terkait isu kesehatan lain
Rasional: untuk menambah pengetahuan remaja mengenai isu kesehatan remaja
b. Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang
dberikan.
2.3.4 Pelaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2.3.5 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada
klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien.
Menurut Kemenkes RI (2011:7), evaluasi ditulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S : data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O: data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A: hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P: penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaanyang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dan rujukan
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
Tanggal pengkajian : 29 September 2020
Tempat pengkajian : PKM Siwalankerto Surabaya
Pukul : 10.00 WIB
Oleh : Nada Nzilatul Ilma
3.1 Data subyektif
3.1.1 Biodata
Nama : Nn. V
Umur : 18 tahun (11-10-2001)
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK
Alamat : Jl. Siwalankerto Timur 19 D Surabaya

Nama Orangtua : Tn. M / Ny. A

Usia : 50 Tahun / Almarhum

Pendidikan : SMP / SMP

Pekerjaan : Wiraswasta /-

Alamat : Jl. Siwalankerto Timur 19 D Surabaya

3.1.2 Keluhan (Bila ada)


keputihan tidak berbau tetapi gatal sebelum dan sesudah menstruasi.
3.1.3 Anamnesa
Klien datang puskesmas dengan keluhan keputihan berlebih dan terasa gatal tapi jarang
Setelah saya melakukan anamnesa ternyata anak kurang memperhatikan kebersihan
area kewanitaan
3.1.4 Status dalam keluarga : Anak kandung
3.1.5 Jumlah saudara kandung : 3 (anak 3 dari 3bersaudara)
3.1.6 Riwayat pernikahan orangtua : Anak dari pernikahan 1 lama menikah 26 tahun
3.1.7 Riwayat Haid
Menarche umur 12 tahun, siklus teratur 28-30 hari, lama 5-7 hari, tidak ada nyeri haid,
keputihan sebelum dan sesudah haid, gatal, tidak berbau, dan berwarna putih
3.1.8 Aktifitas sehari-hari
Kegiatan sehari-hari : Bekerja mulai jam 14.00 sampai jam 21.00 WIB
Apakah merokok : Tidak merokok
Aktifitas olahraga : Tidak pernah olahraga

Seksual : Tidak pernah melakukan hubungan seksual.


Obat-obat terlarang : Tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang

Pola makan : Tidak teratur karena tidak ada yang mengurus di

rumah (makan hanya seadanya)


Pola personal : Jarang mandi kadang hanya sehari satu kali, malas
Hygiene mencuci baju, saat menstruasi jarang menggunakan
pembalut dan kadang menggunakan kain.

Penyuluhan yang diberikan : NAPZA, IMS, Kespro


3.2 Data Obyektif
3.2.1 Keadaan Umum
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : 36.6 oC
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit

3.2.2 Pemeriksaan Fisik


Kepala dan wajah : tidak teraba massa dikepala, tidak lebam,

conjungtiva merah muda, sclera putih


Leher : Vena jugularis tidak ada pembesaran, kelenjar tiroid
tidak ada pembengkakan, kelenjar limfe tidak ada
pebengkakan.
Dada : payudara tumbuh normal

Abdomen : Abdomen tidak teraba massa

Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian

Ekstremitas Atas : Tidak oedem, berfungsi dengan baik dan tidak ada
kelainan
Bawah Tidak oedem, berfungsi dengan baik dan tidak ada
: kelainan
BB : 50 kg

TB : 160 cm

IMT : 19, 5

Lingkar pinggang : 68 cm

Lingkar panggul : 78 cm

Rasio LPi/LPa : 1.18 cm

LILA : 25,5 cm
3.2.3 Data Penunjang

Tidak dilakukan

3.3 Analisa Data


Remaja Nn “V” usia 18 tahun dengan masalah fluor albus
3.3. Penatalaksanaan
a. Pertemuam 1
Hari : Selasa, 29 September 2020
Tempat : Puskesmas Siwalankerto
NO Penatalaksanaan Paraf

1 Menjelaskan hasil anamnesa/pengkajian dan asuhan yang akan

diberikan pada remaja, klien memahami penjelasan

Nada
3 Mengukur kecerdasan majemuk , klien bersedia
Nada
4 Menjelaskan 10 kompetensi Pendidikan keterampilan Hidup

sehat (PKBS), klien memahami penjelasan dan mampu

mengulangi penjelasan
Nada
5 Menjelaksan masalah flour albus yang menganggu rasa nyaman

dan cara mengatasinya

Nada
6 Berkalaborasi dengan dokter pemberian terapi

CTM , Vitamin B Plek, Vitamin C


b.. Pertemuan 2
Hari : Selasa, 29 September 2020
Tempat : Puskesmas Siwalankerto
S : Anak mengatakan masih keputihan gatal dan tidak berbau

O : Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : 36.6 oC
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
A : Nn V usia 18 tahun dengan flour albus
P:
NO Penatalaksanaan Paraf

1 Memberikan pendidikan kesehatan remaja terutama tentang

cara menjaga kebersihan alat kemaluan dan cara cebok yang

benar , klien memahamidan dapat menjelaskan ulang


Nada
2 Menjelasakan hasil mengukuran kecerdasan majemuk

Kecerdasan musik : 27

Kecerdasan kinestetika : 26

Kecerdasan interpersonal : 29

Kecerdasan intrapersonal : 26

Kecerdasan :linguistic : 21

Kecerdasan logika matematik : 19

Kecerdasan spasial : 28

Kecerdasan natural :31


3 Memberikan KIE gizi seimbang pada remaja , Klien mengerti

dan memahami

Nada
4 Menjelaskan penjegahan masalah gizi pada remaja seperti

KEK, anemiai, gangguan pada menstrusi

Nada
5 Menyepakati pertemuan selanjutnya

Nada
Pertemuam 3
Hari : Rabu, 30 September 2020
Tempat : Daring (whatsaap)
S : Anak mengatakan masih keputihan tidak gatal dan tidak berbau

O : Kesadaran : komposmentis
A : Nn V usia 18 tahun dengan fluor albus
P:
NO Penatalaksanaan Paraf

1 Mengingatkan ulang terkait pendidikan jiwa dan NAPZA

(menggnakan pediatric Syntom checklist), klien bersedia

Nada
2 Mengingatkan ulang KIE Tentang penyakit tidak menular dan

pencegahan kekerasan pada remaja , klien bersedia dan

memahami Nada

3 Menyepakati pertemuan selanjutnya tanggal 01 Oktober 2020

Nada
Pertemuam 4
Hari : Kamis, 01 Oktober 2020
Tempat : Daring (whatsaap)
S : Anak mengatakan masih keputihan tidak gatal dan tidak berbau

O : Kesadaran : komposmentis
A : Nn V usia 18 tahun dengan fluor albus
P:
NO Penatalaksanaan Paraf

1 Menjelaskan pada klien tetang hasil pemeriksaan koesioner

pediatric Syntom checklist dengan hasil “11”, klien mengerti

keadaannya

2 Memberikan KIE tentang pola hidup sehat pada remaja , upaya

pencegahan faktor resiko penyakit tidak menular melaui

perilaku CERDIK (Cek Kesehtan secara berkala ,Enyahkan

asap rokok,Rajin aktifitas fisik , Diet sehat dengan kalori

seimbang, istirahat cukup dan kelola strees), dan mengjarkan

klien untuk melakukan SADARI, klien memahami penjelasan


Nada
3 Mengingatkan ulang KIe tentang keputihan dan mengatsinya

memhami, klien memahami penjelasan

Nada
4 Melakukan evaluasi dengan klien pada pertemuan 1-3 yang

telah diberikan , pasien dapat menjelasakan


Nada
5 Mengakiri asuhan kebidanan pada remaja dengan flour albus

klien kooperatif dan mampu mengimplementasikan hasil secara

mandiri
Nada
BAB 4
PEMBAHASAN

Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat mengambil kesimpulan dan
pemecahan masalah dalam kesenjangan tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam menerapkan asuhan kebidanan yang efektif. Berikut penjelasan dari kesenjangan
tersebut :

4.1. Pengkajian

4.1.1. Data Subjektif


Pada pertemuan atau kunjungan pertama kasus ini Nn. “V” menyatakan mengalami
keputihan gatal tidak berbau berwarna putih.

4.1.2. Data Objektif


Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak didapatkan kesenjangan antara teori dengan
kasus di lapangan.
4.2. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian data baik subjektif maupun objektif maka dapat
disimpulkan diagnosa kebidanan adalah sebagai berikut : Nn V usia 18 tahun remaja
dengan flour albus. Pada langkah ini mempertimbangkan antara teori dan kasus dalam
menegakkan diagnose.
4.3. Penatalaksanaan
Asuhan yang di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah yang
benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
diagnosa dan masalah. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
Pada kasus ini pelaksanaan tindakan terapi dan pemberian pendidikan kesehatan
terhadap klien sudah sesuai dengan rencana asuhan kebidanan holistik berkelanjutan pada
remaja dengan flour albus secara menyeluruh. Setiap rencana dapat dilakukan dengan baik
terhadap klien. Hal ini didukung oleh adanya kerja sama baik antara klien maupun tenaga
kesehatan.
Evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana yang telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
terlaksana secara efektif, remaja dapat mengatasi masalahnya dan mampu
mengimplementasikan hasil asuhan secara mandiri.
BAB 5

PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn V mulai dari pengkajian sampai
evaluasi, diperoleh kesimpulan bahwa: Nn.“V” mengalami flour albus fisioligis. Akan
tetapi pada akhir pertemuan, Nn. V mampu menerapkan hasil asuhan selama 4 kali
pertemuan secara mandiri. Flour albus yang dialami Nn. V ini perlu mendapatkan
penanganan serius apabila muncul keluhan lain yang semakin bertambah parah. Maka
disarankan agar periksa ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan lebih dini.

5.2.Saran
1. Bagi Profesi
Untuk tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan untuk dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada remaja tentang flour albus
2. Bagi Institusi dan Instansi
a. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
tentang remaja dengan flour albus
b. Instansi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan agar masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Terutama pada kasus
remaja dengan flour albus
DAFTAR PUSTAKA

Anita. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 ed.5. Jakarta: Interna Publishing

Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi-Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta ; 2010

Depkes. 2010. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Nadisu. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta: EGC

Indriyan Avie, dr. 2011. Bidanku Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: EGC

Laila, N. N. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika

Astuti, V.W. (2013). Stres dan Mekanisme Koping terhadap Gangguan Siklus Menstruasi
Pada Remaja Putri. RS Baptis. Kediri.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Pertemuan 3 30 September 2020 (daring)
Pertemuan 4 01 Oktober 2020 (Daring)

Anda mungkin juga menyukai