Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM FISIOLOGIS


DI UPT. PUSKESMAS WARU

Disusun oleh:
SITI MUSLIMAH
NIM. P07224422139

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM
FISIOLOGIS DI UPT. PUSKESMAS WARU

Dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di


UPT. Puskesmas Waru.

Waru, November 2022


Mahasiswa

Siti Muslimah
NIM. P07224422139

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Ruangan,

Ita Kusumayanti, S.ST Eti Nur Ainah, S.Tr.Keb


NIP. 198104232002122001 NIP. 198704152010012018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan

Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif

Asuhan Kebidanan Postpartum Fisiologis di Puskesmas Waru.

Hal ini merupakan persyaratan pencapaian target praktik kebidanan stase

nifas sebagai mahasiswa profesi kebidanan Poltekkes Kemenkes Kalimantan

Timur. Tak lupa saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing saya, yaitu ibu Ita Kusumayanti, S.ST yang telah membimbing saya

dalam menyusun laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan

Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan semoga memberikan manfaat.

Waru, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5
A. Latar Belakang...........................................................................................5
B. Tujuan........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................8
A. Konsep Dasar Teori...................................................................................8
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum
Fisiologis...................................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................33
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................40
BAB V PENUTUP.....................................................................................................44
A. Kesimpulan................................................................................................44
B. Saran..........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................45

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu Pembangunan
Berkelanjutan ini hadir menggantikan Millenium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir pada tahun 2015. Tujuan SDGs yang ke-3 adalah
menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia. Dengan meningkatkan kesehatan sesuai target yang
sudah ditentukan bahwa SDGs menargetkan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia pada tahun 2030 adalah 70 kematian per100.000
kelahiran hidup dan penurunan Angka Kematian Bayi(AKB) pada tahun 2030
adalah menjadi 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup. (Dirjen Bina Gizi Kia,
2015)
Berdasarkan Survei Demografi Keluarga Indonesia (SDKI) tahun 2012,
saat ini di Indonesia AKI mencapai angka 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan AKB mencapai angka 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
menempatkan Indonesia menjadi peringkat yang tertinggi di ASEAN. Untuk
kesehatan ibu dan anak diharapkan terjadi penurunan kematian ibu ¾
dibanding kondisi tahun 1990 dan demikian pula untuk kematian anak terjadi
penurunan 2/3. Untuk Indonesia diharapkan kematian ibu turun menjadi
102/100.000 kelahiran hidup (KH) dan kematian bayi 23/1000 KH dengan
kelahiran hidup pada tahun 2015. (Kemenkes, 2015)
Kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian
ibu oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan persalinnya. Penyakit
tuberculosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS dan lain-lain dan penyebab
kematian ibu langsung yaitu pendarahan (25%, biasanya pendarahan pasca
persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet
(8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%)
(Saiffudin, 2014).

5
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga
merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi
kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau
janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk
penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun
janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi maka dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan.
Pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis melakukan studi kasus pada ibu masa
nifas dengan melakukan asuhan sesuai standar pada ibu nifas.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis
dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Ibu Nifas
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas
berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dengan pendekatan
Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi

6
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas
dalam bentuk catatan SOAP
e. Melakukan pembahasan menggunakan 7 langkah Varney.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Masa Nifas (Postpartum)


1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera
dimulai setelah kelahiran bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan
fisiologi ibu, terutama ketika sistem reproduksi kembali seperti mendekati
keadaan sebelum hamil (Yeffy, 2015). Masa nifas dimulai sejak 2 jam
setelah plasenta lahir sampai dengan 6 minggu (Vivian, 2012:1).
Masa nifas merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru lahir
karena dalam masa ini, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik,
emosi, dan kondisi psikologi ibu.
2. Tahapan masa nifas
Menurut Saifuddin (2012), tahapan yang terjadi pada masa nifas
menurut Saleha adalah sebagai berikut:
a) Periode immediate postpartum: Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
b) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu): Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu): Pada periode ini
bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB.

8
3. Tujuan Asuhan pada Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah secara
dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi baik pada ibu
maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
pada bayi, dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB
e. Memberikan kesehatan emosional pada ibu. (Anita, 2014)
3. Frekuensi Kunjungan
Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020) di dalam revisi buku KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak) kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal
kunjungan 4x selama masa nifas. Adapun kebijakan program yang disusun
untuk kunjungan masa nifas ialah sebagai berikut :
a) Kunjungan Nifas (KF 1) : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan
2 (dua) hari pasca persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

b) Kunjungan Nifas (KF 2) : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7


(tujuh) hari pasca persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal uterus berkontraksi

9
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan
tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.

c) Kunjungan Nifas (KF 3): pada periode 8 (delapan) hari sampai


dengan 28 (dua puluh delapan) hari pasca persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
d) Kunjungan Nifas (KF 4): pada periode 29 (dua puluh sembilan)
sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan
1) Menanyakan tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Marmi, 2012)

Pelayanan yang diberikan adalah :


a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e) Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama


segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.

f) Pelayanan KB pasca salin (sampai dengan 42 hari)

10
4. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Perubahan fisiologis pada masa nifas : (Walyani, 2015).
a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang
mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan
haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh
darah kembali ke ukuran semula.
b. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnyak kembali seperti sebelum hamil.
a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750gr
c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dangan berat uterus 500gr
d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat urterus 350gr
e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50gr
Pijat uterus secara teratur yang dilakukan selama 45 detik setiap
jam setelah melahirkan mempercepat proses involusi. Pijat rahim
secara teratur dipercaya dapat mempercepat penyembuhan
pascapersalinan dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Selda
Ildan Calim, 2014)
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea

11
Tabel 2.10
Perubahan Lochea berdasarkan Waktu dan Warna
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan sisa-sisa
postpartum selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan
Mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna Berisi darah dan lendir
postpartum merah
kekuningan
Serosa 7-14 hari Merah jambu Cairan serum, jaringan desidua,
postpartum kemudian leukosit, dan eritrosit.
Kuning
Alba 2 minggu Berwarna Putih Cairan berwarna putih seperti
postpartum krim terdiri dari leukosit dan sel-
sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk

Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya

3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat
dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum
tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).

12
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol. (Walyani, 2015).
5) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama
sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah
melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
untuk menghambat kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin
(hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf
merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara
ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
c. Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan
konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi
hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).

13
d. Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi
karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali
normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung
kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan
oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran
urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra
disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma
ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum (Bahiyatun, 2016).
c. Tanda-tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital terdiri dari beberapa, yaitu: (Nurjanah,
2013)
1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler
dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah
karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau system lain.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit
atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole
dan 10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah
(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada

14
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6. Perubahan Psikologis Nifas
Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang
tua pada masa postpartum, yaitu : (Bahiyatun, 2016).
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan,
ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)
a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan
akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala
energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan
bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang.
b) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir
tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung
jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan
yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati.
c) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung
tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri

15
dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
7. Tanda Bahaya Masa Nifas
Penelitian Elis, dkk. (2019) menunjukkan dengan adanya
pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas dapat mencegah
dan mengurangi terjadi komplikasi pada masa nifas sehingga dapat
mengurangi angka kematian ibu pada masa nifas. Dan dimana jika
pengetahuan ibu kurang susah untuk mencega terjadinya infeksi atau
peradangan pada masa nifas. Hasil analisis statistik dengan Chi-Square
diperoleh diperoleh nilai ρ = 0,000 < α = 0,05, menunjukkan hipotesis
alternatif (Ha) diterima artinya ada Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Tanda-tanda Bahaya masa nifas di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji Makassar Tahun 2019.
Menurut Prawirohardjo (2014), ada beberapa tanda bahaya yang
terjadi saat masa nifas seperti berikut :
a) Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau biasa atau bila
menemukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam).
b) Pengeluaran pevaginam yang baunya menusuk.
c) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d) Sakit kepala yang terus menerus. nyeri epigastric atau masalah
penglihatan.
e) Pembengkakkan di wajah atau ditangan.
f) Demam, muntah, rasa sakit saat BAK dan merasa tidak enak badan.
g) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan/atau terasa sakit.
h) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i) Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan pada kaki
j) Merasa sedih karena tidak dapat mengasuh sendiri bayinya atau diri
sendiri.
k) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

16
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum
Fisiologis
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas
Nama :
Umur : Usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang dengan sempurna sehingga
belum siap untuk hamil dan melahirkan, sedangkan
pada usia diatas 35 tahun terjadi kemunduran yang
progresif dari endometrium yang mempengaruhi
kekuatan kontraksi pada saat persalinan dan setelah
persalinan. Salah satu faktor predisposisi untuk
terjadinya perdarahan postpatum akibat atonia uteri
adalah umur yang terlalu tua dan umur yang terlalu
muda (Fathina Friyandin,2015)
Agama : Berhubungan dengan perawatan dan kebiasaan
kesehatan berkaitan dengan ketentuan agama.
(Ambarwati, dkk. 2010)
Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari. (Ambarwati, dkk. 2010)
Pendidikan : Mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendididkan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang, hal ini juga dibutuhkan dalam
menyesuaikan KIE yang akan disampaikan kepada
klien. (Ambarwati, dkk. 2010)
Pekerjaan :
Alamat :

17
b. Keluhan Utama
Menurut Putri, dkk (2021), ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
ibu nifas yaitu rasa nyeri yang timbul beberapa hari pertama setelah
persalinan pervaginam. Ibu dapat merasakan tidaknyaman karena
berbagai alasan, salah satunya, nyeri setelah melahirkan episiotomi,
rasa nyeri yang mengganggu salah satunya jahitan episiotomi dapat
menimbulkan rasa tidak nyamanan pada ibu.
c. Riwayat Kesehatan Klien
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya (Ambarwati, dkk. 2010)
Riwayat persalinan dengan perdarahan postpartum sebelumnya
memberikan trauma buruk pada organ reproduksi seorang
perempuan. Oleh karena itu Kewaspadaan harus dilakukan jika
setelah terdapat riwayat persalinan buruk pada masa sebelumnya (A.
Fahira Nur, 2019)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya
(Ambarwati, dkk. 2010)
e. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. (Sulistyawati, 2010)
Riwayat siklus : Jarak antara menstruasi yang di alami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawati,2010)
Lama haid :
Jumlah menstruasi : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstrusi yang dikeluarkan. (Sulistyawati,
2010)

18
f. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No U Pn J BB/ Abnorma
Suami Ank Jns Pnlg Tmpt Peny H M Lakts Peny
K y K PB litas
1
2
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
 Paritas
Pada grande multiparitas, terjadi involusi endometrium berulang,
sehingga memungkinkan untuk terjadinya defek minor medium,
yang berakibat pada berkurangnya serabut miometrium sehingga
persalinan pada grandemultiparitas cenderung mengalami atonia
uteri. Selain itu akibat berkurangnya serabut miometrium maka
pada grandemultiparitas elatisitas miometrium akan berkurang
sehingga memudahkan untuk terjadinya ruptura uteri. (Fathina
Friyandini, 2015)
Wanita multipara, cenderung mengalami wasir dan sakit kepala.
Namun, wanita primipara mereka memiliki peningkatan risiko
komplikasi laktasi, masalah seksual, masalah dalam dinamika
kebiasaan pasangan, inkontinensia feses, rasa terbakar saat buang
air kecil, nyeri perineum, nyeri payudara, depresi, kecemasan, dan
gejala kesedihan. Semua perasaan ini bisa disebabkan oleh kadar
kortisol, yang sangat terkait dengan suasana hati. Wanita yang
melahirkan pertama kali lebih sering mengalami nyeri perineum
pada masa nifas, Ketidaknyamanan dan rasa terbakar saat buang air
kecil, nyeri payudara dan inkontinensia feses lebih sering terjadi
pada wanita primipara. (JuanMiguel Martínez-Galiano, 2018)
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko
kematian pada ibu yang sering hamil. Jarak kehamilan yang
pendek menyebabkan ibu terlalu payah akibat hamil, risiko
perdarahan, anemia pada ibu, kecacatan bayi, serta bayi berat badan

19
lahir rendah Kelahiran yang pendek akan menyebabkan
seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam
kondisi tubuh kurang sehat inilah yang merupakan salah
satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang dilahirkan
serta resiko terganggunya sistem reproduksi (A. Fahira Nur, 2019)
g. Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati,
dkk. 2010)
 Jenis persalinan :
 Kala I :
 Kala II :
 Kala III :
 Kala IV :
Persalinan yang lama, termasuk kala satu yang memanjang, dapat
meningkatkan risiko PPP dengan menyebabkan atonia uteri pada
kala tiga (setelah bayi dilahirkan). Atonia uteri terjadi ketika
miometrium yang rileks gagal untuk menyempitkan pembuluh
darah uterus. Kontraksi teratur selama beberapa jam persalinan
akan menguras otot-otot rahim dan dengan demikian mengurangi
kontraktilitasnya dari waktu ke waktu, menyebabkan disfungsi
rahim. (Lill Trine NyflHaiuntuk, 2017)
h. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2010)

20
i. Pola Fungsional Kesehatan
Perubahan pola fungsional kesehatan pada kasus bendungan ASI.
Pola Keterangan
Nutrisi Pemenuhan gizi tersebut antara lain mengkonsumsi tambahan kalori
sebanyak 500 kkal per hari, diet berimbang cukup protein, mineral,
dan vitamin. Minum minimal 3 liter/hari terutama setelah menyusui,
mengkonsumsi tablet zat besi selama nifas, serta minum kapsul
vitamin A 200 unit. Cepat Lapar Terjadi perubahan gastrointestinal
yaitu peristaltik usus akan bekerja cepat yang menyebabkan ibu pasca
partum satu atau 2 jam akan lebih mudah kelaparan (Varney, 2015).
Dalam penelitian Wahyuni, dkk. (2016), adanya pantang makan
merupakan hal yang membahayakan bagi ibu nifas, seperti pada masa
nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan makanan yang
berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas ibu
membutuhkan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi
menjadi sehat dan dampak positif dari larangan ini tidak ada.
Eliminasi Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama sampai
hari ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume dara
meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama
persalinan.
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat
laksans per oral atau per rectal. (Bahiyatun, 2016).
Istirahat Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca
persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan.
Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk mencegah

21
trombisis. (Bahiyatun, 2016).
Ibu nifas dijadwalkan istirahat malam kurang lebih 7 –8 jam
(Marmi, 2012). Menurut Hidayat (2016), ibu setelah melahirkan
pola tidurnya menjadi tidak teratur yang dapat menyebabkan
ibu mengalami kurang tidur sehingga akan mudah terjadi
perubahan suasana kejiwaan yang dapat rentan terjadi gangguan
tidur karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan psikologis
maupun peran barunya.
Aktivitas Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan ,
lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalian
normal. Ini berguna untuk memepercepat sirkulasi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea). (Bahiyatun, 2016).
Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Hygiene Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan
lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2013).
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.
Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah
genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai
dengan mencuci bagian depan, baru kemudian daerah anus, Pembalut
hendaknya diganti minimal 2 kali sehari (Kemenkes RI, 2013).
Seksualitas Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Dewi dkk, 2011)
Menurut penelitian Wood, dkk (2022) menunjukkan bahwa sebanyak
satu dari lima ibu postpartum dapat memiliki dampak mendalam pada

22
hasrat seksual dan persepsi terhadap kenikmatan seksual.

j. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
(Damaiyanti, 2011)
Banyak faktor risiko lingkungan untuk depresi postpartum telah
diidentifikasi dan termasuk depresi prenatal, kecemasan prenatal,
gangguan interaksi bayi-ibu, kurangnya dukungan sosial, stres
keuangan, perkawinan, dan peristiwa kehidupan yang merugikan
(Jennifer L. Payne,2019)

Data Bayi
 Lahir tanggal :……, jam :…………..
 Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
Antropometri :
BB : Risiko PPH meningkat dua kali lipat (makrosomia,≥ 4000 gr.
Bayi besar diketahui terlalu membengkak pada uterus yang
berhubungan dengan atonia uteri. (Sam Ononge,2016)
PB :……….. cm
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA:………..cm
 Kecacatan : Ada/tidak
 IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
 Eliminasi
 BAK : f : ……x/hari, warna : …….., konsistensi :………
 BAB : f : ……x/hari, warna : ……..., konsistensi :………
 Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...

23
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan compos mentis sampai dengan
koma. (Sulistyawati, 2010)
Tanda Vital :
Tekanan darah : Biasanya tidak berubah, kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah
melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpatrtum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi
postpartum. Pada beberapa kasus di temukan
keadaan hipertensi post partum, tetapi
keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-
penyakit lain yang menyertainya dalam 2
bulan pengobatan (Nurjanah, 2013)
Suhu badan : 24 jam postpartum suhu badan ajan naik
sekitar (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, dan kelelahan.
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24
jam pertama pada masa nifas pada umumnya
di sebabkan oleh dehidrasi, yang di sebabkan
oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan
karena istirahat dan tidur yang di perpanjang
selama awal persalinan. (Nurjanah, 2013)
Denyut nadi : Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-

24
80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi di
atas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bisa di akibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebih. (Nurjanah, 2013)
Pernafasan : Keadaan pernapasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas. (Dewi,
dkk. 2013). Pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30
x/menit.

Antropometri :
Tinggi Badan : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan dkk, 2011).
BB sebelum hamil :
BB sekarang : Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan
antara tinggi dan berat badan, serta menilai
tingkat kegemukan. (Tambunan dkk, 2011).
LILA :

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Kepala merupakan organ tubuh yang penting dikaji

25
karena dikepala terdapat organ-organ yang sangat
berperan dalam fungsi kehidupan. Inspeksi dengan
memperhatiakan bentuk kepala terdapat benjolan atau
tidak, nyeri tekan dan dan kebersihan kepala
(Tambunan dkk, 2011)
Wajah : Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka, apakah
kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan muka
menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh
(Nervus Fasialis). (Tambunan dkk, 2011)
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat atau cukup merah
sebagai gambaran tentang anemianya (kadar Hb) secara
kasar, normal warna merah muda sclera normal
berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin
terinfeksi hepatitis, bila merah kekuningan adanya
konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak
kemungkinan adanya preeklamsia. (Tambunan dkk,
2011)
Hidung : Hidung di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung bagian dalam, lalu sinus- sinus.
(Tambunan dkk, 2011)
Mulut : Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
(Tambunan dkk, 2011). Pemeriksaan mulut bertujuan
untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis dan
labioskisis. Trismus yaitu kesukaran membuka mulut.
Halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal
hygine yang kurang. Labioskisis yaitu keadaan bibir
tidak simetris. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada
gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda radang
(Tambunan dkk,2011)
Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran.

26
teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.
(Tambunan dkk, 2011). Pemeriksaan pendengaran
dilaksanakan dengan bantuan garfutala untuk
mengetahui apakah pasien mengalami gangguan
pendengaran atau tidak (Tambunan dkk, 2011)
Leher : Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.
(Tambunan dkk, 2011). Tujuan pengkajian leher secara
umum adalah mengetahui bentuk leher serta organ-
organ penting yang berkaitan. Pembesaran kelanjar
limfe dapat disebabkan oleh berbagai penyaki,
misalnya peradangan akut/kronis. Pembesaran limfe
juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau
sifilis. Palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk
mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang
biasanya disebabkan oleh kekurangan garam yodium
(Tambunan dkk, 2011)
Dada : Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,2011)
Payudara : Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa
nifas kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan
menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih
nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi (Tambunan dkk,
2011)
Kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan
viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan
pada hari pertama sampai hari keempat postpartum.
ASI transisi yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari keempat sampai
hari kesepuluh.
ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan
seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya

27
relatif konstan. Mengkaji simetris atau tidak,
konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting
menonjol/tidak, dan lecet/tidak. (Tambunan dkk,2011)
Abdomen : Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut ,
tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan kandung
kemih, distensi, striae. Untuk involusi uterus periksa
kontraksi uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy),
perabaan distensi kandung kemih, posisi dan tinggi
fundus uteri. : Tinggi fundus uterus, lokasi, kontraksi
uterus, dan nyeri.(Kesehatan et al., 2013), Diastasis
rektus abdominalis : 12 x 2 cm (Varney, 2015)

Genetalia :
Lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman)
Lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah)
Lokhia serosa (7-14 hari, kekuningan/kecoklatan)
Lokhia alba (>14 hari, putih)
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal
Haemoragic postpartum adalah hilangnya darah lebih dari 500-600
ml selama 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. HPP
biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama
atau sesudah kelahiran. (Rukiyah, 2010)
Tanda tanda REEDA (bila ada laserasi/ heating)
Ekstremitas : Inspeksi untuk mengecek apakah ada
varices. Tidak teraba oedema, Reflex Homan
sign(-) (varney 2015).
3. Pemeriksaan Penunjang

28
Anemia dapat menyebabkan perdarahan karena Hb yang rendah
dapat mengurangi pasokan sel darah merah. Fungsi HB adalah
mengikat oksigen untuk ditranspor ke jaringan termasuk ke uterus.
Kurangnya pasokan oksigen ke uterus menyebabkan uterus tidak
berkontrasi secara adekuat sehingga terjadi perdarahan. (Sumiaty,
2017)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Papah hari ke ....... / .... jam postpartum fisiologis
Masalah : 1. Nyeri luka perineum
2. Mules
3. Putting susu lecet
4. Payudara
bengkak
(Sunarsih, 2014:123)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan berdasarkan
diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.
Diagnosa potensial adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi post partum
b. Anemia postpartum
c. Subinvolusi
d. Perdarahan postpartum
e. Febris postpartum
f. Infeksi postpartum
g. Mastitis
(Sunarsih, 2014:123)

29
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Untuk menentukan tindakan segera yang perlu diambil berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ada.

V. INTERVENSI

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien


Rasional : Hak ibu untuk mengetahui kondisinya sehingga ibu
menjadi lebih kooperatif dalam pemberian asuhan
terhadapnya (Rohani, 2013).
2. KIE mengenai nutrisi ibu nifas
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori.
Makanlah makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. KIE tentang mobilisasi
Rasional : Menurut penelitian Nurafifah (2019), upaya pencegahan
pasca persalinan komplikasi adalah dengan mobilisasi
latihan. Tujuan olahraga sejak dini adalah untuk
memulihkan kesehatan tubuh ibu melalui rekondisi organ
yang berubah selama kehamilan menjadi keadaan dan
fungsi sebelum kehamilan. Rutin sejak dini olahraga dapat
dilakukan oleh semua ibu yang melahirkan secara spontan
tanpa komplikasi. Latihan awal melibatkan gerakan latihan
secepat mungkin sehingga otot yang meregang selama
kehamilan dan persalinan kembali normal seperti semula.
4. KIE tentang personal hygine dan perawatan luka perineum
Rasional : Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah
infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat
penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan
dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun
setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci
bagian depan, baru kemudian daerah anus, Pembalut

30
hendaknya diganti minimal 2 kali sehari (Kemenkes RI,
2013).
5. Lakukan perawatan payudara
Rasional : Perawatan mamae telah dimulai sejak hamil supaya
putting susu tidak keras dan kering sebagai persiapan
menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusui
bayinya karena baik untu kesehatan bayinya
6. KIE ASI ekslusif dan cara menyusui yang benar
Rasional : ASI merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang
terdiri dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup atas
semua zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama
kehidupannya (Aprillia, 2010). ASI yang diproduksi ibu
akan sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi (Farrer, 2011).
7. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan
kesehatan
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan
neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu dan
neonatus. Pada penelitian Yanemoto, dkk. (2021)
menjelaskan bahwa kunjungan postpartum dapat mencegah
berkembangnya masalah kesehatan atau mengurangi
dampaknya sejak dini. Kunjungan juga memungkinkan
untuk melibatkan tidak hanya penilaian ibu dan bayi baru
lahir untuk masalah fisik tetapi juga penilaian mental ibu
kesehatan, keadaan keluarga dan lingkungan rumah.

I. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

31
II. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 07 November 2022


Waktu Pengkajian : 08.00 WITA
Tempat Pengkajian : Rumah Pasien
Nama Pengkaji : Siti Muslimah

S:
1. Identitas
Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. S
Umur : 31 Tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis Suku : Bugis
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Jl. Aji Gonres RT 011

2. Keluhan Utama
Ibu tidak ada keluhan.

3. Riwayat Kesehatan Klien


Ibu bersalin pada tanggal 03-11-2022 pukul 02.30 WITA secara spontan
pervaginam, tidak ada penyulit selama proses persalinan

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dikeluarga ibu kandung dari klien memiliki riwayat penyakit hipertensi.

5. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 12 tahun, siklus
menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi ± 7 hari, ganti pembalut sebanyak

33
3-4 kali sehari, warna darah merah encer kadang disertai gumpalan. Ibu tidak
memiliki keluhan saat haid. HPHT : 10-02-2022 TP : 17-11-2022

6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Abnor Lakt
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Peny
malitas asi
Tdk 2800 gr/ Tdk Tdk
1. Tn. S 1 Aterm N Dukun Rmh - L √ - 1 th
ada 50 cm ada ada
Tdk 2900 gr/ Tdk Tdk
2. Tn. S 2 Aterm N Bidan PKM - P √ - 2 bln
ada 49 cm ada ada

3. Hamil Ini

7. Riwayat Persalinan sekarang


Ibu datang ke Pusban pada tanggal 02-11-2022 pukul 23.00 dengan keluhan
perut kencang dan keluar lendir darah dari jalan lahir saat diperiksa dalam ibu
sudah pembukaan 5 cm ibu langsung diobservasi di Pusban. Pada pukul 02.30
wita, bayi lahir spontan dan langsung menangis.
Jenis persalinan : spontan
Kala I : ± 8 jam
Kala II : ± 20 menit
Kala III : ± 9 menit
Kala IV : 2 jam post partum
Air Ketuban : Jernih
8. Riwayat Kontrasepsi
Sebelum kehamilan ini ibu menggunakan suntik KB pil selama 2 tahun.

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Ibu sudah makan pagi dan minum 2 gelas air
BAB : Ibu sudah BAB 1 kali tadi pagi
Eliminasi
BAK : Ibu sudah BAK 2 kali

34
Ibu istirahat dengan nyaman tadi malam tidur kurang
Istirahat
lebih 5 jam, bangun ketika menyusui.
Ibu merasa tidak pusing dan sudah biasa berjalan
Aktivitas
sendiri ke toilet
Personal Ibu sudah mandi, gosok gigi, mengganti pembalut
Hygiene dan ganti baju.
Seksualitas Belum ada

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : ibu mengaku merasa senang atas kelahiran anak
ketiganya dan merasa lega keadaan bayinya sehat
b. Sosial : ibu dan suami sangat senang atas kelahiran bayinya dan akan
merawat bayinya dengan baik
c. Kultural : tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus yang dapat
mempengaruhi kesehatan masa nifas ibu.
d. Spiritual : tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan khusus yang
dapat mempengaruhi kesehatan masa nifas ibu
11. Data Bayi
Lahir tanggal : 03 November 2022
Jenis kelamin : laki-laki
BB : 2800 gram
PB : 48 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
LP : 32 cm
LILA : 11 cm
 Kecacatan : tidak ada
 IMD : 1 jam
 Eliminasi
 BAK : bayi sudah BAK kurang lebih 3 kali
 BAB : bayi sudah BAB 1 kali

35
O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu badan : 36,2 °C
Denyut nadi : 88 x/mnt
Pernafasan : 24 x/mnt
Antropometri
Tinggi badan : 155 cm
BB sekarang : 65 kg
LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak terdapat chloasma
gravidarum, tidak ada oedema
Mata : simetris, bersih, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
oedema pada palpebra
Hidung : simetris, bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
polip dan secret
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran cairan, pendengaran baik
Mulut : simetris, tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis dan
caries dentis, tidak ada pembesaran ovula dan tonsil, lidah bersih
tremor
Leher : bersih, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada massa, BJ I dan II normal,
tidak ada suara nafas tambahan

36
Payudara : simetris, payudara bersih, terdapat hiperpigmentasi pada areola
mammae, tidak teraba massa/benjolan, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe, terdapat pengeluaran ASI
Abdomen : terdapat linea nigra, tidak terdapat luka bekas operasi, diastasis
rektus abdominis 12 x 3 cm, TFU 4 jari dibawah pusat,
konsistensi keras, kontraksi baik, dan kandung kemih kosong
Genitalia : vulva tidak oedema, tampak keluar lochea sanguilenta, tidak
terdapat luka jahitan perineum.
Anus : tidak terdapat hemoroid.
Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak ada oedema, capillary refill time kembali <2
detik
Bawah : tidak oedema, tidak ada varices, reflek patella (+) capillary refill
time kembali <2 detik, homan sign (-)

3. Data Rekam Medik


Riwayat Pesalinan Sekarang
a. Jenis persalinan : spontan pervaginam
b. Komplikasi persalinan : tidak ada
c. Lama persalinan :
Kala I : ± 8 jam
Kala II : ± 20 menit
Kala III : ± 9 menit
Kala IV : 2 jam
d. Tindakan khusus saat persalinan : tidak ada
e. Air ketuban : jernih

4. Pemeriksaan Penujang
Tidak dilakukan

37
A:
Diagnosis : P3003 post partum normal hari ke-4
Masalah : tidak ada
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : tidak ada
Kebutuhan Segera : tidak ada

P:
No Jam Penatalaksanaan Pelaksana
1 08.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
WITA keadaan ibu saat ini dalam keadaan baik Mahasiswa
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
2 08.05 Menjelaskan kepada ibu perubahan fisiologis pada ibu
WITA dan jika mules pada perut adalah normal karena rahim
Mahasiswa
berkontraksi dan akan menghentikan perdarahan
; ibu memahami penjelasan yang diberikan.
3 08.10 Memberikan KIE tentang ASI eksklusif yaitu hanya
WITA memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman
tambahan sampai usia bayi 6 bulan dan teknik menyusui
yang benar yaitu memasukan seluruh areola kedalam
Mahasiswa
mulut bayi tidak hanya putingnya saja.
; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
mengenai ASI eksklusif serta dapat memperaktikan
cara menyusui yang benar.
4 08.15 Menganjurkan ibu untuk tidak membatasi makanan dan
WITA menganjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi
Mahasiswa
dan minum susu agar produksi asi makin lancar.
; ibu memahami mengenai anjuran yang diberikan.
5 08.20 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat Mahasiswa
WITA dapat dilakukan saat anak sedang tidur dan tetap
mengkonsumsi penambah darah yang diberikan yang

38
diminum sehari sekali
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
6 08.25 KIE tentang personal hygine.
Mahasiswa
WITA ; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
7 08.30 Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang untuk
WITA memeriksakan masa nifasnya yaitu pada tanggal 18
November 2022 di Pusban Sesulu Mahasiswa
; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
berjanji akan datang kontrol

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus Ny. Y usia 31 tahun, Post partum hari keempat, telah
dilakukan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney, mulai dari
pengumpulan data sampai evaluasi dan dalam catatan perkembangan selanjutnya
menggunakan SOAP. Adapun pembahasan antara teori dan kenyataan yang
penulis temukan selama melaksanakan studi kasus meliputi :
A. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap
Pada pemeriksaan post partum pada tanggal 03 November 2022.
Dilakukan pengkajian dan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik lengkap.
Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada didapatkan data Ny. Y usia 31
tahun pada saat pengkajian ibu tidak memiliki keluhan. Pengkajian riwayat
obstetric Ny. Y, ini merupakan kelahiran anak ketiga, ibu melahirkan secara
spontan dan tidak ada penyulit. Jarak kehamilan kedua dengan anak ketiga
yaitu 2 tahun. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan risiko
kematian pada ibu yang sering hamil. Jarak kehamilan yang pendek
menyebabkan ibu terlalu payah akibat hamil, risiko perdarahan, anemia pada
ibu, kecacatan bayi, serta bayi berat badan lahir rendah Kelahiran yang
pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk
memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan. (A. Fahira Nur, 2019)
Proses persalinan pada kala I selama 8 jam, kala II 20 menit, kala III 9
menit dan kala IV post partum selama 2 jam tidak ada penyulit. Persalinan
yang lama, termasuk kala satu yang memanjang, dapat meningkatkan risiko
perdarahan post partum dengan menyebabkan atonia uteri pada kala tiga
(setelah bayi dilahirkan). Atonia uteri terjadi ketika miometrium yang rileks
gagal untuk menyempitkan pembuluh darah uterus. Kontraksi teratur selama
beberapa jam persalinan akan menguras otot-otot rahim dan dengan demikian
mengurangi kontraktilitasnya dari waktu ke waktu, menyebabkan disfungsi
rahim. (Lill Trine Nyfl Haiuntuk, 2017)

40
Suami selalu menemani Ny. Y dan sangat bahagia akan kelahiran anak
keempat ini serta keluarga juga sangat senang dengan lahiran ini. Banyak
faktor risiko lingkungan untuk depresi post partum telah diidentifikasi dan
termasuk depresi prenatal, kecemasan prenatal, gangguan interaksi bayi-ibu,
kurangnya dukungan sosial, stres keuangan, perkawinan, dan peristiwa
kehidupan yang merugikan (Jennifer L. Payne, 2019)
Pengkajian tanda-tanda vital pada Ny. Y dalam batas normal yaitu TD :
120/80mmHg, Nadi : 88x/menit, nafas : 24x/menit dan suhu : 36,2oc.
Kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada
pendarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan
terjadinya preeklamsi postpartum. Pada beberapa kasus di temukan keadaan
hipertensi post partum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan
pengobatan (Nurjanah, 2013).
Pemeriksaan fisik semua dalam batas normal dan tampak pengeluaran
lochea sanguilenta, perdarahan sedikit bercampur lendir dan tidak ada tanda
infeksi. Lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman), Lokhia sanguilenta (3-7 hari,
putih bercampur merah), Lokhia serosa (7-14 hari, kekuningan/kecoklatan)
Lokhia alba (>14 hari, putih), Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama
masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Haemoragic post partum adalah hilangnya darah lebih dari
500-600 ml selama 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. HPP biasanya
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau sesudah kelahiran. (Rukiyah,
2010)
Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009). Permasalahan yang muncul

41
berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Dalam
bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya (Sulistyawati, 2009).
Data yang didapatkan dalam konsep asuhan kebidanan post partum
yang ditemukan dalam lahan praktik Pusban Sesulu pada Ny. Y P3003 Post
partum hari ke-4 penulis menegakkan diagnose sesuai nomenklatur
kebidanan.

C. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial/Diagnosis


Potensial dan mengantisipasi Penanganannya
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
dianalisis untuk menentukan masalah dan kemungkinan penyebab dari
konsep dasar asuhan kebidanan. Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus
tidak ada masalah atau penyakit yang berpotensi mengganggu kesehatan ibu.

D. Menerapkan Tindakan terhadap Kebutuhan Segera


Pada kasus yang ditemukan di lahan praktek pada Ny. Y tidak ada
tindakan kebutuhan segera yang perlu dilakukan. Berdasarkan data diatas
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

E. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh


Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana asuhan kebidanan
pada Ny. Y antara lain yaitu :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu saat ini
dalam keadaan baik.
2. Menjelaskan kepada ibu perubahan fisiologis pada ibu dan jika mules pada
perut adalah normal karena rahim berkontraksi dan akan menghentikan
perdarahan.
3. Memberikan KIE tentang Asi Eksklusif yaitu hanya memberikan ASI saja
tanpa makanan atau minuman tambahan sampai usia bayi 6 bulan dan

42
teknik menyusui yang benar yaitu memasukan seluruh areola kedalam
mulut bayi tidak hanya putingnya saja.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak membatasi makanan dan menganjurkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum susu agar produksi asi
makin lancar.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, istirahat dapat dilakukan
saat anak sedang tidur dan tetap mengkonsumsi penambah darah yang
diberikan yang diminum sehari sekali.
6. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang untuk memeriksakan masa
nifasnya yaitu pada tanggal 18 November 2022 di Pusban Sesulu.

Berdasarkan perencanaan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori


dan praktik.

F. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman


Dalam kasus ini penulis melakukan tindakan yang sesuai dengan apa
yang sudah direncanakan. Beberapa langkah implementasi telah sesuai
dengan teori. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan praktik

G. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis
dan masalah.
Secara keseluruhan dari langkah pengumpulan data sampai evaluasi
asuhan berjalan cukup baik.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif
melalui Asuhan Kebidanan pada Ny. Y post partum hari keempat, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa dalam pemberian asuhan kebidanan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek saat melakukan asuhan kebidanan pada
Ny Y.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam
melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas, sesuai dengan standar profesi
bidan.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan
asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu nifas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi terus meningkatkan perbaikan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif agar lebih aplikatif dalam
pelaksanaannya. Selain itu, institusi juga dapat menilai kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
mempraktekkan dan menerapkannya langsung kepada klien.
4. Bagi Klien
Bagi ibu nifas khususnya Ny. Y dapat menambah informasi seputar
masa nifas dan agar lebih terbuka lagi mengenai keluhan selama masa
nifas agar para tenaga kesehatan dapat memberikan konseling sesuai
dengan masalah yang sedang dihadapi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Ari, Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.

Barata, Atep Adya 2008. Dasar – Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: elex Media
Kompetindo.

Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).


Jakarta: EGC.

Crockett, L Katie, et al. 2018. A Review of the Effects of Physical Therapy on Self-
Esteem in Postpartum Women With Lumbopelvic Dysfunction. Journal
Obtetric Gynocology Colombia.

Damayanti, E. S. & Purnamasari, A. (2011). Berpikir positif dan harga diri pada
wanita yanng mengalami masa premenopause. Jurnal Humanitas.

Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.

Hasselquist, M. B., 2006. Tata Laksana Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta:
Prestasi Pustakarya.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Buku KIA 2020. In Buku Kesehatan Ibu dan
Anak Kementerian Kesehatan RI (pp. 1–53).
https://gizi.kemkes.go.id/katalog/buku-kia.pdf

Kesehatan, K., Indonesia, R., Kemenkes, P., & Jurusan, Y. (2013). Kementerian
kesehatan republik indonesia poltekkes kemenkes yogyakarta jurusan
kebidanan. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5165/1/4_Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui_6. Modul Praktikum 1 Petunjuk Praktikum Nifas.pdf

Ketsuwan, Sukwadee, et al. 2018. Effect of Herbal Compresses for Maternal


Breast Engorgement at Postpartum: A Randomized Controlled Trial. Journal
International Breastfeeding Medicine Volume XX, Number XX.

Lee, Hsiu-Jung RN, et al. 2017. Back massage intervention for relieving lower
back pain in puerperal women: A randomized control trial study.
International Journal of Nursing Practice

45
Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Martins, Deminice et.al (2018), Vitamin A intake of Brazilian mothers and retinol
concentrations in maternal blood, human milk, and the umbilical cord.
Journal of International Medical Research. Vol. 46(4) 1555–1569. diakses
pada tanggal 06 Mei 2021

M. Witt et. al (2016) Therapeutic Breast Massage in Lactation for the


Management of Engorgement, Plugged Ducts, and Mastitis. Journal of
International Human Lactation 1–9. diakses pada tanggal 25 April 2021

Michele Ondeck. 2019. Healthy Birth Practice #2: Walk, Move Around, and
Change Positions Throughout Labor. The Journal of Perinatal Education,
28(2), 81–87, Diakses tanggal 14/04/2021

Park, Seong-Hi. 2017. Effect of Kegel Exercises on the Management of Female


Stress Urinary Incontinence: A Systematic Review of Randomized
Controlled Trials. Hindawi Publishing Corporation Advances in Nursing.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Bina Pustaka.

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Swerts, Marlies. Westhof, Ellen. Bogaerts, Annick. Lemiengre, Joke. 2016.


Supporting Breastfeeding Women From The Prespective of the Midwife. : A
Systematic Review of Literature Midwifery Journal Iternational 37 pp 32-40
Elsevier inc. diakses pada tanggal 25 April 2021

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

-----------------. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.

-----------------. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.

-----------------. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.

WHO. Millennium Development Goals (MDGs). Jakarta: United Nation; 2008.

Wiknjosastro, Hanifa.2006.Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :


YBP-SP

46

Anda mungkin juga menyukai