Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF HOLISTIK PADA

REMAJA DENGAN DISMINORE PRIMER


DI PUSKESMAS SEBULU I

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan


Stase Remaja Praktik Profesi Bidan

Disusun Oleh:
EVI ARNAWATI
NIM. P07224422097

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA REMAJA


DENGAN DISMINORE PRIMER
DI PUSKESMAS SEBULU I
SEBULU

Disetujui di Sebulu, Agustus 2022

Mahasiswa

Evi Arnawati
NIM. PO7224422097

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Ns. Jasmawati, S.Kep, M.Kes Rina Fajariani, A. Md. Keb


NIP: 196412311990012001 N.198604152010012001

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Evi Arnawati

Nim : P0 7224422097

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan

Poltekkes Kemenkes Kaltim

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang saya


tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah hasil
plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku panduan
atas perbuatan tersebut.

Sebulu, Agustus 2022

Mahasiswa

Evi Arnawati
NIM. PO7224422097

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan pada
remaja dengan Disminore Primer di Puskesmas Sebulu I. Penyusunan laporan ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. H. Supriadi B, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ns. Jasmawati, S.Kep, M.Kes, selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan
laporan ini.
5. Rina Fajariani, A. Md. Keb selaku Preseptor Lahan di Puskesmas Sebulu I
tempat mahasiswa melakukan praktek lapangan yang telah memberikan
dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Profesi Bidan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
7. Orang tua dan keluarga (Suami dan Anak-anak) yang telah memberikan bantuan
baik dukungan material dan moral.
8. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan
laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

iv
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan komprehensif ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Sebulu, Agustus 2022


Penulis

Evi Arnawati

v
DAFTAR ISI
Lembaran Pengesahan………………………………………………………... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan…………………………………………………. iii
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP TEORI
1. Pengertian....................................................................................... 6
2. Fisiologi.......................................................................................... 6
3. Patofisiology................................................................................... 7
4. Komplikasi...................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 10
6. Pelayanan yang dibutuhkan............................................................ 11
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 11

B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH


VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian)................................................................... 13
2. Langkah II (Interpretasi data)......................................................... 19
3. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)............ 19
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi).... 19
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan)................... 19
6. Langkah VI (Pelaksanaan).............................................................. 21

vi
7. Langkah VII (Evaluasi).................................................................. 21

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 22


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 28
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 31
A. KESIMPULAN................................................................................... 31
B. SARAN................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA 33

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Remaja akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa awal
pematangan organ seksual. (Andira, 2010 : 29).
Perkembangan remaja dibagi menjadi perkembangan intelektual,
perkembagan seksual, perkembangan emosional, perkembangan kreativitas,
perkembangan sosial dan perkembangan nilai, moral dan sikap ( Ali dan Asrori,
2014 )
Memasuki masa remaja, beberapa jenis hormon, terutama hormon
esterogen dan progesteron mulai berperan aktif, sehingga pada tubuh wanita
tertentu akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain: pembesaran
payudara, panggul melebar, mulai tumbuh rambut-rambut halus di bagian ketiak
dan kemaluan. Disamping hal tersebut, wanita yang sudah memasuki masa
remaja akan mengalami menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Menarche adalah saat haid atau menstruasi yang datang pertama kali.
Merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja
putri yang sedang beranjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu
hamil ( Andira, 2010 : 31 )
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita
yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Pratiwi,
2011).
Nyeri haid dirasakan oleh wanita pada hari-hari pertama menstruasi
(Pratiwi, 2011). Gejala-gejala nyeri haid tersebut berupa sakit yang datang secara
tidak teratur dan tajam, serta kram dibagian bawah perut yang biasanya
menyebar kebagian belakang, menjalar ke kaki, pangkal paha dan vulva atau
bagian luar alat kelamin wanita. Angka kejadian nyeri menstruasi (Disminore) di
dunia sangat besar (50%). Indonesia menempati urutan ketiga (55%) setelah
Amerika (Proverawati, 2009).
Dismenore umumnya terjadi sekitar 2 atau 3 tahun setelah menstruasi
pertama dan mencapai klimaksnya saat wanita berusia 15-25 tahun (Simanjuntak,
2008).
Berbagai etiologi telah dikaitkan dengan dismenore dan PMS seperti
kelainan hormonal, kekurangan vitamin, stres, merokok, kebiasaan diet tertentu
dan kurang olahraga ( AE Arafa dkk, 2018 )
Kerugian kesehatan seseorang wanita yang mengalami disminore jika
dilihat dari segi ekonomi yaitu biaya obat, perawatan medis, dan penurunan
produktivitas. Beberapa literatur menyatakan variasi prevalensi secara
substansial. Dismenore membuat waita terutama siswi tidak dapat beraktifitas
secara normal, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenore primer tidak
dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri
yang dirasakan( Ju H,et al, 2013, Parke, 2010).
Hasil survei World Health Organization (WHO) tahun 2013
menunjukkan lebih dari 80% wanita usia subur mengalami disminore ketika haid,
dan 67,2% nya terjadi pada kelompok umur 13-21 tahun. Kebanyakan
perempuan di Indonesia yang mengalami dismenore tidak melaporkan atau
berkunjung ke dokter. Sebanyak 90% perempuan Indonesia pernah mengalami
dismenore (Gumangsari, 2014). Prevalensi angka kejadian dismenore di
Indonesia menurut Jurnal Occupational Environtmental cukup tinggi yaitu 54,98
% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.
Penanganan untuk nyeri disminore terdapat dua tindakan yaitu secara
farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat menggunakan
obat analgesik sebagai penghenti rasa sakit dan anti peradangan non- steroid Non
Steroid Anti Inflamasi Drugs (NSAID), sedangkan prosedur non farmakologi

9
dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi, kompres air hangat, olahraga
teratur (Arifin, 2008).
Selain itu Aromaterapi dapat menjadi alternativ untuk mengatasi
disminore, dengan menggunakan minyak atsiri sebagai aromatik dari ekstrak
tumbuhan untuk meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran, dan jiwa ( Ristiani dkk,
2021 )

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan berdasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Disminore pada Remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Disminore
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
Disminore berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus Disminore dengan pendekatan
Varney, yang terdiri dari :
1) Melalukan pengkajian
2) Mengidentifikasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus Disminore
dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjagan antara teori dan praktik di lapangan

10
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Remaja
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Remaja akan mengalami pubertas. Pubertas adalah masa awal
pematangan organ seksual. (Andira, 2010 : 29).
Memasuki masa remaja, beberapa jenis hormon, terutama hormon
esterogen dan progesteron mulai berperan aktif, sehingga pada tubuh
wanita tertentu akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara
lain: pembesaran payudara, panggul melebar, mulai tumbuh rambut-
rambut halus di bagian ketiak dan kemaluan. Disamping hal tersebut,
wanita yang sudah memasuki masa remaja akan mengalami menstruasi
(Proverawati dan Misaroh, 2009).
Menstruasi merupakan perdarahan periodik normal yang keluar dari
uterus dan merupakan tanda kematangan fungsi fisiologis pada wanita.
Haid merupakan proses katabolisme dan terjadi di bawah pengaruh
hormon hipofisis dan ovarium (Benson, 2009).

2. Dismonore
a. Pengertian
Disminore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan
terjadi selama menstruasi (Saryono,2009). Secara fisiologi
menstruasi terjadi akibat dari aktivitas prostaglandin yang tidak
seimbang di daerah uterus yang menstimulasi kontraksi otot polos

11
dinding uterus untuk mengeluarkan dinding endometrium yang
diluluhkan (Ganong & William, 2007). Dismenore umumnya terjadi
sekitar 2 atau 3 tahun setelah menstruasi pertama dan mencapai
klimaksnya saat wanita berusia 15-25 tahun (Simanjuntak, 2008).
Nyeri hebat dirasakan sangat menyiksa oleh sebagian wanita,
beberapa wanita bahkan pingsan.
Jenis Dismenorea pada wanita umumnya adalah disminorea
fungsional (normal) yang terjadi pada hari pertama atau menjelang
hari pertama akibat dari penekanan pada kanalis servikalis ( leher
rahim), dan akan menghilang seiring hari berikutnya menstruasi.
Dismenorea nonfungsional ( abnormal ) mengakibatkan rasa nyeri
hebat terus menerus baik sebelum, sepanjang menstruasi, maupun
sesudahnya. Jika hal ini terjadi, bisa dicurigai atau mengarah ke
endometriosis atau kista ovarium (Hasnah & Harmina, 2017) .

b. Jenis Disminore
Disminore atau nyeri haid dibagi menjadi dua yaitu disminore
primer dan disminore sekunder. Seseorang dikatakan mengalami
disminore primer jika terjadi nyeri saat haid tetapi tidak ditemukan
kelainan pada genetalia, sementara disminore sekunder terjadi nyeri
saat haid tetapi terdapat kelainan yang menyertai seperti keputihan
(Irianto, 2015).
Nyeri disminore primer diduga berasal dari kontraksi rahim
yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat
ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati
serviks (Nugroho, Taufan & Bobby Indra, 2014).
Pada umumnya dismenore primer sering dikenal dengan gejala
premenstrual sindroma yang disebabkan oleh kelebihan hormon
prostaglandin pada jaringan endometrium (Afiyanti; Anggi Pratiwi,

12
2016;88). Dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan
dengan kalinan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini
kemungkinan adalah haid yang disertai infeksi, endometriosis,
mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba, 2009;59).
Dismenore primer pada umumnya dialami para perempuan
remaja pada 6 bulan sampai 2 tahun periode menarche. Kondisi
dismenore primer dapat hilang dengan sendirinya setelah perempuan
berusia 25 tahun atau setelah melahirkan pervaginam. Selanjutnya,
dismenore sekunder memiliki sebab patofisiologi khusus misalnya
berkenaan dengan adanya fibromyomas dan endometriosis.
Dismenore sekunder dialami perempuan yang mengalami
endometriosis, infeksi panggul, mengalami penyempitan atau
stenosis pada mulut rahim (serviks), kanker uterus dan ovarium, atau
perempuan akseptor IUD.
Dismenore primer biasanya mulai 2-3 tahun setelah menarche
dan mencapai maksimal antara usia 15 dan 25. Frekuensi menurun
sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah
melahirkan. Nyeri kram mulai 24 jam sebelum menstruasi dan
mungkin bertahan selama 24-36 jam, walaupun nyeri berat hanya
berlangsung selama 24 jam pertama. Kram dirasakan pada abdomen
bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau ke permukaan dalam
paha. Pada kasus berat, nyeri kram dapat disertai muntah dan diare
(Llewellyn-Jones, Derek, 2002:216).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer biasanya
terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah
siklus ovulasi teratur ditentukan. Selama menstruasi, sel-sel
endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin (kelompok

13
persenyawaan mirip hormon kuat yang terdiri dari asam lemak
esensial. Prostaglandin merangsang otot uterus (rahim) dan
mempengaruhi pembuluh darah; biasa digunakan untuk menginduksi
aborsi atau kelahiran) yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan
suplai darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium (otot dinding
rahim) dan vasoconstriction (penyempitan pembuluh darah).
Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan
haid pada perempuan dengan dismenore berat. Kadar ini memang
meningkat terutama selama dua hari pertama haid. Vasopressin
(disebut juga: antidiuretic hormone, suatu hormon yang disekresi
oleh lobus posterior kelenjar pituitari yang menyempitkan pembuluh
darah, meningkatkan tekanan darah, dan mengurangi pengeluaran
excretion = air seni) juga memiliki peran yang sama (Dito Anurogo
dan Ari Wulandari, 2011:45).
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan,
setelah tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenore sekunder. Namun,
penyakit pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum,
di antaranya termasuk endometriosis (kejadian dimana jaringan
endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid,
adenomyosis (bentuk endometritis yang invasive), polip
endometrium (tumor jinak di endometrium), chronic pelvic
inflamatory disease (penyakit radang panggul menahun, dan
penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU (C) D [intrauterine
(contraceptive) device] (Dito Anurogo dan Ari Wulandari, 2011:48-
49).

14
c. Etiologi
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari
nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan
nyeri spasmodik di sisi medial paha (Dito Anurogo dan Ari
Wulandari, 2011:49).
Faktor-faktor yang memegang peranan sebagai penyebab
dismenore primer, antara lain:
1) Faktor stress
Stres yang dialami oleh remaja bisa disebabkan oleh banyak hal
diantaranya stres dapat dipicu karena mau menghadapi ujian,
stres karena kehilangan, bertengkar dengan orang yang disayangi
bisa membuat remaja menjadi depresi dan stres jika terlalu
difikirkan kemudian kehidupan sekolah juga menjadi salah satu
faktor penyebab stress pada remaja. Dibuktikan dengan
penelitian Purwanti (2014)
2) Faktor konstitusi
Faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas,
dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-
faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore menurut (Sukarni,
2013:39).
3) Faktor hormon
Hormon yang berlebihan pada dasarnya dapat menyebabkan
nyeri dysmenorrhea karena terjadi ketidakseimbangan hormon
(Laila, 2011).

15
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang
berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal
tonus dan kontraktilitas otot usus. Clithereo dan Pickles
menjelaskan bahwa karena endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin yang berlebihan dilepaskan kedalam
peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek
umum, seperti diare. Nausea, muntah, flushing menurut
(Sukarni, 2013:39).
4) Kelainan organ
Kelainan organ, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah
anatomis rahim), hiploplasia uterus (perkembangan rahim yang
tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan salauran
jalan lahir), mioma submukosa bertangkai (tumor jinak yang
terdiri jaringan otot), dan polip endrometrium menurut
( Saraswati, 2010 : 27-28 ). Salah satu teori yang paling tua
untuk menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis
kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis,
akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang
penting sebagai penyebab dismenore Menurut (Sukarni,
2013:39).
Sedangkan beberapa faktor penyebab dari dismenore sekunder
adalah:
a) Endometriosis
b) Fobroid
c) Adenomiosis
d) Peradangan tubafalopii
e) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut

16
f) Pemakaian IUD

d. Gejala Klinis
Perempuan usia subur mengalami disminore pada saat
menstruasi. Nyeri itu berlangsung dihari-hari menjelang atau awal
terjadinya menstruasi. Nyeri akan terasa diperut bagian bawah atau
tengah, bahkan kadang juga hingga ke pinggul, paha dan punggung.
Tingkat keparahan rasa nyeri pada setiap perempuan itu berbeda-
beda, kadang kala nyeri tidak terasa dan ada yang nyeri terasa sangat
hebat disertai kejang, lemas, demam, pusing dan berbagai gangguan
lambung, seperti mual, muntah dan diare ( Mumpuni, 2013 )
Nyeri merupakan bentuk ketidak nyamanan yang didefinisikan
dalam berbagai perspektif. Menurut Tournaire & Thea-Yonneau
(2007) dalam Andarmoyo (2013) nyeri adalah pengalaman yang
tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan jaringan tubuh.

e. Patofisiologi
1) Dismenore Primer
Produksi prostaglandin dua hingga tujuh kali lebih besar pada
wanita dengan dismenore dibandingkan dengan wanita - wanita
yang tidak mengeluhkan nyeri menstruasi. Peningkatan produksi
prostaglandin F2α (PGF2α), dan prostaglandin E2 (PGE2), atau
suatu rasio PGF2α: PGE2 yang tidak memadai, dapat
meningkatkan tonus uterus istirahat, tekanan kontraktil
miometrium, frekuensi kontraksi uterus, dan kontraksi aritmik
uterus. Kelainan ini akan menimbulkan vasokontriksi, iskemia
dan hipoksia uterus, yang semua menyebabkan nyeri. Selain itu,

17
prostaglandin juga menimbulkan hipersensitisasi serabut-serabut
nyeri terhadap bradikidin dan rangsang fisik lainnya. Bila PGF2α
yang berlebihan masuk ke dalam sirkulasi, maka dapat timbul
gejala-gejala sistemik ( Marlina, 2012 )
Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif rendah
pada fase proliferatif pra-ovulasi, namun akan meningkat selama
fase sekresi, mencapai kadar tertingginya selama menstruasi.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa steroid-steroid seks,
khususnya progesteron, berperan dalam peninggian kadar
prostaglandin yang dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini
juga konsisten dengan kejadian dismenore yang hampir eksklusif
pada siklus-siklus ovulatorik.
Faktor-faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun
keluarga, atau kedunya, dapat menetukan sifat nyeri dismenore
primer. Faktor- faktor ini lebih unik untuk nyeri dismenore
dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber lainnya.
2) Dismenore Sekunder
Endometriosis jaringan endometrium yang membentuk
prostaglandin dapat dijumpai pada ovarium, ligamentum
sakrouterina, cul-de-sac, atau dimanpun pada peritoneum. Uterus
retroversi dapat pula disertai endometriosis.
Leiomioma (fibroid) merupakan berkas-berkas otot polos yang
saling menganyam, yang terbungkus suatu pseudokapsula.
Leiomioma sering kali disertai metroragia, dan juga berkaitan
dengan produksi prostaglandin yang berlebihan. Adenomiosis
menjelaskan suatu keadaan endometrium menginvasi
miometrium. Mekanisme pasti bagaimana adenomiosis
menimbulkan dismenore masih belum jelas. (Mengel MB, 2001).

18
f. Komplikasi
1) Jika diagnosis dismonire sekunder diabaikan atau terlupakan
maka patologi ( kelainan atau gangguan yang mendasari dapat
memicu angka kesakitan, kemandulan dan kematian )
2) Isolasi sosial ( merasa terasing atau dikucilkan ) dan depresi
3) Sedangkan pada disminore primer jarang ditemukan kelainan-
kelainan patologis

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk nyeri disminore terdapat dua tindakan, yaitu
secara farmakologi dan non farmakologi ( Arifin, 2008 )
Farmakologi :
1) Obat anti nyeri jenis non-stroid
2) Obat-obat diuretic
Non Farmakologi
1) Relaksasi / yoga ( Guided Imagery,
2) Hipnoterapi ( Guided Imagery.
3) Kompres air hangat
4) Olahraga teratur ( Latihan Abdominal Stretching, bersepeda,
senam dll )
5) Aromaterapi ( dapat diberikan secara inhalasi, oral dan pijat )
6) Terapi Akupresur ( Pemijatan dan stimulasi pada titik tertentu )
7) Akupunktur
8) Herbal ( Kurkumin dan Jahe )

19
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Remaja Dengan
Disminore
I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : usia berisiko <12 tahun dapat melakukan preventiv
terhadap kemungkinan dismenore primer (Larasati &
Alatas, 2016). Disminorea sekunder paling sering
muncul di usia 30-an atau 40-an (Nurwana, Yusuf
Sabilu, 2018)
Agama :
Suku :
Pendidikan : Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat pada tahun
2012, Penulis mengatakan bahwa Pendidikan
mempengaruhi terhadap pengetahuan, ketika
pendidikan remaja itu tinggi pengetahuan remaja
tersebut juga akan baik dan berpengaruh terhadap
kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika
terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan pada
remaja, maka dapat segera di atasi secepat mungkin.
Jadi, tingkat pendidikan dan pengetahuan
berpengaruh dengan kejadian amenorea sekunder.
Pekerjaan :
Alamat :
No.Register :

20
2. Alasan datang periksa/ Keluhan utama
Keluhan utama yang diungkapkan adalah nyeri menstruasi yang terjadi
terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke
punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis (Ana
Mariza, 2022 ).

3. Riwayat kesehatan klien


Perlu dikaji adanya riwayat penyakit tumor / kanker maupun penyakit-
penyakit lain yang diderita klien, khususnya penyakit kandungan. Riwayat
penyakit berhubungan adanya kemungkinan pengaruh penyakit dengan
sistem hormonal maupun kemungkinan munculnya stres akibat penyakit
yang diderita ( Lely Khulafa’ur, dkk 2016 )
Mioma :
Kista :
Endometritis :

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Perlu dikaji juga riwayat penyakit tumor / kanker maupun penyakit-
penyakit lain yang diderita keluarga klien. Selain itu riwayat penyakit
kandungan seperti sindrom polikistik ovarium maupun endometriosis yang
juga merupakan faktor genetic ( Nurul Devi, dkk, 2020 )

5. Riwayat Haid :
Perlu dikaji riwayat menarche, HPHT, disminorea, serta siklus menstruasi.
Menarche digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosa bukan
disminorea, faktor menarche sangat besar peengaruhnya terhadap kejadian
dismenore primer. Maka dalam hal ini perlu diperhatikan bagi remaja

21
yang telah mengalami menarche pada usia berisiko <12 tahun dapat
melakukan preventiv terhadap kemungkinan dismenore primer yang akan
dialaminya (Larasati & Alatas, 2016).

6. Riwayat Obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suam U Pen Jeni Pnl Tmp Pen J BB/ Abn Lakta Pen
Ank H M
i K y s g t y K PB or si y

kolom riwayat obstetrik yang lalu penting dikaji untuk menegakan diagnosis apakah
klien termasuk ke dalam disminore skunder atau primer.

7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi meliputi jenis kontrasepsi yang pernah di
gunakan dan lama pemakaian. Faktor penyebab dari dismenore sekunder
adalah penggunaan IUD.

8. Pola Fungsional Kesehatan

22
Pola Keterangan

Nutrisi Beberapa faktor resiko penyebab nyeri haid (disminore) yaitu status
IMT (Indeks Masa Tubuh), (Bavil, 2016).
Sofia (2013) dalam (Cholifah, 2015) mengungkapkan bahwa status
gizi yang rendah (underweight) dapat diakibatkan karena asupan
makanan yang kurang, termasuk zat besi yang dapat menimbulkan
anemia, sedangkan status gizi lebih (overweight) dapat juga
Mengakibatkan dismenore karena terdapat jaringan lemak yang
berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau
terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ
reproduksi wanita, sehingga darah yang seharusnya mengalir pada
proses menstruasi terganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat
menstruasi.

Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat


endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna
khas.

Istirahat Klien minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehatan klien.

Aktivitas Beberapa faktor resiko penyebab nyeri


haid (disminore) yaitu aktivitas fisik yang kurang, (Bavil, 2016).

Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia,


Hygiene mencegah terjadinya infeksi. Usahakan agar klien mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.

Kebiasaan Pengkajian mengenai obat-obatan yang dapat memicu terjadinya


disminore, misalnya mengkonsumsi hormon tambahan (Larasati &
Alatas, 2016). 23
9. Riwayat psikososiokultural Spiritual :
Perkembangan psikososial adalah tahap-tahap kehidupan seseorang dari
lahir sampai mati di bentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan satu organisme yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis, perkembangan psikososial juga berhubungan dengan
perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta
perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain
( Teori Erik Erison, https://pkk.uma.ac.id/2022 )
Konflik identitas dan kebingungan peran terjadi pada usia remaja. Ini akan
mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Seorang remaja mungkin
akan mencoba peran yang berbeda untuk menemukan yang paling cocok.
Jika berhasil, ia akan mampu mempertahankan identitasnya secara
konsisten. Bagaimana jika gagal? Seorang remaja bisa mengalami krisis
identitas dan bingung akan masa depan yang ia inginkan. Selain itu,
kegagalan bisa saja menimbulkan keraguan tentang kemampuan diri
sendiri ( Teori Erik Erison, https://pkk.uma.ac.id/2022)
Kecemasan didefinisikan sebagai status fisiologik dan psikologik yang
mencakup karakteristik kognitif, somatik, emosi, dan tingkah laku yang
membentuk perasaan uneasiness, apprehension, or worry. Kecemasan
terdapat pada setiap individu dan diperlukan untuk pertahanan diri
manusia terhadap stres. Faktor psikologi seperti kecemasan, depresi,
pengalaman buruk seperti kejadian pelecehan seksual di masa lalu, dan
stressor psikososial lain diyakini menjadi salah satu faktor risiko
dismenore selain faktor fisiologi seperti kenaikan hormon prostaglandin
dan kenaikan hormon vasopressin yang memengaruhi kontraksi otot uterus
pada saat menstruasi ( Handayani, dkk 2013 )
Stresor psikososial adalah segala bentuk fenomena yang muncul dalam
lingkungan seseorang, baik dalam lingkungan kerja, lingkungan tempat
tinggal maupun lingkungan masyarakat, yang bersifat dapat mengganggu

24
keseimbangan mental individu bersangkutan. Stresor dapat menimbulkan
gangguan kesehatan reproduksi, salah satunya yaitu gangguan menstruasi.
Hal tersebut terjadi karena stresor dapat memberikan pengaruh terhadap
kerja hipotalamus. Hipotalamus merupakan pusat dari koordinasi syaraf-
syaraf tubuh, salah satunya adalah syaraf yang mengatur pengeluaran
hormon Gonadotropin. Masalah ini akan diperberat dengan adanya
stressor baru pacsa bencana ( Anik Dwi Marga, dkk, 2015 )
Adanya stress akan mempengaruhi produksi hormone prolactin yang
secara langsung berhubungan dengan aktivitas elevasi kortisol basal dan
menimbulkan penurunan hormone LH yang mengakibatkan timbulnya
gangguan siklus menstruasi (Islamy & Farida, 2019)

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum klien
Kesadaran :composmentis ( kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya)
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada
sistem kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg (100-120/ 80-
90mmhg).
Suhu :(36,5-37,5 0
C) Digunakan untuk menilai
keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis
penyakit.
Nadi :(60-100x/i) Pemeriksaan nadi disertai
pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus defisit (denyut jantung
yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga

25
denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula
pemeriksaan frekuensi nadi.
Pernafasan : (16-20x/i) Bertujuan untuk menilai frekuensi
pernapasan, irama, kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan
normal antara 18-24 kali per menit.
c. Antropometri
a) Berat badan : Berat badan dan perubahan berat badan
mempengaruhi fungsi menstruasi (Meiriza & Satria, 2017)
b) Tinggi Badan :
Berat Badan
c) LILA : IMT: 2 Indeks masa tubuh
(Tinggi Badan ( m ))
(IMT) merupakan salah satu ukuran untuk memprediksi
presentase lemak didalam tubuh manusia yang diperoleh dari
perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan
dalam meter persegi. Lemak merupakan salah satu senyawa
didalam tubuh yang mempengaruhi proses pembentukan hormon
estrogen, dan salah satu faktor dominan penyebab gangguan
menstruasi adalah hormon estrogen. Memiliki IMT yang tinggi
atau rendah dapat menyebabkan gangguan menstruasi
diantaranya tidak adanya menstruasi atau amenorea, menstruasi
tidak teratur dan nyeri saat menstruasi (Simbolon et al., 2016)

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi
rambut kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka odem/tidak, pucat/tidak
Mata Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga Bersih
Hidung Bersih/tidak, polip ada/tidak

26
Mulut dan Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
gigi ada/tidak, lidah tremor/tidak
Leher terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada
tonsil atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada
Payudara terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya
menonjol pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu
ibu jika terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu
mengidap infeksi. (KIA Kementrian RI, 2016), tidak/ada
retraksi pada payudara, teraba nyeri/tidak, ada
massa/tidak
Abdomen Nyeri perut bagian bawah (Sinaga, E., Saribanon et al.,
2017), bekas operasi ada/tidak
Genitalia Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid
eksterna atau tidak (Varney, 2008)
Ekstremitas simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak,
odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak

Pemeriksaan Penunjang : USG


Pemeriksaan Laboratorium :

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis: Remaja usia …. tahun dengan Disminore

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial Dismenore Primer : -
Diagnosis Potensial Dismenore Sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps

27
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate
uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

Masalah Potensial : Cemas

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter Puskesmas untuk pemberian terapi, pemeriksaan
lebih lanjut dan menyeluruh.

V. INTERVENSI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
R/ Klien mengerti masalah yang sedang dihadapi
2. Memberikan KIE mengenai factor- factor penyebab terjadinya
gangguan siklus menstruasi yaitu : status gizi, gangguan hormonal,
aktivitas fisik, tinggi rendahnya IMT (Indeks Masa Tubuh), dan
tingkat stress (Islamy & Farida, 2019).
R/ Klien mengetahui penyebab terjadinya amenorea
3. Menganjurkan untuk olah raga yang cukup
R/ . Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar β-endorphin empat
sampai lima kali di dalam darah. Semakin banyak melakukan
senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar β- endorphin.
Seseorang yang melakukan olahraga/senam, maka β-endorphin akan
keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem
limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi (Marlinda, 2013).

28
4. Menganjurkan klien untuk tidak stress dengan melakukan aktivitas
yang disenangi, menelpon orang tua/keluarga dirumah jika sudah
sangat rindu dengan rumah/keluarga
R/ Stres ini berkontribusi pada perkembangan gangguan makan,
penyakit kronis yang paling umum di kalangan remaja yang
cenderung berkembang berkembang selama masa pubertas
( Kimberly Huhmann, 2020)

5. Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang


yaitu dengan mengkonsumsi 3(tiga) kali makan besar (nasi, lauk
hewani, lauk nabati, buah dan sayur) dan 2 (dua) kali makanan
selingan (camilan)
6. R/ gizi yang kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi
pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan
terganggunya fungsi reproduksi dan akan berdampak pada gangguan
menstruasi (Pebrina, 2015). Status gizi gemuk dan kurus
mempengaruhi presentase lemak tubuh seseorang, dimana jika
semakin banyak lemak maka estrogen yang diproduksi akan lebih
banyak sedangkan kurus mengakibatkan lemak yang akan diubah
menjadi estrogen juga sedikit. Kedua hal tersebut berpengaruh
terhadap umpan balik ke hipotalamus sehingga menggangu siklus
menstruasi (Yuli Trisnawati, 2018)
7. Kolaborasi dengan dokter Puskesmas, jika diperlukan rujuk ke spesialis
obstetri dan gynekologi.
R: Pemeriksaan dan terapi pada dokter puskesmas akan mendapatkan
pelayanan yang tepat dan komperensif.

VI. IMPLEMENTASI

29
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan yang lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Wanita Dengan Gangguan Haid Dismenore


Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian : Puskesmas Sebulu I
Nama Pengkaji : Evi Arnawati

I. PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
10. Identitas
Nama :
Umur :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No.Register :

11. Alasan datang periksa/ Keluhan utama


Ingin memeriksakan dirinya
Klien merasa cemas karena selalu mengeluh nyeri perut bagian bawah saat
menjelang haid sampai dengan haid

12. Riwayat kesehatan klien


Mioma : Tidak ada
Kista : Tidak ada
Endometritis : Tidak ada
13. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak memiliki riwayat atau sedang
menderita penyakit seperti hipertensi, kencing manis, sakit kuning, TBC,
Asma, Jantung, kanker serta penyakit kandungan

14. Riwayat Haid :

15. Riwayat Obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suam U Pen Jeni Pnl Tmp Pen J BB/ Abn Lakta Pen
Ank H M
i K y s g t y K PB or si y

kolom riwayat obstetrik yang lalu penting dikaji untuk menegakan diagnosis apakah
klien termasuk ke dalam disminore skunder atau primer.

16. Riwayat Kontrasepsi

17. Pola Fungsional Kesehatan

32
18. Riwayat psikososiokultural Spiritual :
Pola Keterangan

Nutrisi Beberapa faktor resiko penyebab nyeri haid (disminore) yaitu status
IMT (Indeks Masa Tubuh), (Bavil, 2016).
Sofia (2013) dalam (Cholifah, 2015) mengungkapkan bahwa status
gizi yang rendah (underweight) dapat diakibatkan karena asupan
makanan yang kurang, termasuk zat besi yang dapat menimbulkan
anemia, sedangkan status gizi lebih (overweight) dapat juga
Mengakibatkan dismenore karena terdapat jaringan lemak yang
berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah atau
terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ
reproduksi wanita, sehingga darah yang seharusnya mengalir pada
proses menstruasi terganggu dan mengakibatkan nyeri pada saat
menstruasi.

Eliminasi BAK hendaknya 3-4x/hari berwarna kuning jernih tidak terdapat


endapan ataupun busa. BAB 1x/hari konsistensi lembek dan berwarna
khas.

Istirahat Klien minimal tidur malam selama 6 jam hal ini bermanfaat untuk
menjaga kesehatan klien.

Aktivitas Beberapa faktor resiko penyebab nyeri


haid (disminore) yaitu aktivitas fisik yang kurang, (Bavil, 2016).

Personal Menjaga kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia,


Hygiene mencegah terjadinya infeksi. Usahakan agar klien mandi dengan air
bersih dan juga membersihkan daerah vital.

Kebiasaan Pengkajian mengenai obat-obatan yang dapat memicu terjadinya


disminore, misalnya mengkonsumsi hormon tambahan (Larasati &
Alatas, 2016). 33
DATA OBYEKTIF
3. Pemeriksaan Umum
d. Keadaan umum klien
Kesadaran :composmentis
e. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Suhu : (36,5-37,5 0C)
Nadi : (60-100x/i)
Pernafasan : (16-20x/i)
f. Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
LILA : (23,5 cm)

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi
rambut kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka odem/tidak, pucat/tidak
Mata Konjunctiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia (Varney, 2001), sclera putih/kuning
Telinga Bersih
Hidung Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan Bibir merah muda, caries dentis ada/tidak, stomatitis
gigi ada/tidak, lidah tremor/tidak
Leher terdapat pembekakan pada tonsil/tidak, vena jugularis
terdapat bendungan/tidak, terdapat pembekakan pada
tonsil atau tidak, terdapat pembekakan pada limfe/tidak)
Dada
Payudara terjadi pembesaran/ tidak, puting susu normalnya
menonjol pada ibu, tidak terdapa lecet pada puting susu
ibu jika terdapat lecet kemerahan serta nyeri berarti ibu
mengidap infeksi. (KIA Kementrian RI, 2016), tidak/ada
retraksi pada payudara, teraba nyeri/tidak, ada

34
massa/tidak
Abdomen Nyeri perut bagian bawah (Sinaga, E., Saribanon et al.,
2017), bekas operasi ada/tidak
Genitalia Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada pengeluaran
secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada, anus ada hemoroid
eksterna atau tidak (Varney, 2008)
Ekstremitas simetris/tidak, odem atau tidak, ada varices/tidak,
odem/tidak, capilari refill kembali dalam 2 detik/tidak

Pemeriksaan Penunjang : USG


Pemeriksaan Laboratorium :

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis: Remaja usia …. tahun dengan Disminore

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial Dismenore Primer : -
Diagnosis Potensial Dismenore Sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate
uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

Masalah Potensial : Cemas

35
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter Puskesmas untuk pemberian terapi, pemeriksaan
lebih lanjut dan menyeluruh.

V. INTERVENSI

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini bisa di lakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan yang lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada ada bab ini penulis akan membahas kasus tentang gangguan haid yaitu
Dismenore Primer di Puskesmas Sebulu I Kutai Kartanegara dengan teori yang ada.
Karena penulis menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan tujuh
langkah Varney, maka pembahasan akan diuraikan langkah demi lagkah sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian pada langkah pertama ini dikumpulkan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang
(Estiwidani, 2008).
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat
di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha (Dito
Anurogo dan Ari Wulandari, 2011:49).
Dari pengkajian pada Nn…. didapatkan data subjektif keluhan utama klien
mengeluh nyeri perut bagian bawah saat menjelang haid sampai dengan
haid.
2. Interpretasi Data
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Nn….. usia … tahun dengan
dismenore primer. Dalam kasus ini masalah yang muncul pada Nn. … adalah
merasa tidak nyaman karena rasa nyeri yang dirasakan setiap menjelang haid
hingga saat haid. Kebutuhan dalam kasus ini adalah terapi serta KIE cara
mengurangi dan mengatasi rasa nyeri.
38

3. Diagnosa potensial
Pada langkah ketiga ini bidan melakukan identifikasi dan masalah potensial
berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ketiga ini
merupakan antisipasi bidan, guna mendapatkan asuhan yang aman (Subiyatin,
2017).
Pada kasus ini tidak ditemukan diagnosa potensial karena dari data subjektif
dan objektif klien dalam keadaan yang normal.
4. Tindakan Segera
Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi dan menetapkan kebutuhan
terhadap tindakan segera berdasarkan diagnosa/ masalah yang sudah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada langkah ini adalah konsultasi, kolaborasi,
dan melakukan rujukan (Subiyatin, 2017).
Pada kasus ini tidak diprlukan tindakan segera karena dari data subjektif dan
objektif klien dalam keadaan yang normal.
5. Perencanaan
Setelah diagnose dan masalah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah
membuat perencanaan secara menyeluruh. Rencana menyeluruh ini meliputi
apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien
apa yang akan terjadi apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan rujukan
(Subiyatin, 2017). Perencanaan yang diberikan pada kasus gangguan sistem
reproduksi dengan Dismenore Primer diantaranya :
a. Penjelaskan hasil pemeriksaan
b. Pemberikan KIE pada klien mengenai disminore
c. Pemberikan KIE tentang pola hidup sehat seperti rajin berolahraga
d. Pemberikan KIE tentang psikologis bahwa klien duanjurkan untuk tidak
stress
e. Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan gynekologi jika
diperlukan.
39

6. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah klien maupun diagnose yang ditegakkan. Pelaksanan ini
dapat dilakukan bidan secara kalaborasi dengan tim kesehatan lain (Sari,
2012). Pada kasus ini pelaksanaan yang dilakukan adalah :
a. Memberikan hasil pemeriksaan
b. Memberikan KIE pada klien mengenai disminore
c. Memberikan KIE tentang pola hidup sehat seperti rajin berolahraga
d. Memberikan KIE tentang psikologis bahwa klien dianjurkan untuk tidak
stress
e. Kolaborasi dengan dokter puskesmas, jika diperlukan rujuk ke spesialis
obstetri dan gynekologi
7. Evaluasi
Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani, 2008).
a. Klien sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b. Klien sudah mengetahui tentang dismenore primer
c. Klien sudah paham dan mengerti tentang mengurangi rasa nyeri perut.
d. Klien bersedia melakukan rujukan untuk kalaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
40

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Nn.”…” umur .. tahun,
didapatkan kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan
pengumpulan data  meliputi data subyektif dan obyektif. Dari pengkajian
tersebut diambil  suatu diagnosa  bahwa Nn.“…” mengalami gangguan
menstruasi yaitu dismenore primer, intervensi yang diberikan disesuaikan
dengan ketentuan yang ada.
Evaluasi dilakukan selama di Puskesmas  setelah implementasi
dilakukan yang menunjukkan keadaan umum Nn.“…” sudah tidak secemas
sebelumnya.
Dengan demikian seorang bidan harus mampu memberikan asuhan
kebidan pada remaja dengan gangguan reproduksi khususnya gangguan
menstruasi sesuai dengan standar profesi kebidanan dan kewenangannya, dan
melakukan kolaborasi atau rujukan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Dalam pembuatan pelaporan ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan
ilmu yang telah didapat dan memperoleh pengalaman dalam memberikan
asuhan kebianan sesuai dengan standart.
2. Bagi pendidik
Diharapkan laporan ini mampu memberikan nilai tambah  sumber
kepustakaan dan pengetahuan dibidang asuhan kebidanan.
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktik dan dapat meningkatakan
pelayanan terutama dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen, dkk. (2008). Buku Ajar Asuhan kebidanan volume 2 edisi 4.
Jakarta : EGC
Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta:
Nuha Medika.
Anik Dwi Marga, Sumarni DW, Djaswadi Dasuki, 2015, Jurnal Kesehatan
Reproduksi, Hubungan antara Stresor Psikososial Dengan Gangguan
Menstruasi Pada Remaja SMP Pasca Erupsi Merapi di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman Yogyakarta
Afiyanti, Y. and Pratiwi (2016) Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Perempuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Buku KIA, 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Subiyatin, Aning (2017). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. FK UMJ
Yeti Nurhayati, 2017, Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, Efektivitas Pemberian
Guided Imagery Terhadap Nyeri Disminore Pada Remaja di SMPN III
Colomadu Karanganyar
AE Arafa, SA Senosy, HK Helmy, AA Muhammad, 2018, Jurnal Masyarakat
Kesuburan Timur Tengah, Pravalensi dan Pola Dismenore dan Sindrom
Pramenstruasi di antara Gadis-gadis Mesir ( 12-15 Tahun )
Amilia Azma, Arif Tirtana, Maulida Rahmawati Emha, 2018, Jurnal Kesehatan
Madani Medika vol. 9, Pengaruh Pemberian Latihan Abdominal Stretching
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid ( Disminore ) pada Remaja Putri
Stikes Madani Yogyakarta
Doaa M. Abdel-Salam, Rawand W. Aluman, Rahaf M. Alrwuaili, Ghhadah A.
Alrwuaili, Elaf M. Ailwuaili, 2018, Jurnal Masyarakat Kesuburan Timur
Tengah, Aspek Epidemiologi Dismenore pada Mahasiswa di Jouf
University, Arab Saudi
Geetha B. Shetty, Balakrishna Shetty, A. Mooventha, 2018, Jurnal Studi
Akupunktur dan Meridian, Khasiat Akupunktur dalam Pengelolaan
Disminore Primer

41
42

Fitria, Arinal Haqqattiba, 2020, Jurnal Ners Dan Kebidanan, Pengaruh Akupresur
dengan Teknik Tuina terhadap Pengurangan Nyeri Haid ( Disminore ) pada
Remaja Putri
Nurul Devi Ardiani, Fakhrudon Nasrul Sani, 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol
XIII, Pemberian Abdominal Stretching Exercise Terhadap Nyeri Dismonore
Pada Remaja
Siti Fauziyah Rahman, Gilar Wisnu Hardi, Muhammad Artha Jabatsudewa Maras,
and Yori Rachmia Riva, 2020, Jurnal Internasional Riset Rekayasa Terapan,
Pengaruh Kurkumin dan Jahe Pada Disminore Primer
Ni Wayan Wirayanti Putri Negara, Stang, Ansariad, A. Ummu Salamah, Arifin
Seweng, Rosmala Nur, Aminuddin Syam, Jurnal Pengaruh Minyak Varash
Terhadap Penurunan Nyeri haid pada Disminore Primer Siswa SMA di Kota
Palu, 2021
Ristiani, Aryadi Arsyad, Andi Nilawati Usman, Saidah Syamsuddin, Mardiana
Ahmad, Andi Wardihan Sinrang, 2021, Jurnal Penggunaan Aromaterapi
Pada Dismenore Primer
Ana Mariza, Asni Lazary, 2022, Malahayati Nursing Journal, Pengaruh Senam
Disminore Terhadap Penurunan Nyeri Disminore pada Remaja Putri
https://pkk.uma.ac.id/2022/05/17/ Tahapan Perkembangan Psikososial
Berdasarkan Teori Erik Erikson

Anda mungkin juga menyukai